Pengembangan sistem jaringan transportasi darat dimaksudkan untuk meningkatkan aksesibilitas antar Kecamatan dan antar Kabupaten Kolaka Utara dan kabupaten lain, ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara dan Provinsi lainnya. Sistem jaringan jalan di Kabupaten Kolaka Utara terdiri dari jaringan jalan arteri, kolektor dan lokal yang mana sistem jaringan jalan tersebut harus saling terkoneksi dengan kawasan primer dan sekunder. Kawasan – kawasan yang harus terkoneksi dengan sistem jaringan jalan yang ada tersebut antara lain Terminal, Pelabuhan, dan pusat – pusat kegiatan lainnya. Penerapan sistem jaringan jalan dan pusat kegiatan akan memberikan kemudahan moblitas orang dan barang serta memudahkan dalam pergantian moda dan dapat menunjang kegiatan perekonomian di Kabupaten Kolaka Utara. Sistem jaringan jalan di Kabupaten Kolaka Utara menghubungkan antara kawasan primer dan kawasan sekunder untuk kondisi sekarang dan masa mendatang. Dari pola perjalanan antar wilayah dan rencana jaringan jalan serta rencana pengembangan kota, maka sistem jaringan jalan arteri menghubungkan antara kawasan primer dengan kawasan primer yang lainnya sesuai arah Utara – Selatan dan Barat – Timur. Sistem jaringan jalan di Kabupaten Kolaka Utara terdiri dari: Sistem Jaringan Jalan Arteri Sistem jaringan jalan arteri adalah jaringan jalan yang menghubungkan antara kawsan primer dengan kawsan primer. Kawasan primer meliputi: - Terminal angkutan umum. - Pelabuhan penumpang, barang, ferry, perikanan. Sistem Jaringan Jalan Kolektor dan Lokal Sistem jaringan jalan kolektor adalah jaringan jalan yang menghubungkan antara kawsan sekunder dengan kawasan sekunder yang lainnya. Kawasan sekunder meliputi: - Perkantoran seperti kantor Bupati. - Pertokoan disekitar kawasan (CBD). - Pasar. - Perumahan dan sekolah. Sistem transportasi darat ini utamanya mendukung kegiatan pemasaran hasil perkebunan dan kegiatan pemerintahan yang ada. Juga dimaksudkan untuk mendukung kawasan – kawasan yang potensial untuk dikembangkan, tetapi mempunyai keterbatasan dalam penyediaan prasarana transportasi darat. Sistem jaringan transportasi darat terdiri atas: 1) Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi: jaringan jalan, jaringan prasarana lalu lintas dan jaringan pelayanan lalu lintas; dan 2) Jaringan sungai, danau dan penyeberangan. 6.2.1 Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Lingkup perencanaan dari sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan adalah: jaringan jalan, jaringan prasarana lalu lintas, dan jaringan pelayanan lalu lintas. (1) Jaringan Jalan Sistem jaringan jalan sebagai satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat – pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hierarkis di Kabupaten Kolaka Utara, antara lain: (a) Sistem jaringan jalan primer, merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat – pusat kegiatan. Sistem jaringan jalan primer di Kabupaten Kolaka Utara merupakan bagian dari sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan Kota Kendari (ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara) dengan Kota Palu (ibukota Provinsi Sulawesi Tengah) dan Kota Makassar (ibukota Provinsi Sulawesi Selatan), serta dengan kota – kota lainny di Pulau Sulawesi. Jalur ini merupakan jalur ekonomi bagi Kabupaten Kolaka Utara, karena merupakan jalur pemasaran hasil perkebunan dan kegiatan perdagangan. (b) Sistem jaringan jalan sekunder yang merupakan sistem jaringan jalan dengan perananan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Mengingat ibukota Kabupaten Kolaka Utara dan seluruh ibukota Kecamatan yang ada dilalui oleh sistem jaringan jalan primer, maka sistem jaringan jalan sekunder merupakan jaringan jaringan jalan lain yang berada di luar sistem jaringan jalan primer, tetapi dapat menghubungkan pusat – pusat kegiatan (simpul jasa distribusi) di wilayah