Anda di halaman 1dari 62

PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH EKONOMI TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN


LAHAN PARIWISATA SEPANJANG KORIDOR JALAN SOEKARNO-
HATTA LABUAN BAJO

Disusun Oleh

Nuriati Klaudia Nangung

Nim : 18.24.095

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIIL DAN PERENCAN AAN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pariwisata adalah keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan
pergerakan manusia yang melakukan perjalanan atau persinggahan sementara dari
tempat tinggalnya, ke suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat
tinggalnya yang didorong oleh beberapa keperluan tanpa bermaksud mencari nafkah
(Gunn, Clare A: 2002). Menurut Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 10 Tahun
2009 kegiatan berwisata berlangsung karena banyak faktor, salah satu di antaranya
adalah faktor daya tarik wisata yang ada didestinasi wisata. Daya tarik wisata adalah
segala sesuatu yang memilik keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi
sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan, sehingga terdapat berbagai jenis-jenis
pariwisata.

Pariwisata merupakan industri jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang


kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari daerah atau
negara asal ke daerah tujuan wisata, hingga kembali ke negara asalnya yang
melibatkan berbagai komponen seperti biro perjalanan, pemandu wisata (guide), tour
operator, akomodasi, restoran, artshop, moneychanger, transportasi, dan yang lainnya.
Wahab (2003) menyebut pariwisata adalah salah satu jenis industri mampu
menghasilkan pertumbuhan ekonomi, yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja,
yang mampu meningkatkan standar hidup serta memiliki potensi menstimulasi
sektor-sektor produktif lainnya.

Kehadiran Sektor pariwisata memberi dampak yang sangat besar bagi


perekonomian masyarakat di sekitar, terutama masyarakat yang berada di kawasan
atau lokasi yang menjadi tujuan wisata. Pariwisata merupakan salah satu sektor

1
ekonomi penting. Selain sebagai mesin penggerak ekonomi, pariwisata dianggap
mampu mengurangi angka pengangguran. Dalam perekonomian nasional, pariwisata
merupakan sektor yang diharapkan mampu meningkatkan pendapatan melalui
penerimaan devisa. Pariwisata telah menjadi dinamisator kehidupan sosial budaya
masyarakat karena memberi manfaat kepada masyarakat melalui penciptaan lapangan
kerja, peningkatan devisa, mendorong ekspor dan mengubah struktur perekonomian
masyarakat lebih baik

Aktifitas ekonomi merupakan kegiatan yang didukung oleh adanya wisata yang
didorong oleh motif tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya
dengan memanfaatkan lingkungan (Biotik, Abiotik, dan sosial). Benda-benda yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia terbagi menjadi dua (2), yaitu barang
dan jasa. Barang ilah segala benda dalam bentuk fisik yang berguna untuk memenuhi
kebutuhan manusia, sedangkan jasa ialah benda dalam bentuk nonfisik yang berguna
untuk memenuhi kebutuhan manusia. secara umum aktivitas dilakukan masyarakat
dapat diklasifikasi menjadi dua golongan yaitu berdasarkan tempat, berdasarkan jenis
pekerjaan (pertanian dan non pertanian). Berdasarkan jenis pekerjaan, yang termasuk
pekerjaan disektor pertanian antara lain pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan
dan kehutanan. Sedangkan yang termasuk pekerjaan disektor non pertanian adalah
pertambangan, perindustrian, pariwisata dan jasa. Perubahan penggunaan lahan juga
dipengaruhi adanya pariwisata sehingga terjadi perubahan penggunaan lahan dan
aktivitas-aktivitas masyarakat.

Seiring dengan terus berkembangnya kegiatan pariwisata dan berbagai


aktifitasnya, maka ruang yang ada di sekitar daya tarik wisata tersebut akan berubah.
Karena pada dasarnya suatu kegiatan tentunya akan membutuhkan ruang agar
kegiatan tersebut bisa semakin berkembang. Berubahnya suatu ruang untuk
pengembangan kegiatan wisata tersebut tentunya akan berdampak terhadap
perubahan pada komponen lingkungan sebagai penyangganya.

2
Menurut (Wahyunto et al 2001) Perubahan Penggunaan lahan adalah Peralihan
dari suatu penggunaan lahan dari penggunaan satu ke penggunaan yang lainnya
sehingga berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu
selanjutnya dan berubahnya fungsi suatu lahan pada kurun waktu yang berbeda.
Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya adalah peralihan fungsi lahan yang
tadinya untuk peruntukan tertentu berubah menjadi peruntukan tertentu pula.
Penyebab perubahan penggunaan lahan dapat dipengaruhi faktor pertumbuhan
populasi penduduk, faktor pertumbuhan ekonomi, faktor teknologi, faktor kebijakan,
faktor institusi, faktor budaya, dan biofisika (Agung Witjaksono dkk, 2018).
Perubahan penggunaan lahan suatu kawasan juga dapat dipengaruhi adanya
pembangunan sarana, prasarana, maupun pembangunan pariwisata.
Labuan Bajo dengan Pesona binatang Purba Komodo, keindahan alam serta
tebaran pulau-pulau kecil disekitarnya adalah salah satu destinasi wisata di Provinsi
Nusa Tenggara Timur bahkan Indonesia. Labuan Bajo mulai ramai dikunjungi
wisatawan setelah Pulau Komodo masuk dalam daftar Tujuh Keajaiban Dunia Baru
(New 7 Wonder of the World). Labuan Bajo telah terpilih sebagai destinasi kelas
dunia bersama dengan 3 destinasi wisata lainnya yaitu Danau Toba, Borobudur, dan
Mandalika. Labuan Bajo sendiri telah ditetapkan menjadi Badan Otoritas Pariwisata
(BOP). Perubahan status ini didasarkan kepada Perpres BOP Labuan Bajo Flores,
Nomor 32, Tahun 2018, Tanggal 5 April 2018. Bersamaan dengan terpilihnya
pariwisata Labuan Bajo sebagai destinasi dunia, pengembangan pun dilakukan secara
masif. Beragam fasilitas ditambah dan dibangun untuk kenyamanan wisatawan.
(Kiwang & Arif, 2020)
Pariwisata membawa perubahan besar bagi perubahan penggunaan lahan di
Labuan Bajo, dimana pembangunan akomoditas pendukung pariwisata terus
meningkat diikuti meningkatnya usaha perekonomiannya. Pariwisata sebagai salah
salah satu sektor yang memberi manfaat besar baik bagi pemerintah setempat maupun
bagi perekonomian masyarakat sekitar, pariwisata juga telah menjadi dinamisator
kehidupan sosial budaya masyarakat karena memberi manfaat kepada masyarakat

3
melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan devisa, mendorong ekspor dan
mengubah struktur perekonomian masyarakat lebih baik. Perkembangan pariwisata di
sepanjang koridor Jalan Sukarno-Hatta Kelurahan Labuan Bajo, Kabupaten
Manggarai Barat menunjukan bahwa masyarakat menunjukan respon positif bahwa
pariwisata telah memberikan kontribusi yang baik untuk masyarakat yang
mengakibatkan masyarakat sangat menerima kehadiran wisatawan dan investor dan
terbiasa dengan aktivitas pariwisata dan menjadikan pariwisata sebagai sumber mata
pencarian. Peluang usaha yang disedikan pariwisata telah mengurangi angka
pengangguran di Kelurahan Labuan Bajo.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, Dengan adanya
perubahan penggunaan lahan serta diikuti perkembangan ekonomi akibat adanya
pariwisata seperti berkembangnya sarana prasarana pendukung wisata, tentunya
secara langsung akan mengakibatkan perkembangan wilayah sekitarnya. Hal yang
tampak pada saat ini adalah perubahan penggunaan lahan dan aktifitas ekonomi
dengan berkembangnya kawasan-kawasan permukiman yang difungsikan sebagai
akomoditas disekitar kawasan wisata tersebut.

Disamping perkembangan pariwisata ini sangat berdampak pada penggunaan


lahannya, yang awalnya tampak bangunan untuk tempat tinggal serta kegiatan
masyarakat sebagai nelayan dan pedagang sejenisnya berubah menjadi kawasan
penunjang pariwisata yang memanjakan mata para wisatawan yang berkunjung.

Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :

4
1. Bagaimana perkembangan ekonomi sebelum adanya wisata pada koridor
Jalan Sukarno-Hatta di Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Komodo Labuan
Bajo?
2. Bagaimana perubahan penggunaan lahan sebelum dan setelah adanya
pariwisata?
3. Bagaimanakah pengaruh ekonomi terhadap perubahan penggunaan lahan
pariwisata pada koridor Jalan Sukarno-Hatta di Kelurahan Labuan Bajo
Kecamatan Komodo Labuan Bajo?

1.3 Tujuan dan Sasaran


Berdasarkan rumusan permasalahan yang diangkat dalam studi, maka tujuan dan
sasaran yang ingin di capai adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis jenis perubahan
penggunaan lahan yang yang disebabkan karena faktor pariwisata di Labuan Bajo
yang berdampak secara langsung oleh wisata.

1.3.2 Sasaran
Untuk menjawab tujuan yang ingin dicapai tersebut, maka ditentukan beberapa
sasaran yang ingin dicapai,yakni sebagai berikut
1. Mengidentifikasi perkembangan ekonomi sebelum adanya wisata pada
koridor Jalan Sukarno-Hatta di Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Komodo
Labuan Bajo?
2. Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan sebelum dan setelah adanya
pariwisata?
3. Mencari pengaruh ekonomi terhadap perubahan penggunaan lahan pariwisata
pada koridor Jalan Sukarno-Hatta di Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan
Komodo Labuan Bajo?

5
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan merupakan suatu batasan yang diberikan untuk
mempermudah dalam mencapai tujuan penelitian. Adapun ruang lingkup pembahasan
dibagi menjadi ruang lingkup lokasi dan ruang lingkup materi

1.4.1 Lingkup Materi


Lingkup materi merupakan batasan konsep dan teori yang akan dibahas dalam
penyusunan laporan penelitian ini. Penentuan ruang lingkup ini menjadi bahan dasar
yang menjadi batasan mengenai lingkup pembahasan yang akan di bahas dalam
penelitian. Hal ini mencakup segala pokok pembahasan yang menjadi dasar
pemikiran dan pertimbangan dalam “Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap
Penggunaan Lahan Kota Labuan Bajo”sehingga penelitian yang dilakukan dapat
terfokus pada beberapa materi tidak mencakup semua materi secara umum.
1. Mengidentifikasi karakteristik penggunaan lahan yang berdampak
pariwisata. Adapun penelitian ini di fokuskan pada aspek-aspek yang
berkaitan dengan kriteria objek wisata, jarak antar pariwisata, dan
penggunaan lahan untuk pariwisata.
2. Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan pada di Labuan Bajo
Adapun penelitian ini di fokuskan pada aspek-aspek yang berkaitan
penggunaan lahan terbangun dan penggunaan lahan tak terbangun.
3. Mengidentifikasi karakteristik wisata di Labuan Bajo
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik kegiatan wisata yang
ada pada wilayah penelitian. Data yang digunakan untuk melakukan analisis
ini antara lain adalah data jumlah wisatawan, intesitas kunjungan wisata,
kondisi sarana dan prasarana di tempat wisata, dan kegiatan yang dilakukan
pengunjung dilokasi wisata tersebut
4. Mengidentifikasi pengaruh antara kegiatan wisata dengan perubahan
penggunaan lahan.
Adapun penelitian ini di fokuskan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan

6
mencari seberapa besar daerah yang terguras oleh pengembangan
pariwisata

1.4.2 Lingkup Lokasi


Ruang lingkup lokasi dari penelitian Perubahan Penggunaan Lahan Pariwisata
pada Koridor Jalan Sukarno-Hatta Desa Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Labuan
Bajo. Secara batas administrasi penelitian hanya terdapat pada satu kelurahan saja
yaitu Desa Labuan Bajo yang terletak di Kecamatan Komodo.

