Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

INSTRUMEN KEUANGAN DERIVATIF

DOSEN PENGAMPU: Fitri, S.E., M.M.

KELOMPOK 4

AIDIL FERDI 2102111815

AZURA HIKMAH SABRINA 2102111779

DEYANA VALINA SINCHA 2102135511

TASYA PUTRI MAHARANI 2102110414

MUHAMMAD FARHAN 2102113844

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS RIAU

T.A. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur kepada kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas segala limpahan dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, walaupun kurang dari kata
sempurna. Makalah ini berjudul “Instrumen Keuangan Derivatif” disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Perusahaan Lanjutan.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lain berkat
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan juga tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dan membimbing penulis
dalam pembuatan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah Manajemen
Keuangan Perusahaan Lanjutan yang telah memberikan tugas terhadap kami.
Dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan baik
materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami sudah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Oleh karenanya, kami dengan senang hati akan menerima segala
masukan, saran dan kritik yang bersifat konstruktif untuk menyempurnakannya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar kepada pembaca, terima
kasih.

Pekanbaru, 7 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................3
2.1 Forward..............................................................................................................................3
2.2 Futures...............................................................................................................................5
2.3 Opsi....................................................................................................................................8
2.4 Swap..................................................................................................................................9
2.5 Waran dan Obligasi Konvertibel………………………………………………………………….………………..11

BAB III PENUTUP...............................................................................................................16


3.1 Kesimpulan......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak tahun 1980-an, transaksi derivatif berkembang sangat pesat dan banyak
perusahaan besar tingkat dunia mempergunakan instrumen ini guna mendapatkan
sumber pendanaan yang murah. Bagi yang meguasai dan dapat mengelola produk
derivatif akan mendapatkan minimalisasi risiko dengan maksimalisasi hasil.
Sebaliknya,terhadap para pihak yang kurang mengenal secara mendalam dan tidak
dapat mengelola secara benar, maka bukannya hasil maksimal yang diperoleh, tetapi
kerugian yang sangat besar.

Pengertian Derivatif (derivatives) secara umum adalah sebuah instrument


keuangan (financial instrument) yang nilainya diturunkan atau didasarkan pada nilai
dari aktiva, instrument, atau komoditas yang lain. Secara ringkas, bisa dikatakan
bahwa derivative hanya ada kalau aktiva, instrumen, atau komoditas lain sebagai
instrument utamanya ada. Contoh dariderivatif adalah opsi right.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan adanya latar belakang makalah ini, maka rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Forward?


2. Apa yang dimaksud dengan Futures?
3. Apa yang dimaksud dengan Opsi?
4. Apa yang dimaksud dengan Swap?
5. Apa yang dimaksud dengan Waran dan Obligasi Konvertibel?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini sebagai memenuhi tugas mata kuliah
Manajemen Keuangan perusahaan Lanjutan. Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai materi yang di bahas
yaitu tentang Instrumen Keuangan Derivatif. Dan adapun tujuan dari
makalah ini,yaitu:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Forward.


2. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan Futures.
3. Untuk menjelaskan yang dimaksud dengan Opsi.
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Swap.
5. Untuk menjelaskan tentang Waran dan Obligasi Konvertibel.
BAB II

PEMBAHASAN

Instrumen keuangan derivatif bisa diartikan sebagai instrumen keuangan yang


nilainya tergantung dari (diturunkan, derive from) nilai aset yang menjadi dasarnya
(underlying asset). Instrumen derivatif relatif belum banyak diperdagangkan di
Indonesia. Tetapi, instrumen tersebut mempunyai potensi yang besar untuk
membantu manajemen risiko. Dengan demikian pemahaman mengenai mekanisme
instrumen ini akan sangat bermanfaat, meskipun belum bisa langsung diaplikasikan.
Adapun jenis instrumen keuangan meliputi: (1) Forward (2) Futures (3) Opsi (4)
Swap (5) Waran dan Konvertibel.

2.1 FORWARD

Instrumen forward barangkali merupakan instrumen keuangan derivatif yang paling


tua. Kontrak forward bisa dibedakan dengan kontrak spot. Contoh kontrak dan dan
kurs spot yang sering kita jumpai adalah pada valuta asing. Misalkan, surat kabar
menyajikan informasi kurs Rp.5 adalah Rp.9.000,00/$. Biasanya kurs tersebut adalah
kurs spot. Kurs spot mempunyai arti sebagai berikut ini. Jika kita ingin membeli
(menjual doalr) , berarti kita harus menyediakan (memperoleh) rupiah sebesar
Rp.9.000,00 . Dolar akan kita terima saat ini juga ( pada saat transaksi dilakukan).
Transaksi spot dengan demikian mempunyai arti kurs berlau saat ini dan penyerahan
barang dilakukan juga pada saat ini.

