Disusun Oleh
Nim : 18.24.095
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1
ekonomi penting. Selain sebagai mesin penggerak ekonomi, pariwisata dianggap
mampu mengurangi angka pengangguran. Dalam perekonomian nasional, pariwisata
merupakan sektor yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan melalui
penerimaan devisa. Pariwisata telah menjadi dinamisator kehidupan sosial budaya
masyarakat karena memberi manfaat kepada masyarakat melalui penciptaan lapangan
kerja, peningkatan devisa, mendorong ekspor dan mengubah struktur perekonomian
masyarakat lebih baik
Aktifitas ekonomi merupakan kegiatan yang didukung oleh adanya wisata yang
didorong oleh motif tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya
dengan memanfaatkan lingkungan (Biotik, Abiotik, dan sosial). Benda-benda yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia terbagi menjadi dua (2), yaitu barang
dan jasa. Barang ilah segala benda dalam bentuk fisik yang berguna untuk memenuhi
kebutuhan manusia, sedangkan jasa ialah benda dalam bentuk nonfisik yang berguna
untuk memenuhi kebutuhan manusia. secara umum aktivitas dilakukan masyarakat
dapat diklasifikasi menjadi dua golongan yaitu berdasarkan tempat, berdasarkan jenis
pekerjaan (pertanian dan non pertanian). Berdasarkan jenis pekerjaan, yang termasuk
pekerjaan disektor pertanian antara lain pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan
dan kehutanan. Sedangkan yang termasuk pekerjaan disektor non pertanian adalah
pertambangan, perindustrian, pariwisata dan jasa. Perubahan penggunaan lahan juga
dipengaruhi adanya pariwisata sehingga terjadi perubahan penggunaan lahan dan
aktivitas-aktivitas masyarakat.
2
Menurut (Wahyunto et al 2001) Perubahan Penggunaan lahan adalah Peralihan
dari suatu penggunaan lahan dari penggunaan satu ke penggunaan yang lainnya
sehingga berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu
selanjutnya dan berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda.
Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya adalah peralihan fungsi lahan yang
tadinya untuk peruntukan tertentu berubah menjadi peruntukan tertentu pula.
Penyebab perubahan penggunaan lahan dapat dipengaruhi faktor pertumbuhan
populasi penduduk, faktor pertumbuhan ekonomi, faktor teknologi, faktor kebijakan,
faktor institusi, faktor budaya, dan biofisika (Agung Witjaksono dkk, 2018).
Perubahan penggunaan lahan suatu kawasan juga dapat dipengaruhi adanya
pembangunan sarana, prasarana, maupun pembangunan pariwisata.
Labuan Bajo dengan Pesona binatang Purba Komodo, keindahan alam serta
tebaran pulau-pulau kecil disekitarnya adalah salah satu destinasi wisata di Provinsi
Nusa Tenggara Timur bahkan Indonesia. Labuan Bajo mulai ramai dikunjungi
wisatawan setelah Pulau Komodo masuk dalam daftar Tujuh Keajaiban Dunia Baru
(New 7 Wonder of the World). Labuan Bajo telah terpilih sebagai destinasi kelas
dunia bersama dengan 3 destinasi wisata lainnya yaitu Danau Toba, Borobudur, dan
Mandalika. Labuan Bajo sendiri telah ditetapkan menjadi Badan Otoritas Pariwisata
(BOP). Perubahan status ini didasarkan kepada Perpres BOP Labuan Bajo Flores,
Nomor 32, Tahun 2018, Tanggal 5 April 2018. Bersamaan dengan terpilihnya
pariwisata Labuan Bajo sebagai destinasi dunia, pengembangan pun dilakukan secara
masif. Beragam fasilitas ditambah dan dibangun untuk kenyamanan wisatawan.
(Kiwang & Arif, 2020)
Pariwisata membawa perubahan besar bagi perubahan penggunaan lahan di
Labuan Bajo, dimana pembangunan akomoditas pendukung pariwisata terus
meningkat diikuti meningkatnya usaha perekonomiannya. Pariwisata sebagai salah
salah satu sektor yang memberi manfaat besar baik bagi pemerintah setempat maupun
bagi perekonomian masyarakat sekitar, pariwisata juga telah menjadi dinamisator
kehidupan sosial budaya masyarakat karena memberi manfaat kepada masyarakat
3
melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan devisa, mendorong ekspor dan
mengubah struktur perekonomian masyarakat lebih baik. Perkembangan pariwisata di
sepanjang koridor Jalan Sukarno-Hatta Kelurahan Labuan Bajo, Kabupaten
Manggarai Barat menunjukan bahwa masyarakat menunjukan respon positif bahwa
pariwisata telah memberikan kontribusi yang baik untuk masyarakat yang
mengakibatkan masyarakat sangat menerima kehadiran wisatawan dan investor dan
terbiasa dengan aktivitas pariwisata dan menjadikan pariwisata sebagai sumber mata
pencarian. Peluang usaha yang disedikan pariwisata telah mengurangi angka
pengangguran di Kelurahan Labuan Bajo.
4
1. Bagaimana perkembangan ekonomi sebelum adanya wisata pada koridor
Jalan Sukarno-Hatta di Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Komodo Labuan
Bajo?
2. Bagaimana perubahan penggunaan lahan sebelum dan setelah adanya
pariwisata?
3. Bagaimanakah pengaruh ekonomi terhadap perubahan penggunaan lahan
pariwisata pada koridor Jalan Sukarno-Hatta di Kelurahan Labuan Bajo
Kecamatan Komodo Labuan Bajo?
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis jenis perubahan
penggunaan lahan yang yang disebabkan karena faktor pariwisata di Labuan Bajo
yang berdampak secara langsung oleh wisata.
1.3.2 Sasaran
Untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai tersebut, maka ditentukan beberapa
sasaran yang ingin dicapai,yakni sebagai berikut
1. Mengidentifikasi perkembangan ekonomi sebelum adanya wisata pada
koridor Jalan Sukarno-Hatta di Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Komodo
Labuan Bajo?
2. Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan sebelum dan setelah adanya
pariwisata?
3. Mencari pengaruh ekonomi terhadap perubahan penggunaan lahan pariwisata
pada koridor Jalan Sukarno-Hatta di Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan
Komodo Labuan Bajo?
5
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan merupakan suatu batasan yang diberikan untuk
mempermudah dalam mencapai tujuan penelitian. Adapun ruang lingkup pembahasan
dibagi menjadi ruang lingkup lokasi dan ruang lingkup materi
6
mencari seberapa besar daerah yang terguras oleh pengembangan
pariwisata
7
BAB II
KELUARAN
Pada bagian bab ini berisikan tentang keluaran (output) dari hasil penelitian yang
dikerjakan sesuai sasaran yang sudah disebutkan pada bagian bab 1 sebelumnya,
keluaran (output) yang dikerjakan akan dibuat bentuk jurnal. Selanjutnya jurnal yang
dihasilkan rencananya akan diunggah pada indeks sinta 3 jurnal yang terdapat pada
suatu perguruan tinggi negeri maupun swasta sesuai judul yang berkaitan dengan
judul penelitian ini.
A. Judul
Judul dalam bahasa Inggris (Times New Roman 12pt, bold, center, italic, single
line spacing)
1Nama Afiliasi Penulis Utama, Alamat Afiliasi*; 2Nama Afiliasi Rekan Penulis
Pertama, Alamat Afiliasi; 3Nama Afiliasi Rekan Penulis Kedua, Alamat Afiliasi;
8
*Penulis koresponden. e-mail: …… .@....... (Times New Roman 10pt, di tengah,
spasi satu baris)
B. Abstrak
ABSTRAK
(Times New Roman 11pt, tebal, tengah, huruf kapital, spasi 1,15 baris)
(Abstrak dalam bahasa inggris ditulis dengan huruf miring)
Abstrak disajikan dalam bahasa Indonesia. Abstrak terdiri dari satu paragraf
dengan maksimal 250 kata. Abstrak meliputi pendahuluan, tujuan, metode, hasil dan
kesimpulan utama secara singkat. Implikasi dari hasil penelitian juga dapat
dituangkan dalam abstrak. Abstrak tidak mengandung kutipan. Kata kunci ditulis
setelah abstrak, terdiri dari 3 sampai dengan 5 kata yang disusun berdasarkan abjad.
