Anda di halaman 1dari 75

Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

2.1 TINJAUAN KEBIJAKAN EKSTERNAL KAWASAN MAMMINASATA


2.1.1. Kebijakan RTRW Nasional
1. Tujuan Pemanfaatan Ruang Nasional
Tujuan nasional pemanfaatan ruang adalah pemanfaatan ruang wilayah
nasional secara berhasil guna dan berdaya guna untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan.
Untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
pertahanan keamanan, perlu dirumuskan arah kebijakan dan strategi
pengembangan pola pemanfaatan ruang nasional berupa pemanfaatan
kawasan lindung, kawasan budidaya (termasuk dengan pertahanan dan
keamanan), dan kawasan tertentu, beserta arah kebijakan dan strategi
pengembangan struktur ruang berupa sistem perkotaan, sistem
transportasi, dan sistem infrastruktur wilayah pendukung lainnya.
2. Struktur Ruang Wilayah Nasional
Struktur ruang wilayah nasional disusun berdasarkan arahan
pengembangan sistem pusat permukiman nasional, arahan pengembangan
sistem jaringan transportasi nasional, arahan pengembangan jaringan
prasarana tenaga kelistrikan nasional, arahan pengembangan jaringan
telekomunikasi nasional, dan arahan pengembangan sistem prasarana
sumberdaya air nasional.
a. Arahan Pengembangan Sistem Pusat Permukiman Nasional
Arahan pengembangan sistem pusat permukiman nasional meliputi
arahan pengembangan pusat permukiman perkotaan dan pusat
permukiman perdesaan.
Pusat permukiman perkotaan mempunyai fungsi:
 ekonomi, yaitu sebagai pusat produksi dan pengolahan barang;
 jasa perekonomian, yaitu sebagai pusat pelayanan kegiatan
keuangan/bank, dan/atau sebagai pusat koleksi dan distribusi
barang, dan/atau sebagai pusat simpul transportasi, pemerintahan,
yakni sebagai pusat jasa pelayanan pemerintah;
Hal. 2-1
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

 jasa sosial, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan


pendidikan, kesehatan, kesenian, dan/atau budaya.
Dalam lingkup kawasan perdesaan, pusat-pusat permukiman perdesaan juga
memiliki fungsi yang sama sebagai pusat pelayanan kegiatan budidaya,
meskipun dalam skala kegiatan yang lebih kecil dan terbatas. Arahan
pengembangan pusat pertumbuhan perdesaan diselaraskan dengan pusat
permukiman perkotaan yang melayaninya sehingga secara keseluruhan pusat-
pusat permukiman saling terkait dan berjenjang, serta saling sinergis dan
saling menguatkan perkembangan kota dan desa.

Gbr. 2.1 Peta Rencana Sistem Perkotaan Nasional


Jaringan Jalan
b. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Nasional
Arahan pengembangan sistem jaringan transportasi nasional mencakup
sistem jaringan transportasi darat, sistem jaringan transportasi laut,
dan sistem jaringan transportasi udara. Jaringan transportasi nasional
merupakan sistem yang memperlihatkan keterkaitan kebutuhan dan
pelayanan transportasi antarwilayah dan antarkota dalam ruang
wilayah nasional, serta keterkaitannya dengan jaringan transportasi
internasional.

Hal. 2-2
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Arahan pengembangan sistem jaringan transportasi nasional bertujuan


untuk menciptakan keterkaitan antar pusat-pusat permukiman nasional
dan mewujudkan keselarasan dan keterpaduan antara pusat-pusat
permukiman dengan sektor-sektor kegiatan ekonomi masyarakat.
Pengembangan sistem jaringan transportasi nasional dilakukan secara
terintegrasi antara transportasi darat, laut, dan udara yang
menghubungkan antar pulau, pusat permukiman dan kawasan
produksi, sehingga terbentuk kesatuan untuk menunjang kegiatan
sosial-ekonomi dan pertahanan keamanan negara dalam rangka
memantapkan kesatuan wilayah nasional.
Sistem jaringan transportasi darat mencakup jaringan jalan, jaringan
rel, serta jaringan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan.
Sistem jaringan transportasi laut mencakup pelabuhan laut dan alur
pelayaran. Sistem jaringan transportasi udara mencakup bandar udara
dan ruang lalu lintas udara.
Dengan memperhatikan perkiraan arus penumpang dan barang, lintas,
dan kondisi jaringan jalan kereta api yang ada, demikian pula untuk
wilayah Pulau Sulawesi direncanakan pengembangan jalan kereta api
yang melayani angkutan khusus.
Jaringan transportasi sungai, danau dan penyeberangan meliputi alur
pelayaran sungai, alur pelayaran danau, dan alur penyeberangan, yang
terdiri atas trayek utama dan trayek pengumpan.
 Trayek utama dikembangkan untuk menghubungkan:
- antara pusat-pusat produksi dengan outlet utama dan
- antar pelabuhan sungai dan danau yang berfungsi
sebagai pusat pengumpul dan distribusi
 Trayek pengumpan dikembangkan untuk menghubungkan:
- pusat-pusat produksi dengan outlet pengumpan
- antara pelabuhan sungai dan danau yang berfungsi
sebagai pusat pengumpul dan distibusi dengan pelabuhan yang
bukan berfungsi sebagai pusat pengumpul dan distribusi, atau
- antar pelabuhan sungai dan danau yang bukan berfungsi
sebagai pusat pengumpul dan distribusi
Selain ketiga penyeberangan di atas, jaringan transportasi
penyeberangan dikenal pula dengan penyeberangan antar negara yang

Hal. 2-3
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

menghubungkan jaringan jalan dan atau jaringan jalur kereta api lintas
negara, lintas penyeberangan antar provinsi yang menghubungkan
jaringan jalan dan atau jaringan jalur kereta api lintas provinsi
terutama di wilayah berkarakteristik kepulauan, lintas penyeberangan
antar kabupaten/kota yang menghubungkan jaringan jalan dan atau
jalur kereta api lintas kabupaten/kota dalam satu provinsi atau antar
provinsi, terutama di wilayah dengan karateristik kepulauan, dan lintas
penyeberangan dalam kabupaten/kota yang memiliki karakteristik
kepulauan.
Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan salah satu prioritas jaringan
transportasi penyeberangan lintas tengah yaitu jaringan transportasi
penyeberangan lintas tengah Palembang – Jayapura melalui
Banjarmasin, Ujung Pandang, Kendari, Ambon, Sorong, Biak
Dalam RTRWN ditetapkan Pelabuhan Makassar sebagai pelabuhan
internasional, dan Pelabuhan Parepare sebagai pelabuhan nasional.
Jaringan transportasi udara meliputi bandar udara dan ruang lalu lintas
udara. Bandar udara terdiri dari bandar udara pusat penyebaran
primer, bandar udara pusat penyebaran sekunder, bandar udara pusat
penyebaran tersier, dan bandar udara bukan pusat penyebaran.
Dalam RTRWN telah ditetapkan Bandar Udara Hasanuddin Makasar
sebagai bandara primer di Provinsi Sulawesi Selatan.
Pusat penyebaran sekunder diarahkan untuk melayani penumpang
dalam jumlah sedang dengan lingkup pelayanan dalam satu provinsi
dan terhubungkan dengan pusat penyebaran primer. Bandar udara
pusat penyebaran sekunder merupakan bandar udara dengan
karakteristik berikut:
 Berada pada kota PKN di luar kawasan perbatasan;
 Berfungsi melayani pergerakan penumpang/barang domestik atau
ke luar negeri (internasional), atau memiliki tingkat kepadatan lalu
lintas yang melayani jumlah penumpang 100.000 atau lebih dengan
frekuensi 10 penerbangan per hari;
 Melayani penerbangan dalam negeri sekurang-kurangnya 3 kali
sehari dan penerbangan luar negeri sekurang-kurangnya 1 kali
sehari.

Hal. 2-4
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Gbr. 2.2 Rencana Sistem Jaringan Nasional

c. Pola Pemanfaatan Ruang Nasional


Untuk mewujudkan tujuan nasional pemanfaatan ruang di atas
ditetapkan strategi dan arahan kebijaksanaan pengembangan serta
wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah nasional. Strategi
dan kebijaksanaan pengembangan pola pemanfaatan ruang wilayah
nasional ini mencakup strategi dan arahan kebijaksanaan
pengembangan kawasan lindung, strategi dan arahan kebijaksanaan
pengembangan kawasan budidaya, dan strategi dan arahan
kebijaksanaan pengembangan kawasan tertentu.
a. Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Kawasan Lindung
Arah Kebijakan Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Lindung
Nasional, yang diwujudkan dalam:
 Menetapkan kawasan berfungsi lindung berskala nasional;
 Mempertahankan, memelihara, dan merehabilitasi kawasan
berfungsi lindung;
 Mengembangkan kawasan berfungsi lindung;
 Memanfaatkan kawasan berfungsi lindung menjadi kawasan
budidaya secara bersyarat;

Hal. 2-5
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Tabel 2.1
Kawasan Lindung Nasional di Provinsi Sulawesi Selatan
No Nama Kawasan Lindung Luas (Ha)
1. Taman Wisata Laut Kepulauan Kapoposang 50,000
2. Taman Nasional Laut Taka Bone Rate * 530,765
3. Cagar Alam Pegunungan Faruhunpenai 90,000
4. Cagar Alam Karaenta 1,000
5. Cagar Alam Bulu Saraung 5,690
6. Cagar Alam Bantimurung 1,000
7. Cagar Alam Tanjung Api 4,246
8. Suaka Margasatwa Bontobahari 4,000
9. Suaka Margasatwa Komara 3,390
10. Suaka Margasatwa Pati Pati 3,500
11. Suaka Margasatwa Lombuyan I/II 3,665
12. Suaka Margasatwa Bakiriang 12,500
13. Suaka MargasatwaPinjam/Tanjung Matop 1,612
14. Taman Wisata Alam Kapoposang 50,000
15. Taman Wisata Danau Matano 30,000
16. Taman Wisata Danau Towuti 65,000
17. Taman Wisata Goa Patunuang 1,500
18. Taman Wisata Malino 3,500
19. Taman Wisata Cani Sirenrang 3,125
20. Taman Wisata Lejja 1,265
Sumber: RTRW Nasional

d. Strategi dan Arahan Kebijakan Pengembangan Kawasan Tertentu


Kebijaksanaan pengembangan kawasan tertentu diselenggarakan untuk
mewujudkan prioritas dan tingkat penanganan yang diutamakan dalam
pembangunan nasional.

Arah Kebijakan Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Tertentu,


diwujudkan melalui strategi sebagai berikut:

 Mengembangkan kawasan-kawasan tertentu cepat tumbuh atau


potensial tumbuh (kawasan andalan dan kawasan-kawasan
konsentrasi kegiatan ekonomi/aglomerasi kegiatan)
 Memadukan pengembangan kawasan tertentu cepat tumbuh,
potensial tumbuh atau kawasan andalan dengan pengembangan
kegiatan transmigrasi dan permukiman, agar pengembangan wilayah
dapat saling menguatkan dengan pengembangan kependudukan.
 Mengembangkan kawasan tertentu cepat tumbuh atau potensial
tumbuh di ruang laut (kawasan andalan laut) terutama dalam
rangka meningkatkan keterkaitan kegiatan produksi dan jasa di
darat dan laut yang saling mempengaruhi, dengan memperhatikan

Hal. 2-6
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

potensi sumber daya serta orientasinya dan keterkaitannya dengan


kota-kota serta kawasan-kawasan andalan di darat.
 Mengembangkan kawasan-kawasan kaya sumberdaya alam dengan
mengarahkan pembangunan seoptimal mungkin dan tetap menjaga
kelestarian lingkungan (sustainable development).
 Mengembangkan wilayah pulau dalam kerangka kerjasama ekonomi
internasional, seperti BIMP-EAGA dan AIDA, sehingga pulau-pulau di
KTI diharapkan dapat berperan sebagai prime mover pengembangan
KTI.

Gbr. 2.3 Rencana Pengemb. Kaw. Andalan Darat

2.1.2. Kebijakan RTRW Pulau Sulawesi


1. RTR Pulau Sulawesi bertujuan untuk:
 Mencapai keseimbangan pemanfaatan ruang makro antara kawasan
berfungsi lindung dan budidaya, antara kawasan perkotaan dan
perdesaan, antar wilayah dan antar sektor, dalam satu ekosistem
pulau dan perairannya;
 Meningkatkan kesatuan pengembangan kegiatan ekonomi, sosial dan
pengembangan prasarana wilayah pada kawasan perkotaan dan
perdesaan dengan memperhatikan kemampuan daya dukung
lingkungan;

Hal. 2-7
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

 Menjamin efisiensi pelaksanaan pembangunan lintas sektor dan lintas


provinsi;
 Memulihkan daya dukung lingkungan untuk mencegah terjadinya
bencana yang lebih besar dan menjamin keberlanjutan
pembangunan.
Fungsi RTR Pulau Sulawesi adalah memberikan dasar pencapaian
keterpaduan, keserasian dan keterkaitan spasial antar wilayah dan antar
sektor di dalam suatu kesatuan pulau dalam rangka optimasi pemanfaatan
ruang.
2. Struktur Ruang Wilayah Pulau Sulawesi
Struktur ruang wilayah Pulau Sulawesi disusun berdasarkan arahan pola
pengelolaan sistem pusat permukiman dan arahan pola pengelolaan
sistem jaringan prasarana wilayah yang meliputi arahan pola pengelolaan
sistem jaringan prasarana transportasi, sistem jaringan prasarana energi,
sistem jaringan prasarana sumber daya air, dan sistem jaringan prasarana
perkotaan.
Pola pengelolaan sistem pusat permukiman di Pulau Sulawesi diarahkan
pada terbentuknya fungsi dan hirarki perkotaan sesuai dengan RTRWN.
Hirarki perkotaan meliputi Kota PKN, PKW, dan PKL sebagai satu kesatuan
sistem.
Tabel 2.2.
Arahan Sistem Pusat Permukiman di Provinsi Sulawesi Selatan
Menurut RTR Pulau Sulawesi
No PKN PKW PKL
1. Kota Metropolitan Luwu, Parepare, Masamba, Makale,
Makasar - Pangkajene, Barru, Rantepao, Wotu, Malili,
Sungguminasa – Palopo, Watampone, Soroako, Sinjai,
Maros – Takalar Jeneponto Benteng, Bulukumba,
Bantaeng, Sengkang,
Watansoppeng, Pinrang,
Sidenreng, Rappang,
Enrekang.
Sumber : RTR Pulau Sulawesi
Sistem jaringan jalan di wilayah Sulawesi Selatan yang diprioritaskan
penanganannya berdasarkan RTR Pulau Sulawesi meliput :

 Sistem jaringan arteri primer dengan prioritas tinggi pada ruas-ruas :


Makassar – Parepare – Mamuju – Palu – Pantoloan - Tobali,

Hal. 2-8
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

 Sistem jaringan arteri primer dengan prioritas sedang pada ruas-ruas :


Makassar - Maros – Watampone – Pel. Bajoe.
 Sistem jaringan arteri primer dengan prioritas rendah pada ruas-ruas :
Makassar – Sungguminasa – Takalar – Bulukumba – Watampone - Palopo.

Sistem jaringan jalan rel di Pulau Sulawesi yang diprioritaskan


penanganannya yaitu :

 Sistem jaringan lintas utama dengan prioritas tinggi pada ruas-ruas:


Makassar – Parepare;
 Sistem jaringan lintas utama dengan prioritas sedang pada ruas-ruas:
Makassar-Takalar-Bulukumba, Kendar- Kolaka, dan Parepare-Bajoe;
 Sistem jaringan lintas utama dengan prioritas rendah pada ruas-ruas:
Bulukumba – Bajoe – Palopo – Poso, Parepare – Mamuju,
 Sistem jaringan lintas cabang dengan prioritas tinggi pada kawasan
perkotaan metropolitan Makassar- Sungguminasa- Maros-Takalar.
 Pengembangan stasiun kereta sebagai simpul jaringan diarahkan pada
kota-kota PKN dan PKW.