Kurs forward berbeda dengan kurs spot dalam hal penyebaran barangnya. Misalnya
kurs forward 3 bulan untuk Rp.5 adalah Rp.9.400,00/$ . Kurs semacam ini berati
bahwa kita bisa membeli (menjual) dolar dengan kurs Rp.9.400,00 (ditetapkan saat
ini), tetapi perolehan (penyerahan) dolar dilakukan tiga bulan mendatang. Tiga bulan
mendatang, kita harus menyediakan ( memperoleh ) rupiah sebesar Rp.9.400,00 jika
kita membeli (menjual) dolar forward . Tidak seperti kurs spot , kurs forward tidak
banyak dipublikasikan , karena perdagangan forward untuk Rp.5 barangkali belum
banyak dilakukan . Untuk mata uang besar, perdagangan forward sudah biasa
dilakukan . Sebagai contoh perdagangan antara $ dengan Yen Jepang sudah biasa
dilakukan dipasar forward.
Forward bisa dipakai untuk manajemen resiko. Lebih spesifik lagi forward bisa
dipakai untuk hedging (lindung nilai), Misalkan seorang importir Indonesia membeli
barang dari Amerika Serikat senilai S1 Juta (satu juta dolar) . Barang sudah
dikirimkan sekarang dan ( dan dijual sekarang )tetapi pembayaran jatuh tempo buan
mendatang . Saat ii kurs Rp/$ adalah Rp/9.400,00/$ . Misalkan barang dijual dengan
harga Rp.10.000,00 , kemudian harga perolehan dipatok Rp.9.000,00 ( sesuai dengan
kurs Rp/$ saat ini). Untung rugi bisa dihitung sebagai berikut :

Perusahaan sudah bisa menghitung untung ruginya, dalam hal ini memperoleh
keuntungansebesar Rp.1.000.000 per produknya jika membayar sekarang. Tetapi
pembayaran jatuh tempo dalam tiga bulan. Dan dalam tiga bulan tersebut , rupiah bisa
menguat ataupun melemah . Kolom 3 dan 4 menyajikan laba rugi jika kurs Rp/$
berubah dari Rp.9.000,oo/$ Pada kolom 3 misalkan rupiah melemah menjadi
Rp.12.000,00/$ . Pada situasi ini perusahaan mengalami kerugian sebesar
Rp.2.000,00 Pada kolom 4 jika rupiah menguat , perusahaan memperoleh keuntungan
sebesar Rp. 3.000,00 per produknya , karena perusahaan menyediakan rupiah yang
lebih sedikit.

Perusahaan dalam hal ini mengalami ketidakpastian perubahan kurs, perusahaan


bisa membiarkan kondisis tersebut seperti apa adanya. Tatapi tugas perusahaan
adalah membuat produk yang bisa memuaskan kebutuhan pelanggan, bukan
berspekulasi terhadap arah pergerakan kurs. Untuk menghindari ketidakpastian
tersebut, perusahaan tersebut bisa memasuki kontrak forward yaitu dengan cara
membeli dolar forwatd. Misalkan kurs forward tiga bulan untuk Rp/$ adalah
Rp.9.000,00/$ akan sama seperti kurs saat ini. Dengan kontrak tersebut perusahaan
bisa membeli $1 dengan harga Rp.9000,00. Penyairan dolar tersebut dilakukan tiga
bulan mendatang (kurs ditetapkan saat ini). Dengan memasuki kontrak tersebut
perusahaan bisa menetapkan cost (harga produk produksi) dengan pasti yaitu Rp.000.
Bagan berikut ini menyajikan perhitungan laba rugi setelah perusahaan memasuki
kontrak forward dolar AS.
Setelah memasuki kontrak forward, perusahaan memperoleh keuntungan yang
pasti yaitu Rp.1.000,00. Jumlah tersebut tidak tergantung dari perubahan kurs. Baik
rupiah melemah , menguat atau tetap, keuntungan sebesar Rp.1.000,00 akan diperoleh
oleh perusahaan tersebut. Perusahaan tersebut dengan demikian bisa menghapus
resiko perubahan kurs. Posisi kontrak seperti ini yang dijalankan dimuka, juga bisa
digambarkan melalui grafik. Importir indonesia membutuhkan dolar AS tiga bulan
mendatang. Posisi butuh tersebut bisa dikatakan dengan bahasa yang lebih teknis
sebagai posisi short dolar AS . Posisi jual dolar A juga merupakan istilah lain. Posisi
importir yang dihadapi tersebut sering disebut sebagai posisi spot, atau posisi kasnya.
Dengan kata lain, kita bisa mengatakan perusahaan tersebut mempunyai posisi berupa
short dolar .

