Anda di halaman 1dari 16

BAB 9

PENGEMBANGAN SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI METODE SDLC

9.1. PENDAHULUAN
Pengembangan sistem teknologi informasi (STI) dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Pengembangan STI konvensional menggunakan metode siklus hidup pengembangan
sistem atau system development life cycle (SDLC). Istilah konvensional ini bukan berarti
kuno, tetapi lebih ke metode yang sudah ada sebelumnya. Metode yang baru merupakan
metode alternatif dari metode SDLC, sehingga disebut juga sebagai metode-metode
alternatif (alternative methods). Metode pengembangan alternatif akan dibahas di bab 10.
Beberapa metode alternatif yang tersedia untuk mengembangkan STI adalah paket
(package), pembuatan prototipe (prototyping), pengembangan oleh pemakai akhir (end user
development atau end user computing) dan outsourcing.

9.2, SIKLUS HIDUP PENGEMBANGAN SiSTEM


Metode siklus hidup pengembangan sistem atau system development life cycle
(SDLC) mempunyai beberapa tahapan. Sesuai dengan namanya, SDLC dimulai dari suatu
tahapan sampai tahapan terakhir dan kembali lagi ke tahapan awal membentuk suatu siklus
atau daur hidup.
Tahapan-tahapan dalam metode SDLC adalah sebagai berikut ini.
1. Analisis sistem (system analysis).
a. Studi pendahuluan.
b. Studi kelayakan.
c. Mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan pemakai.
d. Memahami sistem yang ada.
e. Menganalisis hasil penelitian.
2. Perancangan sistem (system design)
a. Perancangan awal,
b. perancangan rinci.
3, Implementasi sistem (system implementation)
4. Operasi dan perawatan Sistem (system operation and maintenance)

Siklus atau daur hidup pengembangan sistem tampak jika sistem yang sudah
dikembangkan dan dioperasikan tidak dapat dirawat lagi, sehingga dibutuhkan
pengembangan sistem kembali yang tampak di gambar berikut ini.
9.2.1. Analisis Sistem
tahap awal dari SDLC adalah analisis sistem (system analysis). tahap ini dilakukan
oleh analis sistem (system analyst), Analis sistem (system analyst) adalah orang yang
dididik khusus untuk mengembangkan sistem secara profesional. Alasan menggunakan
analis sistem di metode SDLC adalah karena metode ini digunakan untuk mengembangkan
sistem teknologi informasi Yang kompleks. STI yang kompleks perlu dianalisis oleh orang
yang ahli di bidangnya, sehingga permasalahan dapat dipecahkan dan kebutuhan pemakai
sistem dapat diidentifikasi dengan benar.
tahap di analisis sistem terdiri dari kegiatan-kegiatan Sebagai berikut ini.
1. Studi pendahuluan.
2. Studi kelayakan.
3. Mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan informasi pemakai.
4. Memahami sistem yang ada.
5. Menganalisis hasil penelitian.
Studi Pendahuluan