Kata kunci tidak boleh selalu berupa satu kata dan tidak boleh dicantumkan dalam
naskah. Kata kunci adalah kata-kata yang mencerminkan konsep penting penelitian
dan diutamakan tidak sama dengan kata-kata yang digunakan dalam judul. Abstrak
dan Kata Kunci adalah terjemahan Bahasa Indonesia dari Abstrak dan Kata Kunci.
Kata kunci: kata kunci 1, kata kunci 2, kata kunci 3, kata kunci 4, kata kunci 5.
(Times New Roman 10pt, justified, 1,15 spasi baris, spasi sebelum: 6pt)
C. Pendahuluan
PENDAHULUAN /
(Times New Roman 11pt, tebal, tengah, huruf kapital, spasi 1,15 baris)
9
(Times New Roman 11pt, rata, spasi 1,15 baris)
D. Metodologi
METODOLOGI / METODOLOGI
(Times New Roman 11pt, tebal, tengah, huruf kapital, spasi 1,15 baris)
Hasil dan pembahasan berisi hasil analisis data, hasil pengujian hipotesis,
jawaban atas pertanyaan penelitian, temuan dan interpretasi temuan. Hasil dan
pembahasan analisis kebijakan memuat hasil analisis data sesuai dengan ruang
lingkup dan tujuannya.
- Angka desimal pada paragraf dan tabel ditulis dengan tanda titik (.).
- Ribuan angka ditandai dengan koma (,).
- Di dalam paragraf, range tidak boleh ditulis dengan tanda garis (-) tetapi
dengan kata-kata, misalnya “xx sampai xx”, “dari xx sampai xx”.
Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan hasil dan pembahasan sebagai
berikut:
a. Hasil umumnya diikuti dengan ilustrasi (tabel atau gambar).
b. Setiap ilustrasi (tabel atau gambar) harus diberi nomor urut dan dirujuk dalam
teks agar penempatannya tidak salah.
(Times New Roman 11pt, rata, spasi 1,15 baris)
Subjudul / Sub Judul (Times New Roman 11pt, setiap kata harus dimulai
dengan huruf besar, tebal, di tengah, spasi 1,15, spasi setelah: 3pt)
1. Tabel / Tabel
10
Tabel disisipkan di dalam teks (tidak dilampirkan secara terpisah di akhir
skrip). Lebar tabel dibatasi hingga 153 mm (teks dua kolom dari template ini).
Penomoran tabel berurutan.
Judul tabel ditulis di atas tabel, di sisi kiri. Jika panjang judul tabel melebihi
satu baris, maka huruf pertama baris kedua ditempatkan sejajar dengan huruf pertama
judul tabel. Judul tabel tidak diakhiri dengan tanda titik (.), kecuali ada kalimat
tambahan yang memberikan informasi tambahan. Judul tabel dan kepala tabel ditulis
dengan huruf kapital hanya di awal kalimat, kecuali nama dan istilah tertentu yang
diawali dengan huruf kapital. Istilah yang digunakan pada judul tabel harus sama
dengan istilah yang digunakan pada narasi/paragraf. Jika ada singkatan yang
digunakan dalam judul tabel, penjelasan ditulis sebagai catatan kaki tabel.
Garis vertikal tidak boleh digunakan dalam tabel. Ukuran font untuk judul tabel
dan isi adalah 10 poin dengan spasi satu baris. Sumber tabel dan catatan tambahan
(jika ada) dicantumkan di bawah tabel dengan ukuran font 9 poin dengan spasi satu
baris.
Contoh tabelnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1.Judul tabel (jika panjang judul tabel melebihi satu baris, huruf pertama baris
kedua ditempatkan sejajar dengan huruf pertama judul tabel)
kepal kepal kepala kepala
a a kolom kolom
kolom kolom
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
Sumber: Penulis (tahun).
2. Angka / Gambar
Semua angka harus dirujuk dalam teks. Lebar maksimum gambar adalah 153
mm (teks dua kolom dari template ini). Angka disisipkan di antara teks (tidak
dilampirkan secara terpisah di akhir naskah). Nomor, judul dan keterangan gambar
harus jelas. Keterangan di dalam gambar harus jelas dan dapat dibaca. Judul gambar
ditulis di bawah gambar, di tengah, dan menggunakan huruf kapital di awal kalimat.
Gambar harus menggunakan resolusi tinggi dan kontras yang baik dalam
format .jpeg, .gif, .png, atau .tiff. Resolusi minimum untuk foto adalah 300 dpi (dots
per inch), sedangkan untuk grafis dan seni garis adalah 600 dpi. Angka sangat
disarankan untuk berada dalam mode skala abu-abu. Jika penulis bersikeras untuk
memasukkan gambar berwarna, biaya cetak tambahan sebesar Rp 100.000,00 (seratus
11
ribu rupiah) akan dibebankan kepada penulis untuk setiap halaman berwarna. Angka
warna harus dibuat dalam mode RGB.
Jika gambar diperoleh dari sumber atau publikasi lain, setelah judul gambar
harap ditulis:
"Gambar direproduksi dari Xxx (tahun) dengan izin dari penerbit Yyy." (jika
reproduksi penuh).
"Gambar digambar ulang dari Xxx (tahun) dengan izin dari penerbit Yyy." (jika
menggambar ulang).
"Gambar adalahdimodifikasi/diadopsi dari Xxx (tahun) dengan izin dari penerbit
Yyy." (jika dengan modifikasi).
Ukuran font untuk judul gambar adalah 10 poin dengan spasi satu baris.
Sumber gambar dan catatan tambahan (jika ada) tercantum di bawah gambar dengan
ukuran font 9 poin dengan spasi satu baris.
12
untuk analisis kebijakan, bagian ini memuat temuan-temuan yang mengacu pada hasil
kajian, beserta implikasinya.
(Times New Roman 11pt, rata, spasi 1,15 baris)
G. Ucapan Terimakasih
Ucapan terima kasih (jika ada) dapat disampaikan kepada pihak-pihak tertentu
yang berkontribusi terhadap penelitian, termasuk penyandang dana/sponsor/donor,
dan kontributor fasilitas penelitian. Jika naskah merupakan hasil hibah penelitian,
nomor hibah harus ditulis. Semua nama yang tertulis harus dikonfirmasi terlebih
dahulu karena pihak mungkin memilih untuk tidak dipublikasikan.
H. Daftar Pustaka
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan lahan (land use) dapat diartikan sebagai campur tangan manusia
terhadap lahan, baik secara menetap maupun berkala untuk memenuhi kebutuhan
hidup baik material maupun spiritual (Arsyad, 1989, Talkurputra, et.al. 1996).
14
Menurut Chapin (1995), penggunaan lahan dari jenis aktivitas terbagi menjadi
kawasan perkantoran, kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan komersial,
kawasan pertanian, kawasan konservasi, lahan kosong. Berdasarkan pada jenis
aktivitas penggunaan lahan, dapat diseleksi menjadi dua jenis lahan yaitu lahan
terbangun dan lahan tak terbangun. Lahan terbangun meliputi kawasan permukiman,
kawasan industri, kawasan perkantoran, kawasan komersial, sedangkan untuk lahan
tak terbangun terbagi menjadi lahan tak terbangun yang digunakan untuk aktivitas
kota yang meliputi, kuburan, rekreasi, transportasi, ruang terbuka dan lahan tak
terbangun nonaktivitas kota yang meliputi pertanian, perkebunan, area perairan,
produksi, dan penambangan sumber daya alam.
