34
and
Westers
bergabung
kerja.
dalam
suatu
stasiun
dan
Tingkat
39
2) Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu yang
dibutuhkan operator dalam bekerja yaitu
waktu normal ditambah kelonggarankelonggaran yang sering terjadi sebagai
sifat alami manusia (operator). Setiap
operator mempunyai kebutuhan lain di
luar kontrolnya, seperti contoh adalah
kebutuhan pribadi, yaitu kebutuhan
berupa
sekedar
minum
untuk
menghilangkan haus, ke kamar kecil,
bercakap-cakap untuk menghilangkan
jenuh, dan istirahat sebentar karena lelah
Setelah diperoleh waktu normal maka
selanjutnya dapat dicari besarnya waktu
baku .
Allowance adalah kelonggaran
yang diberikan kepada pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya di samping
waktu normal ( Handoko, 1995)
Metode Analisis Data
Operational Process Chart (OPC)
Sebelumnya dilakukan penelitian
terhadap keseluruhan proses produksi
(lintasan produksi) untuk mendapatkan
gambaran secara menyeluruh tentang
perencanaan dan penjadwalan produksi,
pembuatan OPC dan Network kerja.
Dalam OPC terdapat informasi tentang
waktu baku.
Adapun
langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut:
a. Buat
sebuah
jaringan
kerja
berdasarkan proses produksi yang
terjadi pada pembuatan produk yang
bersangkutan
b. Tentukanlah
besarnya
waktu
standart bagi setiap elemen kerja
berdasarkan data hasil observasi
c. Tentukan waktu siklus berdasarkan
waktu kerja setiap elemen dan
besarnya permintaan produk.
d. Tentukan jumlah stasiun kerja
berdasarkan besarnya waktu siklus
yang telah dihasilkan atau
berdasarkan kriteria maksimum
e. Membuat tabel pohon posisi dan
hubungan yang mendahului serta
tabel rangking bobot posisi.
Pengukuran Waktu Siklus
Data waktu pengamatan langsung
per elemen kerja yang di ambil bila
dirata-ratakanmendapat data waktu ratarata yang dinamakan waktu siklus.
Pengambilan data dilakukan dengan
metode jam henti (stopwatch ) dengan
mengambil waktu pengamatanlangsung
(siklus) dari setiap elemen pekerjaan.
Penetuan julah sample pada penelitian ini
diambil sebanyak 30 pengamatan waktu
untuk setiap stasiunkerja seperti tampak
pada lampiran
Setelah didapat ke-30 data waktu
siklus, terhadap berikutnya adalah
melakukan pengujian apakah data
tersebut
telah
seragam
atou
cukup,dengan
melakukan
langkahlangkah sebagai berikut:
Metode Heuristik
Dikerjakan dengan menggunakan
metode Hegelson and Birnie (RPW)
40
Kelas
Jumlah
i
1
2
3
4
5
6
5
4,67
4,67
5
5
4,67
4,67
5
5
5,33
4,67
5
5,33
4,67
5
5,33
4,67
5
4,67
5,33
4,67
5
4,67
5,33
4,67
5
5
5,33
5
5
Rata-rata
( )
24.34
24.67
24.34
25.99
24.01
25.00
4.87
4.93
4.87
5.20
4.80
5.00
Jumlah =
148.35
29.67
kontrol (dimana > BKA dan < BKB), maka
dta dikatakan tidak seragam. Dalam
Menghitung rata-rata daari harga sub
grup:
kasus
inidata
dikatakan
seragam
Rata- rata waktu siklus
dikarenakan BKB < rata-rata tiap kelas <
=
a. Untuk mengUji kecukupan data pada
.
=
tingkat kepercayaan 95% dan tingkat
ketelitian
5%dilakukan
langkah
= 4.95 menit
perhitungan sebagai berikut:
k / s N
Xi
Xi 2
2
Xi
=
N=
(
=
(
( .
( .
= 0.27 menit
(Untuk elemen kerja selanjutnya
ada dalam lampiran)
Menghitung standar deviasi dari
harga rata-rata kelas/sub grup adalah
sebagai berikut:
=/
.
x=
= 0.1204
c. Menentukan batas kontrol atas(bka) dan
batas
kontrol bawah (bkb) dengan
rumus:
BKA / BKB = 3
BKA = 4.95 + 3(0.27) = 4.14
BKB = 4.95 3(0.27) = 5.76
Bila rata-rata dari sub grup berada
dalam batas kontrol( dimana BKA<BKB
dan
>
BKB),
maka
data
dikatakanseragam, bila diluar batas
.
(
= 3.84
Karena N< N maka data yang
diambil sebanyak 30 data telah tercukupi.
d. Dikarenakan 30 data telah lulus
uji keseragaman dan kecukupan data
maka waktu siklus untuk elemen kerja
pada setasiun I adalah: 19.17 menit.
(untuk uji kecukupan ele men kerja
selanjutnya
ada
dalam
lampiran)
Perhitungan Waktu Baku
=
.
=
= 4,95 menit
Penentuan waktu normal untuk elemen
kerja perakitan I
dengan faktor
penyesuaian
yang
diberikan
menggunakan metode
Westinghouse
adalah:
41
Lambang
C2
C2
D
D
Penyesuaian
+0,06
+0,05
+0,00
+0,00
+0,11
sebagai berikut:
=
x
= 4.95 x 1,011
= 5 ( menit )
Faktor
kelonggaran
untuk
kebutuhan pribadi dan kelelahan di
elemen kerja
Perakitan.
Kelonggaran
Sangat ringan
7%
Sikap kerja
Gerakan kerja
Kelemahan mata
Duduk
Agak terbatas
Pandangan terus
menerus dengan
fokus
Keadaan tempat kerja
Normal
Keadaan atmosfir
Kurang baik
Total kelonggaran
Untuk kelonggaran hambatan
yang tak dapat dihindarkan diasumsikan
5%, karena waktu menunggu antara satu
stasiun ke stasiun berikutnya
telah
ditetapkan oleh perusahaan. Adapun
Perhitungan waktu baku untuk elemen
kerja Pemasangan I adalah:
%
=
%
%
%
=5
%
%
= 5 x 1,59
= 7,94 menit
Ki =
=
% kelonggaran
2%
5%
8%
5%
10 %
37 %
xE
,
x 420
= 27,46 unit/hari
=28 unit/hari
Maka, besarnya kapasitas beban
produksi untuk stasiun I sebesar 28
unit/hari.
Identifikasi Bottleneck
Dari tabel perhitungan kapasitas
beban produksi (per hari) diatas ternyata
pada lintasan terjadi bottleneck pada
stasiun III, VII. Untuk jelasnya lintasan
produksi yang terjadi bottleneck dapat
dilihat pada gambar berikut:
42
7.94
3.44
13.01
3.49
12.23
5.48
7.66
13.67
7.29
3.40
3.61
bottleneck
bottleneck
13.74
St. I
St.II
St.III
St.IV
St.V
St.VI
Gambar 1 Identifikasi Bottleneck
Produksi
Kondisi
lintasan
sebelum
perbaikan diperlukan apakah perlu
atautidaknya suatu lintasan produksi itu
diperbaiki, sehingga akan mengurangi
waktu menganggur dalam suatu proses
produksi, sehingga proses produksi lebih
baik.
Adapun tujuan membuat kapasitas
lintasan produksi sebelum perbaikan
adalah untuk mengetahui seberapa besar
efisiensi
stasiun
kerja
pada
St.VII
nWs
Balance
i 1
delay
=
x 100%
nWs
,
(
)
,
,
)
x 100%
= 32,48%
Nilai efisiensi lintasan produksi
43
i 1
,
,
x 100%
nWs
x 100%
= 67,52%
HASIL DAN PEMBAHASAN
To : region
= 72,27 : 7
= 10,32 Menit
Karena Ct ti maks (10,32
15,29) maka Ct = ti maks = 15,29
Sehingga jumlah stasiun kerjanya
adalah:
N = To /Wo
= 72,27 / 15,29
= 4,73
= 5 stasiun kerja
, )
,
, )
x 100%
=32,35%
Nilai efisiensi lintasan produksi
Efisiensi lintasan produksi
=
,
(
, )
x 100%
=67,65%
Analisis
Keseimbangan
Produksi
Sebelum
dan
Perbaikan.
Lintasan
Sesudah
Analisis
keseimbangan
lintasan dilakukan dengan metode yaitu
Ranked position weight (RPW). Adapun
hasil perhitungan keseimbangan lintasan
produksi adalah seperti tabel berikut ini:
44
Sebelum
Perbaikan
Jumlah Stasiun
Idle time (menit)
Balance delay (%)
EfisiensiLintasan (%)
7
34,76
32,48
67,52
efisiensi
menjadi
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari,
Agus,
1985. Manajemen
Produksi dan Perencanaan Sistem
Produksi, BPFE-UGM, Yogyakarta
Handoko, T. Hani, 1995. Dasar-dasar
Manajemen Produksi dan Operasi,
BPFE-UGM, Yogyakarta.
Reksohadiprojo, S, 1995. Manajemen
Produksi dan Operasi, BPFE-UGM,
Yogyakarta
Subagyo, Pangestu, 2000. Manajemen
Operasi,
Edisi
I,
BPFE-UGM,
Yogyakarta
Sutalaksana, I, Z, 1979. Teknik Tata
Cara Kerja, Departemen Teknik
Industri, ITB, Bandung
Wigyosoebroto, S, 1992. Teknik Tata
Cara dan Pengukuran Kerja, Guna
Widya, Jakarta
Wigyosoebroto, S, 1995. Ergonomi
Studi Gerak dan Waktu, Teknik
Analisis Pengukuran Kerja, Guna
Widya, Jakarta
45