1.5 Sistematika Pembahasan


BAB I PENDAHULUAN
Bab I berisi latar belakang,rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
penelitian, kerangka pikir dan sistematika pembahasan.
BAB II KELUARAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Pada bagian bab ini berisikan tentang keluaran (output) dari hasil penelitian yang
dikerjakan sesuai sasaran yang sudah disebutkan pada bagian bab 1 sebelumnya,
keluaran (output) yang dikerjakan akan dibuat bentuk jurnal.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Bab III berisi tentang tinjauan pustaka yang menjadi dasar maupun yang menjadi
pedoman tertulis bagi pembuatan laporan penelitian.
BAB IV METODE PENELITIAN
Bab IV berisi tentang metode persiapan survey, metode pengumpulan data, dan
metode analisis data yang akan digunakan dalam pembuatan laporan penelitian.
BAB V GAMBARAN UMUM
Bab V berisi tentang gambaran umum tentang lokasi studi serta memaparkan tentang
data – data hasil amatan lapangan yang diperoleh melalui metode penelitian baik
sekunder maupun primer.
BAB VI ANALISA
Bab VI berisi tentang hasil analisa yang telah dilakukan berdasarkan sasaran dan
amatan lapangan.

7
BAB II

KELUARAN

Pada bagian bab ini berisikan tentang keluaran (output) dari hasil penelitian yang
dikerjakan sesuai sasaran yang sudah disebutkan pada bagian bab 1 sebelumnya,
keluaran (output) yang dikerjakan akan dibuat bentuk jurnal. Selanjutnya jurnal yang
dihasilkan rencananya akan diunggah pada indeks sinta 3 jurnal yang terdapat pada
suatu perguruan tinggi negeri maupun swasta sesuai judul yang berkaitan dengan
judul penelitian ini.

2.1 Aturan Penulisan jurnal


sub bab ini akan membahas mengenai cara penulisan jurnal yang sesuai standar yang
diberikan oleh jurnal perencanaan pembangunan wilayah dan perdesaan institut
pertanian bogor.

A. Judul

Judul dalam Bahasa Indonesia


(Times New Roman 14pt, tebal, tengah, spasi sebelum: 24pt, spasi satu baris)

Judul dalam bahasa Inggris (Times New Roman 12pt, bold, center, italic, single
line spacing)

Penulis Utama1*, Penulis Bersama Pertama2, & Penulis Bersama Kedua3


(Setiap kata harus dimulai dengan huruf kapital, Times New Roman 10pt, tebal,
tengah, spasi satu baris)

1Nama Afiliasi Penulis Utama, Alamat Afiliasi*; 2Nama Afiliasi Rekan Penulis
Pertama, Alamat Afiliasi; 3Nama Afiliasi Rekan Penulis Kedua, Alamat Afiliasi;

8
*Penulis koresponden. e-mail: …… .@....... (Times New Roman 10pt, di tengah,
spasi satu baris)

B. Abstrak

ABSTRAK
(Times New Roman 11pt, tebal, tengah, huruf kapital, spasi 1,15 baris)
(Abstrak dalam bahasa inggris ditulis dengan huruf miring)

Abstrak disajikan dalam bahasa Indonesia. Abstrak terdiri dari satu paragraf
dengan maksimal 250 kata. Abstrak meliputi pendahuluan, tujuan, metode, hasil dan
kesimpulan utama secara singkat. Implikasi dari hasil penelitian juga dapat
dituangkan dalam abstrak. Abstrak tidak mengandung kutipan. Kata kunci ditulis
setelah abstrak, terdiri dari 3 sampai dengan 5 kata yang disusun berdasarkan abjad.
Kata kunci tidak boleh selalu berupa satu kata dan tidak boleh dicantumkan dalam
naskah. Kata kunci adalah kata-kata yang mencerminkan konsep penting penelitian
dan diutamakan tidak sama dengan kata-kata yang digunakan dalam judul. Abstrak
dan Kata Kunci adalah terjemahan Bahasa Indonesia dari Abstrak dan Kata Kunci.

Kata kunci: kata kunci 1, kata kunci 2, kata kunci 3, kata kunci 4, kata kunci 5.
(Times New Roman 10pt, justified, 1,15 spasi baris, spasi sebelum: 6pt)
C. Pendahuluan

PENDAHULUAN /
(Times New Roman 11pt, tebal, tengah, huruf kapital, spasi 1,15 baris)

Pendahuluan merupakan pembukaan inti artikel, yang meliputi rangkuman


masalah penelitian dan kajian teoritis. Pendahuluan menggambarkan latar belakang
dan keadaan terkini dari topik yang dibahas, dengan menyajikan referensi, hasil
penelitian dan kajian sebelumnya. Pendahuluan juga memuat pertanyaan/tujuan
penelitian yang akan dijawab melalui penelitian yang dilakukan. Oleh karena itu, ada
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan pendahuluan sebagai berikut:
a. Pendahuluan menggambarkan status terkini pada topik secara ilmiah.
b. Pertanyaan/tujuan penelitian dinyatakan dalam paragraf terakhir beserta uraian
singkat tentang pendekatan pemecahan masalah.
c. Pernyataan tentang manfaat penelitian tidak disarankan untuk ditulis pada
pendahuluan. Jika temuan penelitian bermanfaat, mereka dapat ditulis pada
Kesimpulan.

9
(Times New Roman 11pt, rata, spasi 1,15 baris)

D. Metodologi

METODOLOGI / METODOLOGI
(Times New Roman 11pt, tebal, tengah, huruf kapital, spasi 1,15 baris)

Metodologi menggambarkan desain penelitian, objek penelitian atau sampel,


serta teknik pengumpulan dan analisis data yang digunakan. Sedangkan untuk analisis
kebijakan, metodologi memuat kerangka ringkas, ruang lingkup pembahasan, lokasi
dan waktu kajian, jenis data, proses pengumpulan data, dan analisis data.
(Times New Roman 11pt, rata, spasi 1,15 baris)

E. Hasil Dan Pembahasan

HASIL DAN PEMBAHASAN / HASIL DAN PEMBAHASAN (Times New


Roman 11pt, bold, center, capital letter, spasi 1,15)

Hasil dan pembahasan berisi hasil analisis data, hasil pengujian hipotesis,
jawaban atas pertanyaan penelitian, temuan dan interpretasi temuan. Hasil dan
pembahasan analisis kebijakan memuat hasil analisis data sesuai dengan ruang
lingkup dan tujuannya.
- Angka desimal pada paragraf dan tabel ditulis dengan tanda titik (.).
- Ribuan angka ditandai dengan koma (,).
- Di dalam paragraf, range tidak boleh ditulis dengan tanda garis (-) tetapi
dengan kata-kata, misalnya “xx sampai xx”, “dari xx sampai xx”.
Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan hasil dan pembahasan sebagai
berikut:
a. Hasil umumnya diikuti dengan ilustrasi (tabel atau gambar).
b. Setiap ilustrasi (tabel atau gambar) harus diberi nomor urut dan dirujuk dalam
teks agar penempatannya tidak salah.
(Times New Roman 11pt, rata, spasi 1,15 baris)

Subjudul / Sub Judul (Times New Roman 11pt, setiap kata harus dimulai
dengan huruf besar, tebal, di tengah, spasi 1,15, spasi setelah: 3pt)

1. Tabel / Tabel

10
Tabel disisipkan di dalam teks (tidak dilampirkan secara terpisah di akhir
skrip). Lebar tabel dibatasi hingga 153 mm (teks dua kolom dari template ini).
Penomoran tabel berurutan.
Judul tabel ditulis di atas tabel, di sisi kiri. Jika panjang judul tabel melebihi
satu baris, maka huruf pertama baris kedua ditempatkan sejajar dengan huruf pertama
judul tabel. Judul tabel tidak diakhiri dengan tanda titik (.), kecuali ada kalimat
tambahan yang memberikan informasi tambahan. Judul tabel dan kepala tabel ditulis
dengan huruf kapital hanya di awal kalimat, kecuali nama dan istilah tertentu yang
diawali dengan huruf kapital. Istilah yang digunakan pada judul tabel harus sama
dengan istilah yang digunakan pada narasi/paragraf. Jika ada singkatan yang
digunakan dalam judul tabel, penjelasan ditulis sebagai catatan kaki tabel.
Garis vertikal tidak boleh digunakan dalam tabel. Ukuran font untuk judul tabel
dan isi adalah 10 poin dengan spasi satu baris. Sumber tabel dan catatan tambahan
(jika ada) dicantumkan di bawah tabel dengan ukuran font 9 poin dengan spasi satu
baris.
Contoh tabelnya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.Judul tabel (jika panjang judul tabel melebihi satu baris, huruf pertama baris
kedua ditempatkan sejajar dengan huruf pertama judul tabel)
kepal kepal kepala kepala
a a kolom kolom
kolom kolom
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx xxx
Sumber: Penulis (tahun).
2. Angka / Gambar
Semua angka harus dirujuk dalam teks. Lebar maksimum gambar adalah 153
mm (teks dua kolom dari template ini). Angka disisipkan di antara teks (tidak
dilampirkan secara terpisah di akhir naskah). Nomor, judul dan keterangan gambar
harus jelas. Keterangan di dalam gambar harus jelas dan dapat dibaca. Judul gambar
ditulis di bawah gambar, di tengah, dan menggunakan huruf kapital di awal kalimat.
Gambar harus menggunakan resolusi tinggi dan kontras yang baik dalam
format .jpeg, .gif, .png, atau .tiff. Resolusi minimum untuk foto adalah 300 dpi (dots
per inch), sedangkan untuk grafis dan seni garis adalah 600 dpi. Angka sangat
disarankan untuk berada dalam mode skala abu-abu. Jika penulis bersikeras untuk
memasukkan gambar berwarna, biaya cetak tambahan sebesar Rp 100.000,00 (seratus

11
ribu rupiah) akan dibebankan kepada penulis untuk setiap halaman berwarna. Angka
warna harus dibuat dalam mode RGB.
Jika gambar diperoleh dari sumber atau publikasi lain, setelah judul gambar
harap ditulis:

 "Gambar direproduksi dari Xxx (tahun) dengan izin dari penerbit Yyy." (jika
reproduksi penuh).
 "Gambar digambar ulang dari Xxx (tahun) dengan izin dari penerbit Yyy." (jika
menggambar ulang).
 "Gambar adalahdimodifikasi/diadopsi dari Xxx (tahun) dengan izin dari penerbit
Yyy." (jika dengan modifikasi).

Ukuran font untuk judul gambar adalah 10 poin dengan spasi satu baris.
Sumber gambar dan catatan tambahan (jika ada) tercantum di bawah gambar dengan
ukuran font 9 poin dengan spasi satu baris.

Gambar 1 (lebar satu kolom)

Gambar 1. Judul gambar 1


Sumber: Nama sumber, tahun.

Gambar 2 (lebar dua kolom)

Gambar 2. Judul gambar 2


Sumber: Nama sumber, tahun

F. Kesimpulan dan Rekomendasi

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI / KESIMPULAN(Times New Roman


11pt, tebal, tengah, huruf kapital, spasi 1,15 baris)

Kesimpulan dan Rekomendasi (atau Kesimpulan dan Implikasi Kebijakan


untuk analisis kebijakan) adalah bagian akhir dari naskah. Untuk karya tulis ilmiah
dan catatan penelitian, bagian ini memuat kesimpulan pokok pembahasan dan saran
penulis tentang tindak lanjut gagasan yang mengacu pada hasil penelitian. Sedangkan

12
untuk analisis kebijakan, bagian ini memuat temuan-temuan yang mengacu pada hasil
kajian, beserta implikasinya.
(Times New Roman 11pt, rata, spasi 1,15 baris)

G. Ucapan Terimakasih

UCAPAN TERIMA KASIH / UCAPAN TERIMA KASIH (Times New Roman


11pt, bold, center, capital letter, spasi 1,15)

Ucapan terima kasih (jika ada) dapat disampaikan kepada pihak-pihak tertentu
yang berkontribusi terhadap penelitian, termasuk penyandang dana/sponsor/donor,
dan kontributor fasilitas penelitian. Jika naskah merupakan hasil hibah penelitian,
nomor hibah harus ditulis. Semua nama yang tertulis harus dikonfirmasi terlebih
dahulu karena pihak mungkin memilih untuk tidak dipublikasikan.

H. Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA / DAFTAR PUSTAKA (Times New Roman 11pt, bold,


center, capital letter, spasi 1,15)

(Times New Roman 10pt, rata, spasi 1,15 baris)

Referensi ditulis berdasarkan format American Psychological Association


(APA) Style edisi ke-6. Informasi lebih lanjut mengenai APA Style 6th edition dapat
dilihat pada link berikut:
http://www.apastyle.org/learn/tutorials/brief-guide.aspx

Kami menyarankan penulis untuk menggunakan perangkat lunak manajemen


referensi seperti:
a. Catatan Akhir (http://endnote.com/downloads/styles),
b. Mendeley (https://www.mendeley.com/features/reference-manager/), dll.,
untuk mempersiapkan kutipan dan daftar referensi.

13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Penggunaan Lahan


Teori Penggunaan lahan membahas mengenai Pengertian Penggunaan lahan, jenis
penggunaan lahan, pengertian perubahan penggunaan lahan dan bentuk-bentuk
perubahan penggunaan lahan.

3.1.1 Pengertian Penggunaan Lahan


Pengertian yang luas digunakan tentang lahan ialah suatu daerah permukaan daratan
bumi yang ciri‐cirinya mencakup segala tanda pengenal, baik yang bersifat cukup
mantap maupun yang dapat diramalkan bersifat mendaur, dari biosfer, atmosfer,
tanah, geologi, hidrologi dan populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil kegiatan
manusia pada masa lampau danmasa kini, sejauh tanda‐tanda pengenal tersebut
memberikan pengaruh murad atas penggunaan lahan oleh manusia pada masa kini
dan masa mendatang (FAO, 1976 dalam Notohadiprawiro, 1991).

Penggunaan lahan (land use) dapat diartikan sebagai campur tangan manusia
terhadap lahan, baik secara menetap maupun berkala untuk memenuhi kebutuhan
hidup baik material maupun spiritual (Arsyad, 1989, Talkurputra, et.al. 1996).

Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu


penggunaan lahan pertanian dan penggunaan lahan bukan pertanian. Penggunaan
lahan pertanian dibedakan secara garis besar ke dalam macam penggunaan lahan
berdasarkan penyediaan air dan lahan yang diusahakan. Berdasarkan hal itu dikenal
macam penggunaan lahan seperti sawah, tegalan, kebun, kebun campuran, lalang,
perkebunan dan hutan. Penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan ke
dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman), industri, rekreasi dan sebagainya
(Arsyad, 2000).

14
Menurut Chapin (1995), penggunaan lahan dari jenis aktivitas terbagi menjadi
kawasan perkantoran, kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan komersial,
kawasan pertanian, kawasan konservasi, lahan kosong. Berdasarkan pada jenis
aktivitas penggunaan lahan, dapat diseleksi menjadi dua jenis lahan yaitu lahan
terbangun dan lahan tak terbangun. Lahan terbangun meliputi kawasan permukiman,
kawasan industri, kawasan perkantoran, kawasan komersial, sedangkan untuk lahan
tak terbangun terbagi menjadi lahan tak terbangun yang digunakan untuk aktivitas
kota yang meliputi, kuburan, rekreasi, transportasi, ruang terbuka dan lahan tak
terbangun nonaktivitas kota yang meliputi pertanian, perkebunan, area perairan,
produksi, dan penambangan sumber daya alam.

Tata guna lahan secara umum tergantung pada kemampuan lahan dan pada lokasi
lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas
kemampuan lahan yang dicirikan oleh adanya perbedaan pada sifat-sifat yang
menjadi penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan
tanah, kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi. Tata guna lahan
juga tergantung pada lokasi, khususnya untuk daerah-daerah pemukiman, lokasi
industri, maupun untuk daerah-daerah rekreasi (Suparmoko, 1995).

Menurut Jayadinata (1999) tata guna lahan ialah pengaturan penggunaan lahan yang
dalam penggunaannya meliputi penggunaan permukaan bumi di daratan dan
penggunaan permukan bumi di lautan. Penggunaan lahan dapat digolongkan
menjadi tiga kelompok, yakni:

1. Nilai keuntungan, dihubungkan dengan tujuan ekonomi yang dapat dicapai


dengan jual-beli lahan di pasaran bebas;
2. Nilai kepentingan umum, berhubungan dengan pengaturan untuk
masyarakat umum dalam perbaikan kehidupan masyarakat;

15
3. Nilai sosial, merupakan hal yang mendasar bagi kehidupan misalnya
sebidang lahan yang dipelihara, pusaka, peninggalan dan sebagainya) dan
yang dinyatakan oleh penduduk dengan perilaku yang berhubungan dengan
pelestarian, tradisi, kepercayaan, dan sebagainya.

3.1.2 Jenis Penggunaan Lahan


Jenis penggunaan lahan menurut yeates (2006) bahwa penggunaan lahan
dalam suatu wilayah terdiri dari permukiman, industry, komersil, jalan, tanah public,
serta tanah kosong. Sedangkan menurut Anderson dalam utomowati (2012)
penggunaan lahan perkotaan menjadi guna lahan hunian, penggunaan umum,
kompleks industry dan komersil, serta lahan sedang dibangun dengan Malingreau
(1978) klasifikasi guna lahan di Indonesia berdasarkan pada data dapat dibedakan
menjadi permukiman, perdagangan dan jasa, transportasi, lahan terbangun lainnya,
serta bukan lahan terbangun. Sedangkan jenis penggunaan lahan menurut Chapin dan
Kaiser, 1979) lahan terbangun terdiri dari perumahan, industry, perdagangan dan jasa
dan perkantoran,kesehatan sedangkan lahan tak terbangun terbagi menjadi lahan tidak
terbangun digunakan untuk aktivitas yaitu Makam, Tempat Rekreasi, masyarakat dan
Transportasi, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan lahan tidak terbangun non aktivitas
kota adalah Pertanian, Perkebunan, Are Perairan Produksi Dan Penambangan Sumber
Daya Alami.

Tabel 3.2 Kajian Teori Penggunaan lahan


No Teori Kata Kunci
1. - Jenis Penggunaan lahan
Purwantara (2005)
- Memanfaatkan lahan
2. Chapin dan Kaiser - Lahan Terbangun :
(1979)  Perumahan
 Industri
 Jasa
 Perkontoran
 Kesehatan
- Lahan Tak Terbangun :
 Kuburan

16
 Rekreasi
 Transportasi
 Ruang terbuka hijau
Sumber : Hasil Kajian Teori 2022
unsur terjadinya perubahan. Elemen-elemen yang membentuk lingkungan
merupakan unsur yang saling terkait satu sama lain, dimana perubahan yang
ditimbulkannya juga saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya
(Detwyler & Marcus, 1982 dalam Bourne, 1982).
Pengertian perubahan guna lahan secara umum menyangkut transformasi dalam
pengalokasian sumber daya lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lainnya.
Perubahan guna lahan dapat terjadi karena ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab. Manusia baik perorangan maupun kelompok, dalam berinteraksi dengan
lingkungan, manusia menyesuaikan diri, memelihara dan mengelola lingkungannya.
Dari hubungan dinamik ini, timbul suatu bentuk aktivitas yang menimbulkan
beberapa perubahan (Bintarto, 1898 : 73-74), yaitu :

1. Perubahan perkembangan (development change), yaitu perubahan yang terjadi


setempat dan tidak perlu mengadakan perpindahan, mengingat adanya ruang,
fasilitas, dan sumber-sumber setempat.
2. Perubahan lokasi (locational change), yaitu perubahan yang terjadi pada suatu
tempat yang mengakibatkan gejala perpindahan suatu bentuk aktivitas atau
perpindahan sejumlah penduduk ke daerah lain karena daerah asal tidak mampu
mangatasi masalah yang timbul dengan sumber dan swadaya yang ada.
3. Perubahan tata laku (behavioral change), yaitu perubahan tata laku penduduk
dalam usaha untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi, dalam
hal ini dilakukan restrukturisasi pola aktivitas di suatu daerah.

Menurut Chapin, Kaiser, dan Godschalk, perubahan lahan juga dapat terjadi karena
pengaruh perencanaan guna lahan setempat yang merupakan rencana dan kebijakan
guna lahan untuk masa mendatang, proyek pembangunan, program perbaikan

17
pendapatan, dan partisipasi dalam proses pengembangan keputusan dan pemecahan
masalah dari pemerintah daerah. Perubahan lahan juga terjadi karena kegagalan
mempertemukan aspek pasar dan politis dalam suatu manajemen perubahan guna
lahan.

Dilihat dari faktor-faktor penyebabnya, pada umumnya proses pekembangan


penggunaan lahan kota-kota di Indonesia dipengaruhi oleh faktor penentu dari
segi ekonomi (economic determinants). Menurut Santoso (dalam Pangarso, 2001
diambil dari Nurhayati, 2004) secara rasional penggunaan lahan oleh masyarakat
biasanya ditentukan berdasarkan pendapatan atau produktivitas yang biasa dicapai
oleh lahan, sehingga muncul konsep highest and best use artinya penggunaan lahan
terbaik adalah penggunaan yang dapat memberikan pendapatan tertinggi.

Lahan dengan nilai lahan rendah, seperti lahan-lahan pertanian, berubah menjadi
aktivitas dengan nilai lahan yang lebih tinggi. Dan untuk selanjutnya aktivitas yang
telah ada ini berubah menjadi aktivitas lainnya dengan diikuti peningkatan nilai
lahan. Jadi, perubahan penggunaan lahan terjadi karena pergantian kegiatan kurang
produktif menjadi kegiatan lain yang lebih produktif. Perubahan (konversi)
penggunaan lahan yang diartikan sebagai perubahan suatu jenis penyesuaian
penggunaan lahan dalam fungsinya sebagai ruang potensial, terhadap peningkatan
kebutuhan ruang untuk kegiatan ekonomi dan sosial berikut sarana dan prasarana
penunjang, serta masyarakat wilayah itu sendiri.

Lahan yang memiliki potensi ekonomi tinggi seperti kawasan pariwisata akan
cenderung mengalami pertumbuhan dan perubahan guna lahan yang cepat. Menurut
Bourne (1982), ada empat proses utama yang menyebabkan terjadinya perubahan
guna lahan diperkotaan, yaitu :

1. Perluasan batas kota.


2. Peremajaan di pusat kota.

18
3. Perluasan jaringan infrastruktur terutama jaringan transportasi.
4. Tumbuh dan hilangnya pemusatan aktivitas tertentu, misalnya tumbuhnya
aktivitas industri dan pembangunan sarana rekreasi/ wisata.

Menganalogikan perubahan penggunaan lahan di kawasan pariwisata dengan


perubahan penggunaan lahan di perkotaan (Bourne, 1982), maka empat proses
utama yang menyebabkan terjadinya perubahan guna lahan di kawasan pariwisata
adalah :

1. Perluasan batas kawasan wisata, artinya adanya perkembangan kegiatan wisata


akan disertai dengan perkembangan fasilitas pelayanan wisata serta komponen
kegiatan pariwisata lainnya yang pada akhirnya akan menyebabkan semakin
meluasnya kawasan pariwisata sehingga terjadi perluasan batas yang telah
ditentukan sebelumnya menjadi lebih luas.
2. Peremajaan di pusat-pusat kegiatan wisata, untuk memenuhi kepuasan
wisatawan, pusat-pusat kegiatan kepariwisataan seperti atraksi, rekreasi,
akomodasi, serta kegiatan penunjang lainnya hampir selalu harus diremajakan
dalam jangka waktu tertentu. Peremajaan yang biasanya berbentuk penertiban
ini memungkinkan terjadinya perpindahan/ migrasi dari perumahan atau
perusahaan yang tadinya menempati pusat kegiatan wisata yang diremajakan.
Perpindahan ini biasanya mengarah ke pinggiran pusat kgiatan yang pada
akhirnya akan memperluas darikawasan pusat kegiatan itu sendiri.
3. Perluasan jaringan infrastruktur dan transportasi, kegiatan pariwisata
membutuhkan kualitas dan kinerja infrastruktur yang baik untuk menarik
wisatawan, hal ini juga bisa menarik penduduk dari kawasan lain untuk
bermigrasi karena kawasan wisata memiliki sarana prasarana yang lebih baik
dari pada asal mereka. Hal ini akan menyebabkan meluasnya penggunaan lahan.

19
4. Tumbuh dan hilangnya pusat-pusat kegiatan wisata yang biasanya akan
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk menarik keuntungan dari adanya
wisatawan, yang akhirnya akan memperluas penggunaan lahan.

