Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al-Azhar Indonesia, Komplek Masjid Agung
Al-Azhar, Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110
*E-mail: aayufajarr@gmail.com
Abstrak – Dalam dunia industri proses yang terpilih adalah metode SPT. Hal ini
produksi merupakan hal yang sangat dikarenakan metode SPT memiliki nilai
penting. Produksi akan berjalan lancar mean lateness paling negatif dan nilai MFT
apabila waktu produksi sesuai dengan paling kecil.
permintaan agar tidak menimbulkan back
order dimana untuk menghindari hal Abstrak – In the industrial world, the
tersebut perlu dilakukan suatu penjadwalan. production process is very important.
Penjadwalan adalah proses yang berguna Production will run smoothly during
untuk pengurutan pengerjaan produk secara production according to demand so as not to
menyeluruh yang dikerjakan pada beberapa re-generate orders where to avoid this it is
buah mesin dengan mempertimbangkan necessary to do a scheduling. Scheduling is a
waktu pengoperasian. Penjadwalan memiliki process that is useful for sequencing the
beberapa metode, diantaranya yaitu Metode overall product work done on several
Shortest Processing Time (SPT), Weighted machines by considering the specified time.
Shortest Processing Time (WSPT), Metode Scheduling has several methods, including the
Earliest Due Dates (EDD), dan Earliest Due Shortest Processing Time (SPT) Method,
Date with Hodgsn Algoritm. Selanjutnya Weighted Shortest Processing Time (WSPT),
perusahaan mampu mengetahui aliran the Earliest Due Dates (EDD) Method, and
produksi yang akan dilakukan, aliran the Earliest Due Date with the Hodgsn
produksi ada 5 yaitu job shop, flow shop, Algorithm. Furthermore, the company is able
proyek, batch production, dan continuous to see the production flow to be carried out,
production. Pada praktikum kali ini there are 5 production flows, namely job
pengumpulan dan pengolahan data shop, shop flow, project, batch production,
dilakukan menggunakan ketiga 4 metode and continuous production. In this
tersebut yaitu untuk mendapatkan nilai practicum, data processing is carried out
Maximum Lateness, Mean Flow Time, dan using these three methods, namely to obtain
Mean Lateness ketiga nilai ini yang akan the Maximum Delay value, Average Flow
menunjukkan apakah metode tersebut baik Time, and Average Value of these three
diaplikasikan pada perusahaan atau tidak. values which will indicate whether the
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan method is well applied to the company or not.
data hasil yang didapatkan dari input data Based on and data processing results
Waktu proses dan Batas Waktu, Metode obtained from data input processing time and
yang baik digunakan oleh AAN JAYA sama time limit, a good method used by AAN
diantara work center., maka dapat JAYA is the same among work centers, it can
disimpulkan bahwa metode penjadwalan be denied that the scheduling method chosen
1 1 1
Ayu Fajarrini , Azizah Andra Risa , Melati Nur Affiyanti , Sopian Maulana1, Widya 2
Nurcahayanty Tanjung1
Bill of
Computation
Menganalisis
Data
Membuat
Kesimpulan
Selesai
karena mungkin saja terjadi bahwa tiap lateness yang didapatkan yaitu sebesar -1,9
pekerjaan mempunyai arti penting yang berbeda- menit, kemudian mean lateness yang didapatkan
beda, arti ini disebut dengan weight yang adalah sebesar -1,9 menit, kemudian mean flow
memiliki nilai berbeda – beda sesuai dengan time yang didapatkan adalah sebesar 2,1 menit.
penilaian pakar. Pada penelitian ini dilakukan Pada stasiun meja potong, tidak terdapat tardy
pula perhitungan menggunakan metode W-SPT job.
untuk produksi topi Baseball Perusahaan AAN
JAYA. Tabel 13. Hasil Perhitungan Penjadwalan Produksi
dengan Metode W- SPT pada Meja Press
Tabel 11. Hasil Perhitungan Penjadwalan Produksi
dengan Metode W- SPT pada Stasiun Meja Pola W-SPT
Bagian Waktu Pengerjaan Batas Keterlambatan
Proses (i) Di Stasiun (Ci) Waktu (di) (Li) = Ci - di
Bagian Waktu Pengerjaan Batas Keterlambatan 0,5 Badan Topi 1,1 3,00 -1,9
W-SPT
Proses (i) Di Stasiun (Ci) Waktu (di) (Li) = Ci - di Maximum Lateness -1,9
Mean Lateness -1,9
5,1 badan topi 5,10 7 -1,90 Mean Flow Time 1,10
Maximum Lateness -1,90
Tardy Job -
Mean Lateness -1,90
Mean Flow Time 5,10
Tardy Job - Pada tabel 13 ditunjukkan hasil perhitungan
penjadwalan produksi dengan metode W- SPT
Pada tabel 11 ditunjukkan hasil perhitungan pada Stasiun Meja Press. Hasil maximum
penjadwalan produksi dengan metode W- SPT lateness yang didapatkan yaitu sebesar -1,9
pada stasiun Meja Pola. Perhitungan yang menit, kemudian mean lateness yang didapatkan
dilakukan yaitu mencari maximum lateness, adalah sebesar -1,9 menit, kemudian mean flow
mean lateness, mean flow time serta untuk time yang didapatkan adalah sebesar 1,1 menit.