2.2 FUTURES

1. Perbandingan Futures dengan Forward

Ada beberapa features forward yang bisa diperbaiki agar diperoleh instrumen
keuangan derivatif yang lebih baik. Pertama, dalam forwardpo- tensi kerugian (dan
juga keuntungan) akan diakumulasi sampai jatuh tempo. Dalam contoh di atas, jika
rupiah menguat menjadi, misal, Rp2.000,00/$, maka kerugian penjual S dalam pasar
forward akan cukup besar (Rp7.000,00 per dolar yang dijual)Dalam situasi tersebut,
ada insentif bagi penjual dolar ntuk mengingkari perjanjian jual-beli dolar forward.
Dengan demikian siko default (tidak memenuhi perjanjian) dalam pasar forward
cukup tinggi.

Kedua, instrumen forward mempunyai fleksibilitas (variasi) yang cukup inggi.


Variasi tersebut mencakup, sebagai contoh, besarnya nilai kontrak. waktu jatuh
tempo. Fleksibilitas semacam itu menguntungkan di satu sisi (karena bisa
mengakomodasi kebutuhan yang berbeda-beda) di lain pihak, fleksibilitas semacam
itu tidak menguntungkan. Fleksibilitas semacam itu cenderung menghambat
likuiditas. Produk yang tidak standar tersebut menjadi lebih sulit diperdagangkan.
Jika likuiditas kecil, maka biaya transaksi menjadi lebih besar biaya hedging dengan
demikian akan semakin tinggi jika likuiditas rendah.
Instrumen keuangan futures didesain untuk meminimalkan dua kelemahan tersebut.
Secara spesifik, instrumen keuangan futures diperdagangkan oleh bursa keuangan,
dengan menggunakan features yang standar, dan menggunakan mekanisme marking
to market untuk meminimalkan akumulasi kerugian. Perbedaan antara forward
dengan futures terletak pada mekanisme perdagangan, sedangkan struktur pay-off
antara keduanya pada dasarnya sama. Barangkali ada perbedaan kecil karena aliran
kas yang diterima oleh forward diterima pada saat jatuh tempo, sedangkan pada
futures, aliran kas bisa terjadi sebelum jatuh tempo.

Secara spesifik, berikut ini contoh informasi perdagangan futures (lihat bagan
berikut) atas emas di Bursa Berjangka Jakarta. Terlihat bahwa futures menggunakan
features yang standar Sebagai contoh, futures atas emas punyai nilai kontrak sebesar
1 kilogram (1.000 gram), jatuh tempo setiap dua bulan. Dengan standardisasi
semacam itu, instrumen futures menjadi kbh mudah diperjual belikan. Likuiditas
futures meningkat, dan biaya transaksi futures lebih rendah dibandingkan dengan
biaya transaksi forward. Kemudian, dengan menggunakan mekanisme marking to
market, akumulasi kerugian pada saat jatuh tempo bisa dikurangi. Karena di pasar
futures pihak- pihak yang terkait menjual atau membeli futures dari bursa keuangan
(bukannya langsung dari pihak pembeli/penjual)risiko default (tidak bisa bayar, juga
akan berkurang. Bursa keuangan dalam hal ini memper- Rukan pembeli dan penjual,
dan bursa keuangan yang akan menjamin Kontrak futures tersebut.

Futures bisa digunakan untuk perlindungan nilai, sama seperti forward. Sebagai
contoh, importir indonesia di atas bisa membeli futures $ (dolar Amerika Serikat)
dengan posisi long (yang berarti beli $ pada pasar futures). Jika digabungkan dengan
posisi spot yang membutuhkan dolar (short dolar), maka akan dihasilkan posisi
gabungan yang bebas dari perubaham kurs. Karena struktur pay-off antara futures
dengan forward sama, maka manajemen risiko dengan futures tidak akan dibicarakan
lagi dalam bagian ini.

2. Mekanisme Perdagangan Futures

Mekanisme marking to market yang dipakai untuk perdagangan futures bisa


dijelaskan sebagai berikut ini. Misalkan seorang pedagang di Amerika Serikat
membeli kontrak futures Mark Jerman (DM) dengan posisi long (beli DM) di Bursa
Keuangan Chicago (dengan dolar) dengan kurs yang disepakati siah $0,65 per DM.1,
dengan besar kontrak adalah DM125.000. Besarnya kontrak dalam dolar adalah $0,65
x DM125.000 = $81.250. Untuk memasuki kontrak, pedagang tersebut harus
membayar initial margin (yang berfungsi sabagai deposit) misal sebesar $3.000.
Batas bawah depositnya ditentukan, misalkan, $2.000 (sering disebut sebagai
maintenonce margin). Hal itu ber- arti bahwa uang yang ditanam di bursa keuangan
tidak boleh kurang dari $2.000, selama kontrak futures masih berlaku.