Sistem jaringan prasarana transportasi laut yang diprioritaskan


penanganannya mencakup:

 Pelabuhan Makassar sebagai Pelabuhan Internasional dengan prioritas


sedang;
 Pelabuhan Palopo, Parepare, sebagai Pelabuhan Nasional dengan
prioritas tinggi;
 Pelabuhan Luwuk, Selayar, sebagai Pelabuhan Nasional dengan
prioritas sedang;
 Pelabuhan Barru, Bajoe, Bulukumba, Jeneponto, Sinjai dan Siwa
sebagai Pelabuhan Nasional dengan prioritas rendah;

Arahan pengembangan jalur-jalur penyeberangan lintas provinsi dan lintas


pulau meliputi :

 Jalur penyeberangan lintas provinsi dalam lingkup internal yang


menghubungkan kota-kota : antara Sultra dengan Sulawesi Selatan
meliputi jalur Makassar-Baubau, Lasusua-Siwa, Bajoe-Kolaka, Baubau-
Bulukumba;

Hal. 2-9
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

 Jalur penyeberangan lintas pulau dalam lingkup internal Sulawesi


yang menghubungkan kota-kota : Bulukumba-Selayar, dan Tondasi
Muna-Sinjai;
 Jalur penyeberangan lintas pulau dalam lingkup eksternal Sulawesi
yang menghubungkan kota-kota dengan interaksi kuat : antara
Sulawesi Selatan-NTT meliputi jalur Selayar-Reo; antara Sulawesi
Selatan-NTB-Jatim meliputi Takalar-Bima-Gresik; antara Sulawesi
Selatan-Kalimantan Selatan meliputi jalur Barru-Batulicin;
 Pengembangan jaringan transportasi perairan danau dilakukan di
Danau Tempe.

Sistem jaringan prasarana transportasi udara yang diprioritaskan


penanganannya mencakup:

 Bandara Hasanudin di Makassar dan Sam Ratulangi di Manado sebagai


Pelabuhan Udara Pusat penyebaran primer dengan prioritas tinggi;
 Bandara Pongtiku di Tana Toraja, Bubung di Luwuk sebagai Pelabuhan
Udara Pusat penyebaran tersier dengan prioritas tinggi;
 Bandara Andi Jemma di Palopo, Tomia di Maranggo, Arupala di
Selayar, sebagai Pelabuhan Udara Pusat penyebaran tersier dengan
prioritas sedang;
 Arahan pola pengembangan penerbangan internasional dari Sulawesi
Selatan yang disesuaikan dengan kebutuhan layanan penerbangan
komersial dengan prioritas pada jalur-jalur : Makassar – Singapura –
Kuala Lumpur, Makassar – Darwin, dan Manado – Taiwan – Tokyo.

Sistem jaringan prasarana energi yang diprioritaskan penanganannya


mencakup :

 Peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik


untuk Sistem Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo dengan
prioritas sedang pada : PLTA Bone, PLTA Poigar, PLTG Palu, PLTM
Mangango 1, PLTG Baru, dan PLTU Barru;
 Peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik
untuk Sistem Sulawesi Selatan dengan prioritas tinggi pada : PLTA
Bili-Bili 1-2, PLTD Ampana, PLTD Moutong, PLTD Luwuk, PLTD Parigi,
PLTD Palopo,

Hal. 2 - 10
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

 Peningkatan kapasitas dan pengembangan jaringan tenaga listrik


untuk Sistem Sulawesi Selatan dengan prioritas sedang pada: PLTA
Bonto-batu, New PLTG, PLTM Lobong, dan PLTU Makassar.
 Pengembangan sistem jaringan energi listrik diseleraskan dengan
pengembangan kawasan budidaya dan pusat-pusat permukiman.
 Pengembangan jaringan listrik bertegangan tinggi diupayakan untuk
menghindari kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan dengan
tingkat kepadatan tinggi.

Sistem jaringan prasarana sumberdaya air permukaan yang diprioritaskan


penanganannya mencakup :

 Satuan Wilayah Sungai dengan prioritas tinggi pada SWS Jeneberang,


SWS Bolango – Bone
 Satuan Wilayah Sungai dengan prioritas sedang pada SWS Paleang –
Roraya, SWS Parigi – Poso, SWS Paguyaman – Randangan, SWS
Walanae – Cenranae.
 Satuan Wilayah Sungai dengan prioritas rendah pada : Palu – Lariang,
Lasolo – Sampara, dan Towari – Susua;
 Pembangunan bendungan-bendungan baru dan embung-embung besar
pada beberapa daerah aliran sungai, dengan prioritas tinggi
Kabupaten Palopo yang meliputi Larona dan Gilirang; Kabupaten
Bantaeng, Kabupaten Jeneponto, dan Kabupaten Polewali;
 Pemeliharaan bendungan-bendungan pada beberapa daerah aliran
sungai, yang meliputi Kolaka; Larona di Kabupaten Palopo; dan
Bendungan Bili-bili di Kabupaten Maros;
 Penerapan konsep “Satu Sungai, Satu Rencana, Satu Pengelolaan
Terpadu” dari hulu hingga hilir;
 Perlindungan sempadan sungai dari pemanfaatan yang tidak tepat
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
 Pemeliharaan, peningkatan dan perluasan jaringan irigasi teknis pada
sentra-sentra produksi pangan nasional, meliputi :

Hal. 2 - 11
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

- kawasan pertanian tanaman pangan, meliputi : Palopo dsk,


Parepare dsk, Bulukumba dsk, dan Watampone dsk;
- kawasan perkebunan, meliputi: Kawasan Palopo dsk, Bulukumba-
Watampone, Mamuju dsk, Parepare dsk,
- kawasan peternakan, meliputi: kawasan Bulukumba –
Watampone, Parepare dsk,
- kawasan perikanan, meliputi kawasan perikanan tambak yang
diarahkan pada Kawasan Watampone; dan kawasan perikanan
tangkap yang diarahkan pada Kawasan Minasamamata dsk,
Bulukumba, Watampone, Parepare dsk.
- Penghutanan kembali kawasan konservasi pada hulu danau-danau
besar di Sulawesi, meliputi Danau Tempe, Danau Towuti.
- Pengendalian pencemaran sungai dan air permukaan lain secara
ketat yang bersumber dari kegiatan permukiman perkotaan,
pertanian, industri, dan kegiatan pariwisata.

Dalam RTRW Pulau Sulawesi, kawasan Metropolitan Mamminasata


diarahkan sebagai PKN pusat pelayanan primer yang dibatasi
perkembangannya sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Selain itu,
perbaikan aksesibilitas dan jaringan harus dilakukan dengan memadukan kota-
kota besar, seperti Makassar, Manado-Bitung, Kendari, Palu, Gorontalo, Bone
dan Watampone. Perbaikan pelayanan diupayakan untuk sarana dan prasarana
ke tingkat standar internasional. Kualitas pelayanan oleh instansi pemerintah
juga direncanakan untuk ditingkatkan. Rencana ini mengusulkan agar wilayah
Metropolitan Mamminasata (Makassar – Maros – Sungguminasa – Takalar)
dikembangkan untuk mencapai pembangunan simpul antar-kota. Perhatian
khusus diberikan pada upaya penyediaan air bersih, pengelolaan limbah padat
dan cair, perbaikan sistem drainase, serta upaya untuk mencegah terjadinya
sedimentasi di teluk Makassar, yang merupakan lokasi pelabuhan.

Hal. 2 - 12
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

2.1.3. Kebijakan RTRW Sulawesi Selatan


1. Tujuan RTRW Propinsi Sulawesi Selatan

Tujuan umum penyempurnaan RTRWP Sulawesi Selatan adalah untuk


mewujudkan ruang wilayah provinsi yang mengakomodasikan keterkaitan
antar kawasan/kabupaten/kota dalam perwujudan perekonomian dan
lingkungan yang berkesinambungan.

Tujuan khusus penyusunan RTRWP Sulawesi Selatan adalah untuk:

a. Menciptakan kepastian hukum dalam hal pemanfaatan ruang sebagai


salah satu faktor penting untuk merangsang partisipasi pemangku
kepentingan dalam berinvestasi.
b. Menjadi pedoman bagi aparat terkait dalam hal pengendalian
pemanfaatan ruang, baik melalui pengawasan dan atau perizinan
maupun tindakan penertiban.
c. Merupakan dasar bagi penyusunan rencana yang bersifat lebih
operasional dalam perancangan pembangunan dan pemanfaatan ruang
di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan.
2. Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

Hirarki sistem perkotaan ditentukan dengan menetapkan pusat kegiatan


nasional, pusat kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal. Daerah
Perkotaan di wilayah Sulawesi Selatan mempunyai beberapa fungsi baik
fungsi utama maupun pendukung. Pusat kegiatan perkotaan dalam
hierarki dan skup pelayanannya, berupa Pusat Kegiatan Nasional (PKN),
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang skup pelayanannya provinsi, maupun
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang skup pelayanannya kabupaten di wilayah
Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional sistem


perkotaan di wilayah Sulawesi Selatan ditentukan sebagai berikut:

a. Pusat Kegiatan Nasional

Metropolitan Mamminasata yang terdiri dari Kota Makassar, Kota


Maros, Kota Sungguminasa dan Kota Takalar ditetapkan sebagai PKN
dan relatif terletak di pantai barat Sulawesi Selatan. Mamminasata
berfungsi sebagai pusat jasa pelayanan perbankan yang cakupan
pelayanannya berskala nasional; pusat pengolahan dan atau pengumpul
barang secara nasional khususnya KTI, menjadi simpul transportasi
udara maupun laut skup pelayanan nasional, pusat jasa publik lainnya
seperti pendidikan tinggi dan kesehatan yang skup pelayanannya

Hal. 2 - 13
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

nasional khususnya KTI, berdaya dorong pertumbuhan wilayah


sekitarnya, dan menjadi pintu gerbang internasional terutama jalur
udara dan laut.

b. Pusat Kegiatan Wilayah

Kota kota yang ditetapkan sebagai sebagai PKW adalah kota-kota Palopo
dan, Watampone yang terletak di pantai Timur Sulawesi Selatan,
kemudian Parepare, Barru, Pangkajene yang terletak di pantai barat
Sulawesi Selatan, serta Jeneponto dan Bulukumba yang terletak di
pantai selatan. Selain dari pada itu, oleh pemerintah melalui Deputi
Menko Perekonomian Bidang Koordinator Industri dan Perdagangan
(S268/D.IV.M.EKON/12/2007), Selayar didukung sebagai pusat distribusi
kebutuhan bahan pokok KTI. Oleh karena itu RTRWP Sulawesi Selatan
mengarahkan Selayar dikembangkan menjadi PKW, yang pada jangka
panjang dimungkinkan berkembang menjadi PKN.

c. Pusat Kegiatan Lokal

Ibukota-ibukota kabupaten yang tidak termasuk sebagai PKW atau dalam


PKN Mamminasata menjadi PKL yang berfungsi sebagai pusat pengolahan
dan atau pengumpulan barang yang melayani kabupaten dan beberapa
kecamatan kabupaten tetangga, sebagai simpul transportasi yang
melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga,
sebagai jasa pemerintahan kabupaten; serta sebagai pusat pelayanan
publik lainnya untuk kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten
tetangga. PKL di wilayah Sulawesi Selatan adalah Malili, Masamba,
Ratepao, Makale, Enrekang, Pangkajene, Sengkang, Soppeng, Sinjai,
Sungguminasa, dan Bantaeng.

d. Sub Pusat Kegiatan Lokal

Sub pusat kegiatan lokal dan atau yang lebih mikro lagi dapat terletak
pada ibukota kecamatan atau di desa-desa sebagai pusat-pusat
agrobisnis dan agroindustri tempat tumbuh berkembangnya komunitas
dengan jatidiri nilai kearifan lokal dan secara ekonomis dapat
mempunyai ciri produk komoditas unggulan masing-masing. Sub-sub
pusat kegiatan yang berupa wilayah mikro ini diarahkan menjadi desa
mandiri pangan dan energi.

Hal. 2 - 14
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Berbagai pusat-pusat kegiatan tersebut diarahkan mempunyai


interkoneksi yang sinergis dengan sifat simbiosis mutualistis dengan
dukungan prasarana wilayah baik berupa jalan dan jembatan,
pelabuhan, bandara, terminal dan setasiun kerata api, jaringan listrik,
jaringan irigasi, jaringan air bersih, jaringan informasi dan
telekomunikasi. Selain daripada itu fasilitas sosial seperti fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, fasilitas rekreasi dan
olahraga, pasar dan sebagainya yang mendukung keadilan dan kualitas
pelayanan publik dan pemerataan kesejahteraan yang proporsional
sehingga kualitas hidup dan berpenghidupan di semua tempat baik
metropolitan, kota sedang, kota kecil maupun desa relatif sama.

Pada hakekatnya secara umum sistem perkotaan direncanakan sinergis


dengan sistem perdesaan terutama dengan sentra produksi komoditas
lokalnya tempat berkembangnya komunitas-komunitas lokal yang
mempunyai kualitas jatidiri dan kemandirian yang tumbuh berkembang
dalam tatanan yang semakin kondusif.

Sub-sub PKL di Sulawesi Selatan adalah (Mandai, Marusu, Pucak,


Paotere) di Kabupaten Maros; (Untia dan Paotere) di Makassar;
(Patalassang, Samata-Bontomarannu, Malino) di Kabupaten Gowa,
(Galesong, Polongbangkeng Utara, Mangarabombang) di Kabupaten
Takalar; (Segeri, Labbakkang, Bungoro) di Kabupaten Pangkep;
(Pa’biringa, Bungeng, dan Allu) di Kabupaten Jeneponto; (Pamatata,
Kajuadi, dan Bonerate) di Selayar; Bontobahari di Kabupaten
Bulukumba; (Bikeru dan Manipi) di Kabupaten Sinjai; (Bojo Kajuara,
Kadai, Pompanua dan Leppangeng) di Bone; (Cabenge dan Batubatu) di
Kabupaten Soppeng; Siwa di Kabupaten Wajo; (Bua, Bupon, Walenrang,
Larompong, Lamasi, Illambatu, dan Ponrang) di Kabupaten Luwu;
(Latuppa, Bambalu, Wara Timur) di Palopo; (Kete’Kesu, Palawa, Sesean,
Rantetayo, Makulla, Saddan, dan Rindingallo) di Kabupaten Tana Toraja;
(Sabbang, Baebunta, Bone-bone, Seko, Rampi dan Limbong) di
Kabupaten Luwu Utara; (Sorowako dan Wotu) di Kabupaten Luwu Timur,
(PekkaE, Bojo, Awerange, Ralla, dan Palanro) di Kabupaten Barru;
(Lapadde dan LumpuE) di Parepare; (Rappang, Tanru Tedong, Amparita,
Watan Bulu, Ponranae, Alakuang, dan Massepe) di Kabupaten Sidrap;
(Bilajeng, Baraka, Cakke, dan Maroangin) di Kabupaten Enrekang; dan
Hal. 2 - 15
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

(Suppa, Kajuanging, Ujung Lero, Malimpung dan Marabombang) di


Kabupaten Pinrang.

3. Kriteria PKN, PKW, PKL dan SPKL


a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

PKN minimal memenuhi fungsinya sebagai: (i) pusat jasa pelayanan


keuangan/perbankan yang cakupan pelayanannya berskala nasional atau
beberapa provinsi; (ii) pusat pengolahan/pengumpul barang secara
nasional/ beberapa provinsi, (iii) simpul transportasi skup pelayanan
nasional/ beberapa provinsi; (iv) jasa pemerintahan nasional/ beberapa
provinsi; (v) jasa publik lainnya yang skup pelayanannya nasional/
beberapa provinsi; (vi) berdaya dorong pertumbuhan wilayah sekitarnya;
(vii) potensiil menjadi pintu gerbang internasional.

