DISUSUN OLEH:
KELOMPOK A
Repsy Maulana H1E016018
Ridhwan Fauzan H1E017003
Zahra Winiadesta H1E017017
Mohammad Dafa Fadhilah H1E017024
Milena Novita Piranti H1E017028
Sona Aulia FR H1E017036
Ian Derry H1E017039
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
c. Elemen kerja 3 : Merakit roda dan gear 4 WD
d. Elemen kerja 4 : Memasang tembaga +/ – ke rumah dynamo
e. Elemen kerja 5 : Memasang dinamo ke rumah dynamo
f. Elemen kerja 6 : Memasang gear ke rumah dynamo
g. Elemen kerja 7 : Memasang penutup dynamo
h. Elemen kerja 8 : Merakit rumah dinamo ke body Tamiya
i. Elemen kerja 9 : Memasang on of baterai ke body Tamiya
j. Elemen kerja 10 : Memasang tembaga on of ke body Tamiya
k. Elemen kerja 11 : Memasang tutup tembaga on of ke body Tamiya
l. Elemen kerja 12 : Memasang sabuk baterai ke body Tamiya
m. Elemen kerja 13 : Memasang roller ke body Tamiya
n. Elemen kerja 14 : Memasang kap body ke body Tamiya
o. Elemen kerja 15 : Memasang pengunci
6. Melakukan simulasi perakitan dengan metode kerja usulan (baru).
7. Mencatat waktu siklus setiap elemen kerja kemudian menghitung waktu normal dan
waktu standar.
3
spesifikasikan untuk setiap tugas dan hubungan sekuensial harus
dipertimbangkan.”
Selain itu dapat pula dikatakan bahwa Line Balancing sebagai suatu
teknik untuk menentukan product mix yang dapat dijalankan oleh suatu
assembly line untuk memberikan fairly consistent flow of work melalui
assembly line itu pada tingkat yang direncanakan.
Assembly line itu sendiri adalah suatu pendekatan yang
menempatkan fabricated parts secara bersama pada serangkaian
workstations yang digunakan dalam lingkungan repetitive manufacturing
atau dengan pengertian yang lain adalah sekelompok orang dan mesin
yang melakukan tugas-tugas sekuensial dalam merakit suatu produk.
Sedangkan idle time adalah waktu dimana operator/sumber-sumber daya
seperti mesin, tidak menghasilkan produk karena: setup, perawatan
(maintenance), kekurangan material, kekurangan perawatan, atau tidak
dijadwalkan.
Line Balancing juga merupakan metode untuk memecahkan masalah
penentuan jumlah orang dan/atau mesin beserta tugas-tugas yang
diberikan dalam suatu lintasan produksi.Definisi lain dari Line Balancing
yaitu sekelompok orang atau mesin yang melakukan tugas-tugas
sekuensial dalam merakit suatu produk yang diberikan kepada masing-
masing sumber daya secara seimbang dalam setiap lintasan produksi,
sehingga dicapai efisiensi kerja yang tinggi disetiap stasiun kerja. Fungsi
dari Line Balancing adalah membuat suatu lintasan yang seimbang.
Tujuan pokok dari penyeimbangan lintasan adalah memaksimalkan
kecepatan disetiap stasiun kerja, sehingga dicapai efisiensi kerja yang
tinggi di tiap stasiun kerja tersebut.
4
Gambar Line Balancing
Manajemen industri dalam menyelesaikan masalah Line Balancing
harus mengetahui tentang metode kerja, peralatan-peralatan, mesin-mesin,
dan personil yang digunakan dalam proses kerja. Data yang diperlukan
adalah informasi tentang waktu yang dibutuhkan untuk setiap assembly
line dan precedence relationship. Di antara aktivitas-aktivitas yang
merupakan susunan dan urutan dari berbagai tugas yang perlu dilakukan,
manajemen industri perlu menetapkan tingkat produksi per hari yang
disesuaikan dengan tingkat permintaan total, kemudian membaginya ke
dalam waktu produktif yang tersedia per hari. Hasil ini adalah cycle time,
yang merupakan waktu dari produk yang tersedia pada setiap stasiun kerja
(work station).
b. Prinsip dan Tujuan
Tujuan Line Balancing adalah untuk memperoleh suatu arus produksi
yang lancar dalam rangka memperoleh utilisasi yang tinggi atas fasilitas,
tenaga kerja, dan peralatan melalui penyeimbangan waktu kerja antar work
station, dimana setiap elemen tugas dalam suatu kegiatan produk
dikelompokkan sedemikian rupa dalam beberapa stasiun kerja yang telah
ditentukan sehingga diperoleh keseimbangan waktu kerja yang baik.
Permulaan munculnya persoalan Line Balancing berasal dari ketidak
seimbangan lintasan produksi yang berupa adanya work in process pada
beberapa workstation.
Persyaratan umum yang harus digunakan dalam suatu keseimbangan
lintasan produksi adalah dengan meminimumkan waktu menganggur (idle
time) dan meminimumkan pula keseimbangan waktu senggang (balance
5
delay). Sedangkan tujuan dari lintasan produksi yang seimbang adalah
sebagai berikut:
1. Menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada setiap
workstation sehingga setiap workstation selesai pada waktu
yang seimbang dan mencegah terjadinya bottleneck. Bottleneck
adalah suatu operasi yang membatasi output dan frekuensi
produksi.