Studi Kelayakan
Setelah studi pendahuluan dilakukan langkah berikutnya yang diperlukan oleh analisis
sistem adalah melakukan studi kelayakan (feasibility study). Studi kelayakan (feasibility
study) terdiri dari lima macam kelayakan yang disebut dengan TELOS, yaitu studi
kelayakan Teknologi studi kelayakan Ekonomis, studi kelayakan Legal studi kelayakan
Operasi dan studi kelayakan Sosial. Studi kelayakan ini dimaksudkan bahwa secara
teknologi ekonomi, legal, operasi dan sosial, pengembangan STI dapat dilakukan dan layak.
Pengembangan STI layak secara teknologi jika teknologi yang dibutuhkan dapat tersedia
dan diperoleh. Pengembangan STI dikatäkan layak secara ekonomis jika manfaat yang
diperolehnya lebih besar dari biaya yang dikeluarkannya dan dana yang digunakan untuk
membangunnya tersedia. Pengembangan STI dikatakan layak secara legal jika tidak
melanggar peraturan dan hukum yang berlaku. Pengembangan STI dikatakan layak secara
operasi jika STI yang dihasilkan dapat dioperasikan dan dijalankan. Pengembangan STI
dikatakan layak secara sosial jika hasil dari STI tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap
lingkungan sosialnya
Kelayakan ekonomis diperoleh jika manfaat dari STI lebih besar dari biaya-biayanya dan
dana yang dibutuhkan tersedia. Manfaat yang diperoleh dari STI dapat berbentuk manfaat-
manfaat berwujud (tangible benefits) dan manfaat-manfaat tidak berwujud (intangible
benefits), Manfaat-manfaat berwujud (tangible benefits) merupakan manfaat-manfaat yang
langsung dapat diukur dengan nilai uang. Contoh manfaat-manfaat ini adalah manfaat
penurunan biaya persediaan, manfaat penurunan biaya operasi, manfaat penurunan biaya
alat tulis, manfaat peningkatan penjualan dan Lain sebagainya. Manfaat-manfaat tidak
berwujud (intangible benefits) merupakan manfaat-manfaat yang tidak langsung dapat
diukur dengan nilai uang, Contoh manfaat-manfaat ini adalah manfaat peningkatan
pengambilan keputusan manajemen, manfaat peningkatan kepuasan pelanggan, manfaat
peningkatan moral pekerja dan lain sebagainya, Karena kelayakan ekonomis diukur dengan
satuan uang, maka manfaat-manfaat tidak nampak harus dinilai uangkan, Beberapa
metode tersedia untuk menilai uangkan manfaat-manfaat tidak nampak seperti metode nilai
ekspektasi (expected value) dan metode skor,
Metode nilai ekspektasi (expected value) dilakukan dengan mengidentifikasi kejadian-
kejadian (Outcomes) Yang akan terjadi% akibat dari manfaat tidak berwujud dikalikan
dengan probabilitas kemungkinan terjadinya. Sebagai misalnya adalah manfaat tidak
berwujud adalah kepuasan pelanggan, Kejadian akibat kepuasan pelanggan adalah
menaikkan penjualannya, Untuk menghitung nilai rupiah kepuasan pelanggan dapat
dilakukan pertama kali mengidentifikasi ke.naikäfi penjualan akibat dari tingkat kepuasan
langganan. Dimisalkan penjualan sebelumnya adalah Rp20.000.000,-. Jika pelanggan
"sangat puas," diasumsikan penjualan akan meningkat sebesar 2.5% dari penjualan
sebelumnya atau akan didapatkan kenaikan penjualan sebesar 25% x Rp20.000.000,- yaitu
sebesar Rp5.000.000,- Jika pelanggan "puas," diasumsikan penjualan akan meningkat
sebesar 20% dari penjualan sebelumnya atau akan didapatkan kenaikan penjualan sebesar
20% x Rp20.000.000,- yaitu sebesar Rp4.000,000,- Jika pelanggan "cukup puas,"
diasumsikan penjualan akan meningkat sebesar 10% dari penjualan sebelumnya atau akan
didapatkan kenaikan penjualan sebesar 10% x Rp20.000.000,- yaitu sebesar Rp2.000.000.-
tabel 9.1 nilai ekspektasi kenaikan penjualan akibat kepuasan pelanggan

no kepuasan kenaikan penjualan (Oi) probabilitas Oi x pi


pelanggan terjadinya (pi)

1 sangat puas 25% atau Rp5.000.000 50% Rp2.500.000

2 puas 20% atau Rp4.000.000 40% Rp1.600.000

3 cukup puas 10% atau Rp2.000.000 10% Rp200.000

nilai ekspektasi atau NE dihitung dengan menjumlahkan semua kejadian-kejadian (outcome)


dengan nilai probabilitas terjadinya sebagai berikut.

Dengan demikian besarnya nilai kepuasan pelanggan diperkirakan adalah sebesar


Rp2.500.000 + Rp1.600.000 + Rp200.000 = Rp4.300.000,-

Contoh di atas menunjukkan bahwa penjualan diharapkan akan naik akibat pelayanan oleh
STI yang baru. Asumsi yang digunakan di contoh di atas adalah jika STI yang baru tidak
dikembangkan, maka tingkat penjualan tidak akan berubah dan tidak akan mengalami
penurunan. Kenyataannya di dalam industri yang bersaing dengan menggunakan STI,
perusahaan yang tidak memanfaatkan STI akan kalah bersaing dengan akibatnya
penurunan penjualan. Untuk kasus ini, manfaat tidak nyata dari penerapan STI adalah dua
arah yaitu untuk meningkatkan penjualan dan mencegah penurunan penjualan. Misalnya
jika tidak dikembangkan STI, maka penurunan penjualan yang terjadi akibat pelanggan
tidak puas adalah sebagai berikut ini. Jika pelanggan "sangat tidak puas,” diasumsikan
penjualan akan menurun sebesar 30% dari penjualan sebelumnya atau akan didapatkan
penurunan penJualan sebesar 30% x Rp20.000.000,- yaitu sebesar Rp6.000.000,- Jika
pelanggan "tidak puas,” diasumsikan penjualan akan menurun sebesar 20% dari penjualan
sebelumnya atau akan didapatkan penurunan penjualan sebesar 20% x Rp20.000.000,-
yaitu sebesar Rp4.000.000 Jika pelanggan “cukup tidak puas,” diasumsikan penjualan akan
menurun sebesar 15% dari penjualan sebelumnya atau akan didapatkan penurunan
penjualan sebesar 15% x Rp20.000.000 yaitu sebesar Rp3,000.000,-
Tabel 9.2 nilai ekspektasi penurunan penjualan akibat ketidakpuasan pelanggan.
no ketidakpuasan penurunan penjualan (Oi) probabilitas Oi x pi
pelanggan terjadinya (pi)