Pada hari pertama, misalkan kurs dolar terhadap DM melemah menjadi 20,67 per
DM1. Dengan demikian nilai kontrak futures mengalami kenaikan (ingat posisi
futurer tersebut adalah long) sebesar ($2.500) 125.000 x 0,02. Pada hari pertama
tersebut, kontrak futures dengan harga lama ($0,65) dibatalkan, dan sebagai gantinya
pedagang tersebut menerima kontrak futures yang baru dengan harga sebesar $0,67.
Pedagang tersebut memperoleh keuntungan sebesar $2.500. Pedagang tersebut bisa
mengambil keuntungannya atau menahan keuntungannya pada rekeningnya di bursa
keuangan. Jika ia menahan keuntungannya, maka simpanannya menjadi $5.500
($3.000 + $2.500).

Pada hari kedua kurs S/DM turun menjadi $0,55. Pedagang tersebut mengalami
kerugian sebesar $15.000 (($0,67 - $0,55) x DM125.000), dan kengian tersebut
diambil dari rekeningnya yang berada di bursa keuangan. Karena kerugian tersebut
cukup besar ($15.000), simpanan di bursa keuangan terkuras habis. Simpanan
tersebut menjadi negatif $9.500, padahal saldo inimal yang harus dicapai adalah
$2.000. Dalam situasi ini, pedagang tersebut akan memperoleh margin call dari bursa
keuangan, yang isinya meminta pedagangan tersebut menyerahkan uang agar saldo
minimal terpenuhi. Dalam hal ini pedagang tersebut harus menyerahkan minimal
$11.500 09.500 + $2.000). Jika pedagang tersebut tidak mau membayar, maka
Kontrak futures akan dihapus, pedagang tersebut tidak berhak lagi atas kontrak
futures tersebut. Misal pedagang tersebut membayar kas tambahan sehingga kontrak
futures masih berlaku. Uang simpanan pedagang tersebut -menjadi $2.000.

Misalkan pada hari ketiga futures jatuh tempo dan kurs yang terjadi adalah $0,45,
kerugian yang dialami adalah $12.500 [($0,55/DM - $0,45/ DM) x
DM125.000]Pedagang tersebut kemudian menambah kas tambahan sebesar $12.500
untuk menjaga saldo minimalKemudian pedagang tersebut membeli (memperoleh)
DM sebesar DM125.000 dengan menyerahkan dolar sebesar $0,45 x DM125.000 =
$56.250.

Kerugian total yang dialami oleh pembeli futures tersebut adalah +$2.500-$15.000-
$.12.500-$22.000 Kerugian tersebut sama dengan kerugian pada kontrak forward,
dengan kurs yang samaJika kontrak forward yang dibeli, dengan kurs $0,65 / DM,
maka dengan posisi long, kerugian yang diperoleh adalah -$22.000 atau $0,45/DM-
$0,65/DM x (DM125.000)Perbedaannya adalah "timing" aliran kas yang akan
diterima. Dalam kontrak forward, kas akan diterima sekaligus pada akhir kontrak,
sedangkan pada kontrak futures, aliran kas akan tersebar pada beberapa hari. Jika
jangka waktu kontrak tidak lama, maka present value dari aliran kas kontrak forward
dengan present value dari aliran kas kontrak futures tidak banyak berbeda.

Dengan cara penyesuaian setiap hari seperti yang dijelaskan di muka risiko default
futures bisa dikurangi. Berbeda dengan forward futures bisa menghindari akumulasi
kerugian pada akhir periode. Pedagang yang tidak mempunyai modal yang cukup
kuat dan mempunyai posisi yang merugikan, bisa keluar dari kontrak futures sebelum
jatuh tempo. Pada forward, karena tidak ada mekanisme marking to market,
akumulasi kerugian pada akhir periode bisa terjadi dan bisa membuat perusahaan
yang membeli futures mengalami kebangkrutan.

2.3 OPSI

Opsi adalah kontrak untuk membeli atau menjual aset sekuritas dengan harga
tetap sebelum jatuh tempo. Ada dua jenis opsi, yaitu opsi call dan opsi put.

 Opsi Call : hak/kontrak untuk membeli aset dengan harga tertentu pada
tanggal tertentu, harga ini disebut exercise price.

