Anda di halaman 1dari 9

BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

KOTA BEKASI
PROVINSI JAWA BARAT

KERANGKA ACUAN KERJA


(KAK)

KEGIATAN:
REVIEW PETA RISIKO BENCANA KOTA BEKASI
TAHUN ANGGARAN 2017
KERANGKA ACUAN KERJA
REIVEW PETA RISIKO BENCANA KOTA BEKASI
TAHUN ANGGARAN 2017

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kota Bekasi terletak pada 106o4828 107o2729 Bujur Timur dan 6o106 6o306 Lintang
Selatan, dengan luas wilayah sekitar 210,49 km 2. Secara administrasi, Kota Bekasi
berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kabupaten Bekasi


Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok
Sebelah Barat : Provinsi DKI Jakarta
Sebelah Timur : Kabupaten Bekasi

Wilayah Kota Bekasi dialiri 3 (tiga) sungai utama yaitu Sungai Cakung, Sungai Bekasi dan
Sungai Sunter, beserta anak-anak sungainya. Sungai Bekasi mempunyai hulu di Sungai
Cikeas yang berasal dari gunung pada ketinggian kurang lebih 1.500 meter dari permukaan
air. Air permukaan yang terdapat di wilayah Kota Bekasi meliputi sungai/kali Bekasi dan
beberapa sungai/kali kecil serta saluran irigasi Tarum Barat yang selain digunakan untuk
mengairi sawah juga merupakan sumber air baku bagi kebutuhan air minum wilayah Bekasi
(kota dan kabupaten) dan wilayah DKI Jakarta. Kondisi air permukaan kali Bekasi saat ini
tercemar oleh limbah industri yang terdapat di bagian selatan wilayah Kota Bekasi (industri di
wilayah Kabupaten Bogor).

Kondisi air tanah di wilayah Kota Bekasi sebagian cukup potensial untuk digunakan sebagai
sumber air bersih terutama di wilayah selatan Kota Bekasi, tetapi untuk daerah yang berada di
sekitar TPA Bantargebang kondisi air tanahnya kemungkinan besar sudah tercemar. Wilayah
Kota Bekasi secara umum tergolong pada iklim kering dengan tingkat kelembaban yang
rendah. Kondisi lingkungan sehari-hari sangat panas. Hal ini terlebih dipengaruhi oleh tata
guna lahan yang meningkat terutama industri/perdagangan dan permukiman. Temperatur
harian diperkirakan berkisar antara 24 33 C.

Jika dilihat secara geografis dan topografis yang dimiliki, secara umum Kota Bekasi berada di
daerah rawan bencana hidrometeorologis seperti banjir, tanah longsor, maupun kekeringan.
Hal ini selaras dengan catatan Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI) yang ada di
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Tabel 1. Sejarah Kebencanaan Kota Bekasi 2006 - 2016


NO JENIS BENCANA TANGGAL KEJADIAN
1 BANJIR DAN TANAH LONGSOR 21/4/2016
2 BANJIR 28/2/2016
3 PUTING BELIUNG 27/11/2014
4 BANJIR 19/11/2014
5 TANAH LONGSOR 4/2/2014
6 BANJIR 12/1/2014
7 PUTING BELIUNG 8/6/2013
8 BANJIR 18/11/2012

1
REVIEW PETA RISIKO BENCANA KOTA BEKASI
KERANGKA ACUAN KERJA

NO JENIS BENCANA TANGGAL KEJADIAN


9 BANJIR 10/10/2012
10 BANJIR 25/5/2011
11 KEBAKARAN 1/11/2010
12 BANJIR 1/2/2008
13 BANJIR 2/2/2007
14 TANAH LONGSOR 7/9/2006
Sumber : Data dan Informasi Bencana Indonesia 2017

Dengan memperhatikan kondisi Kota Bekasi yang memiliki ancaman dan kerentanan
khususnya terhadap beberapa jenis bencana hidrometeorologi, maka dalam rangka
peningkatan kesiapsiagaan penanggulangan bencana di Kota Bekasi, merasa perlu
membangun perencanaan yang bersifat menyeluruh dan mampu memberikan arah strategi
dan master plan dalam hal penanggulangan bencana yang disepakati bersama oleh seluruh
unsur penanggulangan bencana di Kota Bekasi. Hal ini dimulai Pemerintah Kota Bekasi
melalui kegiatan Review Peta Risiko Bencana di Kota Bekasi, pada tahun 2017, agar Kota
Bekasi memiliki landasan teknokratis dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana
banjir di Kota Bekasi.