1 sangat tidak 30% atau Rp6.000.000 50% Rp3.000.000


puas

2 tidak puas 20% atau Rp4.000.000 30% Rp1.200.000

3 cukup tidak 15% atau Rp3.000.000 20% Rp600.000


puas

Besarnya nilai ketidakpuasan pelanggan diperkirakan adalah sebesar Rp3.000.000 +


RP1.200.000 + Rp600.000 = Rp4.800.000,-. Total manfaat tidak nyata akibat kepuasan
pelanggan dan ketidakpuasan pelanggan adalah Rp4.300,000 + Rp4.800.000 =
Rp9.100.000,-.
Metode skor dilakukan dengan memberikan skor (score) dengan melihat pada dampak dari
manfaat-manfaat tidak berwujud yang diberikan oleh STI yang dikembangkan. Nilai skor
akan lebih tİnggİ jika dampak dari manfaat tidak berwujud lebih mengarah ke stratejik dan
nilai skor akan lebih kecil jika dampaknya lebih mengarah ke operasional. Satu poin skor
kemudian dihubungkan dengan nilai uang. Tabel berikut ini menunjukkan contoh dari nilai
skor.
tabel 9.3 skor untuk manfaat tidak berwujud

dampak dan manfaat tidak berwujud skor

- meningkatkan kompetensi (strategik) 100


- meningkatkan keputusan manajemen puncak 80
- meningkatkan keputusan manajemen menengah 60
- meningkatkan keputusan manajemen bawah 40
- meningkatkan efisiensi proses 20

jika satu poin skor diberi nilai Rp100.000,- maka besarnya manfaat tidak berwujud kepuasan
pelanggan yang dampaknya ke peningkatan kompetensi (strategik) 100 x Rp100.000,- =
Rp10.000.000,-

Mengidentifikasi Permasalahan dan Kebutuhan Informasi Pemakai


Langkah selanjutnya jika STI layak dikembangkan adalah mengidentifikasi masalah di
sistem lama supaya dapat diperbaiki di sistem yang baru. Mengidentifikasi masalah
dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab masalahnya. Penyebab masalah merupakan
sumber dari permasalahan yang harus diperbaiki.
Setelah diketahui sumber dan tempat permasalahannya, langkah selanjutnya adalah
memahami sistem yang ada untuk mendapatkan data dan menganalisis permasalahannya.
Memahami sistem yang ada dapat dilakukan dengan melakukan penelitian untuk
mendapatkan data tentang sistem yang ada. Penelitian dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut ini.
1. Menentukan jenis penelitiannya, apakah berupa wawancara, observasi, survei atau
pengambilan sampel. Wawancara banyak dilakukan untuk mengidentifikasi
kebutuhan informasi pemakai.
2. Merencanakan jadwal penelitian.
3. Membuat penugasan penelitian.
4. Melakukan hasil penelitian.
5. Mengumpulkan hasil penelitian.
Menganalisis Hasil Penelitian
Setelah penelitian dilakukan dan hasil penelitian dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah
menganalisis hasil penelitian ini.
Menganalisis hasil penelitian terdiri dari menganalisis kelemahan sistem yang lama dan
menganalisis kebutuhan informasi pemakai.
Menganalisis kelemahan sistem yang lama dimaksudkan menemukan penyebab
sebenarnya permasalahan untuk permasalahan yang terjadi sehingga sistem yang lama
tidak berfungsi. Sistem yang lama akan diganti dengan sistem yang baru. Permasalahan-
permasalahan di sistem yang lama perlu ditemukan dan diperbaiki dengan sistem yang
baru. Jika sistem yang baru merupakan sistem teknologi informasi, maka perbaikan dari
sistem yang lama berupa perbaikan-perbaikan dalam bentuk informasi yang disediakan oleh
sistem yang baru. Supaya sistem yang baru berhasil, informasi-informasi yang dihasilkan
harus sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Menganalisis kebutuhan informasi pemakai
perlu dilakukan untuk menghasilkan informasi yang relevan.

9.2.2. Perancangan Sistem


Tahap berikutnya dari SDLC setelah tahap analisis sistem adalah tahap perancangan sistem
(system design). Tahap perancangan sistem mempunyai dua tujuan utama, yaitu sebagai
berikut ini. 1. Memberikan gambaran secara umum tentang kebutuhan informasi kepada
pemakai sistem secara logika. 2. Memberikan gambaran yang jelas dan rancang bangun
yang lengkap kepada pemrogram komputer dan ahli-ahli teknik lainnya.
Tujuan perancangan sistem yang pertama lebih dikenal dengan istilah perancangan sistem
secara logika (logical system design) atau perancangan sistem secara umum (general
system design). Tujuan perancangan sistem yang kedua lebih dikenal dengan istilah
perancangan sistem secara terinci (detailed system design).