perkotaan Lasusua. (c) Sistem jaringan jalan tersier, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan antara Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang ada, dan antara PPK dengan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang ada di masing – masing Kecamatan. Dilihat dari statusnya maka jaringan jalan di Kolaka Utara terdiri atas Jalan nasional yaitu merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer, yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. Jalan nasional di Kabupaten Kolaka Utara, yaitu jaringan Jalan Arteri Primer sepanjang 186,76 Km yang meliputi ruas jalan Bts Sulawesi Selatan – Tolala – Lelewawo; Lelewawo – Batu Putih – Lapai; dan Lapai – Lasusua – Bts Kabupaten Kolaka Utara/ Kabupaten Kolaka. Tabel 42. Ruas Jalan Arteri Primer / Jalan Nasional Di Kabupaten Kolut
No. Nama Ruas Jalan Arteri Primer Panjang (Km)
1. Bts Sulsel – Tolala – Lelewawo 40,071 2. Lelewawo – Batu Putih – Lapai 50,969 3. Lapai – Lasusua 41,180 4. Lasusua – Bts Kabupaten Kolaka Utara / Kabupaten 54,524 Kolaka Total 186.76 Sumber: RTRW Kabupaten Kolaka Utara dan Hasil Analisis Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi. Jalan provinsi di Kabupaten Kolaka Utara, yang meliputi Jaringan Jalan Kolektor Primer K3 sepanjang 50,80 Km meliputi ruas jalan Batu Putih – Porehu – Tolala; dan Jaringan Jalan Strategis Provinsi K4 sepanjang 23,21 Km meliputi ruas jalan Bts. Kabupaten Konawe/Kabupaten Kolaka Utara – Porehu. Tabel 43. Ruas Jalan Kolektor Primer K3 (Jalan Provinsi) dan K4 (Penghubung Ibukota Provinsi dan Ibukota Kabupaten/Kota) Di Kabupaten Kolaka Utara
Nama Ruas Jalan Kolektor Primer (K3) Panjang (Km)
Batu Putih – Porehu – Tolala 50,80 Bts Kabupaten Konawe/Kolaka Utara – Porehu 23,21 Sumber: RTRW Kabupaten Kolaka Utara dan Hasil Analisis Untuk jalan provinsi yang merupakan jalan kolektor tersebut, arahan pengembangannya adalah Peningkatan jalan yang sudah ada, berupa jalan lingkar (status jalan provinsi) yang berada di wilayah Kecamatan Batu Putih yaitu ruas: Mosiku – Porehu – Larui – Tolala. 6.2.2 Jaringan Prasarana Lalu Lintas Rencana jaringan prasarana lalu lintas Kabupaten Kolaka Utara meliputi: (a) Terminal penumpang tipe B direncanakan di Kecamatan Lasusua. (b) Terminal penumpang tipe C direncanakan di Kecamatan – kecamatan Wawo, Ranteangin, Lambai, Katoi, Tiwu, Kodeoha, Ngapa, Watunohu, pakue, Pakue Tengah, Pakue Utara, Batu Putih, Porehu dan Tolala. (c) Terminal barang, berupa terminal truk angkutan barang yang lokasinya dekat pergudangan, direncanakan di Kecamatan Ranteangin, Katoi dab Pakue. (d) Jembatan timbang direncanakan di Kecamatan Wawo, Katoi dan Tolala. (e) Unit pengujian kendaraan bermotor, direncanakan di Desa Rantelimbong – Kecamatan Lasusua. 6.2.3 Jaringan Pelayanan Lalu Lintas Rencana jaringan pelayanan lalu lintas Kabupaten Kolaka Utara terdiri atas: (a) Trayek Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dengan asal tujuan dalam provinsi meliputi: (1) Tator – Malili – Kendari (2) Rantepao – Palopo – Malili – Kolaka – Kendari (3) Makassar – Parepare – Toraja – Palopo – Malili – Kolaka – Kendari (b) Trayek Angkutan Antar Kota Daam Provinsi (AKDP) meliputi: (1) Terminal Latambaga – Lambai (2) Terminal Latambaga – Lasusua (3) Terminal Latambaga – Pakue (4) Terminal Latambaga – Batu Putih (c) Jaringan lintas angkutan barang, terdiri atas: (1) Kolaka Utara – Kolaka (2) Kolaka Utara – Kendari (3) Kolaka Utara – Makassar
6.3 RENCANA SISTIM TRANSPORTASI LAUT