2. Menjaga agar pelintasan perakitan tetap lancar.
3. Meningkatkan efisiensi atau produktifitas.
c. Ukuran kinerja lini perakitan
Dua permasalahan penting dalam penyeimbangan lini, yaitu
penyeimbangan antara stasiun kerja (work station) dan menjaga
kelangsungan produksi di dalam lini perakitan. Adapun tanda-tanda
ketidakseimbangan pada suatu lintasan produksi, yaitu:
1. Stasiun kerja yang sibuk dan waktu menganggur yang mencolok.
2. Adanya produk setengah jadi pada beberapa stasiun kerja.
Terdapat 10 langkah pemecahan masalah Line Balancing.
Kesepuluh langkah pemecahan masalah Line Balancing adalah sebagai
berikut.
1. Mengidentifikasi tugas-tugas individual atau aktivitas yang
akan dilakukan.
2. Menentukan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan setiap
tugas itu.
3. Menetapkan precedence constraints, jika ada yang berkaitan
dengan setiap tugas.
4. Menentukan output dari assembly line yang dibutuhkan.
5. Menentukan waktu total yang tersedia untuk memproduksi
output.
6. Menghitung cycle time yang dibutuhkan, misalnya waktu
diantara penyelesaian produk yang dibutuhkan untuk
penyelesaian output yang diinginkan dalam batas toleransi dari
waktu (batas waktu yang diizinkan).
6
7. Memberikan tugas-tugas pada pekerja dan/ atau mesin.
8. Menetapkan minimum banyaknya stasiun kerja (work stations)
yang dibutuhkan untuk memproduksi output yang diinginkan.
9. Menilai efektivitas dan efisiensi dari solusi.
10. Mencari terobosan-terobosan untuk untuk perbaikan proses
terus-menerus (continuous process improvement).
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
keseimbangan lintasan perakitan tersebut didasarkan pada :
a. Hubungan antara kecepatan produksi (production rate)
b. Operasi yang dibutuhkan dan urutan kebergantungan (sequence)
c. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap operasi
(work element time)
d. Sejumlah operator yang melakukan operasi.
Dalam ketidakseimbangan dapat menyebabkan :
1. Peningkatan Waiting Time
2. Peningkatan Idle Time
3. Inefesiensi
4. Kapasitas produksi menurun
Langkah – langkah pada Line Balancing adalah :
1. Menetapkan tugas / operasi
2. Menetapkan urutan – urutannya
3. Menggambarkan Precedence Diagram
4. Mengestimasi Task Time
5. Menghitung Waktu Siklus (Cycle Time)
Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan untuk membuat satu
unit produk pada satu stasiun kerja.Penentuan waktu siklus :
CT =
Waktu = ( Hari Kerja Jam Kerja 3600 det ik ) (2.1)
Demand Demand tiap tamiya
6. Menghitung jumlah stasiun kerja
Sum of Task Time (T)
Nt = (2.2)
Cycle Time (C)
7. Menentukan tugas – tugasnya
7
Penentuan stasiun Kerja memastikan bahwa precedence benar –
benar diperhatikan dan total kerja kurang dari atau sama dengan
waktu siklus.
8. Menghitung efisiensi
Efisiensi lini adalah rasio antara waktu yang digunakan dengan
waktu yang tersedia. Keseimbangan lintasan yang baik adalah
jika efisiensi setelah diseimbangkan lebih besar dari efisiensi
sebelum diseimbangkan. Berikut adalah rumus untuk
menentukan efisiensi lini perakitan setelah proses keseimbangan
lintasan :
8
I. Kotak menandai suatu kegiatan
II. Dalam suatu kegiatan harus dicantumkan symbol nama kegiatan dan
durasi waktunya
III. Setiap node terdapat dua peristiwa yaitu peristiwa awal dan akhir
IV. Node dibagi menjadi bagian-bagian kecil yang berisi keterangan dari
kegiatan (nama, durasi, nomor, mulai, dan selesainya kegiatan)
c. Langkah Pembuatan Precedence Diagram
1. Membuat denah node sesuai dengan jumlah kegiatan
2. Menghubungkan node-node tersebut dengan anak panah sesuai
ketergantungan dan konstrain
3. Menyelesaikan PDM dengan mengisi bagian-bagian dalam node
4. Menghitung ES, EF, LS, LF untuk mengidentifikasi kegiatan kritis,
jalur kritis, float, dan waktu penyelesaian proyek
9
Merupakan metode yang paling sederhana. Aturan largest-
candidate terdiri atas penempatan elemen-elemen yang ada untuk tujuan
penurunan waktu. Dari sini, bila dua elemen pengerjaan cukup untuk
ditempatkan di stasiun, salah satu yang mempunyai waktu yang lebih
besar ditempatkan pertama. Setelah masing-masing elemen ditempatkan,
ketersediaan elemen dipertimbangkan untuk tujuan pengurangan nilai
waktu untuk penugasan selanjutnya. Sebagai pemisalan, matriks P
menunjukkan pengerjaan pendahulu masing-masing elemen dan matriks
F pengerjaan pengikut untuk tiap elemen untuk tiap prosedur penugasan.
Adapun prosedur tersebut secara detil dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Urutkan semua elemen kerja dari yang paling besar waktunya
hingga yang paling kecil.
2. Elemen kerja pada stasiun kerja pertama diambil dari urutan yang
paling atas. Elemen kerja pindah ke stasiun kerja berikutnya,
apabila jumlah elemen kerja telah melebihi waktu siklus.
3. Lanjutkan proses langkah b), hingga semua elemen kerja telah
berada dalam stasiun kerja dan memenuhi ≤ waktu siklus (cycle
time).