Tata guna lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan pada lokasi
lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas
kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan pada sifat-sifat yang
menjadi penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan
tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi. Tata guna lahan
juga tergantung pada lokasi, khususnya untuk daerah-daerah pemukiman, lokasi
industri, maupun untuk daerah-daerah rekreasi (Suparmoko, 1995).
Menurut Jayadinata (1999) tata guna lahan ialah pengaturan penggunaan lahan yang
dalam penggunaannya meliputi penggunaan permukaan bumi di daratan dan
penggunaan permukan bumi di lautan. Penggunaan lahan dapat digolongkan
menjadi tiga kelompok, yakni:
15
3. Nilai sosial, merupakan hal yang mendasar bagi kehidupan misalnya
sebidang lahan yang dipelihara, pusaka, peninggalan dan sebagainya) dan
yang dinyatakan oleh penduduk dengan perilaku yang berhubungan dengan
pelestarian, tradisi, kepercayaan, dan sebagainya.
16
Rekreasi
Transportasi
Ruang terbuka hijau
Sumber : Hasil Kajian Teori 2022
unsur terjadinya perubahan. Elemen-elemen yang membentuk lingkungan
merupakan unsur yang saling terkait satu sama lain, dimana perubahan yang
ditimbulkannya juga saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya
(Detwyler & Marcus, 1982 dalam Bourne, 1982).
Pengertian perubahan guna lahan secara umum menyangkut transformasi dalam
pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya.
Perubahan guna lahan dapat terjadi karena ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab. Manusia baik perorangan maupun kelompok, dalam berinteraksi dengan
lingkungan, manusia menyesuaikan diri, memelihara dan mengelola lingkungannya.
Dari hubungan dinamik ini, timbul suatu bentuk aktivitas yang menimbulkan
beberapa perubahan (Bintarto, 1898 : 73-74), yaitu :
Menurut Chapin, Kaiser, dan Godschalk, perubahan lahan juga dapat terjadi karena
pengaruh perencanaan guna lahan setempat yang merupakan rencana dan kebijakan
guna lahan untuk masa mendatang, proyek pembangunan, program perbaikan
17
pendapatan, dan partisipasi dalam proses pengembangan keputusan dan pemecahan
masalah dari pemerintah daerah. Perubahan lahan juga terjadi karena kegagalan
mempertemukan aspek pasar dan politis dalam suatu manajemen perubahan guna
lahan.
Lahan dengan nilai lahan rendah, seperti lahan-lahan pertanian, berubah menjadi
aktivitas dengan nilai lahan yang lebih tinggi. Dan untuk selanjutnya aktivitas yang
telah ada ini berubah menjadi aktivitas lainnya dengan diikuti peningkatan nilai
lahan. Jadi, perubahan penggunaan lahan terjadi karena pergantian kegiatan kurang
produktif menjadi kegiatan lain yang lebih produktif. Perubahan (konversi)
penggunaan lahan yang diartikan sebagai perubahan suatu jenis penyesuaian
penggunaan lahan dalam fungsinya sebagai ruang potensial, terhadap peningkatan
kebutuhan ruang untuk kegiatan ekonomi dan sosial berikut sarana dan prasarana
penunjang, serta masyarakat wilayah itu sendiri.
Lahan yang memiliki potensi ekonomi tinggi seperti kawasan pariwisata akan
cenderung mengalami pertumbuhan dan perubahan guna lahan yang cepat. Menurut
Bourne (1982), ada empat proses utama yang menyebabkan terjadinya perubahan
guna lahan diperkotaan, yaitu :
18
3. Perluasan jaringan infrastruktur terutama jaringan transportasi.
4. Tumbuh dan hilangnya pemusatan aktivitas tertentu, misalnya tumbuhnya
aktivitas industri dan pembangunan sarana rekreasi/ wisata.
19
4. Tumbuh dan hilangnya pusat-pusat kegiatan wisata yang biasanya akan
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk menarik keuntungan dari adanya
wisatawan, yang akhirnya akan memperluas penggunaan lahan.
Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya merupakan gejala yang normal sesuai
dengan proses perkembangan dan pengembangan kota. Menurut Doxiadis (1968),
ada dua tipe dasar perkembangan kota, yaitu pertumbuhan, mencakup perluasan
permukiman yang sudah ada dan permukiman yang baru sama sekali. Sedangkan
transformasi merupakan perubahan menerus bagian-bagian permukiman perkotaan
untuk meningkatkan nilai dan tingkat efisiensi bagi penghuninya. Perubahan
penggunaan lahan mencakup perubahan fungsi (landuse) karena terjadinya
perubahan jenis kegiatan, intensitas (mencakup perubahan KLB, KDB) dan
ketentuan teknis masa bangunan (bulk) antara lain berupa perubahan Garis
Sempadan Bangunan, tinggi bangunan dan perubahan minor lainnya yang tidak
mengubah fungsi dan intensitasnya. Charles C.Colby dalam Zulkaidi (1999),
mengidentifikasi adanya dua gaya yang saling bertentangan yang mempengaruhi
pembentukan dan perubahan guna lahan kota yaitu:
20
1. Gaya setripetal, bekerja menahan fungsi-fungsi tertentu di pusat kota dan
menarik yang lain untuk berlokasi di sekitarnya. Gaya ini terjadi karena
sejumlah kualitas daya tarik pusat kota, yaitu:
a. Daya tarik tapak/ site.
b. Kenyamanan fungsional, seperti aksesibilitas dan aglomerasi.
c. Prestise fungsional, seprti kawasan tertentu untuk perdagangan elektronik,
pakaian dll.
2. Gaya sentrifugal, adalah gaya yang mendorong kegiatan berpindah dari pusat
kota ke wuilayah pinggiran, meliputi:
a. Gaya spasial terjadi karena pusat kota sering mengalami kemacetan sedang
wilayah lain masih kosong.
b. Gaya site, akibat daya tarik guna lahan ekstensif atau daya tarik alam
diwilayah pinggiran dibanding guna lahanintensif di pusat kota.
c. Gaya situasional, akibat daya tarik dan kenyamana yang lebih baik di
pinggir kota.
d. Gaya evolusi sosial, akibat tingginya nilai tanah, pajak dan keterbatasan
ruang di pusat kota.
e. Status dan organiosasi hunian, sebagai akibat polusi di pusat kota. Menurut
E.J. Kaiser dan S.F.Weiss, dalam L.S. Bourne (1971: 188-
f. 199) secara konsepsional proses perubahan guna lahan di pinggir kota
dipengaruhi oleh:
a) Urban interest, yaitu meningkatnya kebutuhan lahan kota, sehingga
kawasan pinggir kota menjadi potensial dan guna lahan yang ada mulai
bergeser.
g. Secara aktif kota menjadi bahan pertimbangan bagi pengusaha untuk dibeli
dan dikembangkan.
h. Mulai diprogram untuk pembangunan, dibangun dan dihuni oleh penduduk.
i. Menurut Soedarto dalam Wijayanti, (1998) Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan lahan perkotaan antara lain adalah :
21
a) Jumlah penduduk
Penggunaan lahan suatu daerah sangat dipengaruhi oleh aktivitas dan
jumlah penduduknya. Apabila jumlah penduduk dalam suatu wilayah
besar, makakepadatan rata-rata wilayah tersebut besar pula. Dengan jumlah
penduduk yang besar, diperlukan ruang yang cukup luas untuk menampung
segala aktivitas mereka. Bertambahnya jumlah penduduk suatu wilayah
akan bertambah pula ruang yang dibutuhkan. Bertambahnya keperluan
akan ruang diperkirakan akan mengurangi luas lahan pertanian.
b) Jumlah APBD
Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. APBD merupakan biaya pembangunan di daerah. Besarnya
APBD mendorong perkembangan aktivitas perekonomian masyarakat.
c) Sarana Transportasi
Tingginya kepadatan penduduk dan harga lahan di pusat kota, mendorong
penduduk untuk mencari alternatif lain dalam beraktivitas. Ketersediaan
transportasi adalah salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalam
menentukan lokasi-lokasi aktivitas tersebut.
d) Harga dasar tanah
Penggunaan suatu lahan diperkotaan dan faktor fisik serta pengembangan
yang telah dilakukan terhadapnya, akan membentuk harga lahan suatu
tanah. Jika unsur-unsur tersebut menunjang dan sesuai dengan kebutuhan
aktivitas yang akan berlangsung diatasnya, maka harga tanah tersebut
cenderung tinggi. Hal ini akan memicu pada penyesuaian aktivitas yang
berlangsung diatasnya, termasuk terjadinya perubahan penggunaan lahan
pada aktivitas yang lebih produktif agar sanggup untuk membayar tanah
tersebut.