Perancangan Sistem secara Umum


Tujuan dari perancangan sistem secara umum (general system design) atau perancangan
sistem secara logika (logical system design) atau perancangan sistem secara konsep
(conceptual system design) adalah untuk memberikan gambaran secara umum kepada
pemakai sistem tentang sistem teknologi informasi yang baru. Perancangan sistem secara
umum merupakan persiapan dari perancangan sistem secara terinci. Jika STI langsung
dirancang secara terinci dan pemakai sistem tidak menyetujuinya, maka akan sangat mahal
dan membutuhkan waktu yang lama untuk memperbaikinya. Supaya tidak merubah terlalu
rinci, maka untuk persetujuan dari pemakai sistem, STI perlu dirancang secara umum
terlebih dahulu. Perancangan sistem secara umum lebih diarahkan kepada pemakai sistem
untuk menyetujuinya ke perancangan sistem selanjutnya yaitu perancangan sistem secara
terinci. Sebelum pemakai sistem setuju terhadap perancangan sistem secara umum,
perancangan sistem secara terinci tidak akan dilakukan.
Yang dirancang pada tahap perancangan sistem secara umum adalah menggambarkan
bentuk dari sistem teknologi informasinya secara logika atau secara konsep dan
mengidentifikasikan komponen-komponen dari sistem teknologi informasinya.

Perancangan Sistem Terinci


Jika perancangan sistem secara umum untuk menjawab pertanyaan apa yang dibutuhkan
dari komponen-komponen sistem teknologi informasi, perancangan sistem secara terinci
untuk menjawab pertanyaan bagaimana dan seperti apa bentuk dari komponen-
komponennya. Perancangan sistem secara terinci (detailed system design) atau
perancangan sistem fisik (physical system design) dimaksudkan untuk menggambarkan
bentuk secara fisik dari komponen-komponen STI yang akan dibangun oleh pemrogram dan
ahli teknik lainnya.

9.2.3. Implementasi Sistem


Tahap berikutnya setelah sistem selesai dirancang dan dibangun adalah tahap implementasi
sistem. Implementasi sistem (system implementation) adalah tahap meletakkan sistem
supaya siap dioperasikan.
Tahap implementasi sistem terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut ini.
1. Mempersiapkan rencana implementasi.
2. Melakukan kegiatan implementasi.
a. Memilih dan melatih personil.
b. Memilih dan mempersiapkan tempat dan lokasi sistem.
c. Mengetes sistem.
d. Melakukan konversi sistem.
3. Menindaklanjuti implementasi.
Implementasi sistem juga merupakan proses mengganti atau meninggalkan sistem yang
lama dengan sistem yang baru. Untuk mengganti sistem yang lama dengan sistem yang
baru diperlukan suatu pendekatan atau strategi supaya berhasil. Pendekatan atau strategi
konversi yang ada adalah sebagai berikut ini.
1. Konversi paralel.
Pendekatan atau strategi konversi paralel (parallel conversion) dilakukan dengan
mengoperasikan sistem yang baru bersama- sama dengan sistem yang lama selama satu
periode waktu tertentu. Kedua sistem ini dioperasikan bersama-sama untuk meyakinkan
bahwa sistem yang baru telah benar-benar beroperasi dengan sukses sebelum sistem yang
lama dihentikan. Kebaikan sistem ini adalah risiko penerapan yang rendah, yaitu jika sistem
yang baru gagal, sistem yang lama masih tetap beroperasi. Kelemahan dari pendekatan ini
adalah biaya yang harus dikeluarkan. Karena dua sistem berjalan bersama-sama, maka
biaya operasi sistem-sistemnya menjadi mahal. Pendekatan ini banyak digunakan untuk
sistem yang kompleks dan besar.
2. Konversi pilot.
pendekatan konversi lokasi (location conversion) dilakukan bertahap pada suatu lokasi
sebagai suatu percontohan dan jika berhasil dilanjutkan ke lokasi yang lainnya. Pendekatan
ini biasanya dilakukan bila suatu sistem yang sejenis akan diterapkan di banyak bagian atau
lokasi atau departemen. Kebaikan dari pendekatan ini adalah risiko kegagalan penerapan
sistem sedang yaitu kegagalan sistem mungkin terjadi hanya terletak pada lokasi konversi
yang awal saja, karena kesalahan pada lokasi sebelumnya dapat dibetulkan terlebih dahulu
sehingga tidak terjadi kesalahan pada lokasi berikutnya. Kelemahan dari pendekatan ini
adalah waktu konversi dapat menjadi lama, karena dilakukan tidak langsung untuk seluruh
lokasi tetapi bertahap untuk masing-masing lokasi.
3. Konversi bertahap.
Pendekatan atau strategi konversi bertahap (phasing conversion atau stepped conversion
atau staged conversion atau phase-in conversion atau phased cutover conversion)
dilakukan dengan menerapkan masing-masing modul dari sistem secara bertahap dan urut.
Pendekatan ini dilakukan dengan menerapkan sebuah modul terlebih dahulu dan jika
sukses maka disusul oleh modul lainnya sampai semua modul selesai diterapkan. Kebaikan
dari pendekatan ini adalah risiko kegagalan penerapan sistem sedang yaitu kegagalan
sistem mungkin terjadi hanya terletak pada modul konversi yang awal saja, karena
kesalahan pada modul sebelumnya dapat dibetulkan terlebih dahulu. Kelemahan dari
pendekatan ini adalah waktu konversi dapat menjadi lama, karena dilakukan tidak langsung
untuk seluruh modul tetapi bertahap untuk masing-masing modul.
4. Konversi langsung.
Pendekatan atau strategi konversi langsung (direct conversion atau direct cut over atau cold
turkey conversion atau abrupt cut over) dilakukan dengan mengganti sistem yang lama
langsung dengan sistem yang baru. Kebaikan dari pendekatan ini adalah pada biaya
konversinya yang tidak terlalu besar. Kelemahan dari pendekatan ini adalah resiko yang
harus ditanggung besar, karena kegagalan sistem yang baru dapat berakibat fatal
berhentinya kegiatan dari sistem karena sistem yang lama juga sudah dihentikan.
Gambar berikut ini menunjukkan keempat strategi konversi yang ada beserta biaya dan
risiko yang harus ditanggungnya.