2. Konsepsi Umum

Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi


dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana yang melanda. Potensi
dampak negatif yang timbul dihitung berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas kawasan
tersebut. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi jumlah jiwa yang terpapar, kerugian
harta benda, dan kerusakan lingkungan.

Kajian risiko bencana dapat dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut:

Pendekatan ini digunakan untuk memperlihatkan hubungan antara ancaman, kerentanan dan
kapasitas yang membangun perspektif tingkat risiko bencana suatu kawasan. Dengan
demikian, upaya pengkajian risiko bencana pada dasarnya adalah menentukan besaran
potensi ancaman (bahaya), kerentanan, serta kapasitas, dan menyajikannya dalam bentuk
spasial maupun non spasial agar mudah dimengerti.

Pengkajian risiko bencana digunakan sebagai landasan penyelenggaraan penanggulangan


bencana pada disuatu kawasan. Penyelenggaraan ini dimaksudkan untuk mengurangi
dampak risiko bencana.

BNPB telah memberikan pedoman dan metode baku dalam pemetaan risiko bencana melalui
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012.
Sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini, metode pengkajian risiko bencana yang
ditetapkan oleh BNPB sebagai dasar pengkajian risiko bencana pada suatu daerah akan
menghasilkan gambaran spasial dalam bentuk peta risiko bencana. Selain itu hasil dari
pengkajian juga dapat memperlihatkan tingkat risiko bencana suatu daerah dalam dokumen
pengkajian risiko bencana. Peta Risiko Bencana dan Dokumen Kajian Risiko Bencana Daerah
menjadi dasar minimum untuk penyusunan kebijakan penanggulangan bencana daerah yang
dituangkan dalam dokumen Rencana Penanggulangan Bencana Daerah.

2
REVIEW PETA RISIKO BENCANA KOTA BEKASI
KERANGKA ACUAN KERJA

Gambar 1. Metode Umum Pengkajian Risko Bencana

Pengkajian risiko bencana memiliki prasyarat umum yang harus diikuti. Prasyarat umum
tersebut adalah :

1) Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis (kedalaman analisis di tingkat nasional


minimal hingga kabupaten/kota, kedalaman analisis di tingkat provinsi minimal hingga
kecamatan, kedalaman analisis di tingkat kabupaten/kota minimal hingga tingkat
kelurahan/desa/kam-pung/nagari).
2) Skala minimal peta yang dihasilkan adalah 1:50.000.
3) Menggunakan 3 kelas interval tingkat risiko, yaitu tingkat risiko tinggi, sedang dan rendah.
4) Menggunakan GIS dengan Analisis Grid (1 ha) dalam pemetaan risiko bencana.
5) Bersifat spesifik, digunakan untuk menyusun kebijakan daerah terkait pengurangan risiko
bencana dalam Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana. Selain itu, hasil kajian
juga dapat digunakan sebagai dasar untuk membangun Desa Tangguh Bencana di
lingkup kawasan kajian.
6) Mampu menghitung jumlah penduduk terpapar bahaya (dalam satuan jiwa), potensi
kerugian yang timbul akibat bahaya (dalam satuan rupiah), serta potensi luas lingkungan
yang rusak akibat bahaya (dalam satuan hektar).

Komponen pengkajian risiko bencana yang terdiri dari bahaya, kerentanan, dan kapasitas,
akan digunakan untuk memperoleh tingkat risiko bencana suatu kawasan dengan menghitung
potensi penduduk terpapar, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan. Selain tingkat
risiko, kajian diharapkan mampu menghasilkan peta risiko untuk setiap bencana yang ada
pada suatu kawasan. Kajian dan peta risiko bencana ini harus mampu menjadi dasar yang
memadai bagi daerah untuk menyusun kebijakan penanggulangan bencana. Di tingkat

3
REVIEW PETA RISIKO BENCANA KOTA BEKASI
KERANGKA ACUAN KERJA

masyarakat hasil pengkajian diharapkan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam perencanaan
upaya pengurangan risiko bencana.