Ketersediaan minimal fasilitas umum:

 Perhubungan : pelabuhan udara (primer), dan atau pelabuhan laut


(utama) dan atau terminal tipe A.
 Ekonomi : pasar induk antar wilayah, perbankan skup nasional
dan internasional.
 Kesehatan : rumah sakit umum tipe A.
 Pendidikan : perguruan tinggi.

b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)


PKW minimal berfungsi sebagai: (i) pusat jasa pelayanan
keuangan/perbankan yang melayani beberapa kabupaten; (ii) pusat
pengolahan/pengumpulan barang yang melayani beberapa kabupaten;
(iii) simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten; serta (iv)
pusat pelayanan publik lainnya untuk beberapa kabupaten.
Fasilitas minimal yang harus tersedia di PKW:
 Perhubungan : pelabuhan udara (sekunder), dan atau pelabuhan
laut (pengumpan), dan atau terminal bis tipe B.
 Ekonomi : pasar induk regional, perbankan skup provinsi dan
nasional.
 Kesehatan : rumah sakit umum tipe B.
 Pendidikan : perguruan tinggi.

Hal. 2 - 16
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)


PKL minimal berfungsi sebagai: (i) pusat pengolahan/pengumpulan
barang yang melayani kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten
tetangga; (ii) simpul transportasi yang melayani kabupaten dan
beberapa kecamatan kabupaten tetangga; (iii) jasa pemerintahan
kabupaten/kota; serta (iv) pusat pelayanan publik lainnya untuk
kabupaten dan beberapa kecamatan kabupaten tetangga.
Fasilitas minimal yang harus tersedia di PKL:
 Perhubungan : terminal bis tipe C.
 Ekonomi : pasar induk kabupaten/kota, perbankan skup
kabupaten/kota.
 Kesehatan : rumah sakit umum tipe C.
 Pendidikan : SLTA
d. Sub Pusat Kegiatan Lokal (SPKL)
SPKL minimal berfungsi sebagai: (i) pusat pengolahan/pengumpulan
barang yang melayani beberapa kecamatan kabupaten tetangga; (ii)
simpul transportasi yang melayani beberapa kecamatan; (iv) jasa
pemerintahan kecamatan; serta (iv) pusat pelayanan publik lainnya
untuk bebarapa kecamatan.
Fasilitas minimal yang harus tersedia di SPKL:
 Perhubungan : terminal angkot.
 Ekonomi : pusat perbelanjaan (pasar/pertokoan) kecamatan
 Kesehatan : Puskesmas.
 Pendidikan : SLTP
Selanjutnya sistem struktur ruang Provinsi Sulawesi Selatan disusun
terutama berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Sistem
Transportasi Nasional, Sistem struktur Pulau Sulawesi, RTRW Provinsi
Sulawesi Tengah, RTRW Provinsi Sulawesi Barat, RTRW Provinsi Sulawesi
Tenggara, dan sistem perkotaan Provinsi Sulawesi Selatan. Lihat Gambar
2.4. Peta Arahan Rencana Struktur Ruang Provinsi Tahun 2008-2027.

Hal. 2 - 17
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Gambar. 2. 4.
Peta Struktur Ruang Ruang Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008-2027

Hal. 2 - 18
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

4. Rencana Pola Ruang

Rencana Pola Ruang wilayah Provinsi Sulawesi Selatan meliputi rencana


kawasan lindung dan kawasan budidaya yang mempunyai nilai strategis
provinsi dan atau lintas kabupaten dan atau kota. Kebijakan
pengembangan pola ruang ditujukan untuk mewujudkan pola penggunaan
ruang yang seimbang antara daya lindung kawasan lindung dengan
kapasitas produksi dan pemanfaatan kawasan budidaya secara asri dan
lestari. Kawasan lindung yang baik yang bersifat: (i) preservasi berupa
hutan lindung baik di daerah ketinggian pedalaman yang merupakan daerah
hulu (upstream) Daerah Aliran Sungai (DAS), maupun hutan lindung
Mangrove di pantai, serta kawasan perlindungan laut di tempat aglomerasi
terumbu karang; (ii) konservasi berupa hutan suaka alam, taman nasional,
taman margasatwa. Selain daripada itu dalam untuk kepentingan
pelestarian warisan sejarah dan budaya dapat ditetapkan suatu kawasan
konservasi seperti cagar budaya bangunan buatan manusia yang ditetapkan
sebagai benda purbakala. Dalam kawasan budi daya juga diusahakan sebisa
mungkin menumbuhkembangkan dan melestarikan kawasan lindung
setempat baik ruang darat, laut maupun udara untuk menjaga keasrian dan
kelestarian ragam hayati, yang juga merupakan mata rantai sistem ekologi
wilayah, seperti ruang terbuka hijau, baik berupa hutan kota, jalur hijau di
sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan danau, sempadan jalan luar
kota dan atau sempadan jalan bebas hambatan. Dalam skala lingkungan
mikro terutama di daerah perdesaan diarahkan tumbuh berkembangnya
tatanan desa mandiri pangan dan energi yang didukung alam yang asri dan
lestari. Pola pemanfaatan daerah perkotaan diarahkan juga dapat terwujud
tatanan lingkungan yang swatata dalam memproduksi dan mengolah daya
penentralisiran limbah. Lihat Gambar 2.5 Peta Pola Ruang Wilayah Provinsi
Sulawesei Selatan.

Hal. 2 - 19
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Gambar 2. 5.
Peta Pola Tata Ruang Wilayah Sulawesi Selatan

Hal. 2 - 20
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

2.1.4. RTRW Kabupaten Gowa Tahun 2011-2031


1. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang
 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Gowa
Berdasarkan visi dan misi Kabupaten Gowa, serta mempertimbangkan
lingkungan hidup strategis Kabupaten Gowa masa kini dan masa yang
akan datang, maka penataan ruang Kabupaten Gowa bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Gowa yang terkemuka, aman,
nyaman, produktif, berkelanjutan, berdaya saing dan maju di bidang
pertanian, industri, jasa, perdagangan, dan wisata melalui inovasi,
peningkatan kualitas sumber daya manusia secara berkelanjutan, dan
mendukung fungsi KSN Perkotaan Mamminasata.

 Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Gowa


Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah
tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang
wilayah kabupaten. Berdasarkan tujuan penataan ruang wilayah
Kabupaten Gowa, maka kebijakan penataan ruang wilayah di
Kabupaten Gowa adalah sebagai berikut:
a. pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Gowa
untuk mendukung terintegrasinya sistem-sistem pusat kegiatan di
KSN Perkotaan Mamminasata;
b. pengembangan prasarana wilayah secara terpadu dan berhirarkhi;
c. peningkatan fungsi kawasan lindung;
d. peningkatan sumber daya hutan produksi;
e. peningkatan sumber daya lahan pertanian, perkebunan,
peternakan dan perikanan;
f. pengembangan potensi pariwisata;
g. pengembangan potensi pertambangan;
h. pengembangan potensi industri;
i. pengembangan potensi perdagangan;
j. pengembangan potensi pendidikan;
k. pengembangan potensi permukiman; dan
l. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
Negara.

Hal. 2 - 21
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

 Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Gowa


Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran
kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-
langkah operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

a. Strategi pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan di Kabupaten


Gowa, terdiri atas:
1) mendorong percepatan pembangunan Kawasan Metropolitan
Mamminasata sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Sulawesi
Selatan melalui pembangunan infrastuktur secara terpadu dalam
kawasan metropolitan Mamminasata;
2) mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di kawasan yang
potensil termasuk mempromosikan kota-kota satelit penyangga
Kawasan Metropolitan Mamminasata;
3) mempromosikan Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) Bajeng
Barat; mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan baru di
kawasan yang potensil termasuk mempromosikan kota-kota
satelit penyangga Kawasan Metropolitan Mamminasata;
4) meningkatkan interkoneksi antar kawasan perkotaan yang
meliputi Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan Lokal Promosi
(PKLp), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang meliputi seluruh
ibukota kecamatan, dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL),
antar kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, serta
antar kawasan perkotaan dengan kawasan perdesaan, serta
antar kawasan perkotaan dengan wilayah sekitarnya;
5) meningkatkan sinergitas, sistem transportasi dan komunikasi
antarkawasan perkotaan, antar pusat-pusat kegiatan seperti
PKN, PKLp, PPK dan PPL;
6) mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar
lebih kompetitif dan lebih efektif dalam mendorong
pengembangan wilayah sekitarnya;
7) mengendalikan perkembangan kawasan perkotaan, khususnya
daerah perbukitan, bantaran sungai dan pantai; dan
8) menendorong kawasan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan
agar lebih produktif, kompetitif dan lebih kondusif untuk hidup
dan berkehidupan secara berkelanjutan, serta lebih efektif
dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya

Hal. 2 - 22
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

b. Strategi pengembangan prasarana wilayah di Kabupaten Gowa,


terdiri atas:
1) meningkatnya dan mengembangkan kualitas system jaringan
prasarana dalam mewujudkan keterpaduan pelayanan
transportasi darat, udara dan laut secara di kawasan
Metropolitan Mamminasata;
2) mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan jangkauan
pelayanan jaringan prasarana transportasi, informasi,
telekomunikasi, energi dan sumberdaya air yang berhierarkis,
sinergis, terpadu dan merata PKN, PKLp, PPK dan PPL di
seluruh wilayah kabupaten;
3) mengembangkan akses jaringan jalan menuju kawasan
pertanian, perikanan, pariwisata, industri dan daerah terisolir;
4) meningkatnya kualitas dan keterpaduan pelayanan jaringan
prasarana transportasi termasuk pembangunan dan
pengembangan jalan Bypass Mamminasata, Jalan Terusan Dg.
Sirua, Jalan Tanjung Bunga Takalar, Jaringan Jalan Trans
Section C, Rencana pembangunan jalan lingkar luar dan
peningkatan Jalan Tun Abd. Razak-Pattallassang
5) mendorong pengembangan prasarana informasi dan
telekomunikasi terutama di kawasan yang masih terisolir;
6) meningkatkan jaringan energi dengan lebih menumbuh-
kembangkan pemanfaatan sumber daya terbarukan yang ramah
lingkungan dalam sistem kemandirian energi, dibanding
pemanfaatan sumber daya yang tak terbarukan, serta
mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik;
7) meningkatkan kualitas dan kuantitas jaringan irigasi dan
mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air;
8) meningkatkan jaringan distribusi BBM dan gas kabupaten yang
terpadu dengan jaringan dalam tataran nasional secara
optimal; dan
9) meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan
keterpaduan sistem jaringan sumber daya air;
10) meningkatkan kualitas jaringan prasarana persampahan secara
terpadu dengan penerapan konsep 4R (rethinking, reduce,
reuse dan recycling) dengan paradigma sampah sebagai bahan
baku industri menggunakan teknik pengolahan modern di
perkotaan berbentuk Tempat Pemrosesa Akhir (TPA), dan
teknik pengolahan konvensional di perdesaan yang
menghasilkan kompos maupun bahan baku setengah jadi;
Hal. 2 - 23
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

11) mengarahkan system pengelolaan akhir sampah dengan metode


sanitary landfill;
12) meningkatkan kualitas jaringan prasarana sanitasi dan
pengelolaan limbah terpadu melalui Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL); dan
13) Meningkatkan kualitas dan sistem jaringan prasarana
pengelolaan limbah domestik, limbah industri maupun B3.

c. Strategi peningkatan fungsi kawasan lindung di Kabupaten Gowa,


terdiri atas:
1) menyelenggarakan upaya terpadu pelestarian fungsi sistem
ekologi wilayah.
2) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang
telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam
rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem
wilayah, khususnya DAS kritis.
3) mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang
telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya,
termasuk reboisasi di Taman Wisata Alam Malino dengan
menarik partisipasi para wisatawan, dalam rangka mewujudkan
dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah kabupaten.
4) mewujudkan kawasan hutan sesuai dengan kondisi
ekosistemnya dengan luas paling sedikit 30% dari DAS.
5) menyediakan RTH paling sedikit 30% dari luas kawasan
perkotaan.
6) melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan
perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh
suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya.
7) melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat,
energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya.
8) mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau
tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan
yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam
menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

d. Strategi peningkatan sumberdaya hutan produksi di Kabupaten


Gowa, terdiri atas:
1) mengembangkan areal lahan hutan produksi secara selektif;

Hal. 2 - 24
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

2) mengembangkan produksi hasil hutan kayu dari hasil kegiatan


budidaya tanaman hutan dalam kawasan hutan produksi;
3) mengembangkan agro forestry (hutan perkebunan) di areal
sekitar hutan lindung sebagai zona penyangga yang memisahkan
hutan lindung dengan kawasan budidaya terbangun; dan
4) mendukung kebijakan moratorium logging dalam kawasan hutan
serta mendorong berlangsungnya investasi bidang kehutanan
yang diawali dengan kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan.

e. Strategi peningkatan sumber daya lahan pertanian, perkebunan,


peternakan dan perikanan di Kabupaten Gowa, terdiri atas:
1) mempertahankan areal sentra produksi pertanian lahan basah
secara berkelanjutan di daerah perdesaan;
2) meningkatkan kualitas lahan pertanian holtikultura di daerah
perbukitan dataran tinggi;
3) mengembangkan areal lahan komoditas perkebunan di daerah
perdesaan secara selektif;
4) meningkatkan intensitas budi daya peternakan;
5) meningkatkan kemampuan dan teknologi budi daya perikanan
air tawar dan juga perikanan laut;
6) mengembangkan budi daya perikanan yang terpadu dengan
pengembangan minapolitan;
7) mengembangkan komoditas perikanan dilakukan secara luas
oleh masyarakat maupun badan usaha yang diberi izin di
wilayah yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat; dan
8) Mengembangkan sektor perikanan yang terpadu dengan
kegiatan wisata serta memenuhi kebutuhan kawasan lain di luar
wilayah.
f. Strategi pengembangan potensi pariwisata di Kabupaten Gowa,
terdiri atas:
1) mengembangan taman wisata alam Malino sebagai kota bunga
yang ramah lingkungan untuk mendukung fungsinya sebagai
Kawasan Lindung Nasional di Kabupaten Gowa.
2) mengembangkan sarana dan prasarana penunjang
kepariwsataan;
3) meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap ragam nilai
budaya lokal yang mencerminkan jati diri komunitas lokal yang
berbudi luhur;
4) mempertahankan dan melestarikan kawasan situs budaya dan
mengembangkan objek wisata sebagai pendukung daerah
tujuan wisata yang ada;

Hal. 2 - 25
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

5) mengembangkan prasarana dan sarana akomodasi dan


transportasi untuk kegiatan Meeting, Intensive, Convension
and Exhibition (MICE) di Kota Malino;
6) meningkatkan dan mengembangkan akses yang menghubungkan
objek-objek wisata di wilayah Kabupaten Gowa; dan
7) mengembangkan promosi dan jaringan industri pariwisata
secara global.

g. Strategi pengembangan potensi pertambangan di Kabupaten Gowa,


terdiri atas:
1) mengembangkan budidaya pertambangan yang berwawasan
lingkungan;
2) melakukan kajian, ekplorasi sampai ke eksploitasi potensi
tambang di Kabupaten Gowa, dengan menghindari kemungkinan
rusaknya lingkungan hidup;
3) mengendalikan penambangan batuan di sungai maupun gunung
agar tidak berdampak pada kerusakan lingkungan; dan
4) melakukan penambangan batuan di Sungai Jeneberang untuk
mengimbangi volume sedimentasi di waduk Bilibili dan tidak
berdampak pada kerusakan lingkungan.

h. Strategi pengembangan potensi industri di Kabupaten Gowa, terdiri


atas:
1) mengembangkan Kawasan Industri Gowa yang terintegrasi
dengan Kawasan Industri dalam Kawasan Metropolitan
Mamminasata;
2) mengembangkan Kawasan Industri Gowa (KIWA) terutama
berbasis hasil komoditi sektor-sektor kehutanan, pertanian,
perkebunan, peternakan dan perikanan.
3) mengembangkan kawasan agro-industri skala sedang di PKLp
dan PPK.
4) mengembangkan usaha industri kecil dan industri rumah tangga
yang tidak mengganggu kehidupan di kawasan permukiman.
5) pengelolaan dan upaya meminimalisir terjadinya dampak
negatif dari kegiatan industri.