22
3.2 Pariwisata
Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri
atas dua kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti “banyak” atau “berkeliling”,
sedangkan wisata berarti “pergi” atau “bepergian”. Atas dasar itu, maka kata
pariwisata seharusnya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkalikali atau
berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain, yang dalam bahasa Inggris disebut
dengan kata “tour”, sedangkan untuk pengertian jamak, kata “Kepariwisataan” dapat
digunakan kata “tourisme” atau “tourism” (Yoeti, 1996).
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, lebih lanjut Yoeti (1996)
memberikan suatu batasan tentang penyebaran kata-kata sebagai berikut :
23
Belum adanya suatu kejelasan dan kesepakatan dari para pakar tentang definisi
pariwisata, berikut beberapa penjelasan dari sudut pandang masing-masing pakar :
1. Herman V. Schulalard (1910), kepariwisataan merupakan sejumlah kegiatan,
terutama yang ada kaitannya dengan masuknya, adanya pendiaman dan
bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau negara.
2. E. Guyer Freuler, pariwisata dalam arti modern merupakan fenomena dari
jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan
pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan kecintaan yang
disebabkan oleh pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat.
3. Prof. k. Krapt (1942), kepariwisataan adalah keseluruhan daripada gejala-
gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing
serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak
tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat
sementara itu.
4. Prof. Salah Wahab, pariwisata itu merupakan suatu aktifitas manusia yang
dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara
orang- orang dalam suatu negara itu sendiri (di luar negeri), meliputi
pendiaman orang- orang dari daerah lain (daerah tertentu), suatu negara atau
benua untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam
dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan.
5. Prof. Hans. Buchli, kepariwisataan adalah setiap peralihan tempat yang
bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang, dengan maksud
memperoleh pelayanan yang diperuntukan bagi kepariwisataan itu oleh
lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tertentu.
6. Prof. Kurt Morgenroth, kepariwisataan dalam arti sempit, adalah lalu lintas
orang- orang yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara
waktu, untuk berpesiar di tempat lain, semata-mata sebagai konsumen dari
buah hasil perekonomian dan kebudayaan guna memenuhi kebutuhan hidup
dan budayanya atau keinginan yang beraneka ragam dari pribadinya.
24
7. Soekadijo (1996), pariwisata adalah gejala yang kompleks dalam masyarakat,
di dalamnya terdapat hotel, objek wisata, souvenir, pramuwisata, angkutan
wisata, biro perjalanan wisata, rumah makan dan banyak lainnya.
8. James J. Spillane, pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan
tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu,
memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas,
dan berziarah.
9. Suwantoro (1997), pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari
seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya karena
suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan uang.
10. Koen Meyers (2009), pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan
alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk
bersenang-senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang
atau waktu libur serta tujuan-tujuan lainnya.
11. Menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah.
Suatu hal yang sangat menonjol dari batasan-batasan yang dikemukakan di atas
ialah bahwa pada pokoknya, apa yang menjadi ciri dari perjalanan pariwisata itu
adalah sama atau dapat disamakan (walau cara mengemukakannya agak berbeda-
beda), yaitu dalam pengertian kepariwisataan terdapat beberapa faktor penting yaitu:
1. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu
2. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain
3. Perjalanan itu; walaupun apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan
pertamasyaan atau rekreasi
4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat
yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut.
25
Kepariwisataan itu sendiri merupakan pengertian jamak yang diartikan sebagai
hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata, yang dalam bahasa Inggris disebutkan
tourism. Dalam kegiatan kepariwisataan ada yang disebut subyek wisata yaitu orang-
orang yang melakukan perjalanan wisata dan obyek wisata yang merupakan tujuan
wisatawan. Sebagai dasar untuk mengkaji dan memahami berbagai istilah
kepariwisataan, berpedoman pada:
Bab I Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan yang menjelaskan sebagai berikut :
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh sebagian atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan diri
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan
pengusaha.
5. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
6. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam suatu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
7. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa
26
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata
8. Pengusaha pariwisata adalah orang-orang atau sekelompok orang yang
melakukan kegiatan usaha pariwisata.
9. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang terkait dalam
rangka menghasilkan barang dan/jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
penyelenggaraan pariwisata.
10. Kawasan strategi pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang
mempunyai pengaruh dalam suatu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung
lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
27
Bandung.
2. Pariwisata regional (regional tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan
yang dikembangkan dalam suatu wilayah tertentu, dapat regional
dalam lingkungan nasional dan dapat pula regional dalam ruang
lingkup internasional. Misalnya kepariwisataan Bali, Yogyakarta, dan
lain-lain.
3. Pariwisata nasional (national tourism) yaitu jenis pariwisata yang
dikembangkan dalam wilayah suatu negara, dimana para pesertanya
tidak saja terdiri dari warganegaranya sendiri tetapi juga orang asing
yang terdiam di negara tersebut. Misalnya kepariwisataan yang ada di
daerah-daerah dalam satu wilayah Indonesia.
4. Pariwisata regional-internasional yaitu kegiatan kepariwisataan yang
berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas, tetapi
melewati batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah
tersebut. Misalnya kepariwisataan ASEAN.
5. Pariwisata internasional (International tourism) yaitu kegiatan
kepariwisataan yang terdapat atau dikembangkan di banyak negara di
dunia.
b. Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran
28
uang yang dibelanjakan itu terjadi di luar negeri.
29
2. Occasional tourism yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan
wisatawan dihubungkan dengan kejadian (occasion) maupun suatu
even. Misalnya Sekaten di Yogyakarta, Nyepi di Bali, dan lain-lain.
e. Menurut Objeknya
1. Cultural tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan
untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari
seni dan budaya suatu tempat atau daerah.
2. Recuperational tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi
wisatawan untuk melakukan perjalanan adalah untuk menyembuhkan
penyakit, seperti mandi di sumber air panas, mandi lumpur, dan lain-
lain.
3. Commercial tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan
untuk melakukan perjalanan dikaitkan dengan kegiatan perdagangan
nasional dan internasional.
4. Sport tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan untuk
melakukan perjalanan adalah untuk melihat atau menyaksikan suatu
pesta olah raga di suatu tempat atau negara tertentu.
5. Political tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan
untuk melakukan perjalanan tujuannya melihat atau menyaksikan
suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan suatu
negara. Misalnya menyaksikan peringatan hari kemerdekaan suatu
negara
6. Social tourism yaitu jenis pariwisata dimana dari segi
penyelenggaraannya tidak menekankan untuk mencari keuntungan,
misalnya study tour, picnik, dan lain-lain.
7. Religion tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan
untuk melakukan perjalanan tujuannya melihat atau menyaksikan
upacara-upacara keagamaan, seperti upacara Bali Krama di Besakih,
haji umroh bagi agama Islam, dan lain-lain.