3. Maksud dan Tujuan

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan dasar dalam meningkatkan efektifitas


manajemen bencana yang disebabkan oleh faktor penyebab bencana bagi para pengambil
keputusan dan para pelaku penanggulangan bencana di Pusat dan Daerah.

Sedangkan kegiatan ini bertujuan untuk menyusun dokumen kajian risiko bencana sebagai
dasar dalam penyusunan perencanaan dan kebijakan daerah, khususnya berkaitan dengan
kawasan-kawasan yang menjadi prioritas penanganan bencana. Peta risiko bencana harus
dibuat berdasarkan standar ataupun prosedur baku yang berlaku secara Nasional.

4. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai melalui kegiatan ini adalah melakukan review secara spasial
terhadap peta risiko bencana banjir Kota Bekasi, sesuai metodologi baku dengan
menggunakan data terbaru yang tersedia di Kota Bekasi.

5. Lokasi Pekerjaan

Kegiatan ini dilaksanakan di Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat.

6. Sumber Pendanaan

Sumber dana berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bekasi
Tahun Anggaran 2017, dengan rincian sebagaimana pada RAB terlampir.

7. Dasar Hukum

Dasar hukum pelaksanaan kegiatan ini mengacu kepada peraturan perundang-undangan


sebagai berikut :

a) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,Pembukaan Alinea IV;


b) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
c) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
d) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
e) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
f) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan
Tata Kerja Badan Penanggulangan Daerah;
g) Peraturan Kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 2 Tahun 2012
tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana;
h) Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2012
tentang Panduan Penilaian Kapasitas Daerah;
i) Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 11 Tahun 2014 tentang Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Kota Bekasi;
j) Peraturan Walikota Bekasi Nomor 60 Tahun 2014 tentang Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja
serta Rincian Tugas Jabatan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bekasi.

4
REVIEW PETA RISIKO BENCANA KOTA BEKASI
KERANGKA ACUAN KERJA

B. RUANG LINGKUP PEKERJAAN

1. Keluaran

Keluaran yang ingin dicapai melalui kegiatan ini adalah :

a. Dokumen Kajian Risiko Bencana Banjir berdasarkan standar baku yang berlaku secara
Nasional yang dilengkapi dengan :

1) Peta Bahaya Banjir


2) Peta Kerentanan Bencana Banjir (sosial, ekonomi, fisik, ekologi)
3) Peta Kapasitas untuk Bencana Banjir
4) Peta Risiko Bencana Banjir

b. Database digital Peta Risiko Bencana Banjir dalam format sistem informasi geografis.

2. Personil Tenaga Ahli

Jumlah dan kualifikasi tenaga ahli yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah
sebagai berikut :

JML.
JML. JML.
NO. POSISI KUALIFIKASI ORG
ORANG BULAN
BULAN
A. TENAGA AHLI
1. Ahli Manajemen S2, pengalaman minimum 5 tahun 1 4 4
Bencana di bidang penanggulangan
bencana. Memiliki keanggotaan
Ikatan Ahli Bencana Indonesia
(IABI)
2. Ahli Geografi/ S1 Teknik 1 4 4
Geodesi/ GIS Geodesi/Geografi/Pertanian,
pengalaman minimum 5 tahun di
bidang pemetaan wilayah dan
penggunaan GIS dalam
Penanggulangan Bencana
3. Ahli Lingkungan S1 Teknik Lingkungan, 1 2 2
pengalaman minimum 5 tahun di
bidang penanggulangan bencana,
memiliki sertifikasi keahlian teknik
lingkungan
4 Ahli K3 S1 semua jurusan, pengalaman 1 2 2
(Keselamatan dan minimum 3 tahun di bidangnya,
Kesehatan Kerja) memiliki sertifikasi keahlian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jumlah 4 12

3. Jangka Waktu Penyelesaian Pekerjaan

Keseluruhan kegiatan Review Peta Risiko Bencana di Kota Bekasi ini akan dilaksanakan
dalam jangka waktu 4 (empat) bulan.

