Anda di halaman 1dari 6

PERENCANAAN SISTEM TRANSPORTASI

“PEMAMFATAN TATA GUNA LAHAN/RUANG DAN PERKEMBANGAN


TRANSPORTASI”

Disusun oleh :

NAMA : SIQIRIUS VICKY DJITMAU

KELAS :B

NIM : 2020061014006

PROD I : S1 – TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS CENDRAWASIH

FAKULTAS TEKNIK

JAYAPURA – PAPUA

2021 – 2022
PEMAMFATAN TATA GUNA LAHAN/RUANG DAN PERKEMBANGAN
TRANSPORTASI

ABSTRAK

Sistem transportasi adalah merupakan suatu bentuk keterkaitan antara penumpang,


barang, sarana, dan prasarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau
barang yang tercakup dalam suatu tatanan baik secara alami maupun rekayasa.
Karakteristik lokasi prasarana yang tetap sepeti terminal, ruas jalan dan persimpangan
jalan harus diikutsertakan dalam analisis, karena pelayanan transportasi tidak ada disetiap
tempat dan dari jenis dan kualitas yang sama, terutama dilakukan dengan menggunakan
konsep jaringan transportasi yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan perjalanan
(Warpani, 1990).

Seiring dengan perkembangan waktu, transportasi dan pengunaan lahan menjadi satu
bagian yang tidak terpisahkan. Dalam konteks perencanaan, trasportasi dan pengunaan
lahan memiliki tujuan yang terarah dan spesifik. Didalam sitem transportasi, tujuan
perencanaan adalah penyediakan fasilitas untuk pergerakan penumpang dan barang dari
satu tempat ke tempat lain atau dari berbagai pemamfaatan lahan. Sedangkan dalam
pengunaan lahan, tujuan dari perencanaan adalah untuk tercapainya fungsi bangunan dan
harus menguntungkan.

1
PEMBAHASAN

A. SEJARAH KOTA JAYAPURA


Unik dan menarik. Dua kata itu tepat untuk menyebut kota yang terletak paling
ujung kawasan timur Indonesia. Selain letaknya berbatasan dengan Papua
Niuguni dan topogtafi yang berbukit-bukit, kota ini pun berganti nama sebanyak
empat kali sebelum menjadi jayapura.
Sebelum perang dunia II, saat Belanda mendarat di bumi Papua, Jayapura diberi
nama “Hollandia”, yang berarti daerah berbukit-bukit dan berteluk. Saat itu
daerah ini ditunjuk sebagai ibukota “Dutch New Guinea”. Setelah definitif
kembali ke Indonesia pada 1 Mei 1963, sejak saat itu nama “Hollandia” menjadi
“Kota Baru” (1963-1969), lalu “Sukarnopura” (1969-1975), dan akhitnya
“Jayapura”.
Berada di Jayapura yang terletak di biber Teluk Yos Sudarso dan Teluk Yotefa
akan disuguhkan pemandangan indah panorama alam yang berbukit-bukit serta
hamparan lautan pasifik berair biru jernih. Kekayaan alam yang demikian indah
itu secara tidak langsung menawarkan setiap mata yang memandanginya menjadi
sebuah peluang tersendiri sesuai kebutuhan di masanyKondisi geografis Kota
Jayapura yang terletak di timur Indonesia merupakan pusat permukiman terpadat
di Provinsi Papua. Dengan luas wilayah hanya 940 km2, kota ini harus
menampung penduduk 256,705 jiwa dengan tingkat pertumbuhan per tahun
mencapai 4,41% per tahun (menurut RTRW 2013- 1033). Sekitar 94,5%
penduduk Kota Jayapura terpusat di bagian barat kota yang hanya mencakup
33,33% dari luas wilayah.