Dalam metode ini terdapat kelebihan serta kekurangan yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan penulis. Kelebihan dalam
penggunaan metode ini adalah secara keseluruhan metode ini memiliki
tingkat kemudahan yang lebih tinggi daripada metode Ranked Positional
Weight (RPW), tetapi hasil yang diperoleh masih harus saling
dipertukarkan dengan cara trial and error untuk mendapatkan
penyusunan stasiun kerja yang lebih akurat. Kelemahan dari metode ini
adalah didapatkan lebih banyak operasi seri yang digabungkan ke dalam
satu stasiun kerja.
b. Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weights Method)
Nama yang lebih popular ini adalah metode bobot posisi
(Pisitional-Weight Technique). Metode ini sesuai dengan namanya
dikemukakan oleh Helgeson dan Birnie. Langkah-langkah dalam metode
ini adalah sebagai berikut.
10
1. Buat precedence diagram untuk setiap proses.
2. Tentukan bobot posisi untuk masing-masing elemen kerja
yang berkaitan dengan waktu operasi untuk waktu pengerjaan
yang terpanjang dari mulai operasi permulaan hingga sisa
operasi sesudahnya.
3. Membuat rangking tiap elemen pengerjaan berdasarkan bobot
posisi di langkah 2. Pengerjaan yang mempunyai bobot
terbesar diletakkan pada rangking pertama.
4. Tentukan waktu siklus (CT).
5. Pilih elemen operasi dengan bobot tertingg i, alokasikan ke
suatu stasiun kerja. Jika masih layak (waktu stasiun < CT),
alokasikan operasi dengan bobot tertinggi berikutnya, namun
lokasi ini tidak boleh membuat waktu stasiun > CT.
6. Bila alokasi suatu elemen operasi membuat waktu stasiun >
CT, maka sisa waktu ini (CT – ST) dipenuhi dengan alokasi
elemen operasi dengan bobot paling besar dan
penambahannya tidak membuat ST < CT.
7. Jika elemen operasi yang jika dialokasikan untuk membuat ST
< CT sudah tidak ada, kembali ke langkah 5.
Contoh : Sebuah perusahaan memiliki jalur perakitan yang terdiri
dari 12 elemen operasi dengan hubungan ketergantungan (precedence)
seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Terapkan metode Helgeson
Birnie untuk menyeimbangkan jalur perakitan diperusahaan tersebut.
j i = Nomor Operasi
i j = Waktu elemen
3 4 2 6
2 3 7 8
11
5 5 1 7
1 6 9 12
3 6 4 4
4 5 10 11
Penyelesaian :
Langkah 1, dihitung dulu bobot setiap elemen operasi (task). Bobot
task 1 adalah jumlah waktu elemen operasi 1 dan seluruh operasi
setelahnya yang berhubungan, berarti 34 (jumlah waktu elemen
1,2,…,12). Bobot elemen 2 adalah 27 (jumlah waktu elemen
2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12). Selengkapnya seperti dilihat pada table.
Operasi Bobot Ti
1 34 5
4 29 3
12
2 27 3
5 25 6
3 24 4
6 20 5
7 155 2
10 15 4
8 13 6
11 11 4
9 8 1
12 7 7
13
Stasiun kerja Task TI STK idle
5 6
3 4
III 9 1
6 5
7 2
IV 6 4
10 4
8 6
V 10 0
11 4
9 1
VI 8 2
12 7
∑𝐾
𝑖=1 𝑆𝑇𝑖
𝐿𝐸 = (𝐾)(𝐶𝑇)
× 100%
(8+9+10+8+8+7)
= (6)(10)
× 100%
= 83,3%
𝑆𝐼 = √∑𝐾
𝑖=1(𝑆𝑇𝑖𝑚𝑎𝑥 − 𝑆𝑇𝑖)
2
= √(22 + 12 + 12 + 42 + 02 + 22 )
= 5,09
14
diketahui keseimbangan bila CT = 11, maka pengelompokan stasiun
kerja menjadi seperti pada table di bawah ini.
∑𝐾
𝑖=1 𝑆𝑇𝑖
𝐿𝐸 = (𝐾)(𝐶𝑇)
× 100%
(11+10+11+10+8)
= (5)(11)
× 100%
= 91,0%
𝑆𝐼 = √(22 + 12 + 12 + 42 + 02 + 22 )
= 5,09
15
task ke dalam sejumlah kelompok yang mempunyai tingkat
keterhubungan yang sama. Langkah-langkah yang digunakan metode
Kilbridge Wester adalah sebagai berikut :
1. Lakukan pengelompokan beberapa task ke dalam kelompok yang
sama. Misalnya Kelompok ke-i berisi task-task yang tidak
mempunyai task pendahulu, Kelompok ke-i+1 berisi task-task yang
mempunyai task pendahulu di Kelompok ke-i, Kelompok ke-i+2
berisi task-task yang mempunyai task pendahulu di Kelompok ke-
i+1, dan sebagainya hingga semua task telah dimasukkan ke suatu
kelompok.
2. Lakukan penempatan task-task di suatu kelompok, dalam hal ini
mula-mula Kelompok 1, ke dalam sebuah stasiun kerja yang sama,
ambil hasil penggabungan terbaik, yaitu waktu total semua task
mendekati atau sama dengan waktu siklus. Jika penempatan sebuah
task ke dalam stasiun kerja menyebabkan waktu total semua task
yang berada di stasiun kerja bersangkutan melebihi waktu siklus,
maka task tersebut ditempatkan di stasiun kerja yang berikutnya.