6.3.1 Sistem Jaringan Transportasi Laut Kabupaten Kolaka Utara merupakan kabupaten yang memiliki wilayah perairan laut (perairan Teluk Bone), oleh karena itu disamping transportasi darat yang ada, transportasi laut memegang peranan penting. Transportasi laut berfungsi menjadi penghubung antar wilayah, baik untuk angkutan penumpang maupun angkutan barang, sebagai penunjang jalur pemasaran di kabupaten tersebut. Kemampuan transportasi laut di Kabupaten Kolaka Utara dicirikan oleh ketersediaan fasilitas pelabuhan dan kapal. Pada masa kini terdapat 11 pelabuhan yang tersebar pada 5 (lima) kecamatan dari 15 kecamatan yang ada. Dari 11 pelabuhan tersebut, 6 (enam) buah pelabuhan merupakan pelabuhan rakyat, sedang dua buah merupakan pelabuhan yang dikelola oleh instansi perhubungan. Menghadapi perkembangan arus bongkar muat barang yang terjadi di Kabupaten Kolaka Utara utamanya pada pelabuhan Sapoiha/Kamisi (Kecamatan Watunohu) dan Katoi/Tobaku, maka kedua pelabuhan tersebut perlu dikembangkan. Terutama pelabuhan Sapoiha/Kamisi, yang sampai kini merupakan pelabuhan rakyat, padahal pelabuhan tersebut melakukan bongkar-muat barang terbesar di Kabupaten Kolaka Utara serta pergerakan penumpang dari wilayah bagian utara Kolaka Utara ke wilayah Provinsi Sulawesi Selatan melalui Pelabuhan Siwa. Oleh karena itu, pelabuhan ini perlu ditingkatkan, selain sebagai pelabuhan penumpang dapat diusulkan menjadi pelabuhan yang melayani kegiatan hasil perkebunan dan industri pertanian. Untuk kegiatan pertambangan yang diproyeksikan sebagai salah satu sektor unggulan Kabupaten Kolaka Utara dimasa mendatang, maka diusulkan agar disediakan atau dibangun pelabuhan khusus yang melayani kegiatan pertambangan itu sendiri, antara lain seperti di Desa Mosiku – Kecamatan Batu Putih serta di Desa Walasiho – Kecamatan Wawo, dengan memanfaatkan pelabuhan yang telah ada. 6.3.2 Tatanan Kepelabuhanan Dilihat dari tatanan kepelabuhan, maka pengembangan/rencana jaringan transportasi laut meliputi: 1. Pelabuhan pengumpul di Kabupaten Kolaka Utara yaitu Pelabuhan Lasusus di Kecamatan Katoi 2. Pelabuhan pengumpan lokal di Kabupaten Kolaka Utara yaitu Pelabuhan Wowo di Kecamatan Wawo 3. Pelabuhan pengumpan Regional di Kabupaten Kolaka Utara yaitu Pelabuhan Watunohu/Sapoiha di Kecamatan Watunohu 4. Pelabuhan Pendaratan Ikan di Kabupaten Kolaka Utara yaitu Pelabuhan Olo – Oloho di Kecamatan Pakue 5. Pelabuhan pengumpan Lokal di Kabupaten Kolaka Utara yaitu Pelabuhan Patikala di Kecamatan Tolala 6. Terminal khusus terdiri atar: Terminal khusus pertambangan Watutoru di Desa Walasiho Kecamatan Wawo dan Olo – Oloho di Desa Sipakainge Kecamatan Pakue; Terminal khusus kontainer di Kecamatan Katoi; Rencana terminal khusus pertambangan Labuandala di Desa Pituala Kecamatan Lasusua, Laburino di Desa Mosiku Kecamatan Batu Putih, Tolala di Desa Tolala Kecamatan Tolala; dan Rencana terminal khusus peri kemas Patoa Desa Sulaho Kecamatan Lasusua. 6.3.3 Jaringan Trayek Dilihat dari jaringan trayek, maka pengembangan/rencana jaringan transportasi laut melputi Jaringan Trayek Nasional yang terdiri dari Pelabuhan Tobaku – Pelabuhan Siwa (Sengkang, Provinsi Sulawesi Selatan) dan Pelabuhan Sapoiha/Kamisi – Pelabuhan Siwa (Sengkang, Provinsi Sulawesi Selatan) sedangkan untuk jaringan Trayek Regional terdiri dari Pelabuhan Sapoiha/Kamisi – Pelabuhan Tobaku, Pelabuhan Tolala – Pelabuhan Tobaku, Pelabuhan Sapoha/Kamisi – Pelabuhan Lasusua dan trayek yang menghubungkan antar pelabuhan pelayaran rakyat di Kabupaten Kolaka Utara. 6.3.4 Jaringan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Pengembangan jaringan sungai, danau dan penyeberangan Kabupaten Kolaka Utara terdiri atas Lintas penyeberangan yaitu lintas penyeberangan dalam provinsi pada perairan Teluk Bone antara Pelabuhan penyeberangan Lasusua/Tobaku – Pelabuhan Penyeberangan Siwa (Sengkang, Provinsi Sulawesi Selatan) dan Pelabuhan penyeberangan yaitu Pelabuhan penyeberangan Lasusua/Tobaku di Kecamatan Katoi. 