30
8. Marine tourism merupakan kegiatan wisata yang ditunjang oleh sarana
dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olah raga
lainnya, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum.
f. Menurut jumlah orang yang melakukan perjalanan
31
i. Menurut jenis kelamin
1. Masculine tourism yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya hanya
diikuti oleh kaum pria saja, seperti safari, hunting, dan adventure.
2. Feminime tourism yaitu jenis pariwisata yang hanya diikuti oleh kaum
wanita saja, seperti rombongan untuk menyaksikan demontrasi
memasak.
j. Menurut harga dan tingkat sosial
1. Delux tourism yaitu perjalanan wisata yang menggunakan fasilitas
standar mewah, baik alat angkutan, hotel, maupun atraksinya.
2. Middle class tourism yaitu jenis perjalanan wisata yang diperuntukkan
bagi mereka yang menginginkan fasilitas dengan harga tidak terlalu
mahal, tetapi tidak terlalu jelek pelayanannya.
3. Social tourism yaitu perjalanan wisata yang penyelenggaraannya
dilakukan secara bersama dengan biaya yang diperhitungkan semurah
mungkin dengan fasilitas cukup memadai selama dalam perjalanan.
32
Pembangunan kepariwisatan menurut UU No.10 Tahun Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan meliputi:
a. Industri pariwisata
b. Destinasi pariwisata
c. Pemasaran dan
d. Kelembagaan kepariwisataan
33
fasilitas rekreasi (untuk kegiatan).
3. Infrastructure (infrastruktur)
Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada
infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur dari suatu daerah sebenarnya
dinikmati baik oleh wisatawan maupun rakyat yang juga tinggal di sana, maka
ada keuntungan bagi penduduk yang bukan wisatawan. Pemenuhan atau
penciptaan infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang
cocok bagi perkembangan pariwisata.
4. Transportations (transportasi)
Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi atau pengangkutan sangat
dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan
pariwisata. Transportasi baik transportasi darat, udara, maupun laut merupakan
suatu unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala
pariwisata.
5. Hospitality (keramahtamahan)
Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan
kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang
memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan mereka datangi.
Maka kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan harus disediakan dan
juga keuletan serta keramahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan
supaya wisatawan merasa aman dan nyaman selama perjalanan wisata.
34
keadaan alam serta flora dan fauna
2. Objek dan daya Tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata argo,
wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan
tempat hiburan.
Jenis-jenis usaha sarana pariwisata alam yang dapat dilakukan dalam kawasan taman
35
nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam meliputi kegiatan usaha
a) Akomodasi seperti pondok wisata, bumi perkemahan, caravan, dan
penginapan;
b) Makanan dan minuman;
c) Serta wisata tirta;
d) Angkutan wisata;
e) Cenderamata;
f) Sarana wisata budaya.
2. Pemerintahan daerah dapat menetapkan kawasan, lingkungan dan/atau
bangunan sebagai lingkungan dan bangunan cagar budaya sebagai kawasan
pariwisata budaya dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya setempat.
Penetapanya dilakukan apabila dalam suatu kawasan terdapat beberapa
lingkungan cagar budaya yang mempunyai keterkaitan keruangan, sejarah,
dan arkeologi;
3. Penetapan kawasan, lingkungan dan/atau banunan bersejarah sebagai kawasan
pariwisata oleh pemerintah kota/kabupaten berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
4. Kriteria, tolak ukur, dan penggolongan lingkungan cagar budaya berdasrkan
kriterianiali sejarah,umur, keaslian, kelangkaan, dan deangkan kriteria
penggolongan bangunan cagar budaya berdasarkan kriteria nilai sejarah,
umur, kelangkaan, keaslian, tengeran/landmark, dan arsitektur. Kriteria dan
tolak ukur tersebut adalah sebagai berikut:
a) Nilai sejarah dikaitkan dengan pristiwa-peristiwa perjuangan,
ketokohan, politik, social, budays ysng menjadi nilai kesejarahan
tingkat nasional dan/atau daerah masing-masing;
b) Umur dikaitkan dengan batas usia sekurang-kurangnya 50 tahun;
c) Keaslian dikaitkan dengan keutuhan baik sarana dan prasarana
lingkungan maupun struktur, material, tapak banguna, dan banguanan
didalamnya;
36
d) Kelangkaan dikaitkan dengan keberadaannya sebagai satu-satunya
atau yang terlengkap dari jenisnya yang masih ada pada
lingkungungan local nasional atau dunia;
e) Tengeran/landmark dikaitkan dengan keberadaan sebuah banguanan
tunggal monument atau bentang alam yang di jadikan symbol dan
wakil dari suatu lingkungan;
f) Arsitektur dikaitkan dengan estetik dan rancangan yang
menggambarkan suatu zaman dan gaya tertentu.
5. Berdasarkan kriteria dan tolak ukur, kawasan lingkungan cagar budaya dapat
di kelompokan menjadi beberapa golongan yang berbeda satu dengan yang
lainya. Penggolongan lingkungan cagar budaya diatur melalui keputusan
bupati/walikota setempat;
Pariwisata meliputi berbagai jenis, karena keperluan dan motif perjalanan wisata yang
di lakukan bermacam-macam antara lain7
1. Pariwisata Pantai (Marine turisem), adalah kegiatan pariwisata yang di
tunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam
dan olahraga air lain, teermasuk sarana dan prasarana akomodasi makan dan
minum.
2. Pariwisata Etnik (Etnhic Tourism), yaitu perjalanan untuk mengamati
perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang menarik.
37
3. Pariwisata Budaya (Culture Tourism), yaitu perjalanan untuk meresapi atau
untuk mengalami gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.
4. Pariwisata Rekreasi (Recreation Tourism), yaitu kegiatan pariwisata yang
berkisar pada olahraga, menghilangkan ketegangan dan melakukan kontak
social dengan suasana santai.
5. Pariwisata Alam (Eco Tourism), yaitu perjalanan kesuatu tempat yang
relative masih asli atau belum tercemar, dengan tujuan untuk mepelajari,
mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan, dan binatang liar serta
perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.
6. Pariwisata Kota (City Tourism), yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk
menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang liar serta perwujudan
budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.
7. Resort City, yaitu kota atau perkampungan yang mempunyai tumpuan
kehidupan pada persediaan sarana atau prasarana wisata yaitu penginapan,
restoran, olahraga, hiburan dan persediaan tamasya lainnya.
8. Pariwisata Agro (Agro Tourism yang terdiri dari Rural Tourism atau Farm
Tourism) yaitu merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari
kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini
bertujuan mengajak wisatawan memikirikan alam dan kelestariannya.
9. Pariwisata perkotaan Urban Tourisem adalah bentuk pariwisata yang umum
terjadi di kota-kota besar, dimana pariwisata merupakan kegiatan yang cukup
penting, namun bukan merupakan kegiatan utama di kota tersebut.
38
lingkungan dan segi-segi sosial. Bentuk di ciptakan untuk tandingan wisata
skala besar dan keuntungan ekonominya di peroleh serta di rasakan
masyarakat setempat sebagai pemilik dan penyelenggara jasa pelayanan dan
fasilitas priwisata.
39
Tarik Wisata dapat dibedakan menjadi tiga:
a) Obyek Wisata Alam: seperti, laut, pantai, gunung, danau, fauna, flora,
kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam.
b) Obyek Wisata Budaya: seperti, upacara kelahiran, tari-tari tradisional,
pakaian adat, perkawinan adat, upacara laut, upacara turun ke sawah,
cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival
budaya, kain tenun tradisional, tekstil lokal, pertunjukan tradisional,
adat-istiadat lokal, musem, dll.
c) Obyek Wisata Buatan: seperti, sarana dan fasilitas olehraga,
permainan (layanglayang), hiburan (lawak, akrobatik), ketangkasan
(naik kuda), Taman rekreasi, taman nasional, pusat-pusat perbelanjaan
dan lain-lain.