mengetahui ada atau tidaknya tardy job pada Pada stasiun meja press, tidak terdapat tardy
stasiun meja pola. Nilai maximum lateness yang job.
didapatkan adalah sebesar -1,9 menit, kemudian
nilai mean lateness yang didapatkan adalah Tabel 14. Hasil Perhitungan Penjadwalan Produksi
sebesar -1,9 menit dan mean flow time yang dengan Metode W- SPT pada Mesin Bordir
didapatkan adalah sebesar 5,10 menit. Nilai
minus menandakan bahwa pekerjaan tidak Bagian Waktu Pengerjaan Batas Keterlambatan
W-SPT
terlambat. Kemudian pada stasiun meja pola, Proses (i) Di Stasiun (Ci) Waktu (di) (Li) = Ci - di
tidak terdapat tardy job. Tardy Job atau 5 Badan Topi 6,5 8,00 -1,5
tardiness Tardiness adalah besarnya Maximum Lateness -1,5
keterlambatan atau disebut juga lateness yang Mean Lateness -1,5
bernilai positif. Karena tidak terdapat pekerjaan Mean Flow Time 6,52
Tardy Job -
yang terlambat atau bernilai + maka pada stasiun
meja pola tidak terdapat tardiness. Pada tabel 14 ditunjukkan hasil perhitungan
penjadwalan produksi dengan metode W- SPT
Tabel 12. Hasil Perhitungan Penjadwalan Produksi
pada Stasiun Mesin Bordir. Hasil maximum
dengan Metode W- SPT pada Stasiun Meja Potong
lateness yang didapatkan yaitu sebesar -1,5
menit, kemudian mean lateness yang didapatkan
Bagian Waktu Pengerjaan Batas Keterlambatan
W-SPT
Proses (i) Di Stasiun (Ci) Waktu (di) (Li) = Ci - di adalah sebesar -1,5 menit, kemudian mean flow
2 badan topi 2,1 4 -1,9
time yang didapatkan adalah sebesar 6,5 menit.
Maximum Lateness -1,9 Pada stasiun mesin bordir, tidak terdapat tardy
Mean Lateness
Mean Flow Time
-1,9
2,10
job.
Tardy Job -
Tabel 15. Hasil Perhitungan Penjadwalan Produksi Tabel 17. Hasil Perhitungan Penjadwalan Produksi
dengan Metode W- SPT pada Meja Jahit dengan Metode W- SPT pada Stasiun Inspeksi
Bagian Waktu Pengerjaan Batas Keterlambatan Bagian Waktu Pengerjaan Batas Keterlambatan
W-SPT W-SPT
Proses (i) Di Stasiun (Ci) Waktu (di) (Li) = Ci - di Proses (i) Di Stasiun (Ci) Waktu (di) (Li) = Ci - di
yang sensitif terhadap waktu. Sama halnya adalah sebesar -1,9 menit. Kemudian hasil dari
dengan metode Shortest Processing Time (SPT), mean lateness adalah sebesar -1,9 menit, dan
pada penelitian kali ini, data diperoleh mean flow time yang didapatkan adalah sebesar
berdasarkan pada Tabel 1, kemudian data 2,1 menit. Pada stasiun meja potong, tidak
tersebut dikelompokkan berdasarkan work terdapat tardy job, yang berarti tidak terdapat
center-nya. Kemudian, mengurutkan pekerjaan pekerjaan yang terlambat.
berdasarkan batas waktu (due date) terkecil
hingga terbesar. Lalu, melakukan perhtiungan Tabel 21. Hasil Perhitungan Penjadwalan Produksi
terhadap max lateness, mean lateness, minimum dengan Metode EDD pada Meja Press
flow time, dan tardy job pada masing – masing
work center. Berikut merupakan pengolahan Bagian Proses
Waktu Pengerjaan
Batas Waktu (di)
Keterlambatan
Di Stasiun (Ci) (Li)=Ci-di
data yang dilakukan.