i. Strategi pengembangan potensi perdagangan di Kabupaten Gowa,


terdiri atas:
1) mengembangkan kawasan perdagangan regional termasuk pasar
regional yang modern dalam mendukung Kawasan Metropolitan
Mamminasata;

Hal. 2 - 26
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

2) meremajakan kawasan perdagangan Kota Sungguminasata yang


terpadu dengan Pasar Induk Regional (PIR) Mamminasata di
Sungguminasa;
3) mengembangkan pusat perdagangan skala regional di Kota Baru
Mamminasata Kecamatan Pattallassang yang terpadu dengan
kawasan terminal tipe A;
4) merepitalisasi pasar seni Somba Opu yang terpadu dengan pusat
seni dan informasi pariwisata.
5) mengembangkan kawasan perdagangan di PKLp dan PPK.
6) mengembangkan pasar hasil industri pertanian yang terpadu
dengan KIWA.
7) meningkatkan akses koperasi dan UMKM terhadap modal,
perlengkapan produksi, informasi, teknologi dan pasar.
8) mengembangan akses yang menghubungkan pusat-pusat
perdagangan dengan sentra-sentra produksi pertanian dan ke
KIWA.

j. Strategi pengembangan potensi pendidikan di Kabupaten Gowa,


terdiri atas:
1) mendorong percepatan pembangunan kawasan pendidikan
Metro Mamminasata di SAMABONTO Kabupaten Gowa.
2) mengembangkan kawasan pendidikan Mamminasata di
SAMABONTO Kabupaten Gowa sebagai bagian dari kawasan
wisata pendidikan di Kabupaten Gowa.
3) menyelenggarakan pendidikan sebagai pusat ilmu pengetahuan
terutama mendukung pengembangan pertanian, perkebunan,
peternakan, perikanan, industri kerajinan, perdagangan,
pariwisata dan pemerintahan.
4) memenuhi kapasitas dan mendistribusi secara proporsional
fasilitas STK, pendidikan dasar, pendidikan menengah, sekolah
kejuruan dan pendidikan tinggi di PKN, PKLp, PPK dan PPL.

k. Strategi pengembangan potensi permukiman di Kabupaten Gowa,


terdiri atas:
1) Mencegah tumbuh berkembangnya perumahan di kawasan
lindung termasuk kawasan lindung setempat, seperti di hutan
lindung, lahan dengan kemiringan di atas 30%, dan bantaran
sungai.
2) mencegah pembangunan perumahan di daerah rawan bencana
seperti longsor, banjir dan gempa.

Hal. 2 - 27
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

3) bangunan permukiman di tengah kota terutama di PKN dan


PKLp yang padat penduduknya diarahkan pembangunan
perumahannya secara vertikal.
4) mengembangan permukiman perdesaan berlandaskan kearifan
nilai budaya lokal seperti pola rumah kebun dengan bangunan
berlantai panggung.

l. Strategi untuk meningkatkan fungsi kawasan pertahanan dan


keamanan, meliputi:
1) mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam
dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi
pertahanan dan keamanan;
2) mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya
di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga;
3) menyediakan ruang untuk peningkatan kemampuan kegiatan
pertahanan dan keamanan Negara;
4) turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan
keamanan; dan
5) mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan
fungsi khusus pertahanan dan keamanan.
2. Rencana Struktur Ruang Wilayah

a. Pengembangan PKN

PKN merupakan kawasan perkotaan yang berperan sebagai pintu


gerbang ke kawasan internasional dan memiliki potensi untuk
mendorong perkembangan wilayah sekitarnya dan berfungsi sebagai
pusat pengembangan kegiatan jasa, pusat pengolahan, simpul
transportasi dengan skala pelayanan nasional atau beberapa provinsi.
Menurut PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN telah menetapkan
Metropolitan Mamminasata sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di
Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam hal ini, Kecamatan-Kecamatan
Bajeng, Barombong, Bontomarannu, Bontonompo, Bontonompo
Selatan, Manuju, Pattallassang, Pallangga, Parangloe, Somba Opu, dan
Bajeng Barat yang termasuk dalam kawasan Metropolitan Mamminasata
di Kabupaten Gowa berperan penting dalam pengembangan PKN di
Provinsi Sulawesi Selatan.

Hal. 2 - 28
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

PKN Mamminasata akan berfungsi sebagai pusat jasa pelayanan


perbankan yang cakupan pelayanannya berskala nasional; pusat
pengolahan dan atau pengumpul barang secara nasional khususnya KTI,
menjadi simpul transportasi udara maupun laut skup pelayanan
nasional, pusat jasa publik lainnya seperti pendidikan tinggi dan
kesehatan yang skup pelayanannya nasional khususnya KTI, berdaya
dorong pertumbuhan wilayah sekitarnya, dan menjadi pintu gerbang
internasional terutama jalur udara dan laut.

b. Pengembangan Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

PKL merupakan pusat kegiatan yang penetapannya ditentukan


pada tingkat RTRW Provinsi. Berdasarkan Perda Nomor 09 Tahun 2009
tentang RTRW Provinsi Sulsel, tidak ditetapkan PKL di Kabupaten
Gowa. Namun demikian, berdasarkan potensi dan kriteria yang ada
secara jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka
waktu perencanaan terdapat kecamatan di Kabupaten Gowa yang
berpotensi untuk di ajukan/promosikan sebagai Pusat Kegiatan Lokal
promosi (PKLp). Adapun kawasan perkotaan yang berpotensi sebagai
PKLp adalah kawasan perkotaan Borimatangkasa Ibukota Kecamatan
Bajeng Barat.

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah


kawasan perkotaan Kabupaten Gowa yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. PPK ini merupakan
pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah
kabupaten Gowa.

Berdasarkan kriteria yang ada serta potensi masing-masing


kawasan perkotaan di Kabupaten Gowa, maka pusat-pusat kegiatan
yang diarahkan sebagai PPK di wilayah Kabupaten Gowa adalah seluruh
kawasan perkotaan Ibukota Kecamatan selain yang masuk dalam PKN
dan PKLp, yang meliputi Kawasan Perkotaan Malino Ibukota Kecamatan
Tinggimoncong, Kawasan Perkotaan Tamaona Ibukota Kecamatan
Tombolo Pao, Kawasan Perkotaan Majannang Ibukota Kecamatan
Parigi, Kawasan Perkotaan Sapaya Ibukota Kecamatan Bungaya,
Kawasan Perkotaan Bontoloe Ibukota Kecamatan Bontolempangan,

Hal. 2 - 29
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Kawasan Perkotaan Malakaji Ibukota Kecamatan Tompobulu, Kawasan


Perkotaan Lauwa Ibukota Kecamatan Biringbulu.

PPK diarahkan pada:


 Peningkatan aksesibilitas menuju dan dari PKL dan Ibukota
Kabupaten.
 Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya
melalui pengembangan jaringan jalan.
 Peningkatan ketersediaan sarana dan prasarana produksi bagi
kawasan pertanian, perkebunan, dan perikanan.
 Peningkatan prasarana komunikasi antar sentra produksi.

d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPL adalah


pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar
desa. Berdasarkan kriteria dan potensinya, terdapat beberapa pusat-
pusat permukiman yang diarahkan sebagai PPL di Kabupaten Gowa
adalah pusat permukiman-pusat permukiman:
- Pusat permukiman Ballatabua di Kecamatan Bajeng Barat;
- Pusat permukiman Pencong di Kecamatan Biring Bului;
- Pusat permukiman Kapoloe di Kecamatan Biring Bulu;
- Pusat permukiman Batu Borong di Kecamatan Biring Bulu;
- Pusat permukiman Lauwa di Kecamatan Biring Bulu;
- Pusat permukiman Rapodoeng di Kecamatan Bungaya;
- Pusat permukiman Ulugalung di Kecamatan Tompobulu;
- Pusat permukiman Garentong di Kecamatan Tompobulu;
- Pusat permukiman Ulualla di Kecamatan Tompobulu;
- Pusat permukiman Jonjo di Kecamatan Parigi;
- Pusat permukiman Pakua di Kecamatan Tinggimoncong;
- Pusat permukiman Pallanga di Kecamatan Palangga;
- Pusat permukiman Ujung Bori di Kecamatan Parigi;
- Pusat permukiman Ballacamba di Kecamatan Tinggimoncong;
- Pusat permukiman Buki-Buki di Kecamatan Tombolo Pao;
- Pusat permukiman Cangkarana di Kecamatan Tombolo Pao; dan
- Pusat permukiman Lembangteko di Kecamatan Tombolo Pao.

Hal. 2 - 30
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Hal. 2 - 31
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Hal. 2 - 32
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

3. Rencana Pola Ruang

Rencana pengembangan pola ruang ditujukan untuk mewujudkan


pola penggunaan ruang yang seimbang antara daya lindung kawasan
lindung dengan kapasitas produksi dan rencana kawasan budidaya secara
asri dan lestari. Kawasan lindung yang baik yang bersifat: (i) preservasi
berupa hutan lindung baik di daerah ketinggian pedalaman yang
merupakan Daerah Hulu (upstream) Daerah Aliran Sungai (DAS), (ii)
konservasi berupa suaka margasatwa. Selain daripada itu, untuk
kepentingan pelestarian warisan sejarah dan budaya dapat ditetapkan
suatu kawasan konservasi seperti cagar budaya bangunan buatan manusia
yang ditetapkan sebagai benda purbakala.
Dalam kawasan budi daya juga diusahakan sebisa mungkin
menumbuhkembangkan dan melestarikan kawasan lindung setempat baik
ruang darat, maupun udara untuk menjaga keasrian dan kelestarian
ragam hayati, yang juga merupakan mata rantai sistem ekologi wilayah,
seperti ruang terbuka hijau, baik berupa hutan kota, jalur hijau di
sempadan sungai, sempadan danau, dan sempadan jalan.Dalam skala
lingkungan mikro terutama di daerah perdesaan diarahkan tumbuh
berkembangnya tatanan desa mandiri pangan dan energi yang didukung
alam yang asri dan lestari.
Tabel 2.3
Luas Penggunaan Lahan berdasarkan Rencana Pola Ruang
Kabupaten Gowa
N0. Rincian Kawasan Luas (ha) %
1 Kaw. Budidaya Agroforestry 13419,43 7,44
2 Kaw. Budidaya Hortikultura 12073,23 6,69
3 Kaw. Budidaya Perikanan 5,89 0,00
4 Kaw. Budidaya Perkebunan 14363,01 7,96
5 Kaw. B..P. Lahan Basah 39357,17 21,81
6 Kaw. B.P. Lahan Kering 17756,36 9,84
7 Kaw. Hutan Lindung 23602,76 13,12
8 Kaw. Hutan Produksi 23102,04 12,80
9 Kaw. H. Produksi Konversi 309,76 0,17
10 Kaw. H. Produksi Terbatas 20287,22 11,38
11 Kaw. Konservasi 3983,77 2,21
12  Kaw. Lindung lainnya 1783,23 0,99
 13 Kaw. Perairan 4046,54 2,24
 14 Kaw. Permukiman 6054,69 3,36
  Total 180467,30 100,00
Sumber: RTRW Kabupaten Gowa, 2011

Hal. 2 - 33
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Hal. 2 - 34
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Hal. 2 - 35
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

4. Rencana Kawasan Strategis

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008


tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menetapkan kawasan
Perkotaan Metropolitan Mamminasata sebagai Kawasan Strategis Nasional,
dalam hal ini wilayah-wilayah Kabupaten Gowa yang termasuk dalam
kawasan Metropolitan Mamminasata merupakan pusat perkotaan yang
memiliki kepentingan dalam skala nasional. Disamping itu, Perda Nomor
09 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Sulawesi Selatan menetapkan KSP-
KSP sebagai berikut: Kawasan Taman Wisata Alam Malino, KIWA, Waduk
Bilibili, seluruh kawasan hutan lindung, dan Taman Miniatur Sulawesi
Selatan di Situs Kerajaan Gowa Benteng Sombaopu serta Kawasan
Lumbung Beras dan Jagung di Sulsel sebagai salah satu kawasan strategis
di Provinsi Sulawesi Selatan. Walaupun demikian, dalam konteks wilayah
Kabupaten Gowa tetap dilakukan kajian secara spesifik kawasan-kawasan
strategis wilayah Kabupaten Gowa.
Kawasan Strategis Kabupaten Gowa yang dimaksud adalah wilayah
yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh
sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial,
budaya, dan/atau lingkungan.

a. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi


Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka
rencana kawasan strategis kabupaten yang layak ditetapkan dalam
RTRW Kabupaten diarahkan pada:
 Kawasan Perdagangan Pasar Regional Gowa
Kawasan perdagangan regional yang berada di Kabupaten Gowa
memiliki nilai strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Gowa. Kawasan ini direncanakan akan melayani
aktifitas perdagangan di Kabupaten Gowa dan wilayah sekitarnya
dalam konteks Kawasan Metropolitan Mamminasata.
 Kawasan Kota Baru Gowa-Maros
Kota Baru Gowa-Maros merupakan salah satu kota satelit
Metropolitan Mamminasata. Secara administrasi kawasan
perkotaan tersebut secara administrasi berada pada dua wilayah
administrasi (perbatasan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Maros).
Namun demikian, secara spasial, rencana system landuse kawasan
perkotaan tersebut menempatkan fungsi-fungsi perkotaan
Hal. 2 - 36
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

strategis seperti terminal tipe A dan kawasan perdagangan


Mamminasata berada di wilayah Kabupaten Gowa. Disamping itu,
rencana kota baru Gowa-Maros tersebut akan berfungsi sebagai
penyangga migrasi penduduk yang masuk ke Kota Makassar, serta
menjadi alternative pemenuhan kebutuhan perumahan bagi
masyarakat Kota Makassar. Berdasarkan hal tersebut, maka Kota
Baru Gowa-Maros diarahkan sebagai salah satu kawasan strategis
untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gowa.
 Kota Satelit Pattallassang dan Parangloe
Fungsi satelit Pattallassang-Parangloe adalah sebagai alternatif
upaya untuk memecahkan dan mengatasi masalah pertumbuhan
permukiman tersebar yang tak terkendali dan kemacetan
Kabupaten Gowa dan Metropolitan Mamminasata. Kota Satelit
Pattallassang Parangloe direncanakan dibangun dan dikembangkan
menjadi suatu kota yang lengkap dan ditingkatkan kemampuannya
berhubung peningkatan fungsinya menjadi suatu kota fungsional
tertentu. Termasuk permukiman yang asri yang dilengkapi dengan
fasilitas yang memadai termasuk lapangan golf bertaraf
internasional.
Kota Satelit Pattallassang dalam tipologinya merupakan kota baru
penunjang (supporting new town) yaitu kota satelit yang
merupakan penunjang pertumbuhan Kota Sungguminasa dan
kawasan Metropolitan Mamminasata.
Berdasarkan fungsi dan peran yang akan diemban Kota Satelit
Pattallassang serta kemungkinan berkembang fasilitas fungsional
perkotaan di sektor ekonomi maka Kota Satelit Pattallassang akan
diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk
pengembangan ekonomi di Kabupaten Gowa.
 Kawasan Industri Gowa (KIWA)
Pengembangan Kawasan Industri Gowa (KIWA) yang akan
dikembangkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus Kabupaten Gowa
berlokasi di Kecamatan Pattallassang merupakan bagian dari
subsistem pengembangan landuse Kawasan Perkotaan
Mamminasata.