CONTOH CALL OPTION:

Misalkan Anda memiliki saham fiktif perusahaan A dengan harga saat ini Rp 100.
Kita memutuskan untuk membeli call option dengan harga strike Rp 110 dengan
tanggal jatuh tempo satu bulan ke depan. Disini ada 2 kemungkinan yang akan
terjadi, yaitu harga saham akan naik dan harga saham akan turun. Jika harga saham
ABC naik di atas Rp 110 dalam satu bulan, opsi call akan memberi kita hak untuk
membeli saham tersebut dengan harga Rp 110, bahkan jika harga pasar saat itu lebih
tinggi. Misalnya, jika harga saham naik menjadi Rp 120, kita masih bisa membeli
saham dengan harga Rp 110 menggunakan call option. Namun, jika harga saham A
tetap di bawah Rp 110 atau bahkan turun, maka kita tidak akan menggunakan call
option tersebut dan hanya kehilangan premi yang kita bayarkan saat membeli opsi
call. Dengan membeli call option, kita memberi diri kita sendiri kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham tanpa harus membeli saham
tersebut secara langsung.

 Opsi Put : hak/kontrak untuk menjual aset pada harga tertentu, harga tersebut
disebut sebagai harga eksekusi.

CONTOH:

Misalkan kita memiliki saham fiktif perusahaan A dengan harga saat ini Rp 100.
Kita memutuskan untuk membeli put option dengan harga strike Rp 90 dengan
tanggal jatuh tempo satu bulan ke depan. Jika harga saham A turun di bawah Rp 90
dalam satu bulan, opsi put akan memberi kita hak untuk menjual saham tersebut
dengan harga Rp 90, bahkan jika harga pasar saat itu lebih rendah. Misalnya, jika
harga saham turun menjadi Rp 80, kita masih bisa menjual saham dengan harga Rp
90 menggunakan put option. Namun, jika harga saham A tetap di atas Rp 90 atau
bahkan meningkat, maka Anda tidak akan menggunakan put option tersebut dan
hanya kehilangan premi yang kita bayarkan saat membeli opsi put. Dengan membeli
opsi put, kita melindungi diri kita sendiri dari potensi penurunan harga saham. Jika
harga saham turun, kita memiliki hak untuk menjual saham dengan harga yang lebih
tinggi sesuai dengan strike price. Namun, jika harga saham naik atau tetap stabil, kita
hanya akan kehilangan premi yang telah kita bayarkan.

2.4 SWAP
Swap merupakan pertukaran aliran kas antara dua pihak. Misalkan ada dua
perusahaan yang mempunyai neraca sebagai berikut ini.
PT A PT B
Aset 12% Pinjaman: LIBOR +2% Aset LIBOR +4% Pinjaman 10%

Bagan di atas memperlihatkan neraca dua perusahaan: PT A dan PT B. PT A


mempunyai aset yang memberikan tingkat keuntungan yang tetap yaitu 12% tetapi
PT A menggunakan sumber dana yang bersifat variabel, yaitu LIBOR +2%. LIBOR
adalah London Interbank Offering Rate, yaitu tingkat bunga antar bank di pasar
keuangan London (pasar Eurodollar di London). Tingkat bunga tersebut bias
berubah-ubah. PT B mempunyai komposisi aset kewajiban yang berbeda. PT B
mempunyai aset yang memberikan tingkat bunga variabel, yaitu LIBOR +4%,
sementara menggunakan sumber dana yang mempunyai bunga tetap, yaitu 10%.
Misalkan LIBOR meningkat menjadi 12%, berikut ini spread yang diperoleh
PT A dan B:
PT A= 12% - (12%+2%) = -2%
PT B= (12% + 4%) – 10% = +6%
Jika LIBOR turun menjadi 3%, berikut ini spread yang diperoleh PT A dan B:
PT A= 12% - (3%+2%) = +7%
PT B= (3% + 4%) – 10% = -6%
Kedua perusahaan menghadapi risiko ketidakpastian tingkat bunga. Jika
tingkat bunga tinggi, PT B memperoleh keuntungan, sedangkan PT A memperoleh
kerugian dan sebaliknya.
Untuk melindungi diri dari risiko perubahaan tingkat bunga, kedua
perusahaan tersebut bisa melakukan swap (pertukaran aliran kas). Misalkan yang
ditukar adalah kewajiban (sisi utang). Setelah pertukaran, neraca kedua perusahaan
tersebut akan Nampak seperti berikut ini.
PT A PT B
Aset 12% Pinjaman 10% Aset LIBOR +4% Pinjaman LIBOR +2%
Dengan komposisi semacam itu terlihat bahwa perubahaan tingkat bunga tidak
akan berpengaruh terhadap penghasilan kedua perusahaan tersebut. PT A
memperoleh spread sebesar 2%, sedangkan PT B juga memperoleh spread sebesar
2%. Spread tersebut adalah pasti, tidak tergantung dari perubahan tingkat bunga.
Dengan kata lain, swap bisa dipakai untuk restrukturisasi aset sedemikian rupa
sehingga manajemen risiko bisa dilakukan (risiko bisa berkurang).
Swap bisa dikembangkan lebih lanjut sehingga bisa diperoleh banyak variasi
dalam swap. Sebagai contoh, swap bisa dikembangkan untuk pertukaran aliran kas
yang melibatkan mata uang yang berbeda. Swap utang saham juga bisa dilakukan.
Term (detail) pertukaran akan tergantung dari kekuatan tawar menawar. Jika
kekuatan tawar menawar sama, maka term pertukaran swap yang dianggap adil bagi
pihak terkait yang akan dipakai. Pada dasarnya term tersebut menyamakan present
value aliran kas yang dipertukarkan. Tentu saja jika menyangkut biaya bunga
variabel, forecast bunga di masa mendatang menjadi sulit dilakukan.
Di pasar Eurodollar, transaksi swap yang ditujukan untuk menghemat
pembayaran bunga cukup banyak dilakukan. Biasanya transaksi tersebut
memanfaatkan asimetri premi risiko di pasar mengambang dan pasar fixed.

