1
1997). Line balancing berhubungan erat dengan produksi massal. Sejumlah perakitan
dikelompokkan ke dalam beberapa pusat pekerjaan yang selanjutnya disebut sebagai
stasiun kerja (Kusuma, 1999).
Lini produksi merupakan penempatan area-area kerja dimana operasi-operasi
diatur secara berurutan dan material bergerak secara continue melalui operasi yang
terangkai seimbang (Baroto, 2002). Menurut karakteristik proses produksi, lini
produksi dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Lini fabrikasi, adalah lintasan produksi yang terdiri atas sejumlah operasi
pekerjaan yang bersifat membentuk atau mengubah bentuk benda kerja.
2. Lini perakitan, adalah lintasan produksi yang terdiri atas sejumlah operasi
perakitan yang dikerjakan pada beberapa stasiun kerja dan digabungkan menjadi
benda assembly atau subassembly.
2
kerja, dimana antara stasiun kerja yang satu dengan stasiun kerja yang lain
memiliki beban kerja yang tidak seimbang.
3. Meminimumkan waktu menganggur (idle time) pada lintasan yang
ditentukan oleh operasi yang paling lambat (Baroto, 2002). Manajemen
industri dalam menyelesaikan masalah line balancing harus mengetahui
tentang metode kerja, peralatan - peralatan, mesin- mesin, dan personil
yang digunakan dalam proses kerja. Data yang diperlukan adalah informasi
tentang waktu yang dibutuhkan untuk setiap assembly line dan
precedence relationship. Aktivitas - aktivitas yang merupakan susunan
dan urutan dari berbagai tugas yang perlu dilakukan, manajemen industri
perlu menetapkan tingkat produksi per hari yang disesuaikan dengan tingkat
permintaan total, kemudian membaginya ke dalam waktu produktif yang
tersedia per hari.
4. Megatasi permasalahan bottleneck yang terjadi pada tahapan proses agar proses
produksi dapat berjalan efektif dan effisien. Umumnya merencanakan
keseimbangan dalam sebuah lintasan meliputi usaha yang bertujuan untuk
mencapai suatu kapasitas yang optimal, dimana tidak terjadi pemborosan fasilitas
(waktu, tenaga dan material).
5. Mendapatkan lintasan perakitan yang memenuhi tingkat produksi tertentu.
Demikian penyeimbangan lini harus dilakukan dengan metode yang tepat
sehingga menghasilkan keluaran berupa keseimbangan lini yang terbaik.
Tujuan akhir pada line balancing adalah memaksimasi kecepatan di tiap
stasiun kerja sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi di tiap stasiun
(Kusuma, 1999).
Tujuan ini tercapai bila:
1. Lintasan bersifat seimbang, setiap stasiun kerja mendapatkan beban
kerja yang sama nilainya diukur dengan waktu.
2. Jumlah waktu operator menunggu dari proses sebelumnya (idle) minimum di
setiap stasiun kerja sepanjang lintasan proses.
3
3. Jumlah stasiun yang ada di lintasan memiliki waktu yang seimbang.
Keseimbangan lini sangat penting karena akan menentukan aspek - aspek lain
dalam sistem produksi dalam jangka waktu yang cukup lama. Beberapa aspek
yang terpengaruh antara lain biaya, keuntungan, tenaga kerja, peralatan, dan
sebagainya.
2. Zoning Constraint
Selain Precedence Constraint, pengalokasian elemen-elemen kerja pada stasiun-
stasiun kerja juga dibatasi oleh Zoning constraint yang menghalangi atau
mengharuskan pengelompokan elemen kerja tertentu pada stasiun tertentu.
Zoning constraint yang negatif menghalangi pengelompokan elemen kerja pada
4
stasiun yang sama, sebagai contoh pengelompokan pada satu stasiun kerja yang
sulit. Sebaliknya Zoning constraint yang positif menghendaki pengelompokan
elemen-elemen pada satu stasiun sebagai alasan untuk penggunaan peralatan
yang mahal.
4. Pengertian Istilah
4.1. Elemen
Elemen yaitu pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu kegiatan perakitan.
4.2. Balance delay
Sering disebut balancing loss, adalah ukuran dari ukuran ketidakefisienan lintasan
yang dihasilakn dari waktu menganggur sebenarnya yang disebabkan karena
pengalokasian yang kurang sempurna di antara stasiun-stasiun kerja. Balance
delay ini dinyatakan dalam prosentase. Balance delay yaitu rasio antara waktu idle
time dalam lini perakitan dengan waktu yang tersedia.
nC−∑ t
D= x 100 %
nt
Keterangan :
D =Balance Delay (%)
N =Jumlah Stasiun Kerja
C =Waktu Siklus terbesar dalam stasiun kerja
5
4.3. Operation
Operasi merupakan suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan
(input) menjadi hasil keluaran (output). Pengerjaan operasi yang serentak yaitu
setiap operasi dikerjakan pada saat yang sama di seluruh lintasan produksi
Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya suatu
kegiatan produksi dikarenakan tidak seimbangnya lini produksi (keseimbangan
6
lintasan)
Sehingga dapat di artikan Bottle neck (kemacetan ) adalah suatu operasi yang
membatasi output dan frekuensi produksi.