9.2.4. Operasi dan Perawatan Sistem


Setelah sistem diimplementasi dengan berhasil, sistem akan dioperasikan dan dirawat.
Tahap ini disebut dengan operasi dan perawatan sistem (system operation and
maintenance). Sistem perlu dirawat karena beberapa hal, yaitu sebagai berikut ini.
1. Sistem mengandung kesalahan yang dulunya belum terdeteksi, sehingga kesalahan-
kesalahan sistem perlu diperbaiki.
2. Sistem mengalami perubahan-perubahan karena permintaan baru dari pemakai sistem.
3. Sistem mengalami perubahan karena perubahan lingkungan luar.
4. Sistem perlu ditingkatkan.
Biaya perawatan sistem sering diabaikan. Kenyataannya biaya perawatan sistem
merupakan biaya yang cukup besar. Biaya perawatan sistem yang besar yang tidak disadari
ini dapat digambarkan sebagai biaya di bawah gunung es sebagai berikut ini.

Biaya perawatan yang besar berkisar 20% sampai dengan 30% dari total biaya
pengembangan sistem tiap tahunnya. Contoh kelayakan ekonomis di tabel 9.5 menunjukkan
proyek pengembangan STI layak secara ekonomis dengan biaya perawatan yang belum
dimasukkan. Misalnya biaya perawatan sebesar 20% dari total pengembangan sistem
adalah sebesar 20% x Rp54.250.000 atau sebesar Rp10.850.000 tiap tahunnya. Jika biaya
perawatan dimasukkan ke dalam analisis kelayakan ekonomis dapat menyebabkan
perubahan hasil analisis. Tabel berikut ini menunjukkan biaya perawatan yang dimasukkan
ke dalam analisis kelayakan ekonomis sebagai berikut ini.

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa proyek pengembangan STI tidak layak secara
ekonomis, karena NPV bernilai negatif dan IRR dibawah bunga diskonto yang diminta.
Besarnya biaya perawatan dapat dikurangi dengan cara menggeser biaya perawatan ke
biaya analisis yaitu dengan cara lebih meningkatkan aktivitas dianalisis supaya hasil dari
analisis menjadi lebih baik. Jika hasil dari sistem lebih baik diharapkan kegiatan perawatan
akan berkurang yang akan mengakibatkan berkurangnya biaya perawatan yang dapat
digambarkan sebagai berikut ini.

9.2.5. Kelebihan dan Kekurangan Metode SDLC


Metode SDLC mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan-kelebihan dari
metode ini adalah sebagai berikut ini. 1. Menyediakan tahapan yang dapat digunakan
sebagai pedoman mengembangkan sistem. 2. Akan memberikan hasil sistem yang lebih
baik karena sistem dianalisis dan dirancang secara keseluruhan sebelum
diimplementasikan.
Di Samping kelebihan-kelebihannya, metode SDLC juga mempunyai beberapa kekurangan.
Kekurangan-kekurangan dari metode ini adalah sebagai berikut ini.
1. Hanya menyediakan tahapan-tahapan saja, tetapi tidak menyediakan metodologi (cara
dan alat-alat untuk mengembangkan sistem, sehingga harus digabungkan dengan
metodologi yang ada yaitu misalnya metodologi pengembangan
2. Hasil dari SDLC sangat tergantung dari hasil di tahap analisis, sehingga jika terdapat
kesalahan analisis, akan terbawa terus dengan hasil sistem yang kurang memuaskan.
3. Dibutuhkan waktu yang lama untuk mengembangkannya karena sistem harus
dikembangkan sampai selesai semua terlebih dahulu.
4. Dibutuhkan biaya yang relatif lebih besar dibandingkan dengan metode lainnya
5. Hasil dari sistem tidak luwes untuk dimodifikasi karena perlu dilakukan analisis kembali

9.3. METODOLOGI PENGEMBANGAN SISTEM TERSTRUKTUR


Metode SDLC hanya memberikan tahapan-tahapan (apa yang harus dilakukan) dalam
mengembangkan sistem tetapi tidak memberikan cara (bagaimana mengembangkannya)
dan alat (apa yang harus digunakan) untuk mengembangkanaya. Supaya pengembang
sistem dapat bekerja dengan efisien dan efektif, maka metodologi pengembangan sistem
perlu diketahui. Metodologi pengembangan sistem (system development methodology)
memberikan cara dan alat pengembangan sistem tersebut.
Metodologi pengembangan sistem yang populer dan banyak digunakan adalah metodologi
pengembangan sistem terstruktur (structured approach). Metodologi pendekatan terstruktur
(structured approach) memberikan cara top down dan cara dekomposisi dan beberapa alat
pengembangan sistem.
Cara pertama yang disarankan oleh pendekatan terstruktur adalah cara atas turun. Cara
atas turan (top down) berlawanan dengan cara bawah naik (bottom up). Cara atas turun (top
down) dimulai dari atas yaitu kebutuhan informasi pemakai dan turun sampai ke data untuk
memenuhi kebutuhan ini. Jika dihubungkan dengan perancangan enam komponen sistem
teknologi informasi di bab 2, maka cara atas turun dimulai dengan perancangan komponen
output, komponen model, komponen basis data, komponen input, komponen teknologi dan
komponen pengendalian.
Cara bawah naik (bottom up) dimulai dari bawah yaitu dari ketersediaan data naik sampai ke
informasi yang dibutuhkan ke pemakai. Jika dihubungkan dengan perancangan enam
komponen sistem teknologi informasi, maka cara bawah naik dimulai dengan perancangan
komponen input, komponen basis data, komponen output, komponen model, komponen
teknologi dan komponen pengendalian.
Cara atas turun (top down) lebih disarankan dibandingkan dengan cara bawah atas (bottom
up). Alasannya adalah cara atas turun (top down) dimulai dari kebutuhan informasi pemakai
yang harus dipenuhi, sedang cara bawah naik (bottom up) dimulai dari data yang tersedia,
sehingga kebutuhan informasi pemakai belum tentu dapat dipenuhi jika data tidak tersedia.
Alasan lainnya adalah cara atas turun (top down) lebih dukung oleh pemakai sistem karena
berhubungan dengan kebutuhan mereka.
Cara kedua yang disarankan oleh pendekatan terstruktur adalah cara dekomposisi. Cara
dekomposisi (decomposition approach) atau disebut juga dengan cara moduler (modular
approach) memecah sistem yang rumit menjadi beberapa bagian sistem yang disebut
dengan modul-modul yang lebih sederhana. Modul-modul ini kemudian akan dirangkai
kembali menjadi sistem yang utuh. Kebaikan cara ini adalah (1) membuat sistem yang rumit
menjadi mudah dipahami dalam bentuk-bentuk modul yang (2) dapat dilakukan pembagian
kerja lebih sederhana, (2) mengembangkan sistem sesuai dengan modul-modulnya, (3)
sebagai dokumentasi yang baik untuk memahami sistem dan (4) menyediakan jejak audit
(audit trail) dan proses menemukan kesalahan sistem (debugging) yang baik jika sistem
mempunyai beberapa kesalahan yang akan diperbaiki.
Beberapa alat (tools) diperlukan untuk metodologi pengembangan sistem terstruktur. Alat-
alat yang tersedia untuk "pendekatan ini diantaranya adalah bagan alir sistem (system
flowchart), diagram arus data (data flow diagram), kamus data (data dictionary), bagan alir
program (program flowchart), bagan terstruktur (structured chart), structured english,
pseudocode dan tabel keputusan (decision table).
Alat-alat ini akan digunakan oleh analis sistem untuk berkomunikasi dengan pemakai sistem
dan teknisi sistem (pemrogram dan teknisi lainnya). Alat-alat yang digunakan oleh analis
sistem untuk berkomunikasi dengan pemakai sistem adalah diagram arus data (DAD),
kamus data (KD) dan bagan alir sistem. Sedang alat-alat yang digunakan oleh analis sistem
untuk berkomunikasi dengan teknisi sistem adalah diagram arus data (DAD), kamus data
(KD), bagan alir program, tabel keputusan, structured english, pseudo code dan bagan
terstruktur. Gambar berikut ini menunjukkan hubungan komunikasi antara analis sistem
dengan pemakai sistem dan teknisi sistem dengan alat-alat yang digunakannya.
9.3.1. Alat-alat Komunikasi di Tahap Analisis
Analis sistem perlu berkomunikasi dengan pemakai sistem. Komunikasi ini banyak terjadi di
proses analisis pada tahap pengembangan sistem. Pada tahap ini, analis sistem perlu
menyampaikan hasil analisisnya kepada pemakai sistem. Hasil analisisnya adalah
pemahaman tentang sistem yang lama dan kebutuhan-kebutuhan informasi yang
dibutuhkan oleh pemakai sistem. Analis sistem membutuhkan alat supaya komunikasi
dengan pemakai mengena. Alat-alat komunikasi yang digunakan di tahap ini adalah bagan
alir sistem (systems flowchart), diagram arus data (data flow diagram) dan kamus data (data
dictionary).

Bagan Alir Sistem dan Bagan Alir Dokumen


Bagan alir sistem (system flowchart) digunakan untuk menggambarkan proses dari sistem
yang lama atau sistem baru yang diusulkan. Bagan alir sistem juga menunjukkan arus dari
dokumen-dokumen yang ada di organisasi, sehingga disebut juga dengan nama bagan alir
dokumen (document flowchart). Gambar berikut ini menunjukkan suatu bagan alir sistem.

Diagram Arus Data


Proses dari sistem yang lama dan yang baru dapat juga digambarkan dengan diagram arus
data (DFD). Jika bagan alir dokumen lebih menunjukkan dokumen yang mengalir di dalam
organisasi, diagram arus data (DAD) atau data flow diagram (DFD) lebih menunjukkan data
yang mengalir dari satu entiti ke entiti yang lain. DAD mencoba untuk menggambarkan
sistem pertama kali secara garis besar (disebut dengan top level) dan memecah-mecahnya
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dalam bentuk modul-modul (disebut dengan lower
level). Karena prinsip kerja DAD adalah dekomposisi yaitu memecah sistem yang kompleks
menjadi beberapa modul-modul yang lebih mudah dipahami dan lebih terinci, maka alat ini
sangat tepat untuk pendekatan struktur yang juga menyarankan cara dekomposisi seperti
ini.
Yang akan digambar pertama kali dalam DAD adalah diagram level atas (top level diagram)
yang juga disebut dengan diagram konteks (context diagram). Dari context diagram ini
kemudian akan digambar menjadi lebih terinci lagi yang disebut dengan overview diagram
atau diagram level 0. Dari diagram level 0 ini dapat dipecah-pecah kembali menjadi
diagram-diagram yang lebih terinci menjadi diagram level 1, diagram level 2 dan seterusnya
sampai dianggap sudah cukup rinci untuk tidak dipecah kembali. Gambar berikut ini
menunjukkan proses dekomposisi dari diagram arus data.

Context diagram sebagai diagram paling tinggi (top level) hanya menggambarkan sistem
secara garis besar. Context diagram hanya mempunyai satu proses saja, yaitu proses
dengan nomor 0. Context diagram ini menunjukkan hubungan antara sistem dengan
lingkungan luarnya. Sebagai misal adalah context diagram untuk sistem penjualan sebagai
berikut ini. Lingkungan luar dari sistem ini adalah entiti pelanggan, entiti manajer kredit, entiti
gudang dan entiti bagian pengiriman.

Di context diagram sistem penjualan terlihat bahwa sistem penjualan melibatkan empat entiti
yaitu a) Pelanggan, b) Manajer kredit, c) Gudang dan d) Bagian pengiriman. Beberapa data
mengalir dari satu entiti ke entiti lain atau dari entiti ke proses atau dari proses ke entiti. Arus
data yang tampak adalah arus data order langganan, status langganan, tembusan
permintaan sediaan dan faktur.

Dari gambar diagram level 0 sistem penjualan terlihat bahwa sistem ini terdiri dari tiga
proses utama yaitu (1) memproses order, (2) memverifikasi kredit dan (3) merekamkan dan
posting ke buku besar. Sistem ini melibatkan empat entiti dan tujuh file basis data yaitu file
induk langganan (D1), file transaksi order penjualan (D2), file transaksi penjualan (D3), file
transaksi piutang dagang (D4), file transaksi barang (D5), file induk persediaan (D6) dan file
induk buku besar (D7). Beberapa data juga mengalir dari satu entiti ke proses (data order
langganan) atau dari proses ke proses (misalnya data order penjualan) atau dari proses ke
entiti (misalnya data tembusan permintaan sediaan) atau dari proses ke file basis data
(misalnya data transaksi penjualan) atau dari file basis data ke proses (misalnya data order
penjualan).