2.5 WARAN DAN OBLIGASI KONVERTIBEL

 Waran

Waran adalah sekuritas yang memberi pemegang sekuritas hak, bukan


kewajiban, untuk membeli saham langsung dari perusahaan dengan harga tertentu
selama periode tertentu. Waran akan menyebutkan jumlah saham yang bisa dibeli,
harga eksekusi, dan tanggal jatuh tempo. Waran biasanya diterbitkan bersama dengan
obligasi. Biasanya waran bisa langsung dipisahkan dari obligasi itu sendiri dan bisa
diperjualbelikan terpisah dari obligasi tersebut (menjadi sekuritas sendiri).

Sebagai contoh, suatu perusahaan menerbitkan obligasi dengan waran yang


memberi hak untuk membeli 0,25 saham baru, dengan harga waran adalah Rp100,00
per waran. Jatuh tempo adalah Desember 31, 2002. Jika seorang investor ingin
mengeksekusi haknya, maka ia akan mengeksekusi 4 waran (1/0,25) dengan jumlah
uang yang dibayarkan adalah Rp400,00 (4 x Rp100,00) untuk membeli satu saham.
Harga eksekusi untuk perusahaan tersebut dengan demikian adalah Rp400,00.

Dengan karakteristik semacam itu, waran bisa diperbandingkan dengan opsi call.
Ada beberapa perbedaan. Pertama,opsi dikeluarkan bukan oleh perusahaan,sedangkan
waran dikeluarkan oleh perusahaan. Jika waran dieksekusi, maka saham baru yang
dikeluarkan,dan jumlah saham yang beredar akan bertambah. Sebaliknya, jika opsi
dieksekusi tidak ada perubahan dalam jumlah lembar saham yang beredar.

Kaitan antara harga waran dengan harga saham sama dengan kaitan antara
harga opsi dengan harga saham. Harga waran tidak akan pernah lebih besar
dibandingkan dengan harga sahamnya, Dalam contoh di atas, harga saham tidak
akan lebih dari Rp400. Jika harga waran lebih dari harga saham,maka investor
akan lebih baik membeli saham secara langsung. Misal harga waran untuk
membeli satu lembar saham adalah Rp500, sedangkan harga pasar saham adalah
Rp400. Investor akan lebih baik membeli saham langsung dari pasar. Sebaliknya,
harga waran tidak akan lebih rendah dari harga pasar dikurangi harga eksekusi.
Sebagai contoh, misal harga eksekusi adalah Rp400,00, maka harga waran tidak
akan pernah lebih rendah dari" Rp100,00 (Rp500,00 — Rp400,00). lika harga
waran lebih rendah dibandingkan Rp100,00, akan terjadi proses arbitrase. Sebagai
contoh, jika harga waran adalah Rp50,00, maka investor akan membeli waran.
Kemudian dia berhak mengeksekusi haknya dengan membeli saham pada harga
eksekusi yaitu Rp400,00. Kemudian ia bisa menjual sahamnya di pasar dengan
harga Rp500,00. Keuntungan bersih yang ia peroleh adalah Rp50,00 (Rp500,00 –
Rp400,00 — Rp50,00). Dengan demikian harga waran dibatasi oleh harga pasar

saham (batas atas) dan harga pasar — harga eksekusi (batas bawah). Bagan
berikut menggambarkan situasi tersebut.
 Obligasi konvertibel

Obligasi konvertibel adalah obligasi yang memberi hak kepada pemiliknya untuk
menukar obligasi menjadi saham,dengan rasio pertukaran yang tertentu,setiap saaat
sampai jatuh temponya obligasi tersebut. Jika harga saham lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai nominal obligasi,maka akan lebih menguntungkan jika obligasi
konvertibel tersebut ditukar menjadi saham