Badan Topi 1,104821803 3 -1,895178197
Maximum Lateness -1,895178197
Tabel 19. Hasil Perhitungan Penjadwalan Produksi Mean Lateness -1,895178197
dengan Metode EDD pada Meja Pola Mean Flow Time 1,10
Tardy Job -
Tabel 23. Hasil Perhitungan Penjadwalan Produksi Tabel 25. Hasil Perhitungan Penjadwalan Produksi
dengan Metode EDD pada Meja Jahit dengan Metode EDD pada Stasiun Inspeksi
membantu untuk mencari jumlah minimal sebesar -1,9 menit. Kemudian hasil dari mean
pekerjaan yang terlambat pada operasi. Pada lateness adalah sebesar -1,9 menit, dan mean
metode ini pengurutan job dilakukan dengan flow time yang didapatkan adalah sebesar 2,1
menit. Pada stasiun meja potong, tidak terdapat
dengan EDD, kemudian dilakukan iterasi dan
tardy job artinya tidak terdapat pekerjaan yang
jika tidak ada atau hanya satu job yang tardy terlambat.
(positive lateness) maka iterasi berhenti. Pada Tabel 29. Hasil Perhitungan Penjadwalan Produksi
setiap stasiun kerja untuk produksi topi baseball dengan Metode EDD Hodgson pada Meja Press
perusahaan AAN JAYA, tidak ditemukan tardy
Saat Selesai Stasiun Batas Waktu Keterlambatan
jobs maka iterasi yang dilakukan hanya sampai Bagian Proses (i)
Kerja (Ci) (di) (Li) = Ci -di
iterasi 1. Berikut merupakan hasil perhitungan Badan Topi 1,104821803 3,00 -1,90
Maximum Lateness -1,90
maximum lateness, mean lateness, dan mean Mean Lateness -1,90
Mean Flow Time 1,104821803
flow time dengan menggunakan metode EDD Tardy Job -
Hodgson.
Pada tabel 29 merupakan hasil perhitungan
Tabel 27. Hasil Perhitungan Penjadwalan Produksi menggunakan metode EDD Hodgson pada
dengan Metode EDD Hodgson pada Meja Pola stasiun meja press. Hasil dari maximum lateness
Saat Selesai Stasiun Batas Waktu Keterlambatan
yang didapatkan adalah sebesar -1,9 menit.
Bagian Proses (i)
Kerja (Ci) (di) (Li) = Ci -di Kemudian hasil dari mean lateness adalah
Badan Topi 5,104821803 7,00 -1,90 sebesar -1,9 menit, dan mean flow time yang
Maximum Lateness -1,90
Mean Lateness -1,90
didapatkan adalah sebesar 1,1 menit. Pada
Mean Flow Time 5,104821803 stasiun meja press, tidak terdapat tardy job.
Tardy Job -
lateness, mean lateness, dan mean flow time Maximum Lateness -1,48
Mean Lateness -1,48
serta ada atau tidaknya tardy job. Hasil dari Mean Flow Time 6,515151515
maximum lateness yang didapatkan adalah Tardy Job -
sebesar -1,9 menit. Kemudian hasil dari mean
lateness adalah sebesar -1,9 menit, dan mean Pada tabel 30 dapat ditunjukkan bahwa hasil dari
flow time yang didapatkan adalah sebesar 5,1 maximum lateness yang didapatkan adalah
menit. Pada stasiun meja pola, tidak terdapat sebesar -1,48 menit. Kemudian hasil dari mean
tardy job. lateness adalah sebesar -1,48 menit, dan mean
flow time yang didapatkan adalah sebesar 6,5
Tabel 28. Hasil Perhitungan Penjadwalan Produksi menit. Pada stasiun mesin bordir, tidak terdapat
dengan Metode EDD Hodgson pada Meja Potong tardy job artinya tidak terdapat pekerjaan yang
terlambat.
Saat Selesai Stasiun Batas Waktu Keterlambatan
Bagian Proses (i)
Kerja (Ci) (di) (Li) = Ci -di
Tabel 31. Hasil Perhitungan Penjadwalan Produksi
Badan Topi 2,104821803 4,00 -1,90
dengan Metode EDD pada Meja Jahit
Maximum Lateness -1,90
Mean Lateness -1,90
Mean Flow Time 2,104821803
Tardy Job -
Max Mean
Metode Tardy Jobs MFT (m) Urutan Proses
Lateness (m) Lateness (m)
EDD - -1,48 -1,48 6,52 Badan Topi
SPT - -1,48 -1,48 6,52 Badan Topi
W-SPT - -1,48 -1,48 6,52 Badan Topi
EDD HODGSON - -1,48 -1,48 6,52 Badan Topi
1 1 1
Ayu Fajarrini , Azizah Andra Risa , Melati Nur Affiyanti , Sopian Maulana1, Widya 14
Nurcahayanty Tanjung1
Metode
Tardy
Max Mean
Lateness Lateness MFT (m) Urutan Proses
metode yang perhitungkan mendapatkan hasil
Jobs
(m) (m) sebesar -1,9 menit. Kemudian untuk mean
Badan Topi + Visor -
lateness yang didapatkan adalah sebesar -1,9
EDD - -1,97 -2,97 4,03
Badan Topi + Visor menit. Selanjutnya nilai MFT yang didapatkan
adalah sebesar 5,10 menit. Dari ke 4 metode
Badan Topi + Visor -
SPT - -1,97 -2,98 4,02
Badan Topi + Visor tersebut, metode penjadwalan yang dipilih
adalah metode SPT.