Hal. 2 - 37
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Kawasan industri ini terutama diarahkan untuk mengolah barang-


barang setengah jadi dan barang jadi yang berbasis pada industri
pengolahan hasil pertanian tanaman pangan dan holtikultura
terutama disebar ke sentra-sentra produksi komoditas pertanian di
Kabupaten Gowa dan wilayah sekitarnya. Pada KIWA ini juga
dikembangkan kawasan Industri daur ulang (industri persampahan
Mamminasata), pengepakan dan industri inovasi yang akan
dikembangkan UNHAS.
 Terminal Tipe A Kota Baru Mamminasata
Kawasan terminal regional (Tipe A) yang berlokasi di Kota Baru
Gowa-Maros Kecamatan Pattallassang memiliki nilai strategis
dalam mendukung system transportasi regional dan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Gowa. Kawasan ini direncanakan akan
melayani aktifitas trasportasi konteks Kawasan Metropolitan
Mamminasata dan Provinsi Sulawesi Selatan.
 Pusat Kegiatan Lingkungan promosi (PKLp)
Pusat Kegiatan Lingkungan yang dipromosikan Pemerintah
Kabupaten Gowa meliputi Kawasan Borimatangkasa Ibukota
Kecamatan Bajeng Barat. Kedua PKLp ini memiliki potensi dan
prospek untuk dikembangkan sebagai pusat kegiatan lingkungan
yang dapat melayani beberapa wilayah dalam skala kabupaten.
Untuk mendorong percepatan pembangunan pada kawasan-
kawasan yang dipromosikan sebagai PKL tersebut, maka kawasan
ini akan diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk
pengembangan ekonomi di Kabupaten Gowa.
 Sektor Pertanian, Perkebunan dan Palawija
Sektor pertanian padi merupakan salah satu sector strategis di
Kabupaten Gowa. Sementara itu, untuk pertumbuhan ekonomi
dalam sektor perkebunan, berdasarkan potensi dan kesesuaian
lahan dan teknokultur masyarakat lokal maka diarahkan
pengembangan beberapa alternatif kawasan budidaya komoditas
seperti: perkebunan kopi, kakao, dan markisa. Kesesuaian untuk
varitas sektor perkebunan ini tersebar di seluruh wilayah
kecamatan Kabupaten Gowa kecuali di kawasan perkotaan.

Hal. 2 - 38
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Disamping itu, tanaman palawija (sayur-sayuran) seperti kentang,


wortel, buncis, kol, sawi, sayur-sayuran.

b. Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya


Kawasan strategis untuk pengembangan kepentingan sosial budaya di
Kabupaten Gowa meliputi; Balla Lompoa, Kuburan syeh Yusuf, Mesjid
Tua Katanggka, Kuburan Sultan Hasanuddin dan Kawasan Pendidikan
PKG sedangkan untuk kawasan Benteng Somba Opu termasuk dalam
kawasan strategis provinsi. Revitalisasi berbagai macam system
peninggalan budaya di Kabupaten Gowa diarahkan untuk menjadi
stimulan untuk menumbuh-kembangkan kembali budaya dan kearifan
lokal di Kabupaten Gowa.
Saat ini di Kabupaten Gowa masih tumbuh berkembang tatanan sosial
budaya tradisional yang juga terkenal secara nasional bahkan
internasional. Oleh karena itu, berbagai peninggalan-peninggalan
budaya di Kabupaten Gowa akan tetap dijaga kelestariannya melalui
upaya revitalisasi objek-objek peninggalan serta melestarikan budaya
lokal seperti Accera’ Kalompoang, Appalili, Maudu’ Kalompoang,
Pa’dekko, Paraga, Pamanca, Pakkarena dan Songka Bala. Disamping
itu, kawasan pendidikan Metropolitan Mamminasata di SAMABONTO
Kabupaten Gowa merupakan kawasan strategis Kabupaten Gowa dari
sudut pandang kepentingan sosial.

c. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Pendayagunaan


Sumberdaya Alam Dan Teknologi Tinggi
Untuk kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi
tinggi di Kabupaten Gowa, akan diarahkan pada rencana
pengembangan listrik tenaga air (PLTA) Bili-Bili. Pengembangan PLTA
ini diharapkan dapat meminimalisasi persoalan listrik di Kabupaten
Gowa, Mamminasata dan Provinsi Sulawesi Selatan.

d. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung


Lingkungan
Kawasan strategis untuk kepentingan lingkungan hidup di wilayah
Kabupaten Gowa yang termasuk dalam kepentingan provinsi antara
lain seluruh hutan lindung, Taman Wisata Alam Malino dan waduk bili-
bili. Sedangkan KSK Kabupaten Gowa untuk kepentingan fungsi dan

Hal. 2 - 39
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

daya dukung lingkungan meliputi; Danau Mawang, Air Terjun


Parangloe, Industri Pengelolaan Sampah Regional Mamminasata,
Taman Buruh Biringbulu, Suaka Margasatwa Bungaya dan Gunung
Bawakaraeng.

e. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Pertahanan dan Keamanan


Kawasan pertahanan keamanan di Kabupaten Gowa berupa kawasan
militer Pakkatto dan kawasan latihan menembak di Malino, yang
peruntukan rincinya bersifat rahasia militer.

Hal. 2 - 40
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Hal. 2 - 41
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

2.2 TINJAUAN MAMMINASATA


2.2.1. Sistem Transportasi
1. Pengembangan Transportasi Darat
Kabupaten Maros, Gowa
dan Takalar juga telah
menyusun rencana
mereka untuk
pembenahan pelayanan
jalan. Perencanaan
Maros menekankan pada
konstruksi jalan pantai
dari pelabuhan Makassar
ke bagian utara Maros
melalui area industri
baru di KIROS (KIMA II).
Kabupaten Gowa
Gambar 2. 9. Volume Lalu Lintas di
Mamminasata mengusulkan jalan
lingkar luar baru yang
langsung menghubungkan Gowa dengan Maros dan Takalar. Sementara
itu, Kabupaten Takalar mengusulkan pelebaran jalan Tanjung Bunga –
Takalar dan membangun jalan akses baru dari pertengahan jalan Takalar
ke kawasan selatan. Sebelum penyusunan rencana perbaikan jalan,
beberapa strategi dalam formasi jaringan jalan telah didiskusikan
sebagai berikut:
a. Jalan Trans-Sulawesi
Dalam jangka panjang, direncanakan pembangunan jalan bebas
hambatan Trans-Sulawesi dan Rencana Tata Ruang Mamminasata
sebaiknya mempertimbangkan adanya jalan bebas hambatan
tersebut. Di Wilayah Mamminasata, dua rute alternatif jalan Trans
Sulawesi akan dipertimbangkan; (i) rute yang mengarah ke timur
Makassar untuk akses lebih mudah ke kota, atau Rute A, dan (ii) rute
yang mengarah ke barat Makassar guna pelayanan yang lebih baik
terhadap pusat perkotaan baru, atau rute B. Sebuah studi komparatif
menunjukkan Rute A lebih baik dan ini memungkinkan tetap

Hal. 2 - 42
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

dimanfaatkannya lahan yang telah dibebaskan untuk Jalan Lingkar


Tengah bagian selatan.

b. Mamminasata ByPass
Untuk memfasilitasi pusat perkotaan baru yang akan dikembangkan di
daerah timur Makassar, sebuah jalan raya Mamminasata sebaiknya
diprogramkan ke arah timur lokasi yang ada untuk Jalan Lingkar Luar.
Ini juga akan dapat mengurangi volume lalu lintas dengan
pembangunan terminal regional di jalan raya tersebut, dan juga jalan
memutar Trans-Sulawesi, “Rute A”.
c. Jalan Radial Timur-Barat
Kebutuhan akan Jalan radial baru dari Makassar mengarah ke timur tak
dapat dihindarkan, khususnya untuk pengembangan pusat perkotaan
baru. Tiga rute diusulkan; (i) perbaikan Jl. Abdullah Daeng Sirua
dengan mengubah arus air sungai Lekopancing ke pipa urung-urung
bawah tanah untuk mengamankan lebar jalan 30~50 m, (ii)
memperpanjang Jl. Boulevard-Panakukang sebagai rute arus bolak
balik, dan (iii) perpanjangan Jl. Hertasning yang mengarah ke Jl.
Malino untuk mengurangi kepadatan di daerah Sungguminsa. Jalan
radial timur-barat harus di bangun serentak dengan rencana
pengembangan pusat perkotaan baru.
d. Akses ke Zona Industri Baru
Perbaikan jalan juga akan dibutuhkan untuk pembangunan kawasan
industri baru. Beberapa rute alternatif akan dikaji lebih lanjut
berdasarkan implementasi rencana pengembangan industri seperti
KIMA, KIROS, KIWA dan KITA. Berdasarkan kondisi jalan yang ada dan
prakiraan lalu lintas, dan juga rencana perbaikan yang diberlakukan,
daftar panjang proyek perbaikan jalan diusulkan.

Beberapa proyek pembenahan jalan sedang dilaksanakan. Proyek


tersebut adalah (i) Akses Takalar (Jl. Poros Takalar), (ii) Jl.
Hertasning, (iii) Jl. Ir. Sutami (jalan tol), (iv) Jl. Perintis Kemerdekaan
dan Jl. Urip Sumoharjo, serta (v) Jalan lingkar tengah.

Menjelang tahun 2015, volume lalu lintas akan meningkat dan ini
membutuhkan pengembangan lagi. Pengembangan tersebut meliputi:
Hal. 2 - 43
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

(i) bagian selatan jalan lingkar tengah, (ii) Akses Tanjung Bunga, (iii)
Poros Takalar, (iv) Trans-Sulawesi (Jeneberang), (v) Jalan raya
Mamminasata, (vi) Abdullah Daeng Sirua, dan (vii) Akses Malino.
Menjelang tahun 2020, akan dibutuhkan tambahan pengembangan
jalan, yaitu (i) Mamminasata Bypass, (ii) Trans-Sulawesi, (iii)
persimpangan bandar udara, (iv) Jl. Kapasa Raya (KIMA), (v) jalan
penghubung kawasan industri KIMA dan KIWA, dan (vi) Hertasning.

Gambar 2. 10. Proyek Pengembangan Jalan Berjalan tahun 2005

Gambar 2. 11. Jaringan Jalan Usulan Mamminasata

Hal. 2 - 44
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

2.2.2. Sistem Jaringan Utilitas


1. Rencana Pengembangan Sarana dan Prasarana
a. Prasarana Pengendalian Banjir dan Drainase
Sistem sungai
besar yang
ada di
Mamminasata
adalah
Jeneberang
(Daerah
Tangkapan Air
sekitar 762
km ),2
Sungai
Maros (645
Gambar 2. 12. Rencana Konseptual
Perbaikan Sungai Maros km2), Sungai
Tallo (407
km ), Sungai Pappa (389 km ) dan Sungai Gamanti (272 km ). Banjir
2 2 2

berkala masih terjadi di daerah hilir sungai Maros dan Tallo, oleh
sebab itu langkah-langkah penanganan harus dilakukan untuk jangka
menengah dan jangka panjang. Banjir lokal tersebut menunjukkan
kenyataan bahwa saluran drainase yang ada tidak terpelihara dengan
baik, terutama sepanjang saluran sekunder dan tersier. Sedimentasi
dan timbunan sampah mempersempit dan menghalangi kelancaran
pembuangan air badai. Ada dua langkah alternatif yang bisa
dipertimbangkan untuk pengendalian banjir di Mamminasata, yaitu (i)
pembangunan fisik, seperti pembangunan bendungan/waduk, tanggul
pelindung, lebak, dll. dan (ii) pembangunan non-fisik, seperti sistem
peringatan banjir dengan membuat peta rawan banjir, pencegahan
pembangunan rumah pada daerah-daerah rawan banjir, dll.

Untuk pengendalian banjir di Sungai Maros, perlu disiapkan peta


rawan banjir dan perlindungan terhadap daerah muka perairan
(waterfront). Kemudian diikuti dengan penyebarluasan informasi

Hal. 2 - 45
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

mengenai banjir kepada masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran


sungai dan dengan pembatasan pembangunan di daerah hulu.

b. Penyediaan Air dan Perbaikan Saluran Air Limbah


Persentase
penduduk
yang
terlayani air
bersih olahan
untuk seluruh
wilayah
Mamminasata
adalah 42%,
berkisar
antara 70% di
Makassar, 9%
di Maros, 11%
di Gowa dan
4% di
Takalar.
Gambar 2. 13 Lokasi Proyek Peningkatan
Pasokan Air di Maros dan Takalar Pelayanan air
bersih
dilakukan oleh PDAM. Daerah layanannya 100% di Makassar (175,9
km2), 12% di Maros (188 km 2), 4,2% di Gowa (80 km 2) dan 9,8% di
Takalar (56 km 2). Instalasi Penjernihan Air (IPA) Somba Opu yang
terletak di Gowa dengan debit air 1.000 l/dtk telah dirancang untuk
dapat dikembangkan hingga berkapasitas 2.000 l/dtk, sehingga
penyediaan air untuk daerah perkotaan di Sungguminasa, Gowa dapat
tercukupi. Sedangkan, sistem penyediaan air di Maros dan Takalar
harus direncanakan dan dilaksanakan dengan target pencapaian
sebesar 70% untuk penyediaan air PAM menjelang tahun 2020. Oleh
karena itu, program-program yang akan dilaksanakan untuk

Hal. 2 - 46
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

peningkatan pasokan air di Mamminasata akan mencakup hal-hal


berikut ini:
a. Program untuk mengurangi rasio kehilangan air (UFW) menjadi 25%;
b. Pengembangan IPA Somba Opu (menjadi 2.000 l/dtk) untuk
memenuhi kebutuhan di Makassar dan sebagian wilayah Gowa;
c. Pembangunan IPA baru di Maros dan Takalar; dan
d. Perkuatan aspek pengelolaan PDAM.
Air
bersih
di Maros
saat ini
dipasok
melalui
IPA Batu
Bassi
(20

Gambar 2. 14. Usulan Peningkatan Pasokan Air


Bersih di Maros
liter/detik pada musim kemarau dan 40 liter/detik pada musim
hujan) dan IPA Pattontongang (50 liter/detik). Air olahan dari kedua
IPA ini adalah 7.550 m3/hari pada tahun 2005. Jumlah pelanggan
secara keseluruhan adalah 5.700 pada tahun 2004, yang hampir 90%
adalah pelanggan rumah tangga dengan konsumsi rata-rata 113 lcpd.
Dengan tingkat rasio layanan yang rendah ini (9.7% pada tahun 2004),
maka masyarakat Maros menderita kekurangan pasokan air dan pada
daerah yang tidak terlayani oleh sistem pasokan air olahan sangat
bergantung pada sumur-sumur galian dangkal. Untuk mengatasi
situasi seperti ini, ada dua sumber air alternatif yang telah dikaji,
yakni dari mata air di Jamalah (150 liter/detik) dan perluasan IPA
Pattontongang (50 liter/detik) dengan tambahan air yang diambil dari
Lekopancing.

Sedangkan rencana penetapan zona pembangunan sistem saluran


pembuangan air limbah ditetapkan untuk (i) sistem on-site pada

Hal. 2 - 47
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

daerah dengan kepadatan penduduk kurang dari 100 orang/ha, (ii)


lubang pelumeran pada daerah dengan kedalaman air tanah lebih dari
4 m, (iii) septik tank dengan lubang pelumeran pada daerah dengan
kedalaman air tanah kurang dari 4 m, dan (iv) sistem off-site pada
daerah dengan kepadatan penduduk lebih dari 100 orang/ha.

Gambar 2. 15.. Sistem Off-Site Jangka Pendek

Hal. 2 - 48
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Gambar 2. 16. Sistem Off-Site Jangka Panjang

2.2.3. Konsep Struktur Ruang


1. Zonasi Tata Guna Lahan
Zonasi tata guna lahan dimulai dengan penentuan wilayah-wilayah
pemanfaatan terbatas dalam rencana tata guna lahan. Wilayah ini
mencakup (i) kawasan lindung dan terlarang, (ii) kawasan rawan resiko
atau bencana alam, dan (iii) kawasan reservasi untuk pemanfaatan
khusus.
Tabel 2. 4.
Pengelompokan Jenis Kawasan Lindung dalam Wilayah Metro Mamminasata
No. Jenis Kawasan Uraian Kawasan Peta
Lindung Lindung
1. Kawasan Hutan Mulai dari wilayah
Lindung konservasi hutan
hingga ke arah timur
sekitar 26.000 ha
(10,4%) (merujuk pada
Keppres No. 41/1999).