Sebagai ilustrasi, misal suatu perusahaan menerbitkan obligasi konvertibel dengan


tingkat bunga 10%, nilai nominal Rp100.000,00, jatuh tempo lima tahun mendatang.
Setiap obligasi bisa dikonversikan ke 10 saham biasa setiap saat sebelum jatuh tempo.
Jumlah saham biasa yang diterima untuk setiap obligasi dinamakan rasio pertukaran.
Rasio pertukaran dalam hal ini “adalah 10. Nilai (harga) konversi adalah
Rp100.000,00/10 atau Rp10.000,00 Yang, berarti pemegang obligasi bisa
menukarkan obligasinya menjadi saham sebanyak 10 lembar, atau berarti sama
dengan membayar sebesar Rp10,000.00 untuk setiap sahamnya. Misalkan saham
perusahaan tersebut saat ini bernilai Rp6.000. Dalam situasi tersebut, obligasi
konvertibel terjual dengan premi konversi sebesar Rp4.000,00 atau sebesar 67%.
Premi konversi merupakan hal yang biasa dijumpai dalam obligasi konvertibel.
Obligasi konvertibel tidak terpengaruh oleh stock split atau stock dividend. Sebagai
oh, jika terjadi split 1:2, maka rasio pertukaran meningkat menjadi 20.

Nilai obligasi konvertibe! bisa dipecah ke dalam tiga komponen: (1) nilai obligasi
biasa, (2) Nilai pertukaran, dan (3) Nilai opsi. Nilai obligasi biasa merupakan nilai
minimum dari obligasi konvertibel. Harga obligasi akan pernah lebih rendah dari nilai
obligasi tersebut.

obligasi konvertibel di atas tingkat bunga yang saat ini adalah 12%. Dengan
demikian harga obligasi tersebut adalah

10.000 10.000 100.000


P = (1+0,12) + ..... + (1+0,12) + (1+0,12)
P = 92.790,45

Nilai konvertibel akan lebih besar dibandingkan dengan nilai obligasi


biasa,karena konvertibel bisa ditukar menjadi saham jika harga saham lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai obligasi.

Nilai pertukaran adalah nilai obligasi jika obligasi tersebut langsung ditukar
menjadi saham. Dalam contoh diatas,obligasi konvertibel bisa ditukar menjadi 10
saham. Saham perusahaan berharga Rp6.000,00. Nilai konversi dengan demikian
Rp60.000,00(10 x 6.000,00). Harga obligasi konvertibel tidak akan pernah lebih
rendah dari nilai konversi.

Harga konvertibel biasanya lebih besar dibandingkan dengan niali obligasi biasa
atau nilai konversi karean adanya opsi. Pemegang obligasi konvertibel punya hak
untuk yang tidak harus dieksekusi saat ini. Eksekusi bisa dilakukan di masa
mendatang jika kondisi menguntungkan(harga saham lebih besar dibandingkan
dengan nilai obligasi). Karena itu hak(opsi) mempunyai nilai. Harga obligasi
konvertibel bisa dituliskan sebagai berikut ini.

Harga Konvertibel = nilai yang lebih timggi(obligasi biasa,nilai konversi) +


nilai opsi

Bagan berikut ini menggambarkan hubungan antara harga konvertibel,obligasi


biasa,niali konversi,dan niali opsi
 Kenapa menerbitkan Waran atau Konvertibel?
Kenapa menerbitkan waran atau konvertibel? Alasan yang sering dikemukakan
adalah waran atau konvertibel memberi semacam pemanis, sehingga tingkat bunga
yang ditawarkan oleh perusahaan bisa ‘lebih rendah dibandingkan dengan tingkat
bunga tanpa pemanis. Sebagai contoh, jika tingkat bunga obligasi biasa adalah 10%,
maka tingkat bunga obligasi dengan waran bisa, misal, 9%. Dengan demikian
perusahaan bisa menghemat biaya bunga. Argumen semacam itu mengasumsikan
bahwa investor bisa ‘dibodohi’. Dalam pasar yang efisien, argumen ‘pembodohan’
tersebut sulit diterima. Perusahaan barangkali bisa menghemat biaya bunga, tetapi dia
akan menanggung biaya lainnya sebagai gantinya. Untuk melihat persoalan lebih
jelas, waran dan konvertibel bisa dibandingkan dengan obligasi dan saham.