Badan Topi + Visor -
W-SPT - -1,97 -2,97 4,03
Badan Topi + Visor
KESIMPULAN
Badan Topi + Visor -
EDD HODGSON - -1,97 -2,97 4,03
Badan Topi + Visor
Berdasarkan pengumpulan dan pengolahan data,
Metode yang dipilih untuk stasiun meja rakit dari ke 4 metode penjadwalan yaitu Earliest
yaitu metode SPT, dengan nilai max lateness Due Date (EDD), Shortest Processing Time
sebesar -1,97 menit dan mean lateness sebesar (SPT), Weight Shortest Processing Time (W-
-2,98 menit. Kemudian nilai MFT untuk metode SPT), EDD dengan algortima Hodgson, metode
SPT adalah sebesar 4,02 menit. penjadwalan yang terpilih adalah metode SPT.
Hal ini dikarenakan metode SPT memiliki nilai
mean lateness paling negatif dan nilai MFT
paling kecil.
Tabel 41. Hasil Rekapitulasi pada Stasiun Inspeksi DAFTAR PUSTAKA
Max Mean
Metode
Tardy
Lateness Lateness MFT (m) Urutan Proses [1]. Arrifin, M dan Rudyanto, A. 2010.
Jobs
(m) (m)
Perancangan Sistem Informasi
Badan Topi - Visor -
EDD - -3,00 -6,00 10,00
Badan Topi + Visor Penjadwalan Produksi Paving Blok Pada
SPT - -3,00 -6,00 10,00
Badan Topi - Visor -
Badan Topi + Visor
CV. Eko Joyo. Seminar Nasional Aplikasi
Visor - Badan Topi - Teknologi Informasi 2010 (SNATI 2010).
W-SPT - -3,00 -6,00 10,00
Badan Topi + Visor
Yogyakarta, 19 Juni 2010.
Badan Topi - Visor -
EDD HODGSON - -3,00 -6,00 10,00
Badan Topi + Visor [2]. Baker, K. R. 2009. Prinsiples of
Sequencing and Scheduling. A John Wiley
Pada tabel 41 merupakan hasil rekapitulasi hasil & Sons,INC.
dari ke 4 metode yang diperhitungkan. Untuk [3]. Indah, Rosi. 2019. Analisis Sistem
max lateness dari ke 4 metode yang Penjadwalan Produksi Berdasarkan
perhitungkan mendapatkan hasil sebesar -3,00 Pesanan Pelanggan dengan Metode FCFS,
menit. Kemudian untuk mean lateness yang LPT, SPT dan EDD Pada PD. X . Jakarta :
didapatkan adalah sebesar -6,00 menit. Universitas Indraprasta PGRI
Selanjutnya nilai MFT yang didapatkan adalah [4]. Lysandra, M., Harsono, A. & Mustofa,
sebesar 10,00 menit. Dari ke 4 metode tersebut, F.H., 2014. Usulan Penjadwalan Kendaraan
metode penjadwalan yang dipilih adalah metode Shuttle Pt . Dengan Modifikasi Algoritma
SPT. Pada stasiun ini tidak ditemukan tardiness N-Jobs M- Mesin. Jurnal Online Institut
atau keterlambatan. Teknologi Nasional, 02(03), pp.237–247.
[5]. Yogi, dkk. 2015. Rancang Bangun Evaluasi
Tabel 42. Hasil Rekapitulasi pada Stasiun Packing Penjadwalan Produksi Pada PT. Home
Sakti Indonesia. Jurnal JSIKA. Vol 6 No 6.
Max Mean
Metode
Tardy
Lateness Lateness MFT (m) Urutan Proses Surabaya: Institut Bisnis dan Informatika
Jobs
(m) (m)
STIKOM
EDD - -2,00 -2,00 6,00 Badan Topi + Visor
SPT - -2,00 -2,00 6,00 Badan Topi + Visor
W-SPT - -2,00 -2,00 6,00 Badan Topi + Visor
EDD HODGSON - -2,00 -2,00 6,00 Badan Topi + Visor
Plagiarsm Check
Pada tabel 42 ditunjukkan bahwa perhitungan
max lateness, mean lateness, dan MFT memiliki 1. Abstrak, Pendahuluan
hasil yang sama. Untuk mean lateness dari ke 4
Analisis Penjadwalan pada Lantai Produksi Produk Topi AAN JAYA dengan 15
Menggunakan Metode Process Scheduling