6.4 RENCANA SISTEM JARINGAN TRANSPORTASI UDARA Tingkat aksesibilitas yang didukung oleh jaringan jalan darat di Kabupaten Kolaka Utara masih terbatas, oleh karena itu memerlukan alternatif lain dengan mengembangakan sistem trasnportasi udara. Sistem transportasi udara yang menghubungkan Kabupaten Kolaka Utara dengan wilayah lain seperti ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara maupun Sulawesi Selatan (Makassar, Palopo) serta Sulawesi Barat pada gilirannya dapat disediakan, bila jumlah penumpang cukup memungkinkan. Oleh karena itu lokasi lapangan udara dapat mulai dipersiapkan, dengan mempertimbangkan loaksinya dekat dengan pusat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi, serta kondisi tanah yang mendukung. Sistem jaringan transportasi udara, terdiri atas: 1. Tatanan kebandaraudaraan; 2. Ruang udara untuk penerbangan Terkait dengan tatanan kebandaraudaraan Kabupaten Kolaka Utara, maka direncanakan 3 alternatif bandar udara yang terletak yaitu: 1. Kecamatan Katoi sebagai alternatif I. 2. Kecamatan Tiwu sebagai alternatif II. 3. Kecamatan Kodeoha sebagai alternatif III. Mengenai ruang udara untuk penerbangan perlu diatur lebih lanjut dengan peraturan perundang – undangan. 6.5 PEMANFAATAN RUANG TRANSPORTASI Ketentuan pemanfaatan ruang transportasi wilayah Kabupaten Kolaka Utara adalah ketentuan yang diperuntukkan sebagai alat penertiban penataan ruang di wilayah Kabupaten Kolaka Utara. Ketentuan pemanfaatan ruang transportasi untuk stuktur ruang yang terdiri dari sistem perkotaan dan sistem jaringan prasarana wilayah Kabupaten Kolaka Utara disusun dengan memperhatikan: a. Pemanfaatan ruang di sekitar jaringan prasarana untuk mendukung berfungsinya sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana wilayah. b. Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap berfungsinya sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana wilayah. c. Pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana wilayah. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem perkotaan ditetapkan sebagai berikut: a. Sesuai dengan fungsi dan peranan perkotaan yang bersangkutan. b. Sesuai dengan karakteristik fisik perkotaan dan sosial budaya masyarakatnya. c. Mengacu pada standar teknik perencanaan yang berlaku. d. Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara tidak diperkenankan merubah sistem perkotaan yang telah ditetapkan pada sistem nasional dan provinsi (Provinsi Sulawesi Tenggara), kecuali atas usulan pemerintah Kabupaten Kolaka Utara dan disepakati bersama. e. Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara wajib memelihara dan mengamankan sistem perkotaan nasional dan provinsi (Provinsi Sulawesi Tenggara) yang ada di wilayah Kabupaten Kolaka Utara. 6.5.1 Sistem Perkotaan Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem perkotaan wilayah Kabupaten Kolaka Utara adalah sebagai berikut: a. Peraturan zonasi untuk PKW disusun dengan memperhatikan: 1) Pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi perkotaan berskala provinsi yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya, dan 2) Penegembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang yang kecenderungan pengembangan ruanganya ke arah horizontal dikendalikan. b. Peraturan zonasi untuk PKL disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala kabupaten/kota yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya. c. Peraturan zonasi PPK disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala kecamatan yang didukung dengan fasiitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai denga kegiatan ekonomi yang dilayaninya. d. Peraturan zonasi untuk PPL disusun dengan memperhatikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala desa/perdesaan yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya. 6.5.2 Kawasan Transportasi Pelabuhan Tobaku di Kecamatan Katoi merupakan pelabuhan penumpang untuk melakukan penyeberangan menuju Provinsi Sulawesi Selatan (Pelabuhan Siwa) selanjutnya ke Makassar. Mengingat aksesibilitas menuju Pelabuhan Siwa ini lebih mudah dibandingkan bila melalui jalan darat, maka kondisi pelabuhan perlu ditingkatkan agar dapat menampung penumpang dan kapal lebih banyak, dan fasilitas – fasilitas pendukung lainnya. Kawasan ini merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi di Kabupaten Kolaka Utara. Rencana pembangunan bandar udara juga direncanakan terletak di Kecamatan Katoi. 