a. Perbandingan dengan obligasi


Misalkan perusahaan memilih menerbitkan waran/konvertibel
dibandingkan obligasi biasa. Ada dua kemungkinan yang terjadi terhadap
harga saham di masa mendatang: (1) naik, atau (2) turun. Jika harga saham
naik, perusahaan akan senang dengan kenaikan harga saham tersebut. Tetapi
dilain pihak, pemegang obligasi akan menukar waran/konvertibel-nya menjadi
saham, karena harga saham lebih tinggi dibandingkan dengan harga obligasi.
Dalam situasi tersebut, perusahaan mengalami kerugian, karena jumlah
lembar saham bertambah dengan kas masuk yang lebih rendah (yaitu hanya
sejumlah harga cksekusi, yang lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar
saham). Penghematan biaya bunga barangkali jauh lebih rendah dibandingkan
kerugian tersebut. Akan lebih menguntungkan jika perusahaan menerbitkan
obligasi biasa. Jika harga saham turun, pemegang waran/konvertibel akan
menukarkan menjadi saham. Perusahaan membayar bunga yang rendah, dan
dengan demikian memperoleh keuntungan. Dalam situasi ini obligasi
waran/konvertibel akan lebih menguntungkan. Dengan demikian,jika saham
turun, waran/konvertibel akan lebih menguntungkan,jika harga saham naik,
obligasi biasa lebih menguntungkan.

b. Perbandingan dengan saham


Misalkan perusahaan memilih menerbitkan waran/konvertibel
dibandingkan saham. Ada dua kemungkinan harga saham dimasa
mendatang:naik atau turun. Jika harga saham naik, perusahaan akan
memperoleh keuntungan dengan penerbitan waran/konvertibel tersebut
sebagai contoh misal harga saham periode awal adalah Rp6.000,00 kemudian
meningkat menjadi 15.000,00. Jika menerbitkan saham, perusahaan akan
memperoleh kas masuk sebesar 6.000, sementara jika menerbitkan obligasi
konvertibel perusahaan secara efektif akan memperoleh 10.000(nilai konversi)
dengan kata lain kas masuk dari obligasi konvertibel lebih tinggi
dibandingkan dengan kas masuk dari saham

c. Ringkasan
Apakah penerbitan obligasi konvertibel menguntungkan atau tidak
menguntungkan dibandingkan dengan saham atau obligasi biasa, akan sangat
tergantung dari harga saham di masa mendatang. Sayangnya kita tidak bisa
memperkirakan secara pasti harga saham di masa mendatang. Juga
keuntungan atau kerugian tersebut akan sangat tergantung, tidak hanya naik
atau turun, tetapi seberapa besar harga saham turun atau meningkat. Perkiraan
pasti semacam itu juga sulit dilakukan

d. Alasan penerbitan Waran/Konvertibel


Beberapa alasan yang lebih masuk akal kenapa perusahaan menerbitkan
waran.konvertibel.

Mempertemukan aliran kas. Menurut argumen ini aliran kas akan


disesuaikan dengan usia perusahaan. Perusahaan kecil yang masih tumbuh
akan menerbitkan waran/konvertibel karena membayar bunga yang lebih
kecil.kemudian ketika besar, harga saham meningkat,pemegang
waran/konvertibel akan menukarkannya menjadi saham. Meskipun terjadi
dilusi nilai saham,tetapi perusahaan sudah berkembang besar sehinggabisa
menanggung penurunan nilai tersebut.

Biaya keagenan.jika hanya obligasi biasa yang diterbitkan,potensi konflik


antara pemegang saham dengan pemegang utang cukup timggi. Sebagai contoh,
pemegang saham bisa menaikkan risiko aset sehingga nilai utang menurun,sedangkan
nilai saham meningkat. Untuk menghindari konflik tersebuy, waran/konvertibel
diterbitka. Waran/konvertibel adalah obligasi dengankarakteristik saham. Potensi
konflik antara pemegang saham dengan pemegang utang bisa dikutangi dengan
karakteristik tersebut.

Saham tidak langsung,perusahaan kecil barangkali sulit menerbitkan


obligasi. Risiko kebangkrutan yang tinggi mengakibatkan biaya bunga yang terlalu
tinggi. Dilain pihak,pemiliki perusahaan tidak ingin menerbitka saham karena
harganya masih terlalu rendah.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seperti yang telah dijelaskan di atas, transaksi derivatif berarti kontrak bilateral
atau pertukaran pembayaran, yang nilainya didiskontokan atau diturunkan dari suatu
produk yang disebut “underlying asset” atau juga “derivatif”. Alih-alih
memperdagangkan atau menukar aset secara fisik, pelaku pasar membuat
kesepakatan untuk bertukar Uang, properti, atau nilai di masa depan relatif terhadap
aset dasar. Manajer investasi/manajer portofolio, perusahaan dan lembaga keuangan,
serta investor individu menggunakan derivatif untuk mengelola posisi mereka
terhadap risiko perubahan harga saham dan komoditas, suku bunga, dan nilai tukar
tanpa "menyentuh" posisi fisik produk.

DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Mamduh M. 2016. “Manajemen Keuangan.” Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai