Anda di halaman 1dari 3

SEKRETARIAT JENDERAL

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


JL. JENDERAL GATOT SUBROTO KODE POS 10270
TELP. (021) 5715349 FAX. (021) 5715423 / 5715295 WEBSITE : www.dpr.go.id

DAK FISIK BIDANG TRANSPORTASI PERAIRAN 2023 HARUS DIUPAYAKAN


SEJALAN DENGAN UPAYA OPTIMALISASI IMPLEMENTASI TOL LAUT
Penulis: Dahiri, M.Sc., Emillia Octavia, M.Ak

Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Transportasi Perairan (DAK Fisik


Transportasi Perairan) dalam RAPBN 2023 dialokasikan sebesar Rp0,44 triliun,
sedikit lebih rendah dibandingkan anggaran 2022 yang sebesar Rp0,46 triliun.
DAK Fisik Transportasi Perairan ditujukan untuk pemenuhan infrastruktur
transportasi perairan yang memadai dalam mendukung peningkatan
konektivitas, aksesibilitas, dan mobilitas penumpang barang pada daerah yang
mengandalkan sarana dan prasarana transportasi perairan sebagai alat
transportasi utama. Dari sisi output, DAK tersebut ditargetkan untuk
rehabilitasi fasilitas pelabuhan sebanyak 79 paket dan pengadaan sarana
(moda) transportasi perairan sebanyak 20 unit.
Dari sisi jenis, transportasi perairan saat ini sangat didominasi oleh jenis
transportasi laut, sehingga transportasi laut memiliki peran penting dalam
perekonomian nasional. Hal ini sejalan dengan pernyataan Wakil Menteri
Perhubungan, Bambang Susantono, yang menyatakan bahwa transportasi laut
merupakan salah satu urat nadi perekonomian Indonesia. Jika transportasi laut
terganggu, maka perekonomian nasional juga terganggu.1 Karena pentingnya
peran transportasi laut, pemerintah mulai tahun 2015 menjalankan program tol
laut. Program ini diharapkan mampu meningkatkan konektivitas yang lebih
cepat, sehingga biaya logistik dapat lebih murah.
Dari tahun 2016 sampai dengan 2021, perkembangan tol laut telah
menunjukkan peningkatan dari sisi jumlah pelabuhan, armada kapal, muatan,
dan trayek tol laut (Tabel 1).
Tabel 1. Perkembangan Pembangunan Tol Laut
Jenis Tahun 2016 Tahun 2021
Jumlah Pelabuhan 31 114

1Bambang Susantono. 2014. Transportasi Laut, Urat Nadi Perekonomian Nasional. Diakses dari
http://dephub.go.id/post/read/transportasi-laut-urat-nadi-perekonomian-nasional-60496,
pada 30 Agustus 2021.
Jumlah Armada Kapal 6 32
Jumlah Muatan (ton) Di bawah 100.000 Sekitar 350.000
Jumlah Trayek 6 32
Sumber: Dirjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan2
Meskipun perkembangan tol laut menunjukkan peningkatan, tetapi
pengembangan tol laut masih memiliki permasalahan yaitu biaya logistik
nasional yang masih tinggi.3 Salah satu penyebabnya ditengarai yaitu kondisi
beberapa pelabuhan yang dilewati oleh jalur tol laut belum memadai. Kondisi
pelabuhan masih belum memadai terkonfirmasi melalui temuan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II Tahun 2020 -
Kinerja Atas Pengelolaan Pelayanan Angkutan Barang Tol Laut Pada Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Dan Instansi Terkait
Lainnya yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dalam laporan
tersebut disebutkan bahwa perencanaan trayek tol laut tidak memperhatikan
fasilitas sarana dan prasarana pelabuhan yang kurang memadai. Pelabuhan
yang kurang memadai akan berpotensi pada tingginya dwelling time dan waiting
time.
Secara spesifik dalam laporan pemeriksaan tersebut disebutkan beberapa
temuan, antara lain:
a. Dari 61 pelabuhan terdapat 22 pelabuhan yang memiliki kapasitas dermaga
kurang dari kapasitas kapal tol laut yang akan sandar.
b. Terdapat dermaga yang panjangnya sama atau bahkan kurang dari panjang
kapal, sehingga mengganggu keamanan dan keselamatan kapal untuk
bersandar.
c. Terdapat dermaga yang patah dan rusak sepanjang 50 (lima puluh) meter di
Dermaga Pelabuhan Pomako yang berada di Timika.
d. Terdapat dermaga yang kekuatannya di bawah kapal tol laut sehingga tidak
dapat disandari (misalnya Pelabuhan Adonara yang hanya memiliki
kekuatan 1.000 GT), atau riskan untuk disandari (misalnya: Pelabuhan
Saumlaki - kekuatan 3.000 GT disandari kapal 8.000 GT, Pelabuhan Soasio
- kekuatan 1.000 DWT disandari kapal berkekuatan 3.000 DWT, dan
Pelabuhan Selat Lampa - kekuatan 2.000 GT disandari kapal berkekuatan
3.300 GT).
e. Beberapa pelabuhan tidak memiliki lapangan penumpukan sehingga
kegiatan bongkar muat barang harus dilakukan di dermaga dan terdapat
pelabuhan yang memiliki lapangan penumpukan namun kurang layak.
f. Alat bongkar muat belum memadai pada beberapa pelabuhan.

2Dirjen Perhubungan Laut Kementrian Perhubungan. 2021. Tol Laut Dorong Pertumbuhan
Daerah Tertinggal. Diakses dari https://ugm.ac.id/id/berita/21823-tol-laut-dorong-
pertumbuhan-daerah-tertinggal, 29 Agustus 2022.
3 Ibid.
g. Beberapa pelabuhan terdapat kendala kurangnya jumlah dan kedisiplinan
tenaga kerja bongkar muat (TKBM), sehingga ketika ada kapal tol laut yang
bersandar tidak dapat segera dilakukan bongkar muat.
Temuan hasil pemeriksaan BPK di atas sebaiknya menjadi salah satu
pertimbangan Kementerian Perhubungan dalam mengalokasikan daerah
penerima DAK Fisik Transportasi Perairan. Oleh karena itu, pelabuhan-
pelabuhan yang berada di daerah yang dilewati jalur tol laut dan belum memiliki
kondisi pelabuhan yang memadai perlu menjadi salah satu prioritas sasaran
DAK Fisik Transportasi Perairan. Prioritas tersebut sebaiknya
mempertimbangkan kondisi sarana dan prasarana pelabuhan yang dibutuhkan
dalam mengoptimalkan implementasi tol laut dalam rangka mendukung
peningkatan konektivitas. Kondisi sarana dan prasarana tersebut antara lain
kapasitas dermaga sesuai dengan kapasitas kapal tol laut, panjang dermaga
sesuai panjang kapal yang akan berlabuh, kondisi konstruksi dermaga
memadai, kekuatan dermaga sesuai dengan tonase kapal tol laut, tersedianya
lapangan penumpukan yang memadai, serta tersedianya alat bongkar muat
yang memadai.

Anda mungkin juga menyukai