Menurut Sujali (1989) dalam Asmoro (2011: 14), ada tiga jenis atau bentuk bahan
dasar yang harus dimiliki oleh suatu industri pariwisata, yaitu antara lain:
1. Obyek wisata alam (natural resources)
Bentuk dan obyek wisata ini berupa pemandangan alam, seperti obyek wisata
berwujud pada lingkungan, pegunungan, pantai, lingkungan hidup yang
berupa flora dan fauna atau bentuk lain yang menarik.
2. Obyek wisata budaya (human resources)
Bentuk dan obyek wisata ini lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan
maupun kehidupan manusia seperti tarian tradisional ataupun kesenian,
upacara adat, upacara keagamaan, upacara pemakaman, dan lain-lain.
3. Obyek wisata buatan manusia (man made resources)
Bentuk dan wujud obyek wisata ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas serta
kreativitas manusia dimana bentuknya sangat tergantung pada keaktifan
manusia. Wujudnya berupa museum, tempat ibadah, kawasan wisata yang
dibangun seperti wisata taman mini, taman wisata kota, kawasan wisata ancol,
dan sebagainya.
40
Jenis dan macam pariwisata menurut Oka A. Yoeti (1996: 115) diklasifikasikan
sesuai dengan menurut letak geografis, menurut alasan atau tujuan perjalanan,
menurut saat berkunjung dan menurut obyeknya. Adapun uraian mengenai jenis dan
macam pariwisata tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menurut letak geografis, dimana kegiatan pariwisata berkembang
a) Pariwisata Lokal (Local Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah pariwisata
setempat, yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan terbatas
dalam tempat-tempat tertentu saja. Misalnya, kepariwisataan Kota
Bandung atau kepariwisataan di daerah DKI Jakarta saja.
b) Pariwisata Regional (Regional Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di suatu daerah yang ruang
lingkupnya lebih luas di banding dengan pariwisata lokal, tetapi lebih
sempit jika dibandingkan dengan kepariwisataan nasional. Contohnya
kepariwisataan Sumatera Utara, Bali, dan lain-lain.
c) Kepariwisataan Nasional (National Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di suatu negara.
d) Pariwisata Regional-Internasional
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional yang
terbatas, tetapi melewati batas-batas dua negara atau lebih dalam
wilayah tersebut. Misalnya kepariwisataan ASEAN, Timur Tengah,
Asia, dan lain-lain.
e) International Tourism
Pengertian ini sinonim dengan kepariwisataan dunia (world tourism),
yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh dunia,
termasuk didalamnya selain “regional-international tourism” dan juga
41
“national tourism”.
2. Menurut Alasan dan Tujuan Perjalanan
a) Bussines Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjungnya datang untuk tujuan
dinas, usaha dagang atau berhubungan dengan pekerjaan, kongres,
seminar, convention, symposium, musyawarah kerja.
b) Vacation Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang melakukan perjalanan
wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur, cuti atau vakansi.
c) Education Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang yang melakukan
perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari sesuatu bidang ilmu
pengetahuan. Termasuk kedalamnya adalah dharma wisata (study-
tour). Dalam bidang bahasa dikenal dengan istilah “Polly Glotisch”,
yaitu untuk meningkatkan kamampuan berbahasa asing, seseorang
memerlukan tinggal sementara waktu di negara yang bahasanya
sedang dipelajari.
3. Menurut saat dan waktu berkunjung
a) Seasonal Tourism
Yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim-
musim tertentu. Termasuk kedalam kelompok ini adalah Summer
Tourism atau Winter Tourism, yang biasanya ditandai dengan kegiatan
olah raga.
b) Occasional Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan wisatanya dihubungkan
dengan kejadian (occasion) maupun suatu events, seperti misalnya
Galungan dan Kuningan di Bali, Sekaten di Yogya atau Pajang Jimat
di Cirebon, Cherry Blossom Festival di Tokyo atau Washington, pesta
air di negara-negara yang beragama Hindu (India, Burma, Muangthai,
42
Kamboja, Hongkong atau Singapura).
4. Pembagian menurut obyeknya
a) Cultural Tourism
Yaitu jenis pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk melakukan
perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni- budaya
suatu tempat atau daerah. Jadi obyek kunjungannya adalah warisan
nenek moyang, benda-benda kuno. Seiring perjalanan pariwisata
semacam ini dalam kesempatan untuk mengambil bagian dalam suatu
kegiatan kebudayaan itu sendiri di tempat yang di kunjunginya.
b) Recuperation Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuannya dari pada
orang-orang untuk melakukan perjalanan adalah untuk menyembuhkan
suatu penyakit, seperti mandi di sumber air panas, mandi lulur seperti
yang banyak dijumpai di Eropa atau mandi susu, mandi kopi Jepang
yang katanya dapat menjadikan orang awet muda.
c) Commercial Tourism
Disebut sebagai pariwisata perdagangan, karena perjalanan pariwisata
ini dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional atau internasional,
dimana sering diadakan kegiatan Expo, Fair, Exhibition dan lain-lain.
d) Sport Tourism
Biasanya disebut dengan istilah pariwisata olahraga. Yang dimaksud
dengan pariwisata jenis ini adalah perjalanan orang-orang yang
bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olahraga di
suatu tempat atau negara tertentu, seperti Olympiade, All England,
pertandingan tinju atau sepak bola. Atau ikut berpartisipasi dalam
kegiatan itu sendiri.
e) Political Tourism
Biasanya disebut dengan pariwisata politik, yaitu suatu perjalanan
yang tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau
43
kejadian yang berhubungan dengan suatu negara, apakah ulang tahun
atau peringatan hari tertentu, seperti Hari Angkatan Perang di
Indonesia, Parade 1 Mei di Tiongkok atau 1 Oktober di Rusia.
f) Social Tourism
Pariwisata sosial bukan merupakan suatu peristiwa yang berdiri
sendiri. Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja
yang tidak menekankan untuk mencari keuntungan, seperti misalnya
study tour, picnic atau youth tourism yang sekarang dikenal dengan
Pariwisata Remaja.
g) Religion Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah
untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan,seperti
kunjungan ke Luordes bagi orang yang beragama Katolik, atau ke
Muntilan pusat pengembangan agama Kristen di Jawa Tengah, ikut
Haji Umroh bagi yang beragama Islam atau upacara Agama Hindu
Bali Sakenan, Bali.
5. Menurut Umur yang melakukan perjalanan
a) Youth Tourism
Pariwisata yang dikembangkan bagi remaja yang suka melakukan
perjalanan wisata dengan harga yang relative murah.
b) Adult Tourism
Pariwisata yang diikuti oleh orang-orang yang berusia lanjut. Menurut
Direktoral Jendral Pemerintahan dalam (Sunaryo2013).
obyek wisata atau daya tarik wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Daya tarik wisata alam
Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang dikembangkan dengan
lebih banyak berbasis pada anugrah keindahan dan keunikan yang telah
tersedia di alam, seperti:
a) Pantai dengan keindahan pasir putihnya, deburan gelombang ombak
44
serta akses pandangnya terhadap matahari terbit atau tenggelam,
b) Laut dengan aneka kekayaan terumbu karang maupun ikannya,
c) Danau dengan keindahan panoramanya,
d) Gunung dengan daya tarik vulcano nya,
e) Hutan dan Sabana dengan keaslian flora dan faunanya,
f) Sungai dengan kejernihan air dan kedasyatan arusnya,
g) Air terjun dengan panorama kecuramannya
2. Daya tarik wisata budaya
Daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata yang dikembangkan dengan
lebih banyak berbasis pada hasil karya dan hasil cipta manusia, baik yang
berupa peninggalan budaya (situs/ heritage) maupun nilai budaya yang masih
hidup (the living culture) dalam kehidupan di suatu masyarakat, yang dapat
berupa upacara/ ritual, adat istiadat, seni pertunjukan, seni kriya, seni sastra,
seni rupa, ataupun keunikan sehari- hari yang dimiliki oleh suatu masyarakat.