Tumbuhnya pemusatan aktivitas pariwisata atau rekreasi di suatu kawasan


merupakan faktor penarik bagi penduduk untuk bertempat tinggal dan berkegiatan
di kawasan tersebut. Pemusatan aktivitas tersebut biasanya akan disertai dengan
bermunculnya berbagai aktivitas ekonomi ikutannya yang menjanjikan harapan dari
kualitas hidup yang lebih baik berupa tersedianya lapangan pekerjaan.
Meningkatnya harapan kualitas hidup yang lebih baik tersebut akan membawa
akibat semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk bertempat tinggal.

3.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan

Perubahan penggunaan lahan pada dasarnya merupakan gejala yang normal sesuai
dengan proses perkembangan dan pengembangan kota. Menurut Doxiadis (1968),
ada dua tipe dasar perkembangan kota, yaitu pertumbuhan, mencakup perluasan
permukiman yang sudah ada dan permukiman yang baru sama sekali. Sedangkan
transformasi merupakan perubahan menerus bagian-bagian permukiman perkotaan
untuk meningkatkan nilai dan tingkat efisiensi bagi penghuninya. Perubahan
penggunaan lahan mencakup perubahan fungsi (landuse) karena terjadinya
perubahan jenis kegiatan, intensitas (mencakup perubahan KLB, KDB) dan
ketentuan teknis masa bangunan (bulk) antara lain berupa perubahan Garis
Sempadan Bangunan, tinggi bangunan dan perubahan minor lainnya yang tidak
mengubah fungsi dan intensitasnya. Charles C.Colby dalam Zulkaidi (1999),
mengidentifikasi adanya dua gaya yang saling bertentangan yang mempengaruhi
pembentukan dan perubahan guna lahan kota yaitu:

20
1. Gaya setripetal, bekerja menahan fungsi-fungsi tertentu di pusat kota dan
menarik yang lain untuk berlokasi di sekitarnya. Gaya ini terjadi karena
sejumlah kualitas daya tarik pusat kota, yaitu:
a. Daya tarik tapak/ site.
b. Kenyamanan fungsional, seperti aksesibilitas dan aglomerasi.
c. Prestise fungsional, seprti kawasan tertentu untuk perdagangan elektronik,
pakaian dll.
2. Gaya sentrifugal, adalah gaya yang mendorong kegiatan berpindah dari pusat
kota ke wuilayah pinggiran, meliputi:
a. Gaya spasial terjadi karena pusat kota sering mengalami kemacetan sedang
wilayah lain masih kosong.
b. Gaya site, akibat daya tarik guna lahan ekstensif atau daya tarik alam
diwilayah pinggiran dibanding guna lahanintensif di pusat kota.
c. Gaya situasional, akibat daya tarik dan kenyamana yang lebih baik di
pinggir kota.
d. Gaya evolusi sosial, akibat tingginya nilai tanah, pajak dan keterbatasan
ruang di pusat kota.
e. Status dan organiosasi hunian, sebagai akibat polusi di pusat kota. Menurut
E.J. Kaiser dan S.F.Weiss, dalam L.S. Bourne (1971: 188-
f. 199) secara konsepsional proses perubahan guna lahan di pinggir kota
dipengaruhi oleh:
a) Urban interest, yaitu meningkatnya kebutuhan lahan kota, sehingga
kawasan pinggir kota menjadi potensial dan guna lahan yang ada mulai
bergeser.
g. Secara aktif kota menjadi bahan pertimbangan bagi pengusaha untuk dibeli
dan dikembangkan.
h. Mulai diprogram untuk pembangunan, dibangun dan dihuni oleh penduduk.
i. Menurut Soedarto dalam Wijayanti, (1998) Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan lahan perkotaan antara lain adalah :

21
a) Jumlah penduduk
Penggunaan lahan suatu daerah sangat dipengaruhi oleh aktivitas dan
jumlah penduduknya. Apabila jumlah penduduk dalam suatu wilayah
besar, makakepadatan rata-rata wilayah tersebut besar pula. Dengan jumlah
penduduk yang besar, diperlukan ruang yang cukup luas untuk menampung
segala aktivitas mereka. Bertambahnya jumlah penduduk suatu wilayah
akan bertambah pula ruang yang dibutuhkan. Bertambahnya keperluan
akan ruang diperkirakan akan mengurangi luas lahan pertanian.
b) Jumlah APBD
Salah satu tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. APBD merupakan biaya pembangunan di daerah. Besarnya
APBD mendorong perkembangan aktivitas perekonomian masyarakat.
c) Sarana Transportasi
Tingginya kepadatan penduduk dan harga lahan di pusat kota, mendorong
penduduk untuk mencari alternatif lain dalam beraktivitas. Ketersediaan
transportasi adalah salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalam
menentukan lokasi-lokasi aktivitas tersebut.
d) Harga dasar tanah
Penggunaan suatu lahan diperkotaan dan faktor fisik serta pengembangan
yang telah dilakukan terhadapnya, akan membentuk harga lahan suatu
tanah. Jika unsur-unsur tersebut menunjang dan sesuai dengan kebutuhan
aktivitas yang akan berlangsung diatasnya, maka harga tanah tersebut
cenderung tinggi. Hal ini akan memicu pada penyesuaian aktivitas yang
berlangsung diatasnya, termasuk terjadinya perubahan penggunaan lahan
pada aktivitas yang lebih produktif agar sanggup untuk membayar tanah
tersebut.

22
3.2 Pariwisata
Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri
atas dua kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti “banyak” atau “berkeliling”,
sedangkan wisata berarti “pergi” atau “bepergian”. Atas dasar itu, maka kata
pariwisata seharusnya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkalikali atau
berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain, yang dalam bahasa Inggris disebut
dengan kata “tour”, sedangkan untuk pengertian jamak, kata “Kepariwisataan” dapat
digunakan kata “tourisme” atau “tourism” (Yoeti, 1996).

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pariwisata adalah


suatu kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan rekreasi. Istilah pariwisata
pertama kali digunakan pada tahun 1959 dalam Musyawarah Nasional Turisme II di
Tretes, Jawa Timur. Istilah ini dipakai sebagai pengganti kata Turisme sebelum kata
pariwisata diambil dari bahasa Sansekerta.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, lebih lanjut Yoeti (1996)
memberikan suatu batasan tentang penyebaran kata-kata sebagai berikut :

1. Wisata = perjalanan; dalam bahasa Inggris dapat disamakan dengan


perkataan “travel”
2. Wisatawan = orang yang melakukan perjalanan; dalam bahasa Inggris dapat
disebut dengan istilah “travellers”
3. Para wisatawan = orang-orang yang melakukan perjalanan dalam bahasa
Inggris biasa disebut dengan istilah “travellers”(jamak)
4. Pariwisata = perjalanan yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain
dan dalam bahasa Inggris disebut “tourist”
5. Para pariwisatawan = orang yang melakukan perjalanan tour dan dalam
bahasa Inggris disebut dengan istilah “tourists” (jamak)
6. Para pariwisatawan = orang yang melakukan perjalanan tour dan dalam
bahasa Inggris disebut dengan istilah “tourists” (jamak)

23
Belum adanya suatu kejelasan dan kesepakatan dari para pakar tentang definisi
pariwisata, berikut beberapa penjelasan dari sudut pandang masing-masing pakar :
1. Herman V. Schulalard (1910), kepariwisataan merupakan sejumlah kegiatan,
terutama yang ada kaitannya dengan masuknya, adanya pendiaman dan
bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau negara.
2. E. Guyer Freuler, pariwisata dalam arti modern merupakan fenomena dari
jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan
pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhkan kecintaan yang
disebabkan oleh pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat.
3. Prof. k. Krapt (1942), kepariwisataan adalah keseluruhan daripada gejala-
gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing
serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendiaman itu tidak
tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat
sementara itu.
4. Prof. Salah Wahab, pariwisata itu merupakan suatu aktifitas manusia yang
dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara
orang- orang dalam suatu negara itu sendiri (di luar negeri), meliputi
pendiaman orang- orang dari daerah lain (daerah tertentu), suatu negara atau
benua untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam
dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan.
5. Prof. Hans. Buchli, kepariwisataan adalah setiap peralihan tempat yang
bersifat sementara dari seseorang atau beberapa orang, dengan maksud
memperoleh pelayanan yang diperuntukan bagi kepariwisataan itu oleh
lembaga-lembaga yang digunakan untuk maksud tertentu.
6. Prof. Kurt Morgenroth, kepariwisataan dalam arti sempit, adalah lalu lintas
orang- orang yang meninggalkan tempat kediamannya untuk sementara
waktu, untuk berpesiar di tempat lain, semata-mata sebagai konsumen dari
buah hasil perekonomian dan kebudayaan guna memenuhi kebutuhan hidup
dan budayanya atau keinginan yang beraneka ragam dari pribadinya.

24
7. Soekadijo (1996), pariwisata adalah gejala yang kompleks dalam masyarakat,
di dalamnya terdapat hotel, objek wisata, souvenir, pramuwisata, angkutan
wisata, biro perjalanan wisata, rumah makan dan banyak lainnya.
8. James J. Spillane, pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan
tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu,
memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas,
dan berziarah.
9. Suwantoro (1997), pariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari
seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya karena
suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan uang.
10. Koen Meyers (2009), pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan
untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan
alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk
bersenang-senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang
atau waktu libur serta tujuan-tujuan lainnya.
11. Menurut UU No.10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan
pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah.
Suatu hal yang sangat menonjol dari batasan-batasan yang dikemukakan di atas
ialah bahwa pada pokoknya, apa yang menjadi ciri dari perjalanan pariwisata itu
adalah sama atau dapat disamakan (walau cara mengemukakannya agak berbeda-
beda), yaitu dalam pengertian kepariwisataan terdapat beberapa faktor penting yaitu:
1. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu
2. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain
3. Perjalanan itu; walaupun apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan
pertamasyaan atau rekreasi
4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat
yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut.

25
Kepariwisataan itu sendiri merupakan pengertian jamak yang diartikan sebagai
hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata, yang dalam bahasa Inggris disebutkan
tourism. Dalam kegiatan kepariwisataan ada yang disebut subyek wisata yaitu orang-
orang yang melakukan perjalanan wisata dan obyek wisata yang merupakan tujuan
wisatawan. Sebagai dasar untuk mengkaji dan memahami berbagai istilah
kepariwisataan, berpedoman pada:
Bab I Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan yang menjelaskan sebagai berikut :
1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh sebagian atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan diri
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan
pengusaha.
5. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
6. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam suatu atau lebih wilayah
administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
7. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa

26
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata
8. Pengusaha pariwisata adalah orang-orang atau sekelompok orang yang
melakukan kegiatan usaha pariwisata.
9. Industri pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang terkait dalam
rangka menghasilkan barang dan/jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
penyelenggaraan pariwisata.
10. Kawasan strategi pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang
mempunyai pengaruh dalam suatu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung
lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

3.2.1 Jenis Dan Macam Pariwisata


Kepariwisataan tidak menggejala sebagai bentuk tunggal. Istilah ini umum
sifatnya yang menggambarkan beberapa jenis perjalanan dan penginapan sesuai
dengan motivasi yang mendasari kepergian tersebut. Orang melakukan perjalanan
untuk memperoleh berbagai tujuan dan memuaskan bermacam-macam keinginan. Di
samping itu, untuk keperluan perencanaan dan pengembangan kepariwisataan itu
sendiri, perlu pula dibedakan antara pariwisata dengan jenis pariwisata lainnya,
sehingga jenis dan macam pariwisata yang dikembangkan akan dapat berwujud
seperti diharapkan dari kepariwisataan itu sendiri. Sebenarnya pariwisata sebagai
suatu gejala, terwujud dalam beberapa bentuk yang antara lain, misalnya :

a. Menurut letak geografis, dimana kegiatan pariwisata berkembang dibedakan


menjadi :

1. Pariwisata lokal (local tourism) yaitu jenis kepariwisataan yang ruang


lingkupnya lebih sempit dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu
saja. Misalnya kepariwisataan kota Denpasar, kepariwisataan kota