2. Perlindungan Untuk perlindungan


Pantai, Sungai tepi laut, garis pantai
dan sumber air (100 m dari garis
lain pasang tertinggi) dan
tebing sungai (100 m
pada sungai utama dan
50 m untuk sungai
kecil baik untuk tebing
kanan maupun kiri)
merupakan kawasan
terlarang (berdasarkan
Keppres No. 32/1990
dan Perda No.
47/1997).

Hal. 2 - 49
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

No. Jenis Kawasan Uraian Kawasan Peta


Lindung Lindung
3. Dataran Banjir Daerah rawan banjir
dan Lahan dan lahan basah di
Basah Mamminasata perlu
ditetapkan secara
jelas dan
pemanfaatannya perlu
dibahas dengan hati-
hati dari segi
pencegahan resiko
bencana dan
konservasi lingkungan.
Wilayah yang rentan
terhadap banjir
membentang seluas
lebih dari 15.500 ha
sepanjang Sungai Tallo
dan Maros,
4. Daerah Irigasi Lahan reservasi
Teknis yang ada meliputi lahan irigasi
saat ini & yang oleh Proyek Irigasi Bili-
diusulkan Bili (23.600 ha). Lahan
marginal dalam lahan
irigasi (hingga
maksimum 5%) dapat
dirubah fungsi untuk
keperluan permukiman
dan keperluan lainnya
atas ijin pihak yang
berwenang. Dengan
syarat perubahan yang
dilakukan, tidak
mengurangi manfaat
yang diperoleh dari
Proyek Bili-Bili.
Sumber : RTRW Mamminasata

Pada dasarnya sesuai rencana,


Mamminasata akan diklasifikasikan
menjadi (i) Zona Perencanaan Urban,
(ii) Zona Perencanaan Semi-Urban, (iii)
Zona Hutan Produksi, dan (iv) Zona
Konservasi. Tiga zona pertama
merupakan “Zona Budidaya” sedangkan
zona yang terakhir merupakan “Zona
Lindung”. Di Mamminasata, Kota

Hal. 2 - 50

Gambar 2. 17 Zona Tata Guna Lahan


Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Makassar dan daerah sekitarnya diklasifikasikan ke dalam zona


perencanaan urban sedangkan lahan hutan di bagian timur Mamminasata
termasuk dalam klasifikasi zona hutan produksi atau zona konservasi.
Zona yang berada di antaranya akan diklasifikasikan sebagai zona
perencanaan semi-urban.
Empat zona tata guna lahan ini lebih lanjut dikategorikan sebagai
berikut ini:

Tabel 2. 5.
Empat Zona Tata Guna Lahan dan 9 Kawasan Pemanfaatan Lahan

9 Kawasan di
UU No.24/1992 4 Zona di Mamminasata
Mamminasata
Zona Budidaya Zona Perencanaan Urban  Ka
wasan Promosi
[Kategori 1]
 Ka
wasan Promosi
[Kategori 2]
 Ka
wasan Kendali
Zona Perencanaan Semi-  Ka
Urban wasan Prioritas
Pertanian
 Ka
wasan Pertanian &
Permukiman
 Ka
wasan Kendali
Zona Hutan Produksi  Ka
wasan Reboisasi
Zona Lindung Zona Lindung  Ka
wasan Lindung
 Re
servasi Muka Perairan
Sumber : RTRW Mamminasata

Distribusi zona tata guna


lahan di Mamminasata
diusulkan sebagaimana yang
Hal. 2 - 51

Gambar 2. 18 Kawasan Tata Guna Lahan


Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

diilustrasikan berikut. Zona


lindung mencakup hampir
90.000 ha, termasuk
kawasan lindung sekitar
25.000 ha (UU No.
41/1999) dan kawasan
hutan yang ada seluas
65.000 ha. Lahan yang
sesuai untuk reboisasi,
sebagai hutan produksi
adalah sekitar 22.000 ha,
yang merupakan sekitar
90% dari tujuan yang
ditetapkan untuk Gambar 2.19 Konsep Tata Guna Lahan untuk Mamminasata
penambahan kawasan hijau
(sekitar 25.000 ha). Seperti terlihat pada peta zonasi, dataran banjir
pada muara Sungai Tallo ditandai sebagai “kawasan kendali” pada zona
perencanaan urban. Meskipun draft Rencana Tata Ruang Kota Makassar
menggambarkan reklamasi sebagian besar lahan ini untuk pergudangan
dan keperluan lainnya, namun reklamasi muara tidak dapat
direkomendasikan karena dampak-dampak negatif yang akan timbul di
lingkungan sekitarnya. Selain itu simulasi hidrologi mengindikasikan
kemungkinan terjadinya masalah drainase yang serius bagi pusat Kota
Makassar yang dapat timbul apabila dilakukan reklamasi.
Di lain pihak, konsep tata guna lahan Mamminasata diformulasikan
sejalan dengan kerangka yang ditetapkan untuk struktur ruang.
Pedoman tata guna lahan perlu disiapkan untuk mengatur kegiatan-
kegiatan pembangunan di masing-masing zona dan kawasan yang telah
ditentukan pada zonasi tata guna lahan. Garis besar yang dibuat secara
umum mengenai pedoman ini telah dipersiapkan.

Hal. 2 - 52
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Hal. 2 - 53
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Gambar 3.1 Peta Rencana Pola Ruang Tata Ruang Wilayah Mamminasata

2.3 KONDISI SISTEM TRANSPORTASI


Dalam suatu wilayah kategori perkotaan, sangat dirasakan kebutuhan
akan sistem transportasi yang efektif dalam arti murah, cepat, lancar, mudah
dan nyaman serta sesuai lingkungan untuk pergerakan manusia dan atau
barang. Karena pertimbangan pemekaran Wilayah Perkotaan Mamminasata
yang diperkirakan berlangsung sangat cepat, akan sulit dihindari kemungkinan
perlunya pertukaran moda transportasi dalam suatu perjalanan dengan jarak
dan jangkauan tertentu, baik untuk penumpang maupun barang dari tempat
asal menuju ke tempat tujuan.
Karena keterbatasan peran setiap prasarana transportasi dalam
menjangkau suatu wilayah secara menyeluruh dalam sistem integrasi wilayah,
maka sistem integrasi antar moda diharapkan dapat menanggulangi
keterbatasan tersebut. Hal yang penting dalam integrasi wilayah dan sistem
integrasi antarmoda meliputi bentuk dan kinerja jaringan transportasi (link
performanca), titik simpul atau node antara berbagai moda sebagai tempat
pergantian antarmoda satu dengan moda lainnya, sehingga kontinuitas
pergerakan wilayah perkotaan Mamminasata dapat berlangsung dengan
lancar, aman dan cepat.

2.4.RONA AWAL KAWASAN PERENCANAAN


Tinjauan terhadap rona kawasan perencanaan dimaksudkan untuk
memberikan gambaran terhadap kawasan perencanaan baik secara makro
maupun mikro untuk dijadikan dasar dan acuan dalam tahap analisis
penyusunan RDTR Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten
Gowa. Adapun tinjauan yang dimaksud adalah berupa karakteristik fisik
alamiah, sosial ekonomi dan kependudukan, lingkungan prasarana dan sarana
kota serta sistem transportasi.
2.4.1. Rona Kawasan Perencanaan

Hal. 2 - 54
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

1. Kondisi Alamiah Dasar Dan Sumber Daya Alam

Kondisi fisik alamiah dasar pada setiap wilayah perencanaan


memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam perencanaan tata ruang
penekanan terhadap kondisi fisik dasar perlu mendapat perhatian yang
besar di dalam mengarahkan pemanfaatan ruang wilayah perencanaan
berdasarkan daya dukung lahannya.

Beberapa aspek yang akan dibahas dalam sub ini sebagai bagian
dari penyusunan RDTR Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang
Kabupaten Gowa, antara lain : posisi geografis, kondisi iklim dan cuaca,
kondisi struktur tanah dan batuan, serta pemanfaatan lahan.

a. Iklim

Seperti halnya kondisi iklim di Kabupaten Maros secara umum,


wilayah perencanaan mengenal dua musim, yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Lama dan bulan jatuhnya awal setiap musim sangat
bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Desember sampai
Maret angin bertiup sangat banyak mengandung uap air yang berasal
dari Benua Asia dan Samudera Pasifik sehingga pada bulan-bulan
tersebut terjadi musim hujan.

Musim hujan selama periode lima tahun terakhir dimulai dari


Desember sampai dengan maret dengan hari hujan minimum rata-rata
13-26 hari perbulan. Musim kemarau terjadi pada Juli sampai dengan
Nopember dengan curah hujan rata-rata relatif rendah yaitu 87,32 mm
perbulan.

Kecepatan angin di wilayah perencanaan selama kurun waktu 5


tahun terakhir pada umumnya berjalan normal yaitu dengan kecepatan
rata-rata sekitar 3,275 Knot. Mengingat kedudukannya yang berada
garis khatulistiwa, maka arah angin dipengaruhi oleh angin barat/barat
laut yang dominan berlangsung pada bulan Desember sampai dengan
Maret atau pada saat musim penghujan. Angin Timur berlangsung
antara bulan Mei sampai dengan Oktober, yaitu pada saat musim
kemarau. Namun demikian dari data statistik yang ada, arah angin
yang dominan di wilayah perencanaan adalah angin Timur, hal ini
dipengaruhi oleh angin laut.

Hal. 2 - 55
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Sementara untuk suhu udara secara keseluruhan Kabupaten


Maros dan wilayah perencanaan khususnya, mempunyai iklim sub tropis
dengan tipe iklim C (menurut kriteria Scihmit dan Ferguson) dengan
suhu antara 29 – 31 derajat Celcius. Sementara tekanan udara rata-
rata 1009,6 milibar dengan kelembaban udara rata-rata 81,5 %.

b. Hidrologi

Keadaan Hidrologi di wilayah perencanaan (Kecamatan


Patallassang) umumnya dipengaruhi oleh sungai Maros dan beberapa
anak sungai lainnya yang dimanfaatkan sebagai sumber air bagi lahan
pertanian dalam bentuk irigasi. Kondisi hidrologi di wilayah
perencanaan adalah sebagai berikut ;
 Air tanah dangkal umumnya terdapat pada kedalaman 2-7 m.
 Air permukaan pada umumnya berupa sungai, sawah dan genangan-
genangan yang banyak terjadi pada waktu-waktu tertentu (musim
hujan).

c. Geomorfologi

Kondisi geomorfologi/bentang alam merupakan elemen penting


dalam penentuan kemampuan daya dukung lahan. Perubahan kondisi
geomorfologi selain dipengaruhi oleh gejala alam seperti gempa bumi,
banjir, longsor dan lainnya juga dipengaruhi oleh oleh pemanfaatan
sumber daya tanpa mengindahkan kaidah-kaidah konservasi yang telah
menyebabkan penurunan kualitas daya dukung lingkungan. Oleh karena
itu, tinjauan mitigasi bencana alam mencari pertimbangan yang utama
di dalam mengarahkan ruang fisik ruang Kawasan Perencanaan.

Faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan


geomorfologi di Kawasan Perencanaan adalah sering terjadinya banjir
pada musim hujan di sekitar daerah aliran Sungai Maros. Hal ini
mengisyaratkan diperlukannya keseimbangan antara pemanfaatan
sumber daya alam dengan memperhatikan kelestarian lingkungannya.

Kondisi topografi di wilayah perencanaan secara umum


mempunyai topografi yang datar, dengan tingkat kemiringan antara 0-
15%.

Hal. 2 - 56
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

2.5.KONDISI PENGGUNAAN LAHAN SEPANJANG KORIDOR


2.5.1 Penggunaan Lahan

Peta koridor jalan Bypass maros, dibuat dengan menggunakan metode buffer
pada alur jalan Bypass Maros yang panjangnya mencapai 7,94 km. Areal
koridor mempunyai lebar 100 m. Peta Bypass Maros diperlihatkan pada
gambar 2.20

Hal. 2 - 57
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Gambar 2.20. Peta Bypass Mamminasata di


Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Hal. 2 - 58
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Berdasarkan hasil analisis overlay antara peta Bypass Gowa dengan peta
tutupan lahan di Wilayah Mamminasata, diketahui bahwa areal persawahan
merupakan penggunaan lahan yang paling luas ditemukan dalam wilayah
koridor tersebut yakni 42,74% dari total luas areal koridor yang mencapai luas
2591,49 ha. Penggunaan lahan terkecil dalam areal koridor adalah tegalan,
sedangkan areal pemukiman mencapai 179.43 ha atau 6,92 dari areal koridor.
Sebaran penggunaan lahan dalam areal Bypass Gowa diperlihatkan pada tabel
berikut.
Tabel 2.6.
Luas Tutupan Vegetasi/Lahan Pada Bypass Mamminasata
Di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa
NO. Tipe Penggunaan Vegetasi/Lahan Luas (ha) Persentase (%)
1 Danau 24.24 0.94
2 Ladang/Tegal 861.77 33.25
3 Permukiman 179.43 6.92
4 Pertanian Lahan Kering Campuran 362.94 14.00
5 Sawah Irigasi 1107.61 42.74
6 Sawah Tadah Hujan 31.23 1.20
7 Sungai 24.27 0.94
Jumlah 2591.49 100.00
Sumber : Hasil Digitasi GIS, 2012

2.5.2 Kondisi Bangunan


1. Bangunan Permukiman
Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah
menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa
terutama di wilayah perkotaan termasuk pada Kawasan Bypass Maros.
Salah satu aspek yang sangat terasa adalah semakin sulitnya memenuhi
kebutuhan perumahan atau tempat tinggal bagi penduduk. Arus urbanisasi
yang tinggi diberengi dengan meningkatnya pembangunan di sektor
industri menyebabkan bertambahnya beban bagi lingkungan perkotaan.

Sebagai konsekwensi dari keadaan di atas maka banyak orang terpaksa


membangun di atas tanah yang tidak direncanakan semula. Keadaan ini
menjadikan kondisi permukiman tidak teratur, tidak memiliki prasarana
yang jelas serta serta syarat dan standar bangunan untuk tempat tinggal
tidak terpenuhi, seperti luas ventilasi dan pencahayaan alami yang
kurang, luas dan pemanfaatan halaman untuk penghijauan yang sangat
terbatas serta kurang maksimalnya peredaran udara di lokasi tersebut.
Gambaran kondisi permukiman yang dijelaskan di atas dapat kita temui di
Hal. 2 - 59
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

lokasi-lokasi yang berdekatan dengan jalan arteri di belakang bangunan-


bangunan pertokoan, di kawasan titik-titik simpul massa, seperti pasar
dan kampus-kampus perguruan tinggi yang banyak terdapat di sepanjang
kawasan perencanaan. Tapi di sisi lain, lingkungan permukiman memiliki
suasana ruang dan kehidupan warganya yang terlihat lebih akrab
dibanding dengan suasana bangunan yang ada di kompleks-kompleks
perumahan. Kondisi perumahan yang dibangun oleh developer sudah
tertata baik dengan desain/gaya arsitektur khas masing-masing. Kompleks
perumahan yang masih baru umumnya masih dapat dikatakan memenuhi
standar dan syarat bangunan sebagai tempat tinggal namun sebaliknya
kompleks perumahan yang sudah lama faktor kenyamanan, kesehatan,
sempadan bangunan dan ruang terbuka hijau dalam kavling masing-
masing sudah banyak yang terabaikan. Sebagai konsekwensi dari keadaan
ini semakin terbatasnya ruang untuk jaringan utilitas, sirkulasi udara yang
lambat, serta resapan air hujan yang terbatas menyebabkan tidak
seimbangnya volume air yang datang dengan dimensi saluran drainase
sehingga banjir temporer dan sesaat sering terjadi. Secara umum nilai
arsitektur bangunan-bangunan perumahan yang dekat dengan jalan-jalan
utama lebih bagus dibandingkan dengan kompleks perumahan yang jauh
dari obyek-obyek utama kota. Hal ini dapat dimaklumi karena nilai lahan
yang tinggi serta ketersediaan sarana dan prasana kota yang terbatas di
daerah pinggiran.