Hapus task-task yang telah ditempatkan dari kelompok yang
bersangkutan.
3. Jika terdapat beberapa task-task yang belum ditempatkan di suatu
stasiun kerja dan waktu totalnya berjumlah kurang dari waktu siklus,
lanjutkan penggabungan dengan task di setelahnya, dalam hal ini
adalah Kelompok 2.
4. Lakukan kembali langkah 2 dan 3 hingga semua task telah tergabung
dalam suatu stasiun kerja.
1.4 ASUMSI
Asumsi yang digunakan adalah:
1. Kelonggaran (allowance) = 2%
2. Jam kerja dalam satu hari = 8 jam
16
BAB II
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
17
2.2 REKAPITULASI DATA AWAL SEBELUM PERBAIKAN
2.2.1. Data Waktu Proses, Waktu normal, dan Waktu Baku.
Berikut merupakan tabel rekapitulasi data berdasarkan hasil dari proses pengolahan data sebelumnya mengenai waktu proses,
waktu normal, dan waktu baku. Pada bab ini elemen kerja sudah diklasifikasikan ke setiap stasiun kerja dengan menggunakan
line balancing.
Tabel 2.1 Rekapitulasi Data Awal
18
Elemen Kerja 9 (Memasang on
10 8 8 10 8 9 0,87 7,66 0,15 9,01
off baterai ke body tamiya)
Elemen Kerja 10 (Memasang
8 9 9 5 5 7 0,87 6,26 0,15 7,37
tembaga on off ke body tamiya)
Elemen Kerja 11 (Memasang
tutup tembaga on off ke body 8 7 7 7 8 7 0,87 6,44 0,15 7,57
tamiya)
Elemen Kerja 16 (Memasang
10 8 9 7 8 8 0,87 7,31 0,15 8,60
baterai)
Elemen Kerja 12 (Memasang
5 4 3 3 3 4 0,87 3,13 0,15 3,68
sabuk baterai ke body tamiya)
Jumlah 103 105,83
Elemen Kerja 13 (Memasang
45 44 47 39 33 42 1 41,60 0,15 48,94
roller ke body tamiya)
Elemen Kerja 17 (Merakit kap
16 19 17 17 18 17 1 17,40 0,15 20,47
mobil)
4 Elemen Kerja 14 (Memasang
5 3 6 2 3 4 1 3,80 0,15 4,47
kap body ke body tamiya)
Elemen Kerja 15 (Memasang
3 3 3 3 4 3 1 3,20 0,15 3,76
pengunci)
Jumlah 66 77,65
19
a) Asumsi Peformance Rating
Penentuan performance rating menggunakan asumsi yang telah
dipakai pada modul sebelumnya. Dengan rincian sebagai berikut;
Tabel 2.2 Asumsi Performance Rating
Performance Rating
Workstation Total
Skill Effort Condition Consistency
1 -0,05 0 -0,03 -0,05 0,87
2 0 0 0 0 1
3 -0,05 0 -0,03 -0,05 0,87
4 0 0 0 0 1
b) Asumsi Kelonggaran
Nilai kelonggaran yang digunakan pun mengikuti data yang telah
digunakan pada modul sebelumnya dan rekapitulasi data awal, nilai ini
digunakan untuk seluruh elemen dan stasiun kerja. Dengan rincian sebagai
berikut;
Tabel 1.3 Faktor Allowance dan % Allowance
Faktor Allowance
Kelelahan Mata 10%
Keadaan temperatur tempat kerja 5%
Total % Allowance 15%
20
100%
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝐸𝐾1 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑥
100% − 𝐴𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒
100%
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝐸𝐾1 = 25,93 𝑥
100% − 15%
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝐸𝐾1 = 30,50 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
2.2.2. Line Efficiency, Balance Delay, Efisiensi Stasiun, dan Utilitas
Berikut tabel hasil perhitungan line efficiency, balance delay, efisiensi
stasiun dan utilitas dari masing-masing stasiun kerja:
Tabel 2.4. Hasil Perhitungan Efisiensi Stasiun, Line Eficiency, dan
Balance Delay
Waktu baku stasiun didapatkan dari tabel 2.4 yang berisikan rekapitulasi
data waktu proses, waktu normal, dan waktu baku beserta performance rating
dan kelonggarannya.
a) Efisiensi Stasiun
Contoh perhitungan diambil dari data pada stasiun kerja 1 dengan
waktu baku stasiun 76,96 detik;
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 1
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 1 = 𝑥 100%
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
56,91
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 = 𝑥 100%
105,83
𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 = 54%
b) Line Efficiency
Contoh perhitungan ditunjukkan melalui formula dibawah
∑ 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛
𝑙𝑖𝑛𝑒 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = 𝑥 100%
𝑤𝑏 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛
318,98
𝑙𝑖𝑛𝑒 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = 𝑥 100%
105,83𝑥 4
𝑙𝑖𝑛𝑒 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = 75%
21
c) Balance Delay
Contoh perhitungan ditunjukkan melalui formula dibawah;
𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦 = 1 − 𝑙𝑖𝑛𝑒 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦
𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦 = 1 − 75%
𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦 = 25%
Waktu Waktu
Stasiun Kapasitas total Waktu tersedia
No proses Rata- Proses Total Utilitas
Kerja per hari (lot) per hari (detik)
rata (per lot) (per hari)
1 1 55,60 15130,26 28800 52,5%
2 2 66,80 18178,08 28800 63,1%
272,13
3 3 103,40 28137,93 28800 97,7%
4 4 66,00 17960,38 28800 62,4%
Utilitas rata-rata 68,9%
Secara keseluruhan hasil utilitas rata-rata 68,9%. Penjelasan dari
masing-masing perhitungan akan dipaparkan melalui poin-poin dibawah ini;
a) Kapasitas Total per Hari
Waktu baku maksimum diambil dari proses perhitungan sebelumnya.
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
28800 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
105,83𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 272,13
b) Waktu Proses Total per Hari
Contoh perhitungan diambil dari data stasiun kerja 1 dengan waktu
proses rata-rata 55,60detik.
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 𝑤. 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 272,13 𝑥 55,60
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 15130,26 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
c) Utilitas
Contoh perhitungan diambil dari stasiun kerja 1 dengan waktu proses
total per hari 15130,26 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘.
22
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100%
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
15130,26
𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100%
28800
𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 52,5 %
d) Utilitas Rata-Rata
Data diambil dari nilai utilitas dari setiap stasiun kerja untuk kemudian
dirata-ratakan;
∑ 𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
52,5% + 63,1% + 97,7% + 62,4%
𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
4
𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 68,9%
23
Dari tabel tersebut dibuat precedence diagram seperti gambar dibawah ini:
24
Waktu siklus pada Tabel 2.7 didapat dari nilai waktu baku tiap stasiun yang paling
tinggi, sehingga didapat waktu siklusnya adalah 78.59 detik. Perhitungan waktu baku
pada Tabel 2.7 diatas adalah sebagai berikut:
𝑊𝑠 = 56.91 + 78.59 + 146.18 + 37.30
𝑊𝑠 = 318.98 detik
Perhitungan jumlah stasiun yang mungkin untuk diterapkan pada tabel 2.7 didapat
dari perhitungan sebagai berikut:
Jumlah stasiun = 318.98 / 78.59
Jumlah stasiun = 4.05883 stasiun
Berikut ini terdapat tabel 2.8 yang menjelaskan tentang alokasi waktu tiap stasiun
pada jumlah stasiun yang telah diusulkan sebelumnya.
Tabel 2.8 Alokasi Waktu Tiap Stasiun
Alokasi
Jumlah Stasiun
Waktu Tiap
Usulan
Stasiun
4 79.74
5 63.80
Contoh perhitungan aloksi waktu tiap stasiun pada tabel 2.6 adalah sebagai
berikut:
Alokasi waktu = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑘𝑢 / 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 𝑢𝑠𝑢𝑙𝑎
Alokasi waktu = 318.98 / 4
Alokasi waktu = 79.74 detik tiap stasiun
2.4.2 Penugasan Elemen Kerja
Berikut adalah Tabel 2.9 yang menjelaskan tentang pengurutan elemen kerja
berdasarkan metode Descending waktu baku.
Tabel 2.9 Pengurutan Elemen Kerja Berdasarkan Metode Descending Waktu Baku
Elemen
WB
No Elemen Kerja yang
(detik)
Mendahului
1 Elemen Kerja 3 (Merakit roda dan gear 4 WD) 2 78.59
2 Elemen Kerja 13 (Memasang roller ke body tamiya) - 48.94
3 Elemen Kerja 1 (Memasang ban ke peleg) - 30.50
4 Elemen Kerja 2 (Memasang as roda ke peleg) 1 26.41
5 Elemen Kerja 4 (Memasang tembaga +/- ke rumah dinamo) - 24.16
25
6 Elemen Kerja 17 (Merakit kap mobil) 13, 15 20.47
7 Elemen Kerja 6 (Memasang gear ke rumah dinamo) 5 15.35
8 Elemen Kerja 5 (Memasang dinamo ke rumah dinamo) 4 13.10
9 Elemen Kerja 8 (Merakit rumah dinamo ke body tamiya) 7 9.01
10 Elemen Kerja 9 (Memasang on off baterai ke body tamiya) - 9.01
11 Elemen Kerja 16 (Memasang baterai) 8, 11 8.60
12 Elemen Kerja 7 (Memasang penutup dinamo) 6 7.98
13 Elemen Kerja 11 (Memasang tutup tembaga on off ke body tamiya) 10 7.57
14 Elemen Kerja 10 (Memasang tembaga on off ke body tamiya) 9 7.37
15 Elemen Kerja 14 (Memasang kap body ke body tamiya) 12 4.47
16 Elemen Kerja 15 (Memasang pengunci) 14 3.76
17 Elemen Kerja 12 (Memasang sabuk baterai ke body tamiya) 3, 16 3.68
Berikut adalah Tabel 2.10 yang menjelaskan tentang pengurutan elemen kerja
berdasarkan metode Largest Candidate Rule.