5
REVIEW PETA RISIKO BENCANA KOTA BEKASI
KERANGKA ACUAN KERJA

4. Strategi Pencapaian Keluaran

a. METODE PELAKSANAAN

1) Kajian spasial dengan landasan teori akademis yang baku untuk menghasilkan peta
risiko bencana banjir Kota Bekasi.
2) Survey dan Pengambilan Kuesioner, untuk mendapatkan gambaran kapasitas
penanggulangan bencana Kota Bekasi, serta melakukan verifikasi langsung terhadap
Draft Peta Bahaya Banjir yang telah disusun.
3) Workshop dan Diskusi, untuk mendapatkan input terhadap peta risiko yang telah
disusun, serta arah kebijakan penanggulangan bencana yang akan direkomendasikan
berdasarkan peta risiko bencana.

b. TAHAPAN PELAKSANAAN

1) PERSIAPAN

Persiapan Awal
Tahapan persiapan ini digunakan untuk menginisiasi pelaksanaan kegiatan di daerah
kerja. Inisiasi dilaksanakan dengan mengadakan beberapa peralatan, menyewa
kantor serta sarana transportasi. Selain itu proses perizinan kegiatan dan internalisasi
personil juga dilaksanakan pada tahap ini.

Persiapan Teknis
Persiapan teknis yang dilakukan meliputi:

a) Internalisasi rencana dan metodologi kerja;


b) Penyediaan peta-peta tematik yang mendukung keakuratan data hasil Kajian
Risiko Bencana;
c) Pengumpulan Literatur/ referensi yang dibutuhkan dalam melakukan Kajian Risiko
Bencana dan Rencana Penanggulangan Bencana;
d) Penyediaan data faktual kebencanaan daerah;
e) Penyusunan Peta Bahaya Dasar sebagai acuan dalam melakukan survey dan
pengambilan data;
f) Menyusun metodologi survey Kesiapsiagaan untuk mengetahui tingkat
kesiapsiagaan masing-masing daerah kerja.

2) SURVEY DAN PENGAMBILAN DATA

a) Survey Kesiapsiagaan dan Kapasitas daerah


Survey Kesiapsiagaan dilakukan untuk mendapatkan gambaran kesiapsiagaan
dan kapasitas daerah dalam menghadapi bencana. Survey Kesiapsiagaan
difokuskan kepada penilaian pemahaman masyarakat dalam penanggulangan
daerah, sedangkan penilaian kapasitas daerah difokuskan kepada pemahaman
aparatur serta sistem pemerintahan dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana.

b) Verifikasi Lapangan
Verifikasi Lapangan merupakan salah satu cara dalam pengambilan data dan
prosedur yang harus dilakukan dalam pembuatan peta tematik. Verifikasi
Lapangan dilakukan dengan menggunakan GPS dengan fokus dititik beratkan
pada dua hal utama, yaitu daerah potensi ancaman dan pemukiman beserta
infrastrukturnya.

6
REVIEW PETA RISIKO BENCANA KOTA BEKASI
KERANGKA ACUAN KERJA

3) FINALISASI PETA BAHAYA BANJIR

Finalisasi dilakukan berdasarkan hasil verifikasi lapangan, melalui sinkronisasi titik


koordinat dan kondisi lapangan dengan titik koordinat dan kondisi yang ada pada
peta.

4) FINALISASI PETA KERENTANAN DAN KAPASITAS BENCANA BANJIR

Penyusunan peta kerentanan dilakukan terhadap setiap komponen kerentanan yang


ada, dengan menggunakan data-data yang ada di Kota Bekasi. Pemetaan terhadap
komponen-komponen kerentanan akan menghasilkan :

Jumlah penduduk terpapar bencana banjir di setiap Desa dan Kecamatan di


Kota Bekasi
Jumlah potensi kerugian fisik dan ekonomi (dalam rupiah) di setiap Desa dan
Kecamatan di Kota Bekasi
Jumlah potensi kerugian lingkungan (dalam hektar) di setiap Desa dan
Kecamatan di Kota Bekasi

Penyusunan peta kapasitas dilakukan berdasarkan hasil survey kesiapsiagaan dan


FGD kapasitas daerah. Penilaian kesiapsiagaan dan kapasitas daerah difokuskan
kepada penyelanggaraan bencana banjir di Kota Bekasi.