27
Bandung.
2. Pariwisata regional (regional tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan
yang dikembangkan dalam suatu wilayah tertentu, dapat regional
dalam lingkungan nasional dan dapat pula regional dalam ruang
lingkup internasional. Misalnya kepariwisataan Bali, Yogyakarta, dan
lain-lain.
3. Pariwisata nasional (national tourism) yaitu jenis pariwisata yang
dikembangkan dalam wilayah suatu negara, dimana para pesertanya
tidak saja terdiri dari warganegaranya sendiri tetapi juga orang asing
yang terdiam di negara tersebut. Misalnya kepariwisataan yang ada di
daerah-daerah dalam satu wilayah Indonesia.
4. Pariwisata regional-internasional yaitu kegiatan kepariwisataan yang
berkembang di suatu wilayah internasional yang terbatas, tetapi
melewati batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah
tersebut. Misalnya kepariwisataan ASEAN.
5. Pariwisata internasional (International tourism) yaitu kegiatan
kepariwisataan yang terdapat atau dikembangkan di banyak negara di
dunia.
b. Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran

1. Pariwisata aktif (in bound tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan yang


ditandai dengan gejala masuknya wisatawan asing ke suatu negara
tertentu. Hal ini tentu akan mendapatkan masukan devisa bagi negara
yang dikunjungi dengan sendirinya akan memperkuat posisi neraca
pembayaran negara yang dikunjungi wisatawan.
2. Pariwisata pasif (out-going tourism) yaitu kegiatan kepariwisataan
yang ditandai dengan gejala keluarnya warga negara sendiri bepergian
ke luar negeri sebagai wisatawan. Karena ditinjau dari segi pemasukan
devisa negara, kegiatan ini merugikan negara asal wisatawan, karena

28
uang yang dibelanjakan itu terjadi di luar negeri.

c. Menurut alasan/tujuan perjalanan

1. Business tourism yaitu jenis pariwisata dimana pengunjungnya datang


untuk tujuan dinas, usaha dagang atau yang berhubungan dengan
pekerjaannya, kongres, seminar dan lain-lain
2. Vacational tourism yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang
melakukan perjalanan wisata terdiri dari orang-orang yang sedang
berlibur, cuti, dan lain-lain
3. Educational tourism yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau
orang melakukan perjalanan untuk tujuan belajar atau mempelajari
suatu bidang ilmu pengetahuan. Contohnya : darmawisata (study tour).
4. Familiarization tourism yaitu suatu perjalanan anjangsana yang
dimaksudkan guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang
mempunyai kaitan dengan pekerjaannya.
5. Scientific tourism yaitu perjalanan wisata yang tujuan pokoknya adalah
untuk memperoleh pengetahuan atau penyelidikan terhadap sesuatu
bidang ilmu pengetahuan.
6. Special Mission tourism yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan
dengan suatu maksud khusus, misalnya misi kesenian, misi olah raga,
maupun misi lainnya.
7. Hunting tourism yaitu suatu kunjungan wisata yang dimaksudkan
untuk menyelenggarakan perburuan binatang yang diijinkan oleh
penguasa setempat sebagai hiburan semata-mata.
d. Menurut saat atau waktu berkunjung
1. Seasonal tourism yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung
pada musim- musim tertentu. Contoh : Summer tourism, winter
tourism, dan lain-lain.

29
2. Occasional tourism yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan
wisatawan dihubungkan dengan kejadian (occasion) maupun suatu
even. Misalnya Sekaten di Yogyakarta, Nyepi di Bali, dan lain-lain.
e. Menurut Objeknya
1. Cultural tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan
untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari
seni dan budaya suatu tempat atau daerah.
2. Recuperational tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi
wisatawan untuk melakukan perjalanan adalah untuk menyembuhkan
penyakit, seperti mandi di sumber air panas, mandi lumpur, dan lain-
lain.
3. Commercial tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan
untuk melakukan perjalanan dikaitkan dengan kegiatan perdagangan
nasional dan internasional.
4. Sport tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan untuk
melakukan perjalanan adalah untuk melihat atau menyaksikan suatu
pesta olah raga di suatu tempat atau negara tertentu.
5. Political tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan
untuk melakukan perjalanan tujuannya melihat atau menyaksikan
suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan suatu
negara. Misalnya menyaksikan peringatan hari kemerdekaan suatu
negara
6. Social tourism yaitu jenis pariwisata dimana dari segi
penyelenggaraannya tidak menekankan untuk mencari keuntungan,
misalnya study tour, picnik, dan lain-lain.
7. Religion tourism yaitu jenis pariwisata dimana motivasi wisatawan
untuk melakukan perjalanan tujuannya melihat atau menyaksikan
upacara-upacara keagamaan, seperti upacara Bali Krama di Besakih,
haji umroh bagi agama Islam, dan lain-lain.

30
8. Marine tourism merupakan kegiatan wisata yang ditunjang oleh sarana
dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam, dan olah raga
lainnya, termasuk sarana dan prasarana akomodasi, makan dan minum.
f. Menurut jumlah orang yang melakukan perjalanan

1. Individual tourism yaitu seorang wisatawan atau satu keluarga yang


melakukan perjalanan secara bersama.
2. Family group tourism yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan
oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan
kekerabatan satu sama lain.
3. Group tourism yaitu jenis pariwisata dimana yang melakukan
perjalanan wisata itu terdiri dari banyak orang yang bergabung dalam
satu rombongan yang biasa diorganisasi oleh sekolah, organisasi, atau
tour oprator/travel agent.
g. Menurut alat pengangkutan yang digunakan
1. Land tourism yaitu jenis pariwisata yang dalam kegiatannya
menggunakan transportasi darat, seperti bus, taxi, dan kereta api.
2. Sea tourism yaitu kegiatan kepariwisataan yang menggunakan
angkutan laut untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata.
3. Air tourism yaitu jenis pariwisata yang menggunakan angkutan udara
dari dan ke daerah tujuan wisata.
h. Menurut umur yang melakukan perjalanan

1. Youth tourism yaitu jenis pariwisata yang dikembangkan bagi para


remaja yang suka melakukan perjalanan wisata dengan harga relatif
murah.
2. Abdult tourism yaitu kegiatan pariwisata yang diikuti oleh orang-orang
yang berusia lanjut. Biasanya orang yang melakukan perjalanan adalah
para pensiunan.

31
i. Menurut jenis kelamin
1. Masculine tourism yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya hanya
diikuti oleh kaum pria saja, seperti safari, hunting, dan adventure.
2. Feminime tourism yaitu jenis pariwisata yang hanya diikuti oleh kaum
wanita saja, seperti rombongan untuk menyaksikan demontrasi
memasak.
j. Menurut harga dan tingkat sosial
1. Delux tourism yaitu perjalanan wisata yang menggunakan fasilitas
standar mewah, baik alat angkutan, hotel, maupun atraksinya.
2. Middle class tourism yaitu jenis perjalanan wisata yang diperuntukkan
bagi mereka yang menginginkan fasilitas dengan harga tidak terlalu
mahal, tetapi tidak terlalu jelek pelayanannya.
3. Social tourism yaitu perjalanan wisata yang penyelenggaraannya
dilakukan secara bersama dengan biaya yang diperhitungkan semurah
mungkin dengan fasilitas cukup memadai selama dalam perjalanan.

3.2.2 Pariwisata Berdasarkan Bentuk


Pariwisata menurut UU No. 9 Tahun 1990 adalah segala seuatu yang
berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik dan atraksi wisata
serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Pengertian
tersebut meliputi: semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata,
sebelum dan selama dalam perjalanan dan kembali ke tempat asal, pengusahaan daya
tarik atau atraksi wisata (pemandangan alam, taman rekreasi, peninggalan sejarah,
pagelaran seni budaya). Usaha dan sarana wisata berupa: usaha jasa, biro perjalanan,
pramu wisata, usaha sarana, akomodasi dan usaha-usaha lain yang berkaitan dengan
pariwisata. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah (UU No.10 Tahun Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan).

32
Pembangunan kepariwisatan menurut UU No.10 Tahun Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan meliputi:
a. Industri pariwisata
b. Destinasi pariwisata
c. Pemasaran dan
d. Kelembagaan kepariwisataan

2.3.1 Industri Pariwisata


Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan
suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa atau
produk yang berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa yang
dihasilkan, tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi tempat kedudukan, bentuk
organisasi yang mengelola dan metode atau cara pemasarannya (Muhammad Tahwin,
2003).
Menurut Spillane (1987) Badrudin (2001), ada lima unsur industri pariwisata
yang sangat penting, yaitu:
1. Attractions (daya tarik)
Attractions dapat digolongkan menjadi site attractions dan event attractions. Site
attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang tetap
yaitu tempat-tempat wisata yang ada di daerah tujuan wisata seperti kebun
binatang, keraton, dan museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang
berlangsung sementara dan lokasinya dapat diubah atau dipindah dengan mudah
seperti festival- festival, pameran, atau pertunjukanpertunjukan kesenian daerah.
2. Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)
Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena fasilitas
harus terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat tujuan wisata
wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena itu sangat
dibutuhkan fasilitas penginapan. Selain itu ada kebutuhan akan Support
Industries yaitu toko souvenir, toko cuci pakaian, pemandu, daerah festival, dan

33
fasilitas rekreasi (untuk kegiatan).
3. Infrastructure (infrastruktur)
Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada
infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur dari suatu daerah sebenarnya
dinikmati baik oleh wisatawan maupun rakyat yang juga tinggal di sana, maka
ada keuntungan bagi penduduk yang bukan wisatawan. Pemenuhan atau
penciptaan infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang
cocok bagi perkembangan pariwisata.
4. Transportations (transportasi)
Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi atau pengangkutan sangat
dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan
pariwisata. Transportasi baik transportasi darat, udara, maupun laut merupakan
suatu unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala
pariwisata.
5. Hospitality (keramahtamahan)
Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan
kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang
memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan mereka datangi.
Maka kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan harus disediakan dan
juga keuletan serta keramahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan
supaya wisatawan merasa aman dan nyaman selama perjalanan wisata.

3.2.2.1 Kawasan Pariwisata


Kawasan peruntukan pariwisata adalah kawasan yang didominasi oleh fungsi
kepariwisataan dapat mencakup sebagian areal dalam kawasan lindung atau kawasan
budidaya dimana terdapat kosentrasi daya Tarik dan fasilitas penunjang pariwisata.
Kebutuhan pariwisata berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata, termasuk pengelolaan objek dan daya Tarik wisata yang mencakup.
1. Objek dan daya Tarik wisata ciptaan tuhan yang maha esa, yang berwujud

34
keadaan alam serta flora dan fauna
2. Objek dan daya Tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata argo,
wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan
tempat hiburan.