Beberapa contoh daya tarik wisata budaya di Indonesia yang banyak
dikunjungi oleh wisatawan adalah Situs (warisan budaya yang berupa benda,
bangunan, kawasan, struktur, dsb), Museum, Desa Tradisional, Kawasan Kota
Lama, Monumen Nasional, Sanggar Seni, Pertunjukan, Event, Festival, Seni
Kriya, Adat Istiadat maupun karya-karya teknologi modern.
3. Daya tarik wisata minat khusus
Daya tarik wisata budaya (special interest) adalah daya tarik wisata yang
dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada aktivitas untuk pemenuhan
keinginan wisatawan secara spesifik, seperti pengamatan satwa tertentu (birds
watching), memancing (fishing), dan berbelanja.
45
memberikan pelayanan kepada para wisatawan. Yang termasuk prasarana
pariwisata antara lain, adalah:
Prasarana perhubungan, meliputi: jalan raya, jembatan dan terminal bus, rel kereta
api dan stasiun, pelabuhan udara (airport) dan pelabuhan laut (sea port/harbour)
1. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.
2. Instalasi penyulingan bahan bakar minyak.
3. Sistem pengairan atau irigasi untuk kepentingan pertanian, peternakan
dan perkebunan.
4. Sistem telekomunikasi seperti telepon, pos, telegraf, faksimili, telex,
email, dan lain.
5. Prasarana kesehatan seperti rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat.
6. Prasarana, keamanan, pendidikan dan hiburan.
Dan seorang para ahli pariwisata, Lothar A. Kreck dalam bukunya yang berjudul
“International Tourism” membagi prasarana atas 2 (dua) bagian yaitu:
1. Prasarana umum, seperti air bersih, listrik, jalan raya, dan lain-lain.
2. Prasarana kebutuhan masyarakat, seperti rumah sakit, kantor polisi, kantor
pos, dan lain-lain.
3. Prasarana kepariisataanyaitu kegiatan usah yang memberikan pelayanan
kepada wisatawan diantaranya :
46
a) Reseptive Tourist Plan (badan usaha yang mengurus kedatangan
wisatawan),
b) Residental Tourist Plan (fasilitas-fasilitas yang disediakan untuk
menampung wisatawan),
c) Recreative and Supportive Tourist (semua fasilitas untuk berolah
raga).
Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata akan
mengundang kehadiran wisatawan.
1. Masyarakat
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran
47
wisatawan tersebut dan akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para
wisatawan. Untuk ini masyarakat di sekitar objek wisata perlu mengetahui
berbagai jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan.
Dalam hal ini pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah
menyelenggarakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat. Salah satunya
adalah dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata. Dengan terbinanya
masyarakat yang sadar wisata akan berdampak positif karena mereka akan
memperoleh keuntungan dari para wisatawan yang membelanjakan uangnya.
Para wisatawan pun akan untung karena mendapat pelayanan yang memadai
dan juga mendapatkan berbagai kemudahan dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Lingkungan
Di samping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam di sekitar
objek wisata pun perlu diperhatikan dengan seksama agar tak rusak dan
tercemar. Lalu lalang manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun dapat
mengakibatkan rusaknya ekosistem fauna dan flora di sekitar objek wisata. Oleh
sebab itu perlu adanya upaya menjaga kelestarian lingkungan melalui
penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu objek
wisata.
3. Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata merupakan
lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup suatu
masyarakat. Oleh karena itu lingkungan budaya ini pun kelestariannya tidak
boleh tercemar oleh budaya asing, tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga
dapat memberikan kenangan yang mengesankan bagi tiap wisatawan yang
berkunjung. Masyarakat yang memahami, menghayati, dan mengamalkan sapta
pesona wisata di daerah tujuan wisata menjadi harapan semua pihak untuk
mendorong pengembangan pariwisata yang pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
48
3.3 Aktifitas Ekonomi Masyarakat
Ekonomi merupakan suatu kegiatan yang diakukan guna untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Dampak ekonomi oleh pariwisata yang dirasakan
masyarakat adalah semakin tingginyas pendapatan. Menurut Hidayat, 2012
pembangunan ekonomi merupakan usaha masyarakat untuk mengembangkan usaha
ekonomi dengan meningkatkan produktivitasnya. Pertumbuhan ekonomi dengan
meningkatkan produktivitas ekonomi adalah bentuk pembangunan ekonomi yang
dianalisis secara meluas, dimana pembangunan ekonomi didapatkan dari hasil
peningkatan semua model ekonomi yang dapat mencakup infranstruktur transportasi,
human capital dan modal sosial lainnya. Dan secara umum aktivitas ekonomi di
kelompokan menjadi aktivitas utama produksi, distribusi, dan konsumsi menurut
Crayonpedia, 2009. Secara teoritis menurut Rahardja dan Manurung, 2005
mengemukakan tujuh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu : stok
barang modal. Jumlah tenaga kerja, tingkat teknologi, pendapatan,manajemen,
kewirausahaan dan informasi
Menurut (Crayonpedia, 2009) aktivitas ekonomi merupakan suatu kegiatan
penduduk yang didorong oleh motif tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup diri
dan keluarganya dengan memanfaatkan lingkungan (Biotik, Abiotik dan sosial).
Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia terbagi dua, yaitu
barang dan jasa. Barang ialah segala benda dalam bentuk fisik yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan manusia, sedangkan jasa ialah benda dalam bentuk nonfisik
yang berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia. secara umum aktivitas ekonomi
dikelompokkannya menjadi yaitu aktivitas utama produksi, distribusi, dan konsumsi.
Menurut (Saptiarso 2009) Jenis kegiatan ekonomi di daerah perkotaan antara lain
sebagai berikut:
1. Bidang Jasa
2. Bidang Perdagangan
3. Bidang Industri
49
Dan menurut (Supartono 2011) pengaruh terhadap karakteristik yang muncul
dalam masyarakat dilingkungan baik secata sosial maupun ekonomi. Berkaitan
dengan hal tersebut diperlukan adanya suatu variabel untuk melihat kondisi sosial
ekonomi masyar`akat. Variabel ekonomi yang meliputi tingkat pendapatan, besarnya
pengeluaran perbulan atau belanja atau konsumsi, baik untuk pangan maupun non
pangan serta tingkat produksi, investasi dan sebagainya.
50
BAB IV
METODOLOGI
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pada bab ini akan diuraikan mengenai tahapan
pengumpulan data, serta tahap analisis data yang digunakan dalam kegiatan penelitian
tentang Penggunaan Lahan Pariwisata Pada Koridor Jalan Sukarno-Hatta Kelurahan
Labuan Kecamatan Komodo Labuan Bajo.
Data yang diperoleh kaitannya dengan penelitian ini adalah berupa data primer dan
sekunder yang diperoleh dari instansi – instansi yang terkait dengan jenis data
sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan
langsung dilapangan, data yang dimaksud meliputi :
a. Penggunaan Lahan lokasi penelitian
b. Aktifitas ekonomi masyarakat
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui instansi – instansi yang
terkait, data yang dimaksud meliputi :
a. Kondisi Fisik
b. Data demografi
c. Data pariwisata
d. Peta – peta yang terkait dengan penelitian
51
3.2 Jenis Penelitian
Medote penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kuantitatif yaitu dengan cara mencari informasi tentang gejala
yang ada, didefinisikan dengan jelas tujuan yang akan dicapai, merencanakan cara
pendekatannya, mengumpulkan data sebagai bahan untuk mengukur keterkaitan
antara sebelum dan sesdudah adanya wisata Jenis penelitian menggunakan penelitian
komparatif.