2
B. Pemamfaatan lahan/ruang dan perkembangan transportasi
Topografi daerahnya cukup bervariasi, mulai dari dataran hingga daerah berbukit
di ketinggian 700 meter diatas permukaan air laut. Wilayah perbukitan terjal,
rawa-rawa, dan hutan lindung dengan kemiringan 40 prsen merupakan daerah
yang tidak layak huni. Kondisi seprti itu membuat penyebaran penduduk kurang
merata. Penduduk banyak terkonsentrasi di pusat kota, yaitu Kecamatan Jayapura
Utara dan Jayapura Selatan. Fasilitas yang tersedia berupa pasar tradisional,
seperti Pasar Ampera, Pasar Hamadi, Pasar Entrop, dan Pasar Abepura.
Ada pula pasar kecamatan, seperti Pasar Tanjungria dan Pasar Muaratami di
perbatasan RI - PNG. Di pusat kota dan di Abepura juga ada pasar modern dengan
pusat grosir..
Penggunaan lahan untuk permukiman saat ini di Kota Jayapura dengan luas lebih
kurang 2.469 Ha (menurut RTRW 2013-2033) dari luas Kota 94.000 Ha. Dengan
kondisi topografi kota yang berkontur, pengembangan permukiman terletak pada
daerah dengan kemiringan lebih dari 25% dan juga pada daerah kawasan lindung
dan kondisi permukiman cenderung padat serta permukiman terkonsentrasi pada
beberapa lokasi.
Transportasi merupakan salah satu prasarana yang sangat penting dalam
menjalani aktivitas sehari-hari. Pada umumnya transportasi berkembang seiring
dengan pertambahan penduduk, pertambahan pemilikan kendaraan, kenaikan
pendapatan, peningkatan aktivitas perekonomian maupun sosial serta perluasan
kota.
Transportasi sendiri dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu transportasi darat, transportasi
laut, dan transportasi udara. Adanya prasarana transportasi darat di sebuah kota
dapat mempermudah masyarakat untuk menjalani aktivitas dari satu tempat ke
tempat yang lain.
Sebagai dampak dari pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di Kota
Jayapura menimbulkan berbagai macam kebutuhan yang harus direncanakan
secara terpadu, salah satunya adalah sektor transportasi.

3
Pertumbuhan kebutuhan transportasi seiring sejalan dengan kebutuhan
penyediaan prasarana dan sarana yang mendukungnya, sehingga diperlukan
perencanaan yang dapat meminimalkan permasalahan dan mengoptimalkan
peluang.
Sektor transportasi merupakan salah satu sektor yang mempunyai trickle down
efect terhadap sektor-sektor yang lain. Ini berarti pembangunan sektor transportasi
secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak yang sangat
signifikan terhadap pengembangan sektor-sektor yang lain.Sesuai amanat
undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
bahwa untuk mewujudkan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang terpadu
dilakukan pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan untuk
menghubungkan semua wilayah di daratan.
Pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tersebut berpedoman
pada Rencana Induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sesuai dengan
kebutuhan, serta mengacu pada rekomendasi Tataran Transportasi Lokal Kota
Jayapura.Prasarana jalan raya di kota Jayapura terdiri dari Jalan Negara 50 Km.
Jalan Provinsi 38,5 Km dan Jalan Kota 397,02 Km (BPS Kota Jayapura dalam
angka tahun 2013). Satuan untuk menilai aspek aksesibilitas adalah indeks
aksesibilitas = panjang jalan/luas wilayah (satuan km/km2).
Tingkat aksesibilitas menurut jenis permukaan jalan di Kota Jayapura hanya
berkisar 0,15 –0,42. Nilai aksesibilitas jalan menurut jenis permukaannya adalah
jenis jalan aspal, yakni 0,301 dan terendah adalah jenis jalan tanah dengan nilai
0,044 (Tataran Transportasi Lokal Kota Jayapura 2013).

4
KESIMPULAN

Tata guna lahan/ ruang dan perkembangan sistem transportasi adalah suatu
keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan Transportasi dan tata guna lahan
berhubungan sangat erat, sehingga biasanya dianggap membentuk satu landuse
transport system. Agar tata guna lahan dapat terwujud dengan baik maka
kebutuhan transportasinya harus terpenuhi dengan baik. Sistem transportasi yang
macet tentunya akan menghalangi aktivitas tata guna lahannya. Dan di kota
Jayapura, khususnya daerah kecamatan Jayaoura Utara dan Jayapura Selatan tata
guna lahan harus diperhatikan agar tidak terjadi kemacetan, dan supaya
transportasi berjalan dengan lancar tampa ada hambatan ( kemacetan).

DAFTAR PUSTAKA

 Modul perencanaan transportasi


 Modul tata guna lahan/ruang dan perkembangan
transportasi
 Aplikasi google maps ( google earth)

Anda mungkin juga menyukai