Kriteria dan batasan teknis memanfaatkan kawasan pariwisata diantaranya adalah


tertera di bawah ini.
1. Pemanfaatan taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam di
laksanakan sesuai dengan asas konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistimya;
2. Pemanfaatan kawasan taman nasional taman hutan raya dan taman wisata
alam untuk sarana pariwisata alam dilaksanakan dengan persyaratan sebagai
berikut:
a) Luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan
prasarana pariwisata alam maksimal 10% dari luas zona pemanfaatan
taman nasional, blok pemanfaatan hutan raya dan blok pemanfaatan
taman wisata alam yang bersangkutan
b) Bentuk bangunan bergaya arsitektur setempat;
c) Tidak mengubah bentang alam yang ada;
d) Tidak menggangu pandangan visual.
3. Pihak-pihak yang memanfaatkan taman nasional, taman hutan raya, taman
wisata alam untuk kegiatan pengusahaan alam yang dilenngkapi dengan
AMDAL sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4. Pemanfaatan kawasan taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata
alam untuk kegiatan pengusahaan pariwisata alam diberikan untuk jangka
waktu paling lama 30 tahun sesuai dengan jenis kegiatan:

Jenis-jenis usaha sarana pariwisata alam yang dapat dilakukan dalam kawasan taman

35
nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam meliputi kegiatan usaha
a) Akomodasi seperti pondok wisata, bumi perkemahan, caravan, dan
penginapan;
b) Makanan dan minuman;
c) Serta wisata tirta;
d) Angkutan wisata;
e) Cenderamata;
f) Sarana wisata budaya.
2. Pemerintahan daerah dapat menetapkan kawasan, lingkungan dan/atau
bangunan sebagai lingkungan dan bangunan cagar budaya sebagai kawasan
pariwisata budaya dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya setempat.
Penetapanya dilakukan apabila dalam suatu kawasan terdapat beberapa
lingkungan cagar budaya yang mempunyai keterkaitan keruangan, sejarah,
dan arkeologi;
3. Penetapan kawasan, lingkungan dan/atau banunan bersejarah sebagai kawasan
pariwisata oleh pemerintah kota/kabupaten berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
4. Kriteria, tolak ukur, dan penggolongan lingkungan cagar budaya berdasrkan
kriterianiali sejarah,umur, keaslian, kelangkaan, dan deangkan kriteria
penggolongan bangunan cagar budaya berdasarkan kriteria nilai sejarah,
umur, kelangkaan, keaslian, tengeran/landmark, dan arsitektur. Kriteria dan
tolak ukur tersebut adalah sebagai berikut:
a) Nilai sejarah dikaitkan dengan pristiwa-peristiwa perjuangan,
ketokohan, politik, social, budays ysng menjadi nilai kesejarahan
tingkat nasional dan/atau daerah masing-masing;
b) Umur dikaitkan dengan batas usia sekurang-kurangnya 50 tahun;
c) Keaslian dikaitkan dengan keutuhan baik sarana dan prasarana
lingkungan maupun struktur, material, tapak banguna, dan banguanan
didalamnya;

36
d) Kelangkaan dikaitkan dengan keberadaannya sebagai satu-satunya
atau yang terlengkap dari jenisnya yang masih ada pada
lingkungungan local nasional atau dunia;
e) Tengeran/landmark dikaitkan dengan keberadaan sebuah banguanan
tunggal monument atau bentang alam yang di jadikan symbol dan
wakil dari suatu lingkungan;
f) Arsitektur dikaitkan dengan estetik dan rancangan yang
menggambarkan suatu zaman dan gaya tertentu.
5. Berdasarkan kriteria dan tolak ukur, kawasan lingkungan cagar budaya dapat
di kelompokan menjadi beberapa golongan yang berbeda satu dengan yang
lainya. Penggolongan lingkungan cagar budaya diatur melalui keputusan
bupati/walikota setempat;

Pelestarian lingkungan dan bnaguanan cagar budaya yang dijadikan kawasan


pariwisata harus mengikuti prinsip-prinsip pemugaran yang meliputi keaslian bnetuk,
penyajian dan tata letak dengan memperhatikan nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan;

1. Pengembnagan lahan dalam kawasan lingkungan cagar budaya harus


mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pariwisata meliputi berbagai jenis, karena keperluan dan motif perjalanan wisata yang
di lakukan bermacam-macam antara lain7
1. Pariwisata Pantai (Marine turisem), adalah kegiatan pariwisata yang di
tunjang oleh sarana dan prasarana untuk berenang, memancing, menyelam
dan olahraga air lain, teermasuk sarana dan prasarana akomodasi makan dan
minum.
2. Pariwisata Etnik (Etnhic Tourism), yaitu perjalanan untuk mengamati
perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang menarik.

37
3. Pariwisata Budaya (Culture Tourism), yaitu perjalanan untuk meresapi atau
untuk mengalami gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.
4. Pariwisata Rekreasi (Recreation Tourism), yaitu kegiatan pariwisata yang
berkisar pada olahraga, menghilangkan ketegangan dan melakukan kontak
social dengan suasana santai.
5. Pariwisata Alam (Eco Tourism), yaitu perjalanan kesuatu tempat yang
relative masih asli atau belum tercemar, dengan tujuan untuk mepelajari,
mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan, dan binatang liar serta
perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.
6. Pariwisata Kota (City Tourism), yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk
menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang liar serta perwujudan
budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.
7. Resort City, yaitu kota atau perkampungan yang mempunyai tumpuan
kehidupan pada persediaan sarana atau prasarana wisata yaitu penginapan,
restoran, olahraga, hiburan dan persediaan tamasya lainnya.
8. Pariwisata Agro (Agro Tourism yang terdiri dari Rural Tourism atau Farm
Tourism) yaitu merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari
kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini
bertujuan mengajak wisatawan memikirikan alam dan kelestariannya.
9. Pariwisata perkotaan Urban Tourisem adalah bentuk pariwisata yang umum
terjadi di kota-kota besar, dimana pariwisata merupakan kegiatan yang cukup
penting, namun bukan merupakan kegiatan utama di kota tersebut.

Pariwisata Sosial (Social Tourism), merupakan pendekatan untuk menyelenggarakan


liburan bagi kelompok masayrakat berpenghasilan rendah serta orang-orang yang
tidak memiliki inisiatif untuk melakukan perjalanan serta orang-orang yang belum
mengerti bagaimana cara mengatur suatu perjalanan wisata.
1. Pariwisata alternatif (Alternative Tourism), merupakan suatu bentuk
pariwisata yang sengaja disusun dalam skala kecil, memperhatikan kelestarian

38
lingkungan dan segi-segi sosial. Bentuk di ciptakan untuk tandingan wisata
skala besar dan keuntungan ekonominya di peroleh serta di rasakan
masyarakat setempat sebagai pemilik dan penyelenggara jasa pelayanan dan
fasilitas priwisata.

3.2.2.2 Obyek Wisata


Sesuai kondisi morfologi dan geografis yang berbeda antara daerah satu dengan
daerah lain ataupun hasil warisan dari nenek moyang dahulu, maka tiap-tiap daerah
mempunyai potensi obyek wisata yang berbeda-beda pula, dari sini maka timbulah
berbagai macam jenis obyek wisata yang dikembangkan sebagai kegiatan yang lama
kelamaan mempunyai ciri khasnya sendiri. Seperti obyek wisata ekologis yang dapat
disebut juga dengan obyek ekowisata.
Menurut (Yoeti, 1996 : 172) menjelaskan bahwa di luar negeri terminologi objek
wisata tidak dikenal, disana hanya mengenal atraksi wisata yang mereka sebut dengan
nama Tourist Attraction sedangkan di negara Indonesia keduanya dikenal dan
keduanya memiliki pengertian masing-masing. Adapun pengertian objek wisata, yaitu
semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan
atau bersumber pada alam saja. Sedangkan pengertian dari pada atraksi wisata, yaitu
sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati, dan dimiliki oleh
wisatawan, yang dibuat oleh manusia dan memerlukan persiapan terlebih dahulu
sebelum diperlihatkan kepada wisatawan. Mengenai pengertian objek wisata, maka
dapatlah dilihat dari beberapa sumber acuannya, antara lain :
1. Peraturan Pemerintah No. 24/1979 menjelaskan bahwa objek wisata adalah
perwujudan dari ciptaan manusia,tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa
dan tempat keadaan dalam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.
2. SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98/PW.102/MPPT-87 menjelaskan bahwa
objek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya
wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan
diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan. Obyek atau Daya

39
Tarik Wisata dapat dibedakan menjadi tiga:
a) Obyek Wisata Alam: seperti, laut, pantai, gunung, danau, fauna, flora,
kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam.
b) Obyek Wisata Budaya: seperti, upacara kelahiran, tari-tari tradisional,
pakaian adat, perkawinan adat, upacara laut, upacara turun ke sawah,
cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival
budaya, kain tenun tradisional, tekstil lokal, pertunjukan tradisional,
adat-istiadat lokal, musem, dll.
c) Obyek Wisata Buatan: seperti, sarana dan fasilitas olehraga,
permainan (layanglayang), hiburan (lawak, akrobatik), ketangkasan
(naik kuda), Taman rekreasi, taman nasional, pusat-pusat perbelanjaan
dan lain-lain.

Menurut Sujali (1989) dalam Asmoro (2011: 14), ada tiga jenis atau bentuk bahan
dasar yang harus dimiliki oleh suatu industri pariwisata, yaitu antara lain:
1. Obyek wisata alam (natural resources)
Bentuk dan obyek wisata ini berupa pemandangan alam, seperti obyek wisata
berwujud pada lingkungan, pegunungan, pantai, lingkungan hidup yang
berupa flora dan fauna atau bentuk lain yang menarik.
2. Obyek wisata budaya (human resources)
Bentuk dan obyek wisata ini lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan
maupun kehidupan manusia seperti tarian tradisional ataupun kesenian,
upacara adat, upacara keagamaan, upacara pemakaman, dan lain-lain.
3. Obyek wisata buatan manusia (man made resources)
Bentuk dan wujud obyek wisata ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas serta
kreativitas manusia dimana bentuknya sangat tergantung pada keaktifan
manusia. Wujudnya berupa museum, tempat ibadah, kawasan wisata yang
dibangun seperti wisata taman mini, taman wisata kota, kawasan wisata ancol,
dan sebagainya.

40
Jenis dan macam pariwisata menurut Oka A. Yoeti (1996: 115) diklasifikasikan
sesuai dengan menurut letak geografis, menurut alasan atau tujuan perjalanan,
menurut saat berkunjung dan menurut obyeknya. Adapun uraian mengenai jenis dan
macam pariwisata tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menurut letak geografis, dimana kegiatan pariwisata berkembang
a) Pariwisata Lokal (Local Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah pariwisata
setempat, yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan terbatas
dalam tempat-tempat tertentu saja. Misalnya, kepariwisataan Kota
Bandung atau kepariwisataan di daerah DKI Jakarta saja.
b) Pariwisata Regional (Regional Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di suatu daerah yang ruang
lingkupnya lebih luas di banding dengan pariwisata lokal, tetapi lebih
sempit jika dibandingkan dengan kepariwisataan nasional. Contohnya
kepariwisataan Sumatera Utara, Bali, dan lain-lain.
c) Kepariwisataan Nasional (National Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di suatu negara.
d) Pariwisata Regional-Internasional
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional yang
terbatas, tetapi melewati batas-batas dua negara atau lebih dalam
wilayah tersebut. Misalnya kepariwisataan ASEAN, Timur Tengah,
Asia, dan lain-lain.
e) International Tourism
Pengertian ini sinonim dengan kepariwisataan dunia (world tourism),
yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh dunia,
termasuk didalamnya selain “regional-international tourism” dan juga

41
“national tourism”.
2. Menurut Alasan dan Tujuan Perjalanan
a) Bussines Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjungnya datang untuk tujuan
dinas, usaha dagang atau berhubungan dengan pekerjaan, kongres,
seminar, convention, symposium, musyawarah kerja.
b) Vacation Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang melakukan perjalanan
wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur, cuti atau vakansi.
c) Education Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang yang melakukan
perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari sesuatu bidang ilmu
pengetahuan. Termasuk kedalamnya adalah dharma wisata (study-
tour). Dalam bidang bahasa dikenal dengan istilah “Polly Glotisch”,
yaitu untuk meningkatkan kamampuan berbahasa asing, seseorang
memerlukan tinggal sementara waktu di negara yang bahasanya
sedang dipelajari.
3. Menurut saat dan waktu berkunjung
a) Seasonal Tourism
Yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim-
musim tertentu. Termasuk kedalam kelompok ini adalah Summer
Tourism atau Winter Tourism, yang biasanya ditandai dengan kegiatan
olah raga.
b) Occasional Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan wisatanya dihubungkan
dengan kejadian (occasion) maupun suatu events, seperti misalnya
Galungan dan Kuningan di Bali, Sekaten di Yogya atau Pajang Jimat
di Cirebon, Cherry Blossom Festival di Tokyo atau Washington, pesta
air di negara-negara yang beragama Hindu (India, Burma, Muangthai,

42
Kamboja, Hongkong atau Singapura).
4. Pembagian menurut obyeknya
a) Cultural Tourism
Yaitu jenis pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk melakukan
perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni- budaya
suatu tempat atau daerah. Jadi obyek kunjungannya adalah warisan
nenek moyang, benda-benda kuno. Seiring perjalanan pariwisata
semacam ini dalam kesempatan untuk mengambil bagian dalam suatu
kegiatan kebudayaan itu sendiri di tempat yang di kunjunginya.
b) Recuperation Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuannya dari pada
orang-orang untuk melakukan perjalanan adalah untuk menyembuhkan
suatu penyakit, seperti mandi di sumber air panas, mandi lulur seperti
yang banyak dijumpai di Eropa atau mandi susu, mandi kopi Jepang
yang katanya dapat menjadikan orang awet muda.
c) Commercial Tourism
Disebut sebagai pariwisata perdagangan, karena perjalanan pariwisata
ini dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional atau internasional,
dimana sering diadakan kegiatan Expo, Fair, Exhibition dan lain-lain.
d) Sport Tourism
Biasanya disebut dengan istilah pariwisata olahraga. Yang dimaksud
dengan pariwisata jenis ini adalah perjalanan orang-orang yang
bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olahraga di
suatu tempat atau negara tertentu, seperti Olympiade, All England,
pertandingan tinju atau sepak bola. Atau ikut berpartisipasi dalam
kegiatan itu sendiri.
e) Political Tourism
Biasanya disebut dengan pariwisata politik, yaitu suatu perjalanan
yang tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau

43
kejadian yang berhubungan dengan suatu negara, apakah ulang tahun
atau peringatan hari tertentu, seperti Hari Angkatan Perang di
Indonesia, Parade 1 Mei di Tiongkok atau 1 Oktober di Rusia.
f) Social Tourism
Pariwisata sosial bukan merupakan suatu peristiwa yang berdiri
sendiri. Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja
yang tidak menekankan untuk mencari keuntungan, seperti misalnya
study tour, picnic atau youth tourism yang sekarang dikenal dengan
Pariwisata Remaja.
g) Religion Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah
untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan,seperti
kunjungan ke Luordes bagi orang yang beragama Katolik, atau ke
Muntilan pusat pengembangan agama Kristen di Jawa Tengah, ikut
Haji Umroh bagi yang beragama Islam atau upacara Agama Hindu
Bali Sakenan, Bali.
5. Menurut Umur yang melakukan perjalanan
a) Youth Tourism
Pariwisata yang dikembangkan bagi remaja yang suka melakukan
perjalanan wisata dengan harga yang relative murah.
b) Adult Tourism
Pariwisata yang diikuti oleh orang-orang yang berusia lanjut. Menurut
Direktoral Jendral Pemerintahan dalam (Sunaryo2013).
obyek wisata atau daya tarik wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Daya tarik wisata alam
Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang dikembangkan dengan
lebih banyak berbasis pada anugrah keindahan dan keunikan yang telah
tersedia di alam, seperti:
a) Pantai dengan keindahan pasir putihnya, deburan gelombang ombak

44
serta akses pandangnya terhadap matahari terbit atau tenggelam,
b) Laut dengan aneka kekayaan terumbu karang maupun ikannya,
c) Danau dengan keindahan panoramanya,
d) Gunung dengan daya tarik vulcano nya,
e) Hutan dan Sabana dengan keaslian flora dan faunanya,
f) Sungai dengan kejernihan air dan kedasyatan arusnya,
g) Air terjun dengan panorama kecuramannya
2. Daya tarik wisata budaya
Daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata yang dikembangkan dengan
lebih banyak berbasis pada hasil karya dan hasil cipta manusia, baik yang
berupa peninggalan budaya (situs/ heritage) maupun nilai budaya yang masih
hidup (the living culture) dalam kehidupan di suatu masyarakat, yang dapat
berupa upacara/ ritual, adat istiadat, seni pertunjukan, seni kriya, seni sastra,
seni rupa, ataupun keunikan sehari- hari yang dimiliki oleh suatu masyarakat.
Beberapa contoh daya tarik wisata budaya di Indonesia yang banyak
dikunjungi oleh wisatawan adalah Situs (warisan budaya yang berupa benda,
bangunan, kawasan, struktur, dsb), Museum, Desa Tradisional, Kawasan Kota
Lama, Monumen Nasional, Sanggar Seni, Pertunjukan, Event, Festival, Seni
Kriya, Adat Istiadat maupun karya-karya teknologi modern.
3. Daya tarik wisata minat khusus
Daya tarik wisata budaya (special interest) adalah daya tarik wisata yang
dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada aktivitas untuk pemenuhan
keinginan wisatawan secara spesifik, seperti pengamatan satwa tertentu (birds
watching), memancing (fishing), dan berbelanja.

3.2.3 Penunjang Pariwisata


3.2.3.1 Prasarana pariwisata
Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas utama atau dasar yang
memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang dalam rangka

45
memberikan pelayanan kepada para wisatawan. Yang termasuk prasarana
pariwisata antara lain, adalah:

Prasarana perhubungan, meliputi: jalan raya, jembatan dan terminal bus, rel kereta
api dan stasiun, pelabuhan udara (airport) dan pelabuhan laut (sea port/harbour)
1. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.
2. Instalasi penyulingan bahan bakar minyak.
3. Sistem pengairan atau irigasi untuk kepentingan pertanian, peternakan
dan perkebunan.
4. Sistem telekomunikasi seperti telepon, pos, telegraf, faksimili, telex,
email, dan lain.
5. Prasarana kesehatan seperti rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat.
6. Prasarana, keamanan, pendidikan dan hiburan.
Dan seorang para ahli pariwisata, Lothar A. Kreck dalam bukunya yang berjudul
“International Tourism” membagi prasarana atas 2 (dua) bagian yaitu:

1. Prasarana perekonomian seperti pengangkutan, komunikasi, perbankan,


dan lain-lain.
2. Prasarana sosial seperti sistem pendidikan, faktor keamanan, pelayanan
kesehatan dan lain-lain.

Sedangkan Prof. Salah Wahab dalam bukunya yang berjudul “Tourism


Management”, membagi prasrana dalam 3 (tiga) bagian yaitu :

1. Prasarana umum, seperti air bersih, listrik, jalan raya, dan lain-lain.
2. Prasarana kebutuhan masyarakat, seperti rumah sakit, kantor polisi, kantor
pos, dan lain-lain.
3. Prasarana kepariisataanyaitu kegiatan usah yang memberikan pelayanan
kepada wisatawan diantaranya :

46
a) Reseptive Tourist Plan (badan usaha yang mengurus kedatangan
wisatawan),
b) Residental Tourist Plan (fasilitas-fasilitas yang disediakan untuk
menampung wisatawan),
c) Recreative and Supportive Tourist (semua fasilitas untuk berolah
raga).

3.2.3.2 Sarana Pariwisata


Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan
untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya.
Pembangunan sarana wisata disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik
kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun dapat menentukan
tuntunan sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di
daerah tujuan wisata adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan
rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tak semua objek wisata memerlukan
sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan
dengan kebutuhan wisatawan.
Sarana wisata kuantitatif menunjukkan pada jumlah sarana wisata yang harus
disediakan, dan secara kuantitatif yang menunjukkan pada mutu pelayanan yang
diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh
pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu pelayanan sarana wisata di
daerah tujuan wisata telah disusun suatu standart wisata yang baku, baik secara
nasional dan secara internasional, sehingga penyedia sarana wisata tinggal memilih
atau menentukan jenis dan kualitas yang akan disediakannya.

Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik wisata akan
mengundang kehadiran wisatawan.
1. Masyarakat
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut kehadiran

47
wisatawan tersebut dan akan memberikan layanan yang diperlukan oleh para
wisatawan. Untuk ini masyarakat di sekitar objek wisata perlu mengetahui
berbagai jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan.
Dalam hal ini pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah
menyelenggarakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat. Salah satunya
adalah dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata. Dengan terbinanya
masyarakat yang sadar wisata akan berdampak positif karena mereka akan
memperoleh keuntungan dari para wisatawan yang membelanjakan uangnya.
Para wisatawan pun akan untung karena mendapat pelayanan yang memadai
dan juga mendapatkan berbagai kemudahan dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Lingkungan
Di samping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam di sekitar
objek wisata pun perlu diperhatikan dengan seksama agar tak rusak dan
tercemar. Lalu lalang manusia yang terus meningkat dari tahun ke tahun dapat
mengakibatkan rusaknya ekosistem fauna dan flora di sekitar objek wisata. Oleh
sebab itu perlu adanya upaya menjaga kelestarian lingkungan melalui
penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu objek
wisata.
3. Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek wisata merupakan
lingkungan budaya yang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidup suatu
masyarakat. Oleh karena itu lingkungan budaya ini pun kelestariannya tidak
boleh tercemar oleh budaya asing, tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga
dapat memberikan kenangan yang mengesankan bagi tiap wisatawan yang
berkunjung. Masyarakat yang memahami, menghayati, dan mengamalkan sapta
pesona wisata di daerah tujuan wisata menjadi harapan semua pihak untuk
mendorong pengembangan pariwisata yang pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

48
3.3 Aktifitas Ekonomi Masyarakat
Ekonomi merupakan suatu kegiatan yang diakukan guna untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Dampak ekonomi oleh pariwisata yang dirasakan
masyarakat adalah semakin tingginyas pendapatan. Menurut Hidayat, 2012
pembangunan ekonomi merupakan usaha masyarakat untuk mengembangkan usaha
ekonomi dengan meningkatkan produktivitasnya. Pertumbuhan ekonomi dengan
meningkatkan produktivitas ekonomi adalah bentuk pembangunan ekonomi yang
dianalisis secara meluas, dimana pembangunan ekonomi didapatkan dari hasil
peningkatan semua model ekonomi yang dapat mencakup infranstruktur transportasi,
human capital dan modal sosial lainnya. Dan secara umum aktivitas ekonomi di
kelompokan menjadi aktivitas utama produksi, distribusi, dan konsumsi menurut
Crayonpedia, 2009. Secara teoritis menurut Rahardja dan Manurung, 2005
mengemukakan tujuh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu : stok
barang modal. Jumlah tenaga kerja, tingkat teknologi, pendapatan,manajemen,
kewirausahaan dan informasi
Menurut (Crayonpedia, 2009) aktivitas ekonomi merupakan suatu kegiatan
penduduk yang didorong oleh motif tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup diri
dan keluarganya dengan memanfaatkan lingkungan (Biotik, Abiotik dan sosial).
Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia terbagi dua, yaitu
barang dan jasa. Barang ialah segala benda dalam bentuk fisik yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan manusia, sedangkan jasa ialah benda dalam bentuk nonfisik
yang berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia. secara umum aktivitas ekonomi
dikelompokkannya menjadi yaitu aktivitas utama produksi, distribusi, dan konsumsi.
Menurut (Saptiarso 2009) Jenis kegiatan ekonomi di daerah perkotaan antara lain
sebagai berikut:
1. Bidang Jasa
2. Bidang Perdagangan
3. Bidang Industri

49
Dan menurut (Supartono 2011) pengaruh terhadap karakteristik yang muncul
dalam masyarakat dilingkungan baik secata sosial maupun ekonomi. Berkaitan
dengan hal tersebut diperlukan adanya suatu variabel untuk melihat kondisi sosial
ekonomi masyar`akat. Variabel ekonomi yang meliputi tingkat pendapatan, besarnya
pengeluaran perbulan atau belanja atau konsumsi, baik untuk pangan maupun non
pangan serta tingkat produksi, investasi dan sebagainya.

3.4 Penelitian Terdahulu

3.5 Landasan Penelitian

50
BAB IV

METODOLOGI

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pada bab ini akan diuraikan mengenai tahapan
pengumpulan data, serta tahap analisis data yang digunakan dalam kegiatan penelitian
tentang Penggunaan Lahan Pariwisata Pada Koridor Jalan Sukarno-Hatta Kelurahan
Labuan Kecamatan Komodo Labuan Bajo.