Tabel 2.10 Pengurutan Elemen Kerja Berdasarkan Metode Largest Candidate Rule
Elemen
WB
No Elemen Kerja yang
(detik)
Mendahului
1 Elemen Kerja 13 (Memasang roller ke body tamiya) - 48.94
2 Elemen Kerja 1 (Memasang ban ke peleg) - 30.50
3 Elemen Kerja 4 (Memasang tembaga +/- ke rumah dinamo) - 24.16
4 Elemen Kerja 9 (Memasang on off baterai ke body tamiya) - 9.01
5 Elemen Kerja 2 (Memasang as roda ke peleg) 1 26.41
6 Elemen Kerja 5 (Memasang dinamo ke rumah dinamo) 4 13.10
7 Elemen Kerja 10 (Memasang tembaga on off ke body tamiya) 9 7.37
8 Elemen Kerja 3 (Merakit roda dan gear 4 WD) 2 78.59
9 Elemen Kerja 6 (Memasang gear ke rumah dinamo) 5 15.35
10 Elemen Kerja 11 (Memasang tutup tembaga on off ke body tamiya) 10 7.57
11 Elemen Kerja 7 (Memasang penutup dinamo) 6 7.98
12 Elemen Kerja 8 (Merakit rumah dinamo ke body tamiya) 7 9.01
13 Elemen Kerja 16 (Memasang baterai) 8, 11 8.60
14 Elemen Kerja 12 (Memasang sabuk baterai ke body tamiya) 3, 16 3.68
15 Elemen Kerja 14 (Memasang kap body ke body tamiya) 12 4.47
16 Elemen Kerja 15 (Memasang pengunci) 14 3.76
17 Elemen Kerja 17 (Merakit kap mobil) 13, 15 20.47
26
Berdasarkan Tabel 2.9 dan Tabel 2.10 diatas, terdapat perbedaan pada pengurutan
elemen kerja, dimana pada tabel 2.9 pengurutan elemen kerja dilakukan dengan melihat
waktu bakunya, jika waktu bakunya tinggi maka elemen kerja tersebut ditempatkan lebih
awal, namun jika waktu bakunya lebih kecil, maka elemen kerja tersebut ditempatkan
lebih akhir. Pada tabel 2.10 pengurutan elemen kerja melihat pada elemen yang
mendahului terlebih dahulu, setelah itu mengurutkan dari waktu baku yang terbesar
hingga yang terkecil.
Berikut adalah tabel 2.11 yang menjelaskan tentang alternative perbaikan pada
stasiun kerja usulan yang berjumlah 4 stasiun.
Tabel 2.11 Alternatif Perbaikan pada Usulan Stasiun Kerja Berjumlah 4 Stasiun
Selisih WB
Elemen yang WB WB Penentuan WB
No Elemen Kerja Stasiun dengan
Mendahului (detik) Cumulative Stasiun Stasiun
WB Alokasi
Elemen Kerja 13
1 (Memasang roller ke - 48.94
body tamiya) 48.94
1 79.44 -0.30
Elemen Kerja 1
2 (Memasang ban ke - 30.50
peleg) 79.44
Elemen Kerja 4
(Memasang tembaga
3 - 24.16
+/- ke rumah
dinamo) 24.16
Elemen Kerja 9
(Memasang on off
4 - 9.01
baterai ke body
tamiya) 33.16
Elemen Kerja 2
2 80.04 0.30
5 (Memasang as roda 1 26.41
ke peleg) 59.57
Elemen Kerja 5
6 (Memasang dinamo 4 13.10
ke rumah dinamo) 72.67
Elemen Kerja 10
(Memasang tembaga
7 9 7.37
on off ke body
tamiya) 80.04
Elemen Kerja 3
8 (Merakit roda dan 2 78.59 3 78.59 -1.16
gear 4 WD) 78.59
Elemen Kerja 6
9 (Memasang gear ke 5 15.35 4 80.91 1.16
rumah dinamo) 15.35
27
Selisih WB
Elemen yang WB WB Penentuan WB
No Elemen Kerja Stasiun dengan
Mendahului (detik) Cumulative Stasiun Stasiun
WB Alokasi
Elemen Kerja 11
(Memasang tutup
10 10 7.57
tembaga on off ke
body tamiya) 22.93
Elemen Kerja 7
11 (Memasang penutup 6 7.98
dinamo) 30.91
Elemen Kerja 8
(Merakit rumah
12 7 9.01
dinamo ke body
tamiya) 39.92
Elemen Kerja 16
13 8, 11 8.60
(Memasang baterai) 48.52
Elemen Kerja 12
(Memasang sabuk
14 3, 16 3.68
baterai ke body
tamiya) 52.20
Elemen Kerja 14
(Memasang kap
15 12 4.47
body ke body
tamiya) 56.67
Elemen Kerja 15
16 (Memasang 14 3.76
pengunci) 60.44
Elemen Kerja 17
17 13, 15 20.47
(Merakit kap mobil) 80.91
28
Selisih WB
Elemen yang WB WB Penentuan WB
No Elemen Kerja Stasiun dengan
Mendahului (detik) Cumulative Stasiun Stasiun
WB Alokasi
roller ke body
tamiya)
Elemen Kerja 1
2 (Memasang ban - 30.50 30.50
ke peleg)
Elemen Kerja 4
(Memasang
3 - 24.16 54.66
tembaga +/- ke 2 63.66 -0.13
rumah dinamo)
Elemen Kerja 9
(Memasang on
4 - 9.01 63.66
off baterai ke
body tamiya)
Elemen Kerja 2
5 (Memasang as 1 26.41 26.41
roda ke peleg)
Elemen Kerja 5
(Memasang
6 4 13.10 39.51
dinamo ke 3 46.88 -16.92
rumah dinamo)
Elemen Kerja 10
(Memasang
7 9 7.37 46.88
tembaga on off
ke body tamiya)
Elemen Kerja 3
8 (Merakit roda 2 78.59 78.59 4 78.59 14.79
dan gear 4 WD)
Elemen Kerja 6
(Memasang gear
9 5 15.35 15.35
ke rumah
dinamo)
Elemen Kerja 11
(Memasang
10 tutup tembaga 10 7.57 22.93
on off ke body
tamiya) 5 80.91 17.11
Elemen Kerja 7
(Memasang
11 6 7.98 30.91
penutup
dinamo)
Elemen Kerja 8
(Merakit rumah
12 7 9.01 39.92
dinamo ke body
tamiya)
29
Selisih WB
Elemen yang WB WB Penentuan WB
No Elemen Kerja Stasiun dengan
