Kelompok 9 :
4. Suriyani 2102111811
( Mengerjakan Makalah )
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab atas
segala rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktu yang direncanakan.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Kelompok
mengenai “Keputusan Struktur Modal”.
Dengan membuat makalah ini penulis diharapkan mampu untuk mengetahui
serta memahami teori-teori pada struktur modal. Penulis sadar, sebagai
mahasiswa, kami dituntut harus lebih banyak belajar dan lebih aktif. Dengan
demikian, penulisan makalah ini mungkin terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun, agar penulisan makalah di masa mendatang bisa menjadi lebih baik
lagi.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberi informasi
yang berguna bagi pembacanya, terutama mahasiswa, supaya kelak menjadi
pribadi yang berwawasan, karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajer keuangan menghadapi keputusan penting dalam kegiatan
operasional perusahaan yaitu keputusan pendanaan yang berkaitan dengan
komposisi antara penggunaan utang, saham preferen dan saham biasa yang
akan digunakan oleh perusahaan. Manajemen pendanaan menyangkut
keseimbangan antara aktiva dengan pasiva. Pemilihan susunan aktiva akan
menentukan struktur kekayaan perusahaan, sedangkan pemilihan pasiva akan
menentukan struktur finansial dan struktur modal.
Hal ini mengakibatkan manajer keuangan mengalami trade off dalam
menentukan keputusan pendanaan, yaitu lebih memilih memperbanyak utang
atau modal sendiri. Keputusan pendanaan secara langsung akan berpengaruh
terhadap risiko yang ditanggung pemegang saham beserta tingkat
pengembalian atau tingkat keuntungan yang diharapkan.
Keputusan struktur modal adalah perbandingan atau imbangan
pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan
utang terhadap modal sendiri. Struktur modal juga menunjukkan proporsi atas
penggunaan utang dalam membiayai investasinya, sehingga dengan
mengetahui struktur modal, investor dapat mengetahui keseimbangan antara
risiko dan return atas investasinya. Perusahaan dengan tingkat utang tinggi
akan membuat pemegang saham menuntut return yang tinggi pula karena
semakin bertambahnya risiko finansial yang ditanggung.
Teori struktur modal bertujuan memberikan landasan berpikir untuk
mengetahui struktur modal yang optimal. Suatu struktur modal dikatakan
optimal apabila dengan tingkat risiko tertentu dapat memberikan nilai
perusahaan yang maksimal. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia
dibayar oleh calon investor apabila perusahaan tersebut dijual. Profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari kegiatan bisnis
yang dilakukan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi pada
umumnya menggunakan utang lebih sedikit. Hal ini dikarenakan kegiatan
1
operasional perusahaan dibiayai dengan laba yang tidak dibagi atau laba
ditahan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Konsep Leverage?
2. Apa yang dimaksud dengan EBIT-EPS?
3. Apa itu Rasio Coverage?
4. Apa saja yang terdapat di dalam Pendekatan Biaya Modal?
5. Bagaimana perbandingan Struktur Modal Industri Perusahaan lain?
6. Apa yang dimaksud Standar dari Pihak Luar?
7. Bagaimana Analisis Aliran Kas?
8. Apa itu Kombinasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu konsep leverage
2. Untuk mengetahui apa itu EBIT-EPS
3. Untuk mengetahui apa itu Rasio Coverage
4. Untuk mengetahui apa saja yang terdapat di dalam pendekatan biaya
modal
5. Untuk mengetahui perbandingan struktur modal industri perusahaan lain
6. Untuk mengetahui standar dari pihak luar
7. Untuk mengetahui analisis aliran kas
8. Untuk mengetahui apa itu kombinasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP LEVERAGE
Arti leverage secara harfiah (literal) adalah pengungkit. Pengungkit
biasanya digunakan untuk membantu mengangkat beban yang berat. Dalam
keuangan, leverage bisa digunakan untuk meningkatkan tingkat keuntungan
yang diharapkan. Ada dua jenis leverage yaitu: Operating leverage, dan
Financial leverage.
1. Operating Leverage
Operating leverage bisa diartikan sebagai seberapa besar
perusahaan menggunakan beban tetap operasional. Beban tetap
operasional biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi dan
pemasaran yang bersifat tetap (misal gaji bulanan karyawan). Sebagai
kebalikannya adalah beban (biaya) variabel operasional. Contoh biaya
variabel operasional adalah biaya tenaga kerja yang dibayar berdasarkan
produk yang dihasilkan (misal karyawan harian perusahaan rokok,
dibayar Rp100,00 untuk setiap rokok yang dilinting). Komposisi biaya
tetap/variabel yang berbeda mempunyai implikasi yang berbeda terhadap
risiko dan keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan.
Perusahaan yang menggunakan biaya tetap dalam proporsi yang
tinggi (relatif terhadap biaya variabel) dikatakan menggunakan operating
leverage yang tinggi. Perubahan penjualan yang kecil akan
mengakibatkan perubahan pendapatan yang tinggi (lebih sensitif). Jika
perusahaan mempunyai degree of operating leverage (DOL) yang tinggi,
tingkat penjualan yang tinggi akan menghasilkan pendapatan yang tinggi.
Sebaliknya, jika tingkat penjualan turun secara signifikan, perusahaan
tersebut akan mengalami kerugian. Dengan demikian DOL bisa
membawa manfaat, sebaliknya bisa merugikan.
Misalkan perusahaan sedang mempertimbangkan tiga alternatif
beban tetap operasional yaitu, tinggi, sedang, dan rendah.