Jenis penelitian komparatif, merupakan penelitian yang membandingkan dua
(2) sebelum dan sesudah pengamatan. Penelitian komparasi akan menemukan
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang,
tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang lain, kelompok,
terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan
pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap
kasus, terhadap orang, peristiwa, atau ide-ide (Arikunto, 2010).
Metode pengumpulan yang digunakan penulis adalah metode survey, menurut
Sugiyono (2013:11) adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan angket
sebagai alat penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kesil tetapi data
yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga
ditemukan kejadian relativf, distribusi, dan hubungna antar variabel, sosiologis
maupun psikologis. Tujuan penelitian survey adalah untuk memberikan gambara
secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat, serta karakter-karakter yang khas
dari kasus atau kejadian suatu hal yang bersifat umum. karena bentuk yang tujukan
untuk mendeskripsikan hal-hal yang ada, baik hal alamiah maupun hal buatan
manusia. Hal itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan,
kesamaan dan perbedaan antara hal yang satu dengan hal lainnya. Dan pada peneltian
deskriptif mampu mengetahui masalah yang ada pada masyarakat, serta tata cara
yang berlaku dalam masyarakat tersebut disituasi-situasi tertentu, pada kegiatan-
kegiatan, sikap dan pandangan serta proses yang berlangsung yang akan
mengakibabtkan dampak dari suatu hal atau fenomena tersebut.
52
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tahap persiapan dan tahapan
teknik survey.
3.2.1.1 Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data
pada dasarnya mengamati gejala fisik kawasan eksisting dan sosial sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dan pengamatan terhadap keadaan lapangan secara
detail/visual. Adapun tujuan survey lapangan yaitu untuk mengamati kondisi yang
terdapat dilapangan, sehingga mendapatkan gambaran permasalahan yang sebenarnya
terjadi dilapangan berdasarkan hasil kuisoner. Objek pengamatannya adalah
masyarakat yang bertempat tinggal di sepanjang jalan Sukarno Hatta kecamatan
Komodo Labuan Bajo
3.2.1.2 Kuisoner
Menurut Sugiyono (2005) Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
akan dilakukan dengan cara memberi pertanyaan-pernyataan secara tertulis dengan
ada beberapa obsen yang akan dipilih atau dijawan oleh responden. Tujuan dari
teknik ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji Perubahan Penggunaan lahan dan
53
Aktivitas Ekonomi Masyarakat Akibat pariwisata pada Jalan Soekarno-Hatta
Kecamatan Komodo Labuan Bajo yang ingin dicapai dalam penelitian tersebut.
3.2.1.3 Dokumentasi
Teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi diartikan sebagai upaya
untuk memperoleh data dan informasi berupa catatan tertulis/gambar yang tersimpan
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dokumen merupakan fakta dan data
tersimpan dalam berbagai bahan yang berbentuk surat-surat, laporan, peraturan,
catatan harian,foto dan sketsa dan data lainnya yang tesimpan. Dakumen tak terbatas
pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui
hal-hal yangpenah terjadi untuk penguat data observasi dan wawancara dalam
memeriksa keabsahan data, membuat interprestasi dan penarikan kesimpulan.
54
Menurut Usman (2006:181) Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan
secara tersurat yaitu yang berkenaan dengan esarnya anggota populasi serta wilayah
penelitian yang disebutkan secara tersurat yaitu yang berkenaan dengan besarnya
anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. Adapun jumlah populasi
dalam penelitian ini yaitu 111 orang yang terdiri dari populasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang
diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai
sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Adapun penentuan jumlah sampel
yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan metode sensus
berdasarkan pada ketentuan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002 : 61-63 ), yang
mengatakan bahwa: “Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah
sensus.”
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
sampel jenuh. Metode sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan menjadi sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah
populasi dari masyarakat yang masuk dalam lingkup penelitian di sepanjang koridor
Jln Sukarno-Hatta yang berada di Kelurahan Labuan Bajo, Kecamatan Komodo,
Labuan Bajo. pada penelitian ini penelitian meneliti semua populasi ssyang berjumlah
111 populasi yang ada disepanjang Koridor Jalan yang terdapat.
1 pemilik homstay 11
55
2 pemilik hotel 7
3 pemilik kaffe 13
4 pemandu wisata 5
6 pemilik laundri 9
7 pemilik toko 15
8 pemilik warung 16
9 nelayan 14
jumlah 111
56
3.4.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan (analisis overlay dan analisis
deskriptif kuantitaif)
Metode yang digunakan dalam menganalisis perubahan penggunaan lahan
sebelum dan sesudah adanya wisata menggunakan pemetaan perubahan penggunaan
lahan, Overlay dan metode deskriptif kualitatif yang di deskripsikan atau mengolah
data-data untuk diutarakan secara jelas.
Berdasarkan sasaran 1 Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan pada
sepanjang koridor Jalan Sukarno-Hatta Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Komodo
Labuan Bajo maka dari metode analisis spasial yaitu Overlay untuk mengetahui
perubahan lokasi dari sebelum berkembang pembangunan wisata sampai sesudah
adanya wisata. Metode pendekatan keruangan (spatial analysis), yaitu analisis overlay
GIS. Overlay adalah kemampuan untuk melihat grafis satu peta diatas grafis peta
yang lain dan menampilkan hasilnya pada layar komputer dan bisa mengetahui
perubahan-perubahan pada suatu kondisi. Secara umum, overlay menampilkan suatu
peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan
peta gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut.
Hasil dari analisa overlay ini adalah peta perubahan penggunaan lahan dari tahun
sebelum berkembangnya wisata dan tahun sesudah berkembangnya wisata.
57
a. Pengumpulan data peneliti mengenali aspek-aspek mana yang akan
dikategorikan sebagai dampak penggunaan lahan. Peta mental yang
dihasilkan pada direduksi menggunakan hasil perbandingan dari GIS untuk
melihat perubahan pada tahun sebelum dan sesudah adanya pariwisata.
b. Tabulasi data
Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi
kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan, dalam melakukan tabulasi
diperlukan keterkaitan agar tidak terjadi kesalahan. Tabel hasil tabulasi dapat
berbentuk (Hasan, 2006: 20).
1) Tabel pemindahan yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode dari
kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi sebagai
arsip.
2) Tabel biasa adalah tabel yang disusun berdasar sifat responden
tertentu dan tujuan tertentu
3) Tabel analisis yang memuat suatu jenis informasi yang telah
dianalisi
c. Analisis data
Menurut Hasan (2006 :Hlm 29) analisis data merupakan mimikirkan dengan
cara menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari beberapa kejadian
pada suatu kejadian lainnya, serta memperkirakan dan meramalkan kejadian
lainnya.
Kejadian dapat dinyatakan sebagai perubahan nilai variabel. Proses analisis
data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil
kuesioner dan bantuan Kuisoner
58
pada sebuah fenomena spasial serta untuk menyusun sebuah hipotesa penelitian.
Metode ini di gunakan untuk menggabungkan output sasaran I dan Output sasaran
II.
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien
korelasi sebagai berikut:
0,00 - 0,199 = sangat rendah
0,20 - 0,399 = rendah
0,40 - 0,599 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat
59
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, N. A., Ruyadi, Y., & AliaA, M. N. (2017). Analisis Perubahan Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat Blok Pekauman Desa Astana Dengan Keberadaan
Tradisi Ziarah Makam Sunan Gunung Jati Di Cirebon. SOSIETAS, 7(1), 317.
Khadiyanto, Parfi. 2005. Tata Ruang Berbasis pada Kesesuaian Lahan. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
60
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132240452/penelitian/Studi_Perubahan_Penggu
naan_Lahan_DI_KECA.pdf
61