3.1 Jenis Data

Data yang diperoleh kaitannya dengan penelitian ini adalah berupa data primer dan
sekunder yang diperoleh dari instansi – instansi yang terkait dengan jenis data
sebagai berikut :

1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan
langsung dilapangan, data yang dimaksud meliputi :
a. Penggunaan Lahan lokasi penelitian
b. Aktifitas ekonomi masyarakat
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui instansi – instansi yang
terkait, data yang dimaksud meliputi :
a. Kondisi Fisik
b. Data demografi
c. Data pariwisata
d. Peta – peta yang terkait dengan penelitian

51
3.2 Jenis Penelitian
Medote penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif kuantitatif yaitu dengan cara mencari informasi tentang gejala
yang ada, didefinisikan dengan jelas tujuan yang akan dicapai, merencanakan cara
pendekatannya, mengumpulkan data sebagai bahan untuk mengukur keterkaitan
antara sebelum dan sesdudah adanya wisata Jenis penelitian menggunakan penelitian
komparatif.
Jenis penelitian komparatif, merupakan penelitian yang membandingkan dua
(2) sebelum dan sesudah pengamatan. Penelitian komparasi akan menemukan
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang,
tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang lain, kelompok,
terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan
pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau negara, terhadap
kasus, terhadap orang, peristiwa, atau ide-ide (Arikunto, 2010).
Metode pengumpulan yang digunakan penulis adalah metode survey, menurut
Sugiyono (2013:11) adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan angket
sebagai alat penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kesil tetapi data
yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga
ditemukan kejadian relativf, distribusi, dan hubungna antar variabel, sosiologis
maupun psikologis. Tujuan penelitian survey adalah untuk memberikan gambara
secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat, serta karakter-karakter yang khas
dari kasus atau kejadian suatu hal yang bersifat umum. karena bentuk yang tujukan
untuk mendeskripsikan hal-hal yang ada, baik hal alamiah maupun hal buatan
manusia. Hal itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan,
kesamaan dan perbedaan antara hal yang satu dengan hal lainnya. Dan pada peneltian
deskriptif mampu mengetahui masalah yang ada pada masyarakat, serta tata cara
yang berlaku dalam masyarakat tersebut disituasi-situasi tertentu, pada kegiatan-
kegiatan, sikap dan pandangan serta proses yang berlangsung yang akan
mengakibabtkan dampak dari suatu hal atau fenomena tersebut.

52
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tahap persiapan dan tahapan
teknik survey.

3.2.1 Survey Primer


Data primer menggunakan pengumpulan data berupa Observasi, Kuesioner dan
dokumentasi. Obsevarsi dilakukan oleh penelitian sebagai pegangan dan tolak ukur
ilmu yang akan di gunakan dalam proses selanjutnya yaitu metode deskriptif untuk
membuat pecandraan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu dan metode kolerasi adalah perbandingan atau
evaluasi suatu variabel sedangkan untuk metode mental mapping mencakup semua
bagian dari survey primer yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi terhadap
responden.

3.2.1.1 Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data
pada dasarnya mengamati gejala fisik kawasan eksisting dan sosial sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya dan pengamatan terhadap keadaan lapangan secara
detail/visual. Adapun tujuan survey lapangan yaitu untuk mengamati kondisi yang
terdapat dilapangan, sehingga mendapatkan gambaran permasalahan yang sebenarnya
terjadi dilapangan berdasarkan hasil kuisoner. Objek pengamatannya adalah
masyarakat yang bertempat tinggal di sepanjang jalan Sukarno Hatta kecamatan
Komodo Labuan Bajo

3.2.1.2 Kuisoner
Menurut Sugiyono (2005) Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
akan dilakukan dengan cara memberi pertanyaan-pernyataan secara tertulis dengan
ada beberapa obsen yang akan dipilih atau dijawan oleh responden. Tujuan dari
teknik ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji Perubahan Penggunaan lahan dan

53
Aktivitas Ekonomi Masyarakat Akibat pariwisata pada Jalan Soekarno-Hatta
Kecamatan Komodo Labuan Bajo yang ingin dicapai dalam penelitian tersebut.

3.2.1.3 Dokumentasi
Teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi diartikan sebagai upaya
untuk memperoleh data dan informasi berupa catatan tertulis/gambar yang tersimpan
berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dokumen merupakan fakta dan data
tersimpan dalam berbagai bahan yang berbentuk surat-surat, laporan, peraturan,
catatan harian,foto dan sketsa dan data lainnya yang tesimpan. Dakumen tak terbatas
pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui
hal-hal yangpenah terjadi untuk penguat data observasi dan wawancara dalam
memeriksa keabsahan data, membuat interprestasi dan penarikan kesimpulan.

Dokumentasi antara lain membatu memahami fenomena, interpretasi,


menyususn teori, dan validasi data. Dengan demikian , studi dokumentasi bukan
semata mengumpulkan data, kemudian disalin bagian tertentu yang dianggap penting,
dan kemudian dimunculkan dalam laporan, namun juga sebagai upaya peneliti untuk
memahami persoalan pada Komprehensif untuk teori dengan pendekatanbaru dan
kajian dokumen dilakukan dengan cara menyelidiki data-data yang didapat pada
dokumen-dokumen, catatan, file-file dan hal-hal yang sudah didokumentasi

3.2.2 Survey Sekunder


Pengumpulan data sekunder merupakan data-data yang diambil dari instansi-
instansi terkait dan juga data penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau
secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik
yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.

3.3 Metode Pengambilan Sampel


3.3.1 Populasi

54
Menurut Usman (2006:181) Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan
secara tersurat yaitu yang berkenaan dengan esarnya anggota populasi serta wilayah
penelitian yang disebutkan secara tersurat yaitu yang berkenaan dengan besarnya
anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup. Adapun jumlah populasi
dalam penelitian ini yaitu 111 orang yang terdiri dari populasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang
diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai
sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Adapun penentuan jumlah sampel
yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan metode sensus
berdasarkan pada ketentuan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002 : 61-63 ), yang
mengatakan bahwa: “Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari sampel jenuh adalah
sensus.”

Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
sampel jenuh. Metode sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan menjadi sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah
populasi dari masyarakat yang masuk dalam lingkup penelitian di sepanjang koridor
Jln Sukarno-Hatta yang berada di Kelurahan Labuan Bajo, Kecamatan Komodo,
Labuan Bajo. pada penelitian ini penelitian meneliti semua populasi ssyang berjumlah
111 populasi yang ada disepanjang Koridor Jalan yang terdapat.

Tabel 3.1 jumlah populasi

No Populasi Jumlah Sampel

1 pemilik homstay 11

55
2 pemilik hotel 7

3 pemilik kaffe 13

4 pemandu wisata 5

5 pemilik pedagang kaki lima 21

6 pemilik laundri 9

7 pemilik toko 15

8 pemilik warung 16

9 nelayan 14

jumlah 111

Sumber:hasil observasi pada lokasi penelitian 2022

3.4 Metode Analisis Data


Menurut Taylor dan Bogdan,1984 dan Suyanto Bagong dkk;2007 metode
analisis merupakan metode yang digunakan dalam menganalisis ataupun dalam
mengolah data yang telah diperoleh dari teknik pengumpulan data yang telah
dilakukan. Dalam melakukan analisis karakteristik metode analisis yang digunakan
analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data dengan menghasilkan
data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkat laku yang dapat
diamati dari orang-orang yag diteliti.
Metode analisis merupakan metode yang digunakan dalam menganalisis
ataupun dalam mengolah data yang telah diperoleh dari teknik pengumpulan data.
Metode ini juga merupakan alat untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai. Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian Perubahan Penggunaan
Lahan Wisata di Jln Sukarno - Hatta Keluarahan Labuan Bajo, Kecamatan Komodo
Labuan Bajo.

56
3.4.1 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan (analisis overlay dan analisis
deskriptif kuantitaif)
Metode yang digunakan dalam menganalisis perubahan penggunaan lahan
sebelum dan sesudah adanya wisata menggunakan pemetaan perubahan penggunaan
lahan, Overlay dan metode deskriptif kualitatif yang di deskripsikan atau mengolah
data-data untuk diutarakan secara jelas.
Berdasarkan sasaran 1 Mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan pada
sepanjang koridor Jalan Sukarno-Hatta Kelurahan Labuan Bajo Kecamatan Komodo
Labuan Bajo maka dari metode analisis spasial yaitu Overlay untuk mengetahui
perubahan lokasi dari sebelum berkembang pembangunan wisata sampai sesudah
adanya wisata. Metode pendekatan keruangan (spatial analysis), yaitu analisis overlay
GIS. Overlay adalah kemampuan untuk melihat grafis satu peta diatas grafis peta
yang lain dan menampilkan hasilnya pada layar komputer dan bisa mengetahui
perubahan-perubahan pada suatu kondisi. Secara umum, overlay menampilkan suatu
peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan
peta gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut.
Hasil dari analisa overlay ini adalah peta perubahan penggunaan lahan dari tahun
sebelum berkembangnya wisata dan tahun sesudah berkembangnya wisata.

3.4.2 Analisa Ekonomi (analisis deskriptif kuantitatif)


Metode analisa yang digunakan dalam sasaran 2 ini adalah metode analisis
deskriptif Kuantitatif yaitu Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif karena menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.1 Dan dideskripsikan secara
deduksi yang berangkat dari teori-teori umum, lalu dengan observasi untuk menguji
validitas keberlakuan teori tersebut ditariklah kesimpulan. Kemudian di jabarkan
secara deskriptif, karena hasilnya akan kami arahkan untuk mendiskripsikan data
yang diperoleh dan untuk menjawab rumusan. Tahapan-tahapan dalam analisis
deskriptif kualitatif adalah sebagai berikut:

57
a. Pengumpulan data peneliti mengenali aspek-aspek mana yang akan
dikategorikan sebagai dampak penggunaan lahan. Peta mental yang
dihasilkan pada direduksi menggunakan hasil perbandingan dari GIS untuk
melihat perubahan pada tahun sebelum dan sesudah adanya pariwisata.
b. Tabulasi data
Tabulasi adalah pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi
kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan, dalam melakukan tabulasi
diperlukan keterkaitan agar tidak terjadi kesalahan. Tabel hasil tabulasi dapat
berbentuk (Hasan, 2006: 20).
1) Tabel pemindahan yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode dari
kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi sebagai
arsip.
2) Tabel biasa adalah tabel yang disusun berdasar sifat responden
tertentu dan tujuan tertentu
3) Tabel analisis yang memuat suatu jenis informasi yang telah
dianalisi

c. Analisis data
Menurut Hasan (2006 :Hlm 29) analisis data merupakan mimikirkan dengan
cara menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari beberapa kejadian
pada suatu kejadian lainnya, serta memperkirakan dan meramalkan kejadian
lainnya.
Kejadian dapat dinyatakan sebagai perubahan nilai variabel. Proses analisis
data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh baik melalui hasil
kuesioner dan bantuan Kuisoner

3.4.3 Analisa Perubahan Penggunaan Lahan Dan Perubahan Ekonomi


Karena Adanya Pariwisata (Analisis Exploratory regressition)
Analisis Spasial Exploratory, digunakan untuk mendeteksi adanya pola khusus

58
pada sebuah fenomena spasial serta untuk menyusun sebuah hipotesa penelitian.
Metode ini di gunakan untuk menggabungkan output sasaran I dan Output sasaran
II.
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien
korelasi sebagai berikut:
0,00 - 0,199 = sangat rendah
0,20 - 0,399 = rendah
0,40 - 0,599 = sedang
0,60 - 0,799 = kuat
0,80 - 1,000 = sangat kuat

59
DAFTAR PUSTAKA

Martono, N. (2016). Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern,


Posmodern, dan Poskolonial. Raja Grafindo Persada.

Gunawan, N. A., Ruyadi, Y., & AliaA, M. N. (2017). Analisis Perubahan Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat Blok Pekauman Desa Astana Dengan Keberadaan
Tradisi Ziarah Makam Sunan Gunung Jati Di Cirebon. SOSIETAS, 7(1), 317.

Malingreau. 1979. Penggunaan Lahan Pedesaan, Penafsiran Citra untuk Inventarisasi


dan Analisa Pusat Pendidikan Interpretasi, Citra Penginderaan Jauh dan Survey
Terpadu. Bulak Sumur: UGM.

Lisdiyono. 2004. Penyimpangan Kebijakan Alih Fungsi Lahan Dalam Pelestarian


Lingkungan Hidup. Jurnal Hukum dan Dinamika Masyarakat Edisi Oktober 2004. Fakultas
Hukum Untag, Semarang.

Khadiyanto, Parfi. 2005. Tata Ruang Berbasis pada Kesesuaian Lahan. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

Wahyudi, E. B. 2009. “Analisis Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Sokaraja


Kabupeten Banyumas tahun 1994‐2004. Tugas Akhir tidak diterbitkan. Tesis tidak
diterbitkan, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Purwantoro, S., & Hadi, B. S. (2012). Studi Perubahan Penggunaan Lahan Di


Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta Tahun 1987-1996 Berdasarkan Foto
Udara. Karya Tulis.

60
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132240452/penelitian/Studi_Perubahan_Penggu
naan_Lahan_DI_KECA.pdf

61

Anda mungkin juga menyukai