6.5.3 Sistem Jaringan Prasarana Transportasi Wilayah Ketentuan umum peraturan zonasi unutk sistem jaringan transportasi wilayah Kabupaten Kolaka Utara terdiri atas: 1) Peraturan zonasi sistem jaringan transportasi darat. 2) Peraturan zonasi sistem jaringan transportasi laut, dan 3) Peraturan zonasi sistem jaringan transportasi udara. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi darat adalah: 1) Di sepanjang sistem jaringan jalan nasional dan provinsi tidak diperkenankan adanya kegiatan yang dapat menimbulkan hambatan lalu lintas regional. 2) Di sepanjang sistem jaringan jala nasional dan provinsi tidak diperkenankan adanya akses langsung dari bangunan ke jalan; 3) Bangunan di sepanjang sistem jaringan jalan nasional dan provinsi harus memiliki sempadan bangunan yang sesuai dengan ketentuan setengah ruas milik jalan (rumija) ditambah 1. 4) Ruang milik jalan paling sedikit memiliki lebar sebagai berikut: Jalan bebas hambatan 30 (tiga puluh) meter; Jalan raya 25 (dua puluh lima) meter; Jalan sedang 15 (lima belas) meter; dan Jalan kecil 11 (sebelas) meter. 5) Lebar ruang pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit dengan ukuran sebagai berikut: Jalan arteri primer 15 (lima belas) meter; Jalan kolektor primer 10 (sepuluh) meter; Jalan lokal primer 7 (tujuh) meter; Jalan lingkungan primer 5 (lima) meter; Jalan arteri sekunder 15 (lime belas) meter; Jalan kolektor sekunder 5 (lima) meter; Jalan lokal sekunder 3 (tiga) meter; Jalan lingkungan sekunder 2 (dua) meter; dan Jembatan 100 (seratus) meter ke arah hilir dan hulu. 6) Lokasi terminal tipe B dan C diarahkan ke lokasi yang strategis dan memiliki akses ke jalan kolektor primer sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan zonasi sistem jaringan transportasi laut untuk pelayaran disusun dengan memperhatikan pembatasan pemanfaatan ruang laut yang digunakan untuk pelayaran agar tidak mengganggu sistem operasional pelayaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – perundangan. Ketentuan peraturan zonasi sistem jaringan transportasi laut adalah: 1) Pelabuhan laut harus memiliki kelengkapan fasilitas pendukung sesuai dengan fungsi dari pelabuhan tersebut. 2) Pelabuhan laut harus memiliki akses ke jala kolektor primer. 3) Primer ruang di Dalam Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan harus mendapatkan izin sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan transportasi udara disusun dengan memperhatikan pembatasan pemanfaatan ruang udara yang digunakan untuk penerbangan agara tidak mengganggu sistem operasional penerbangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – perundangan. Pelabuhan udara harus memiliki akses ke jalan Kolektor primer. Ketentuan untuk kawasan keselamatan operasional penerbangan adalah: 1) Pada kawasan kebisingan tingkat 1, dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan/atau bangunan, kecuali untuk jenis bangunan sekolah dan rumah sakit. Bangunan sekolah dan rumah yang sudah ada dilengkapi pemasangan insulasi suara sesuai dengan prosedur standar. 2) Pada kawasan kebisingan tingkat 2, dapat dimanfaatkan untuk berbagai jenis kegiatan dan/atau bangunan, kecuali untuk jenis bangunan sekolah, rumah sakit dan rumah tinggal. Bangunan sekolah dan rumah yang ada dilengkapi pemasangan insulasi suara sesuai denga prosedur standar 3) Pada kawasan kebisingan tingkat 3, dapat dimanfaatkan untuk membangun bangunan atau fasilitas bandar udara yan dilengkapi pemasangan insulasi suara dengan prosedur standar. 4) Pada kawasan kebisingan tingkat 4, dapat dimanfaatkan sebagai jalur hijau atau sarana pengendalian lingkungan dan pertanian yang tidak mengundang burung.