7
5. Metode – Metode Line Balancing (keseimbangan Lini)
1. Pendekatan Analitis
Penyeimbangan lintasan perakitan dengan pendekatan analitis terbagi atas:
8
hingga sisa operasi sesudahnya.
3. Membuat rangking tiap elemen pengerjaan berdasarkan bobot posisi langkah
kedua. Pengerjaan yang mempunyai bobot terbesar diletakkan pada rangking
pertama.
4. Tentukan waktu siklus (CT).
5. Pilih elemen operasi dengan bobot tertinggi, alokasikan ke suatu stasiun kerja. Jika
masih layak (waktu stasiun < CT ), alokasikan operasi dengan bobot tertinggi
berikutnya, namun alokasi ini tidak boleh membuat waktu siklus > CT.
6. Bila alokasi suatu elemen operasi membuat waktu stasiun > CT, maka sisa waktu
ini ( CT - ST ) dipenuhi dengan alokasi elemen operasi dengan bobot paling besar dan
penambahannya tidak membuat ST > CT.
7. Jika elemen operasi yang jika dialokasikan untuk membuat ST < CT suda tidak
ada, kembli ke langkah 5. (Perencanaan dan Pengendalian Produksi oleh Teguh
Baroto)
2. Pendekatan Heuristik
Metode heuristic, yaitu suatu metode yang berdasarkan pengalaman (kualitatif) atau
intuisi, yang terdiri atas:
a. Largest Candidate
b. Region Approach/killbridge and wester
c. Al Arcu’s
d. Ranked Positional Weight/ Hegelson Birne
9
besar. Bedworth menyebutkan bahwa kegagalan metode bobot posisi adalah
mendahulukan operasi dengan waktu operasi terbesar daripada operasi dengan waktu
operasi yang tidak terlalu besar.
Dalam metode ini diagram precedence dengan elemen-elemennya dikelompokkan
dalam sejumlah kolom. Semua elemen yang bergabung dalam sebuah kolom
independen karenanya bisa dipermutasikan di antara mereka dalam berbagai cara
tanpa melanggar kaidah precedence. Elemen-elemen juga bisa ditransfer dari satu
kolom ke kolom lain di kanannya tanpa mengubah precedence dengan menjaga
permutabilitas dalam kolom yang baru.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan persoalan adalah
sebagai berikut:
1. Buat diagaram precedence dari persoalan yang dihadapi.
2. Kelompokkan daerah precedence dari kiri ke kanan dalam bentuk kolom-kolom.
3. Gabungkan elemen-elemen dalam daerah precedence yang paling kiri dalam
berbagai cara dan ambil hasil gabungan terbaik yang hasilnya sama atau hampir sama
dengan waktu siklus.
4. Apabila ada elemen-elemen yang belum tergabung dan jumlahnya kecil dari C
lanjutkan menggabungkan dengan elemen di daerah precedence di kanannya dengan
memperhatikan batasan precedence .
b. Metode Integer
Perakitan terdiri dari rangkaian stasiun kerja kumpulan dari tugas yang dinyatakan
berdasarkan rangkaian tugas-tugas. Masalah dalam pemilihan dan pengelompokan
subjek pada rangkaian ini terdiri atas rangkaian stasiun kerja yang diberikan
berdasarkan langkah-langkah produksi atau pemaksimalan rata-rata produksi
diberikan berdasarkan jumlah stasiun kerja yang biasanya dalam lintasan perakitan.
Keterkaitan dan kompleksitas berdasarkan masalah line balancing diselesaikan
dengan metode reset operasi. Ketika perancangan dirancang pada garis lurus,
umumnya berhubungan dengan Traditional Line Balancing Problem (TLBP). Jika
10
waktu proses untuk tiap tugas diasumsikan tetap, kita akan memperoleh deterministik
dari permasalahan tersebut yang berhubungan pada Deterministik Traditional Line
Balancing Problem (DTLBP)
dikembangkan pada tahun 1968, yang kurang lebih sudah menjadi standar
11
industri. CALB dapat digunakan pada lintasan tunggal maupun campuran.
Solusi
optimum
(Assembly Line Planning and Control), merupakan metode yang pertama kali
12