2. Bangunan Komersial
Berbagai macam bentuk bangunan komersial bisa ditemui di sepanjang
kawasan perencanaan. Kondisi bangunan di kawasan ini tidak memiliki ciri
yang khas dan kesamaan bentuk terutama pada pemilihan warna dan
penyelesaian detai fasade. Arsitekturnya pun tidak mencerminkan
bangunan tropis atau ciri khas lokal bangunan bugis-makassar.
Keberadaan pertokoan dengan pola linier di sepanjang jalan arteri primer
tidak hanya monoton dari segi arsitekturnya tetapi juga mengabaikan
unsur hijau kawasan, sehingga menimbulkan rasa jenuh dari segi visual
ketika melewati jalan tersebut. Secara umum penampilan bangunan-
bangunan komersial yang ada, cenderung menonjolkan bidang-bidang
masif sehingga kurang menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Harga dan
nilai lahan yang tinggi di jalan-jalan utama kota menyebabkan perluasan

Hal. 2 - 60
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

lantai secara vertikal sulit dihindari. Kondisi ini menyebabkan view


kearah jalan utama sangat terbatas serta pemenuhan sinar matahari
pagi/sore di area belakang bangunan-bangunan komersial ini sudah tidak
terpenuhi lagi. Hal ini diperparah dengan tidak jelas dan ketatnya
peraturan sempadan belakang bangunan yang mengembangkan dengan
cara vertikal.

3. Bangunan Perkantoran dan Pendidikan


Tipe bangunan perkantoran dan pendidikan di sepanjang koridor
perencanaan umumnya bangunan ber-massa, dengan bentuk arsitektur
yang bercirikan bangunan tropis dipadukan dengan bentuk-bentuk rumah
trdisional Bugis-Makassar. Penataan dengan pola bermassa tersebut
dengan sendirinya mencipatakan ruang-ruang hijau (open space) yang
memadai. Keberadaan kompleks-kompleks jasa perkantoran dan
pendidikan di antara bangunan-bangunan komersial di sepanjang koridor
perencanaan cukup mengurangi kejenuhan visual.

4. Bangunan Peribadatan
Beberapa tempat peribadatan di kawasan perencanaan yang memiliki
nilai arsitektur tidak terdapat bangunan yang menonjol. Hal ini
disebabkan beberapa bangunan yang berdiri di sekelilingnya sudah
tercampur baur dengan bangunan-bangunan permukiman. Sebagai sarana
umum yang bisa digunakan oleh segala jenis macam golongan ummatnya,
seharusnya rumah ibadah ini berfungsi ganda tidak hanya sebagai sarana
ibadah tetapi sekaligus sebagai titik referensi kawasan, tetapi hal ini
tidak dapat terpenuhi lagi.
Umumnya lahan yang digunakan untuk pembangunan rumah ibadah sangat
sempit dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan lain dan jalur utama kota,
sehingga untuk menciptakan rumah ibadah yang monumental dan
terkesan damai tidak terwujud.
2.5.3 Kepadatan Bangunan

Tingkat kepadatan bangunan dalam kawasan perencanaan KDB-nya sangat


bervariasi, pada Kawasan Perencanaan kondisi kepadatan bangunan relatif
sedang, semantara di sepanjang koridor jalan lainnya masih rendah.

Kepadatan bangunan pada kawasan perencanaan digambarkan dari arahan


Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Dalam hal ini ditentukan rumusan maksimum

Hal. 2 - 61
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

perbandingan luas lahan yang tertutup bangunan dalam suatu luas wilayah
tertentu, dibandingkan dengan luas wilayah tersebut. Batasan luas lahan yang
diperkenankan tertutup oleh bangunan untuk mengurangi besarnya aliran air
permukaan. Penentuan KDB memperhatikan faktor kondisi fisik wilayah
perencanaan, daya dukung lahan, rencana peruntukan, dan rencana distribusi
penduduk. Mengingat kepadatan bangunan saat ini masih rendah dan secara
umum akan diarahkan berkepadatan rendah sampai sedang, maka rencana
KDB relatif menggunakan penggolongan yang lebih rendah, yaitu:
 KDB Tinggi : 50 – 75% atau 0,50 - 0,75
 KDB Sedang : 20 – 50% atau 0,20 – 0,50
 KDB Rendah : 5 – 20% atau 0,05 – 0,20
 KDB Sangat Rendah : Maksimal 5% atau
0,05
2.5.4 GSB Bangunan

Garis muka bangunan yang sudah ada di kawasan perencanaan juga cukup
bervariasi, garis muka bangunan khususnya bangunan-bangunan yang baru
sudah menyesuaikan dengan kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah
setempat, tetpai masih banyak juga garis muka bangunannya umumnya
menggunakan daerah milik jalan (Damija) khususnya di sepanjang jalan arteri
primer.
2.5.5 Ketinggian Bangunan

Bangunan-bangunan di kawasan perencanaan masih dalam klasifikasi


bangunan dengan ketinggian rendah dan sangat rendah. Bangunan dengan
klasifikasi sangat rendah umumnya berada tidak disekitar jalan arteri primer.
Perluasan lantai secara umum masih horizontal. Hal ini memungkinkan
mengingat harga tanah di kawasan ini masih relatif murah sehingga perluasan
lantai secara vertikal masih sangat terbatas. Lain halnya dengan apa yang
terjadi di sepanjang jalan arteri primer, harga tanah yang tinggi
menyebabkan melakukan ekspansi vertikal dengan membangun bangunan
tinggi untuk memenuhi kebutuhan ruang yang dibutuhkan.

2.6.KONDISI UTILITAS DAN SANITASI


2.6.1 Air Bersih
1. Cakupan Layanan

Hal. 2 - 62
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Air minum/air bersih merupakan kebutuhan pokok masyarakat, khususnya


masyarakat perkotaan yang jumlah debit air bersihnya sangat terbatas.
Jaringan air bersih untuk memenuhi kebutuhan penduduk di wilayah
perencanaan belum seluruhnya terjangkau oleh jaringan PDAM. Wilayah yang
sudah terjangkau oleh jaringan hanya terbatas pada kawasan-kawasan
perkotaan seperti halnya dengan ketersediaan jaringan telepon. Dimana pada
tahun 2008 luas daerah pelayanan PDAM seluas 188,2 Km2 dengan rasio
cakupan 11,6 %.
Distribusi pelayanan air PDAM di kabupaten Maros telah mencakup 8 dari 14
kecamatan yang ada. Sebagian kecamatan di wilayah pesisir belum dapat
dilayani pasokan air bersih PDAM karena kekurangan pasokan. Jangkauan
pelayanan PDAM di Guna memenuhi kebutuhan air di wilayah-wilayah di
luar jangkauan pelayanan PDAM setempat, masyarakat menggunakan air
tanah sebagai sumber utama, dan sumber air lainnya, seperti air sungai, air
hujan.
Tabel 2.7.
Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum
Kabupaten Air olahan Sumur/Mata Air Lainnya*

Maros 17,1% 70,6% 12,3%

Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2001


*: Lainnya; air sungai, air hujan, dll.

2. Sumber Air Baku


Sumber air baku untuk pemenuhan air bersih di Kawasan Perencanan
berasal dari air permukaan (sungai) dan air tanah.
3. Jaringan Transmisi-Distribusi Air
Penyaluran air hasil pengolah dari masing-masing IPA dilakukan melalui
saluran interkoneksi jaringan pipa yang sebelumnya ditransmisikan ke
beberapa reservoir. Konsep penyaluran air umumnya didasarkan pada
lokasi WTP dan kemampuan pasokan dan jangkauan penyaluran ke wilayah
layanan.
2.6.2 Persampahan
1. Sumber dan Karakteristik Sampah
Sampah adalah residu dari aktivitas masyarakat yang dapat berupa sampah
padat, cair dan gas yang berasal dari kegiatan rumah tangga,
perdagangan, industri dan kegiatan perkotaan lainnya. Pada umumnya
penghasil sampah tersbesar di Kawasan Perencanaan adalah rumah tangga
Hal. 2 - 63
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

dan aktivitas komersial. Selebihnya berasal, dari kegiatan industri,


perkantoran dan kegiatan lainnya. Kondisi tersebut umumnya hampir sama
dengan sebagian besar wilayah perkotaan di Indonesia.
Tabel 2.8.
Volume sampah Harian menurut
Sumber Timbulan Sampah [m3/hari]
Kab. Kota
Gowa
Sumber
Rumah Tangga 385
Komersial 64
Industri & Perkantoran 14
Lainnya (Jalan, dsb) 14
Total 477
Persentasi (%) 15%
Sumber: Tim Survey, 2010

Karakteristik sampah yang dihasilkan erat kaitannya dengan kegiatan atau


jenis aktivitas penghasil sampah. Sampah yang berasal dari rumah tangga
dan komersial (Pasar) umumnya berupa sampah organik, sedangkan yang
berasal dari aktivitas perkantoran umumnya berupa sampah plastik dan
kertas.
2. Profil Sistem pengelolaan Persampahan

Sistem pengelolaan persampahan di Kawasan Perencanaan mencakup


kondisi komponen-komponen dalam sistem, antara lain : kelembagaan
pengelola, sarana dan prasarana, dan layanan pengumpulan dan
pengangkutan sampah.
a. Kelembagaan Pengelola Sampah
Pengelolaan bidang persampahan kabupaten di Kawasan Perencanaan
berada dalam tanggung jawab Dinas/Instansi yang mengelola bidang
kebersihan di wilayah kabupaten. Pada umumnya pengelola kebersihan
ditangani oleh dinas yang mengurus masalah Kebersihan dan
lingkungan hidup dengan nomenklatur kelembagaan yang berbeda.
Pengelolaan kebersihan di Kabupaten Gowa, dilakukan oleh Dinas
Kebersihan dan Lingkungan Hidup.
b. Sarana dan prasarana
Sarana untuk pengumpulan dan pengangkutan sampah dari sumber ke
tempat pengolahan akhir sampah (TPA) di Kawasan Perencanaan dapat
dilihat pada tabel 2.13. penggunaan sarana angkutan sampah dari

Hal. 2 - 64
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

sumber ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS) disesuaikan dengan


kondisi lingkungan. Untuk lingkungan perumahan yang lebar jalannya
sempit menggunakan alat angkut gerobak dan motor becak, sementara
untuk lingkungan perumahan atau lokasi sumber-sumber penghasil
sampah lainnya yang lebar jalannya dapat dilalui oleh kendaraan
angkutan roda empat menggunakan kendaraan roda empat sebagai alat
angkut.
Tabel 2.9.
Sarana pengangkutan Sampah

Alat Mengangkut Gowa

Gerobak (1m3) 10
Truk pengangkut (6m3) 4
Truk Arm roll (6m )
3
3
Truk Arm roll (10m3) 0
Kompaktor (6m )3
0
Motor becak 0
Kendaraan lainnya 1
Sumber: Dinas Kebersihan Kabupaten Gowa, 2010

Prasarana untuk pembuangan dan pengolahan sampah, terdiri dari


Tempat pembuangan sementara (TPS) dan Tempat pembuangan Akhir
Sampah (TPA). TPS dapat berupa container sampah, lahan terbuka yang
diperuntukkan untuk membuang sampah sementara, tempat sampah
permanen, dan lainnya yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan
sampah sementara sebelum diangkut ke TPA.
Tabel 1.10
Prasarana Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sampah
TPS Gowa
Jumlah lokasi TPS dengan kontainer 10
(jumlah kontainer)
Jumlah lokasi TPS terbuka 4
Jumlah tempat sampah permanen -
Tempat sampah plastik -
Lainnya 100
Sumber: Dinas Kebersihan di setiap Kabupaten Gowa, 2011

c. Layanan pengumpulan dan pengangkutan Sampah


Seperti di kota-kota lainnya, operasional pelayanan kebersihan
dilakukan mulai dari sumber ke TPS sampai dengan pembuangan dan
pengolahan pada Tempat Pembuangan akhir sampah. Proses

Hal. 2 - 65
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

pengumpulan sampah ke TPS, selain dilakukan oleh masyarakat


sendiri, beberapa tempat diangkut oleh tenaga pengumpul sampah
dengan menggunakan gerobak atau motor becak, selanjutnya dari TPS
ke TPA menggunakan truk pengangkut sampah (dump truck dan/atau
Arm Roll).
2.6.3 Telepon
1. Kondisi Jaringan Telekomunikasi Koridor Bypass Mamminasata
Kawasan Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten
Gowa saat ini dilayani oleh Telkom dan Operator Lainnya. PT. Telkom
yang merupakan operator jaringan telepon rumah/tetap di Sul-Sel
memiliki struktur hierarkis yang terdiri dari 4 jenis operator berbeda,
yaitu, satu operator induk (trunk exchange), satu operator tandem
(tandem exchange), dua opeator lokal (local exchange), dan 16 unit
konsentrator jarak jauh (remote concentrator unit). Sistim saat melayani
juga wilayah Bypass Maros. Untuk jaringan telepon wireless rumah dan
telepon seluler yang menggunakan teknologi CDMA, jumlah Base
Transceiver Station (BTS) Maros.
Tabel 2.11
Jumlah Pelanggan Telepon Rumah Konvensional Menurut Area dan Kategori
Rumah Telepon
Bisnis Sosial Lain-lain Total
Tangga Umum
Gowa 326 5,738 17 190 24 6.295
Total 326 5,738 17 190 24 6.295
Sumber: PT. TELKOM

Tabel.2.12.
Kapasitas Operator Telepon
Tlp
Lokasi Jenis Tlp Umum Fiber Optik Total
Rumah
Konsentrator
Gowa 3.464 144 2.994 6.602
Jarak Jauh
Total - 3.464 144 2.994 6.602
Sumber: PT. TELKOM

2. Jumlah Pelanggan menurut Kategori Konsumen

Jumlah pelanggan telepon rumah konvensional di Kawasan Perencanaan


telah meningkat. Pada kawasan bisnis 326 pelanggan. RT 5.738
pelanggaan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Hal. 2 - 66
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Tabel 2.13.
Jumlah Pelanggan Telepon Rumah Konvensional Menurut Area dan Kategori
Rumah Telepon
Bisnis Sosial Lain-lain Total
Tangga Umum
Gowa 326 5,738 17 190 24 6.295
Total 326 5,738 17 190 24 6.295
Sumber: PT. TELKOM

2.6.4 Listrik
Data yang disurvai untuk kawasan Bypass Gowa yang merupakan bagian dari
Mamminasata, meliputi data kelistrikan dan data non kelistrikan. Survei data
kelistrikan daerah Bypass Gowa adalah dilayani oleh daerah kerja PT. PLN
Cabang Makassar yang mencakup rayon dan ranting.

Wilayah Bypass Gowa dimana Pasokan listrik saat ini secara parsial dilayani
oleh beberapa Gardu Induk (GI), yaitu GI Gowa. Dimana GI tersebut melayani
beberapa feefer dan transformator distribusi.

Data transformator distribusi yang ada di feeder maupun dipercabangan tiga


fasa maupun satu fasa dari cabang terkait. Transformator distribusi 20 kV
yang ada atau terpasang berkapasitas antara 15 kVA sampai dengan 50 kVA.
Transformator satu fasa yang terpasang mempunyai kapasitas 15, 25, dan 50
kVA. Selain itu juga dapat dilihat rating tegangan transformator sisi tegangan
tinggi dan sisi tegangan rendah (misal untuk transformator 1 fasa : 20 kV /
220 V).

1. Beberapa Kriteria–kriteria Dipakai Dalam Perencanaan Sistem


Distribusi Tenaga Listrik Bypass Gowa.