Kamus Data
Data yang mengalir di diagram arus data perlu dijelaskan detailnya. Alat kamus data (KD)
dapat digunakan untuk maksud ini. Kamus data (KD) atau data dictionary (DD) adalah
katalog fakta tentang data yang mengalir di sistem. Kamus data ini menjelaskan atribut dari
data yaitu tentang nama dari arus data, aliasnya, bentuk media data (dokumen dasar atau
laporan atau layar komputer, variabel, parameter), arusnya (dari mana ke mana),
penjelasannya, periode waktunya, volume datanya dan struktur datanya. Contoh berikut ini
menunjukkan kamus data untuk data tembusan permintaan sediaan yang mengalir dari
proses nomor 1 ke gudang di diagram arus data sistem penjualan.
9.3.1. Alat-alat Komunikasi di Tahap Perancangan
Di tahap perancangan, analis sistem banyak berkomunikasi dengan teknisi sistem yaitu
dengan pemrogram komputer, ahli basis data, ahli telekomunikasi dan lain sebagainya.
Sistem analis membutuhkan alat komunikasi yang efektif supaya teknisi sistem dapat
memahami dan memudahkan hasil analisis untuk dirubah menjadi sistem secara fisik.
Di tahap ini, analis sistem masih memerlukan beberapa alat yang sama dengan yang
dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan pemakai sistem. Alat-alat ini adalah diagram arus
data dan kamus data. Alasan analis sistem juga menggunakan alat-alat ini untuk
berkomunikasi dengan teknisi sistem adalah teknisi sistem juga perlu memahami hasil analis
sebagai langkah awal membangun sistem secara fisik.
Alat-alat komunikasi lainnya seperti bagan alir program, . bagan terstruktur, tabel keputusan,
structured english dan pseudo code dibutuhkan oleh teknisi sistem untuk membangun
sistem secara fisik, misalnya untuk membuat program komputer, membangun basis data
dan lain sebagainya. Pertama kali yang umumnya dilakukan oleh teknisi sistem adalah
memahami logik dari alur program di bagan alir program, bagan terstruktur dan tabel
keputusan. Setelah teknisi sistem memahami logik dari alur program, teknisi sistem harus
membuat kode-kode dari program.
Membuat kode-kode program akan sangat terbantu dengan melihat ke alur program yang
sudah dituliskan dalam bentuk structured english dan pseudo code. Analis sistem sudah
merubah alur dari program yang lebih umum di bagan alir program, bagan terstruktur dan
tabel keputusan menjadi alur program yang lebih detail di structured english dan pseudo
code. Teknisi sistem hanya merubah kata-kata di structured english dan pseudo code
dengan kata-kata yang digunakan di bahasa pemrograman yang dipilih tanpa merubah alur
logik dari program, Dengan menggunakan alat- alat komunikasi seperti ini, pekerjaan
pembuatan program oleh teknisi sistem akan sangat terbantu.

Bagan Alir Program


Bagan alir program selanjutnya dapat digunakan untuk menggambarkan proses dari
program dari modul-modul yang ada di bagan terstruktur. Bagan alir program (program
flowchart) adalah bagan alir yang menunjukkan logaritma dari proses program. Bagan alir
program untuk modul utama HITUNG PENJUALAN akan tampak sebagai berikut ini.

Bagan Tersruktur
Untuk keperluan pembuatan program, proses di bagan alir program yang lebih rinci dengan
menunjukkan variabel-variabel atau parameter-parameter yang akan digunakan di program
dapat digambarkan dalam bentuk bagan tersruktur (structured chart). Bagan tersruktur
(structured chart) digunakan untuk mendefinisikan dan mengilustrasikan hubungan elemen
data dan elemen kontrol antar modul-modul sistem secara berjenjang. Contoh berikut ini
menunjukkan bagan tersruktur untuk menghitung nilai penjualan.

mempunyai satu modul utama yaitu HITUNG PENJUALAN dan tiga modul bagian yaitu
POTONGAN UNTUK DEALER, POTONGAN UNTUK PENGECER dan HITUNG
PENJUALAN BERSIH. Simbol berlian di modul utama menunjukkan proses penyeleksian
kondisi, yaitu apakah langgannya dealer atau pengecer. Jika langganannya adalah dealer
maka yang akan diproses adalah modul POTONGAN UNTUK DEALER, sedang jika
langganannya adalah pengecer maka yang akan diproses adalah modul POTONGAN
UNTUK PENGECER. Modul HITUNG PENJUALAN BERSIH akan selalu diproses karena
tidak dalam proses penyeleksian kondisi.
Tabel Keputusan
Jika program mengandung banyak sekali penyeleksian kondisi yang harus dilakukan,
penulisan langsung ke pseudo code akan sangat sulit dan mempunyai risiko kesalahan.
Tabel keputusan dapat digunakan terlebih dahulu untuk maksud ini. Tabel keputusan
(decision table) adalah tabel yang digunakan sebagai alat bantu menyelesaikan logika
penyeleksian kondisi di dalam program. Contoh dari tabel keputusan adalah sebagai berikut
ini.

Pseudo Code
Pseudo berarti imitasi atau mirip dan code berarti kode program, sehingga pseudo code
dapat diartikan sebagai kode yang mirip dengan instruksi kode program komputer.
Pseudocode berbasis pada statemen-statemen dari bahasa program yang akan digunakan
oleh pemrogram. Pseudo code akan sangat bermanfaat bagi pemrogram karena mirip
dengan kode-kode program yang digunakan oleh pemrogram.
Variasi lain dari pseudo code adalah structured english. Perbedaannya adalah jika pseudo
code berbasis pada statemen kode program, structured english berbasis pada bahasa
Inggris. Berikut ini contoh pseudo code untuk modul utama di aplikasi menghitung nilai
penjualan.

Anda mungkin juga menyukai