5) PENYUSUNAN PETA RISIKO BENCANA BANJIR

Peta risiko bencana banjir disusun melalui proses tumpang susun (overlay) hasil
pemetaan bahaya, kerentanan, kapasitas. Hasil pemetaan risiko bencana akan
digunakan untuk menghasilkan arah rekomendasi kebijakan serta lokus prioritas
penyelenggaraan penanggulangan bencana banjir di Kota Bekasi.

6) FINALISASI DOKUMEN KAJIAN RISIKO BENCANA BANJIR

Finalisasi Dokumen Kajian Risiko Bencana Daerah dilakukan berdasarkan hasil


analisis terhadap peta bahaya, kerentanan, kapasitas, dan risiko bencana banjir.
Dokumen Kajian Risiko Bencana Banjir juga akan memberikan rekomendasi arah
kebijakan terhadap penyelenggaraan penanggulangan bencana banjir di Kota Bekasi.

C. DESKRIPSI PENYEDIA JASA

Dalam pelaksanaan kegiatan, Penyedia Jasa bertugas dan bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pekerjaan Review Peta Risiko Bencana Kota Bekasi. Penyedia Jasa adalah
sekumpulan tenaga profesional yang ahli dibidangnya dan memiliki komitmen terhadap
pelaksanaan pekerjaan Review Peta Risiko Bencana Kota Bekasi. Kemampuan penyedia jasa
dibuktikan dengan sertifikasi badan usaha di Bidang Jasa Konsultan, khususnya untuk Studi
Perencanaan Umum, dan/atau Bidang Jasa Survey, khususnya untuk Sistem Informasi
Geografi.

Dalam menjalankan tugasnya, Penyedia Jasa bertanggung jawab terhadap pencapaian kinerja
dan hasil kegiatan. Untuk itu, Penyedia Jasa perlu melakukan pengendalian tahapan kegiatan
secara intensif.

7
REVIEW PETA RISIKO BENCANA KOTA BEKASI
KERANGKA ACUAN KERJA

D. PELAPORAN

Jenis-jenis laporan yang harus diserahkan dalam pelaksanaan pekerjaan oleh Penyedia Jasa
kepada Pengguna Jasa adalah:

1. Laporan Pendahuluan

Laporan ini merupakan penjabaran (penafsiran) lebih lanjut dari Kerangka Acuan Kerja (KAK),
metodologi dan pendekatan perencanaan, rencana kerja dan penjadwalan seluruh proses
kegiatan. Laporan Pendahuluan ini dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar, selambat-lambatnya
1 bulan setelah penandatanganan kesepakatan kerja.

2. Laporan Antara

Laporan antara diserahkan 60 (enam puluh) hari kalender sejak dimulainya pekerjaan dengan
substansi memuat kemajuan pelaksanaan kegiatan hingga periode pelaporan. Laporan dibuat
sebanyak 5 (lima) eksemplar dengan format laporan A4.

3. Laporan Akhir

Laporan Akhir dan seluruh kelengkapannya dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar, selambat-
lambatnya pada minggu berjalan sebelum berakhirnya pekerjaan. Laporan ini merupakan
penjabaran dari hasil pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan.

Laporan Akhir ini juga dilengkapi dengan:

1. Dokumen Kajian Risiko Bencana untuk setiap daerah dalam lingkup wilayah kerja,
berdasarkan standar baku yang berlaku secara Nasional yang dilengkapi dengan album
peta yang terdiri dari :

a) Peta Bahaya Banjir, ukuran A3


b) Peta Kerentanan (sosial, ekonomi, fisik, ekologi), ukuran A3
c) Peta Kapasitas Bencana Banjir, ukuran A3
d) Peta Risiko Bencana Banjir, ukuran A3 dan A1

2. Album database digital dalam format sistem informasi geografis.

E. PENUTUP

Kerangka Acuan Kerja merupakan acuan awal dan pedoman umum dalam pelaksanaan
rangkaian kegiatan ini. Proses pengintegrasian capaian-capaian pengurangan risiko bencana dari
tingkat lokal hingga tingkat nasional diharapkan dapat tergambar melalui kegiatan ini. Disamping
itu, kegiatan ini juga diharapkan akan mempercepat pencapaian pengurangan risiko bencana di
Kota Bekasi.

Anda mungkin juga menyukai