Untuk Perencanan pasokan listrik wilayah trans-sulawesi dan sekitarnya,


tetap mengacu pada standar IEEE dan SPLN
a. Kriteria Drop Tegangan
 Desain Panjang JTM yang dikaitkan dengan besaran drop
tegangan dan susut teknis jaringan. Desain sistem distribusi (Chas
T. Main) drop tegangan di Ujung Jaringan adalah 5,45% yang
setara dengan susut 3,77%.
 Desain Transfomator Distribusi yang mempunyai drop
tegangan maksimal 1,36%.

Hal. 2 - 67
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

 Desain Jaringan Tegangan Rendah adalah drop tegangan


yang diijinkan sebesar 2,96 % di ujung jaringan.
 Desain Sambungan Rumah (SR) adalah drop tegangan
yang dijinkan di titik kWh meter pelanggan adalah sebesar 7,72%.
Dan standard panjang tarikan SR adalah 5 deret serial dengan
masing – masing tarikan maksimal 30 meter.
 Desain untuk instalasi bangunan adalah drop tegangan
yang dijinkan dititik pemakaian adalah 10% diukur dari titik
pelayanan (kWh meter pelanggan).
b. Kriteria Susut Energi
 Secara teknis susut energi listrik dapat dijadikan acuan
dalam pengembangan jaringan Distribusi Listrik, seperti desain
drop tegangan 5,45% pada Jaringan Tegangan Menengah adalah
setara dengan desain susut 3,77%.
 Untuk Pengembangan Sistem Distribusi Tenaga Listrik ,
maka desain susut jaringan sangatlah berperan dalam menentukan
unjuk kerja jaringan Distribusi listrik.
c. Kriteria Power Factor
 Power factor yang sering dipergunakan dalam mendesain sistem
adalah 0,85 dan 0,90.
 Kriteria Power Factor akan berkaitan dengan program investasi
untuk perbaikan kinerja sistem seperti pemasangan kapasitor atau
AVR di jaringan.
 Master Plan Sistem Distribusi Tenaga Listrik ini didesain dengan
Power Factor 0,85 dan Power Factor 0,90.
d. Kriteria Keandalan
 Untuk memprediksikan tingkat keandalan suatu sistem
Distribusi, maka kriteria keandalan dapat dijadikan salah satu
referensi.
 Untuk itu perlu juga setting prediksi untuk angka-angka
keandalan antara lain sebagai berikut :
1. SAIFI = System Average Interruption Frequency Index.
2. SAIDI = System Average Interruption Duration Index.
3. CAIFI = Customer Average Interruption Frequency Index.
4. CAIDI = Customer Average Interruption Duration Index.

Hal. 2 - 68
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

5. RUS = Rural Utility Services

2.7.KONDISI DEMOGRAFI.
2.7.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Hasil pendataan yang dilakukan menunjukkan rata-rata jumlah penduduk


Kecamatan Papattallassang selama tahun terakhir dirinci berdasarkan kelurahan
memperlihatkan pertumbuhan sebesar 4,05%. Demikian pula halnya dengan pola
penyebaran penduduk terjadi secara tidak merata. Pertumbuhan penduduk dirinci
menurut kelurahan di Kecamatan Pattallassang pada Tabel berikut :

Tabel 2.14
Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut
Desa/kelurahan di Kecamatan Pattallassang
Pertumbuhan
Jumlah Penduduk
No kelurahan Penduduk
2009 2010
1 Pattallassang 5.388 5.616 4,23
2 Palantikang 4.055 4226 4,22
3 Pappa 2.536 2.643 4,22
4 Maradekaya 2.346 2.445 4,22
5 Kalabbirang 5.271 5.494 4,23
6 Sombalabella 5.878 6126 4,24
7 Bajeng 5.907 6.156 4,22
8 Sabintang 1.796 1.873 4,23
Jumlah 33.177 34.578 4,05
Sumber : Kecamatan Pattallassang Dalam Angka, 2011

2.7.2 Kepadatan dan Distribusi Penduduk


Jumlah penduduk wilayah makro perencanaan Tahun 2011 sebanyak 34.578
jiwa. Konsentrasi penduduk tertinggi terdapat di Kelurahan Bajeng yaitu
sebanyak 6.156 jiwa dari total jumlah penduduk di wilayah perencanaan dan
yang terendah adalah di Kelurahan Sabintang yang hanya mencapai 1.872
jiwa.
Ditinjau dari Rasio jenis kelamin, maka Kelurahan dengan rasio jenis kemamin
tertinggi pada keluraha Bajeng mencapai 96,43 . Sementara untuk tingkat
kepadatan tertinggi terjadi di Kelurahan Pappa adalah merupakan kelurahan
dengan tingkat kepadatan tertinggi yaitu mencapai 2.639 jiwa/Km2. Proporsi
tingkat kepadatan penduduk yang tidak merata ini secara lebih nyata dapat
dilihat pada tabel berikut.

Hal. 2 - 69
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Tabel 2.15
Penyebaran Penduduk di Wilayah Perencanaan
Rasio
Rumah Rata-
No kelurahan Luas Penduduk Kepadatan Jenis
Tangga rata ART
(km2) Kelami
1 Pattallassang 2,36 5.616 1.236 2.380 4,54 90,83
2 Palantikang 2,99 4.226 990 1.413 4,27 86,50
3 Pappa 4,35 2.643 641 2.639 4,12 94,62
4 Maradekaya 2,97 2.445 613 823 3,99 84,81
5 Kalabbirang 3,52 5.494 1.263 1.561 4,35 89,45
6 Sombalabella 2,87 6.126 1.417 2.135 4,32 90,37
7 Bajeng 4,51 6.156 462 1.365 4,21 96,43
8 Sabintang 1,74 1.872 426 1.076 4,39 88,90
Jumlah 25,31 34.578 8.048 1.366 4,30 90,69
Sumber : Kecamatan Pattallassang Dalam Angka 2011

2.7.3 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin


Berdasarkan struktur umur penduduk di wilayah perencanaan, menunjukkan
bahwa jumlah penduduk pada kelompok umur 10-14 tahun di Kecamatan
pattallassang masih lebih dominan dibandingkan dengan kelompok umur
lainnya yaitu 3.711 jiwa, dan untuk struktur umur yang paling minoritas yaitu
pada kelompok umur 60-64 tahun dengan jumlah 958 jiwa. Sementara Untuk
jelasnya, struktur penduduk di wilayah perencanaan diperlihatkan pada tabel
berikut :

Tabel 2.16
Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Pattallassang
No Kelompok Umur Jumlah Penduduk
1. 0-4 3.431
2. 5-9 3.700
3. 10 - 14 3.711
4. 15 - 19 3.445
5. 20 - 24 2.995
6. 25 - 29 3.091
7. 30 - 34 2.731
8. 35 - 39 2.640
9. 40 - 44 2.120
10. 45 - 49 1.624
11. 50 - 54 1.284
12. 55 - 59 976
13. 60 - 64 958
14. + 65 1.872
Jumlah 34.578
Hal. 2 - 70
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Sumber : Kecamatan Pattallassang Dalam Angka 2011

2.7.4 Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan


Struktur penduduk menurut lapangan pekerjaan dimaksudkan untuk melihat
struktur lapangan kerja sebagai mata pencaharian utama masyarakat di Kecamatan
Pattallassang. Adapun lapangan kerja masyarakat di Kecamatan Pattallassang
meliputi; Pertanian, Pertambangan, Industri/Kerajina, Konstruksi, Perdagangan.

Ada pun tigkat mata pencaharian yg paling dominan pada masysrakat


Pattallassang adalah dalam bidang pertanian denagn jumlah 3.097 jiwa dan yg paling
minoritas masyarakat bekerja pada bidang Pertambangan yaitu 6 jiwa. Untuk lebih
jelasnya dapat d lihat pada tabel berikut

Tabel 2.17
Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Pattallassang
Industri/
No Kelurahan Pertanian Pertambangan Konstruksi Perdagangan
Kerajinan
1 Pattallassang 190 - 76 46 520
2 Palantikang 381 - 346 59 106
3 Pappa 327 6 118 30 123
4 Maradekaya 386 - 28 30 99
5 Kalabbirang 258 - 106 98 238
6 Sombalabella 653 - 42 63 212
7 Bajeng 720 - 38 18 153
8 Sabintang 182 - 28 18 72
Jumlah 3.097 6 782 362 1.523
Sumber : Kecamatan Pattallassang Dalam Angka 2011

f. Komposisi Penduduk Menurut Agama


Sikap dan prilaku manusia dalam melaksanakan kehidupannya pada dasarnya
dilandasi dengan keyakinan dan agama yang dianut serta menjadi pedoman yang
sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Data tahun 2011
tercatat jumlah penduduk yang menganut agama islam di Kecamatan Pattallassang
sebanyak 34.525 jiwa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.18
Penduduk Menurut Agama dan Desa/Kelurahan
Di Kecamatan Pattallassang
Kristen/
No Kelurahan Isam Hindu Budha
katolik
1 Pattallassang 5.582 23 6 5
2 Palantikang 4.220 6 - -
3 Pappa 2.643 - - -
4 Maradekaya 2.441 4 - -
5 Kalabbirang 5.485 9 - -
6 Sombalabella 6.126 - - -
7 Bajeng 6.156 - - -
Hal. 2 - 71
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

8 Sabintang 1.872 - - -
jumlah 34.525 42 6 5
Sumber : Kecamatan Pattallassang Dalam Angka 2011
Ditinjau dari struktur sosial budaya masyarakat, maka adat istiadat Bugis
Makassar tetap tumbuh dan berkembang mengingat masyarakatnya secara umum
adalah merupakan suku/etnis Bugis-Makassar. Sedangkan ditinjau dari struktur
penduduk menurut agama yang dianut masyarakat adalah mayoritas beragama
Islam.

2.8.KONDISI DAN PERKEMBANGAN FASILITAS


2.8.1 Fasilitas Perumahan
Fasilitas perumahan (permukiman) merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia, yang perkembangannya berdasarkan pertumbuhan jumlah penduduk.
Kebutuhan akan perumahan dalam suatu wilayah atau kawasan dipengaruhi
oleh pertumbuhan penduduknya. Hal ini mengindikasikan kebutuhan akan
lahan untuk penyediaan perumahan akan terus bertambah, dan jika hal ini
tidak ditata maka akan dapat berdampak pada efisiensi lahan yang tidak
seimbang. Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh
masyarakat/perorangan, masih bersifat alami.

Pemenuhan kebutuhan perumahan di Kawasan Perencanaan selain diadakan


oleh masyarakat secara individu (keluarga), maupun melalui pihak Perum
Perumnas, pengadaannya juga dilakukan oleh pengembang (developer)
swasta.

Data jumlah rumah di Kawasan Perencanaan dapat dibedakan berdasarkan


kondisi bangunan antara lain; bangunan permanen, semi permanen dan
bangunan temporer. Umumnya bangunan rumah penduduk di Kawasan
Perencanaan termasuk dan klasifikasi jenis bangunan permanen dan semi
permanen, sedangkan yang kategori temporer hanya terdapat beberapa unit.

2.8.2 Fasilitas Perekonomian


Sektor perekonomian di kawasan ini telah berkembang dengan pesat, baik
dilihat secara lokal pada sitiap kabupataan dan kota, maupun secara regional
Mamminasata. Perkembangan ini didukung oleh sarana dan prasarana
perdagangan yang memadai yang kesemuanya ini memberi peluang yang besar
bagi peningkatan kemampuan para pengusaha baik di bidang ekspor maupun
impor.
 Sub Sektor Perdagangan dan Jasa
Hal. 2 - 72
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Sub sektor perdagangan dan jasa mempunyai peranan penting dalam


meningkatkan taraf hidup masyarakat Kecamatan pattallassang.
Keberadaan sektor perdagangan dan jasa memegang peranan penting
dalam perputaran ekonomi di dalam suatu wilayah, oleh karena itu
peningkatan kegiatan ekonomi perlu ditingkatkan. Keberadaan fasilitas
perdagangan dan jasa di Kecamatan pattallassang saat ini meliputi; mini
market, Toko/kpos, restoran/rumah makan, kantor pos, kantor telepon.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
Tabel 2.19
Banyaknya Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kecamatan Pattallassang
Warung Kantor Kantor
No Kelurahan Minimarket Toko/kios
Makan Pos Telepon
1 Pattallassang - 130 80 1 -
2 Palantikang - 42 8 - -
3 Pappa - 40 10 - -
4 Maradekaya - 29 3 - -
5 Kalabbirang 3 98 29 - 1
6 Sombalabella - 75 12 - -
7 Bajeng - 67 14 - -
8 Sabintang - 34 - - -
jumlah 3 519 156 1 1
Sumber : Kecamatan Pattallassang Dalam Angka 2011

Tabel diatas, menjelaskan bahwa keberadaan sub sektor perdagangan


yang dominan adalah ketersediaan Warung Makan, jumlah fasilitas
terbesar diantara beberapa jenis fasilitas yang ada, yaitu; 156 unit. Hal
ini menandakan bahwa kegiatan sebahagian masyarakat Kecamatan
pattallassang dalam arti luas lebih berorientasi ekonomi yakni membuka
usaha Warung Makan.
 Sub Sektor Industri
Kegiatan industri yang ada di Kecamatan Pattallassang merupakan
kategori industri sedang, kecil dan industri rumah tangga. Kegiatan pada
sub sektor industri tidak terpusat pada kawasan melainkan menyebar di
perumahan penduduk.

Hal. 2 - 73
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Tabel 2.20
Banyaknya Fasilitas Industri di Kecamatan Pattallassang
No Kelurahan RT kecil Sedang
1 Pattallassang 132 10 -
2 Palantikang 318 5 -
3 Pappa 98 13 -
4 Maradekaya 48 3 -
5 Kalabbirang 87 4 1
6 Sombalabella 116 5 2
7 Bajeng 78 6 -
8 Sabintang 23 3 -
Jumlah 900 49 3
Sumber : Kecamatan Pattallassang Dalam Angka 2011

Tabel diatas, menjelaskan bahwa keberadaan sub sektor indutri yang


dominan adalah ketersediaan industri Rumah Tangga (RT), jumlah
fasilitas terbesar diantara beberapa jenis fasilitas yang ada, yaitu; 900
unit. Hal ini menandakan bahwa kegiatan industri sebahagian
masyarakat Kecamatan pattallassang dalam arti luas lebih berorientasi
pada industri Rumah Tangga (RT).

2.8.3 Kelembagaan
Kelembagaan masyarakat yang terdapat di Kecamatan Pattallassang terdiri
dari; LKMD/LPM, Pemuda dan P2A. Kelembagaan masyarakat pada dasarnya
merupakan lembaga yang terbentuk dalam masyarakat untuk terlaksananya berbagai
kegiatan kemasyarakatan dan membantu pemerintah dalam pelaksanaan
pembangunan. Jumlah kelembagaan masyarakat yang terdapat di Kecamatan
pattallassang untuk lembaga LPM sebanyak 8 lembaga, lembaga yang bergerak dalam
bidang kepemudaan sebanyak 8 lembaga dan lembaga P2A sebanyak 8 lembaga.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Hal. 2 - 74
Laporan Akhir RDTR Koridor Bypass Mamminasata di Kecamatan Patallassang Kabupaten Gowa

Tabel 2.21
Jumlah Kelembagaan Tiap Kelurahan di Kecamatan Pattallassang
Dirinci Menurut Kelurahan
No Kelurahan LKMD/LPM Pemuda P2A
1 Pattallassang 1 1 1
2 Palantikang 1 1 1
3 Pappa 1 1 1
4 Maradekaya 1 1 1
5 Kalabbirang 1 1 1
6 Sombalabella 1 1 1
7 Bajeng 1 1 1
8 Sabintang 1 1 1
Jumlah 8 8 8
Sumber : Kecamatan Pattallassang Dalam Angka 2011

Hal. 2 - 75

Anda mungkin juga menyukai