Mendahului (detik) Cumulative Stasiun Stasiun
WB Alokasi
Elemen Kerja 16
13 (Memasang 8, 11 8.60 48.52
baterai)
Elemen Kerja 12
(Memasang
14 3, 16 3.68 52.20
sabuk baterai ke
body tamiya)
Elemen Kerja 14
(Memasang kap
15 12 4.47 56.67
body ke body
tamiya)
Elemen Kerja 15
16 (Memasang 14 3.76 60.44
pengunci)
Elemen Kerja 17
17 (Merakit kap 13, 15 20.47 80.91
mobil)
30
ALTERNATIF TERPILIH 1
Contoh perhitungan selisih waktu baku stasiun dengan waktu baku alokasi pada
alternative 1 adalah sebagai berikut:
Selisih Wbs = 79.44 – 79,74 = 0,30 detik
Contoh perhitungan selisih waktu baku stasiun dengan waktu baku alokasi pada
alternative 2 adalah sebagai berikut:
Selisih Wbs = 48.94 – 63,80 = 14.86 detik
Contoh perhitungan jumlah selisih waktu baku stasiun dengan waktu baku alokasi
adalah sebagai berikut:
Jumlah relisih Wbs = 0.30 + 0.30 + 1.15 + 1.17 = 2.92 detik
Contoh perhitungan rata-rata selisih waktu baku stasiun dengan waktu baku
alokasi adalah sebagai berikut:
Rata-rata selisih Wbs = 2.92 / 4 = 0.73 detik
Berdasarkan tabel 2.13 alternatif yang terpilih adalah alternatif 1, dikarenakan
alternatif 1 memiliki jumlah dan rata-rata selisih waktu baku stasiun dengan waktu baku
alokasi terkecil dibandingkan alternatif 2.
31
Tabel 2.4 Perhitungan Waktu Proses, Waktu Normal, dan Waktu Baku Setelah Usulan
32
Stasiun Lot ke- Waktu Proses Performance Waktu Waktu
Elemen Kerja Kelonggaran
Kerja 1 2 3 4 5 Rata-rata Rating Normal Baku
Elemen Kerja 7 (Memasang
penutup dinamo)
7 8 9 5 10 8 0.87 6.79 0.15 7.98
Elemen Kerja 8 (Merakit rumah
dinamo ke body tamiya)
8 10 9 9 8 9 0.87 7.66 0.15 9.01
Elemen Kerja 16 (Memasang
baterai)
10 8 9 7 8 8 0.87 7.31 0.15 8.60
Elemen Kerja 12 (Memasang
sabuk baterai ke body tamiya)
5 4 3 3 3 4 0.87 3.13 0.15 3.68
Elemen Kerja 14 (Memasang
kap body ke body tamiya)
5 3 6 2 3 4 1 3.80 0.15 4.47
Elemen Kerja 15 (Memasang
pengunci)
3 3 3 3 4 3 1 3.20 0.15 3.76
Elemen Kerja 17 (Merakit kap
mobil)
16 19 17 17 18 17 1 17.40 0.15 20.47
Jumlah 79 80 75 68 75 75.4 80.91
33
Tabel 2. Asumsi Performance Rating
Performance Rating
Workstation Total
Skill Effort Condition Consistency
1 -0,05 0 -0,03 -0,05 0,87
2 0 0 0 0 1
3 -0,05 0 -0,03 -0,05 0,87
4 0 0 0 0 1
b) Asumsi Kelonggaran
Nilai kelonggaran yang digunakan pun mengikuti data yang telah
digunakan pada modul sebelumnya dan rekapitulasi data awal, nilai ini
digunakan untuk seluruh elemen dan stasiun kerja. Dengan rincian
sebagai berikut;
Tabel 3. Faktor Allowance dan % Allowance
Faktor Allowance
Kelelahan Mata 10%
Keadaan temperatur tempat kerja 5%
Total % Allowance 15%
34
100%
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝐸𝐾13 = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 𝑥
100% − 𝐴𝑙𝑙𝑜𝑤𝑎𝑛𝑐𝑒
100%
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝐸𝐾13 = 41.6 𝑥
100% − 15%
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝐸𝐾13 = 48.94 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
2.5.2 Line Efficiency, Balance Delay, Efisiensi Stasiun, dan Utilitas.
Dari rekapitulasi data setelah usulan, kemudian dapat dilakukan proses
pengolahan data kembali untuk mengetahui line efficiency, balance delay,
efisiensi stasiun dan utilitas dari masing-masing stasiun kerja yang diusulkan.
Berikut tabel hasil perhitungannya;
Tabel 4. Hasil Perhitungan Efisiensi Stasiun, Line Eficiency, dan Balance
Delay
35
∑ 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛
𝑙𝑖𝑛𝑒 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = 𝑥 100%
𝑤𝑏 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛
318.98
𝑙𝑖𝑛𝑒 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = 𝑥 100%
80.91 𝑥 4
𝑙𝑖𝑛𝑒 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 = 99%
c) Balance Delay
Contoh perhitungan ditunjukkan melalui formula dibawah;
𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦 = 1 − 𝑙𝑖𝑛𝑒 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦
𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦 = 1 − 99%
𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛𝑐𝑒 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦 = 100%
Setelah itu dilanjutkan dengan perhitungan utilitas dari masing-masing
stasiun kerja, hasil perhitungan ditampilkan dalam tabel dibawah;
36
Contoh perhitungan diambil dari data stasiun kerja 1 dengan waktu
proses rata-rata 71.40 detik.
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥 𝑤. 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 272.13 𝑥 71.40
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 25416.20 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
c) Utilitas
Contoh perhitungan diambil dari stasiun kerja 1 dengan waktu
proses total per hari 25416.20 detik.
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100%
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖
25416.20
𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝑥 100%
28800
𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 88.3 %
d) Utilitas Rata Rata
Data diambil dari nilai utilitas dari setiap stasiun kerja untuk
kemudian dirata-ratakan;
∑ 𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖𝑢𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
88.3% + 96.7% + 82.6% + 93.2%
𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
4
𝑢𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 = 90.2%
37
BAB III
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
3-13-1-2-4-17-6-5-8-9-16-7-11-10-14-15-12
13-1-4-9-2-5-10-3-6-11-7-8-16-12-14-15-17
Dari metode ini dapat didapatkan lintasan yang seimbang. Untuk mengetahui
alternatif perbaikan yaitu dengan cara membagi total waktu baku dengan waktu
siklus (waktu baku per elemen maksimum). Setelah itu didapatkan 2 alternatif
perbaikan lintasan yaitu dengan 4 stasiun kerja dan 5 stasiun kerja serta elemen kerja
38
yang telah diurutkan didalam setiap stasiun kerja menurut alokasi waktu baktu yang
diberikan. Pada alokasi waktu baku tiap stasiun perbaikan untuk alternatif 1 dengan
4 buah stasiun adalah sebesar 79,74 detik dan untuk alternatif 2 dengan 5 buah stasiun
adalah 63,80 detik.
Stasiun Kerja 4
Stasiun Kerja 1 Stasiun Kerja 2 Stasiun Kerja 3
80,91 detik
79,44 detik 80,04 detik 78,59 detik
(6-11-7-8-16- 12-14-
(13-1) (4-9-2-5-10) (3)
15-17)
39
Rata-rata selisih antara waktu baku stasiun dan waktu baku alokasi yang
diperoleh merupakan dasar dari pemilihan alternatif lintasan. Rata-rata selisih
waktu baku pada alternatif 1 adalah sebesar 0,73 detik sedangkan rata-rata
selisih waktu baku pada alternatif 2 adalah sebesar 12,76 detik. Maka
alternatif lintasan yang terpilih adalah alternatif dengan selisih yang paling
kecil yaitu alternatif 1 dengan 4 buah stasiun kerja.
3.2.2 Analisis Perbandingan Jumlah elemen Kerja
Tabel 3.1 Perbandingan Penugasan Elemen Kerja Sebelum Perbaikan dan
Setelah Perbaikan
ELEMEN KERJA WB STASIUN (DETIK)
SETELAH
STASIUN PERBAIKAN
SEBELUM SETELAH SEBELUM
KERJA (ALOKASI
PERBAIKAN PERBAIKAN PERBAIKAN
WAKTU : 79,74
DETIK)
1 1-2 13-1 56,91 79,44
2 3 4-9-2-5-10 78,59 80,04
4-5-6-7-8-9-
3 3 105,83 78,59
10-11-16-12
6-11-7-8-16-
4 13-17-14-15 77,65 80,91
12-14-15-17
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa penugasan elemen kerja pada
alternatif 1 yang terpilih menjadi alternatif perbaikan mempunyai 4 stasiun
kerja dapat dikatakan lebih efisien dan lebih seimbang karena waktu baku
antar stasiun yang perbedaannya tidak terlalu signifikan. Sedangkan pada
kondisi sebelum perbaikan memiliki perbedaan yang signifikan dari waktu
baku antar stasiun. Jumlah rata-rata pada alternatif yang terpilih memiliki
rata-rata selisih waktu baku antar stasiun sebesar 0,73 detik.
40
3.2.3 Analisis Perbandingan Line Efficiency, Balance Delay, Efisiensi Stasiun,
dan utilitas
41
lainnya. Usulan ini tidak cocok diterapkan pada industri manufaktur yang bergerak
dalam memproduksi mesin-mesin yang kompleks.
42
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pelaksanaan Modul III terkait Assembly Line
Balancing adalah:
a. Konsep assembly line balancing adalah sebuah metode pemerataan beban kerja
antar stasiun yang ditandai dengan perbedaan waktu baku antar stasiun yang
tidak terlalu signifikan.
b. Precedence diagram sangat diperlukan dalam melakukan line balancing karena
dapat menganalisa dan membuat usulan perbaikan lini produksi karena dengan
Precedence diagram dapat mengetahui elemen yang harus dikerjakan terlebih
dahulu sebelum elemen lain.
c. Kriteria kriteria pada assembly line balancing diantaranya adalah waktu baku,
line efficiency, balance delay, utilitas dan efisiensi.
d. Untuk usulan alternatif perbaikan yang terpilih adalah alternatif 1 dengan 4
stasiun kerja karena memiliki selisih waktu baku stasiun dan waktu baku
alokasi yang paling sedikit, yaitu 0,73 detik. Usulan alternatif ini dapat
meningkatkan line efficiency menjadi 99%, menurunkan balance delay
menjadi 25%, serta menaikkan utilitas dan efisiensi menjadi 90,2%
4.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk pelaksanaan Modul III terkait Assembly Line
Balancing adalah:
a. Karena perkuliahan dilakukan secara daring/online pada saat memberikan
tutorial sebaiknya direcord agar mahasiswa yang terkendala sinyal tetap bisa
memahami dengan melihat hasil rekaman tersebut.
43