3
a) Biaya Tetap Rendah
Harga produk: Rp.500,00/unit ; Biaya tetap: Rp.10juta, Biaya
variabel: Rp.200,00/unit.
Biaya Tetap Sedang
Harga produk: Rp.500,00/unit ; Biaya tetap: Rp.15juta, Biaya
variabel: Rp.150,00/unit.
b) Biaya Tetap Tinggi
Harga produk: Rp.500,00/unit ; Biaya tetap: Rp.20juta, Biaya
variabel: Rp.100,00/unit.
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑇𝐵𝐸 =
Harga/unit − Biaya Variabel/unit
4
leverage tinggi adalah paling tinggi, karena untuk mencapai break-even
diperlukan penjualan yang lebih tinggi.
Derajat leverage operasi (Degree of Operating Leverage) bisa
diartikan sebagai efek perubahan penjualan terhadap pendapatan (profit).
Degree of operating leverage (DOL) bisa dituliskan sebagai berikut ini.
Pada tingkat Q = 80.000 unit, DOL untuk ketiga alternatif biaya tetap di
atas bisa dihitung sebagai berikut ini.
DOLA = (500-200) (80.000) / (500-200) (80.000) - 10 juta = 1,71
DOLB = (500-150) (80.000) / (500-150) (80.000) - 15 juta = 2,15
DOLC = (500-100) (80.000) / (500-100) (80.000) - 20 juta = 2,67
Implikasi dari biaya tetap yang tinggi adalah menurunnya biaya per
unit. Jika unit yang diproduksi / terjual tinggi, maka alternatif ketiga (biaya
5
tetap tinggi) menghasilkan biaya per unit yang paling rendah. Perusahaan
seperti itu bisa menawarkan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan
harga pesaingnya dan akan mempunyai daya saing yang lebih tinggi.
Karena itu salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah mendorong
kapasitas produksi sehingga biaya menjadi lebih rendah (lebih efisien),
kemudian menjual produk dengan harga lebih murah.
6
meningkatkan EPS. Sebaliknya, jika EBIT rendah, utang yang tinggi
mengakibatkan kerugian yang lebih besar.
Leverage dari nilai perusahaan mempunyai slope yang paling besar,
yang berarti EPS akan lebih sensitif terhadap perubahan EBIT. Derajat
leverage keuangan (Degree of Financial Leverage) bisa diartikan sebagai
efek perubahan EBIT terhadap pendapatan (profit). Degree of financial
leverage (DFL) bisa dituliskan sebagai berikut ini.
7
setelah pajak). Perusahaan bisa mengkombinasikan keduanya untuk
memperoleh leverage gabungan.
Misalkan perusahaan mempunyai empat skenario yang berkaitan
dengan leverage operasi dan leverage keuangan:
1) Leverage Operasi dan Keuangan Rendah. Pada alternatif ini,
perusahaan menggunakan biaya tetap sebesar Rp10 juta, biaya
variabel sebesar 40% dari penjualan, tidak menggunakan utang (biaya
bunga = 0).
2) Leverage Operasi Rendah dan Leverage Keuangan Tinggi. Pada
alternatif ini, perusahaan menggunakan biaya tetap sebesar Rp10 juta,
biaya variabel sebesar 40% dari penjualan, menggunakan utang
sebesar 50% dari nilai perusahaan dengan tingkat bunga 20%. Biaya
bunga dengan demikian adalah 0,2 × Rp5 juta = Rp1 juta.
3) Leverage Operasi Tinggi dan Leverage Keuangan Rendah. Pada
alternatif ini, perusahaan menggunakan biaya tetap sebesar Rp20 juta,
biaya variabel sebesar 20% dari penjualan, tidak menggunakan utang
(biaya bunga = 0).
4) Leverage Operasi Tinggi dan Leverage Keuangan Tinggi Pada
alternatif ini, perusahaan menggunakan biaya tetap sebesar Rp20 juta,
biaya variabel sebesar 20% dari penjualan, menggunakan utang
sebesar 50% dari nilai perusahaan dengan tingkat bunga 20%. Biaya
bunga dengan demikian adalah 0,2 × Rp5 juta = Rp1 juta.
8
= { [c.Q / (cQ - F)] x [(cQ - F) / [ (cQ - F) - Bunga) ] }
= c.Q / (c.Q – F - Bunga)
B. PENDEKATAN EBIT-EPS
Konsep leverage memberikan semacam pendahuluan terhadap efek
utang terhadap keuntungan dan risiko. Dengan singkat kata, utang yang tinggi
menaikkan keuntungan yang diharapkan tetapi juga menaikkan risiko. Bagian
ini membicarakan pendekatan EBIT-EPS untuk menentukan utang yang
optimal.
Misalkan PT ABC saat ini tidak mempunyai utang. Harga per lembar
saham perusahaan tersebut adalah Rp500,00, dengan jumlah saham yang
beredar 100.000 lembar. Perusahaan sedang membutuhkan tambahan dana
sebesar Rp10 juta. Perusahaan mempunyai dua pilihan: (1) menerbitkan
saham baru, atau (2) menggunakan utang dengan tingkat bunga 20%.
Misalkan perusahaan memperoleh EBIT (Earning Before Interest and Taxes
atau pendapatan sebelum bunga dan pajak) sebesar Rp15 juta, tabel berikut
ini meringkaskan EPS yang akan diperoleh jika perusahaan menggunakan
saham baru dan menggunakan utang.
9
kedua di atas memperlihatkan perhitungan EPS jika perusahaan memilih
alternatif pertama.
10
(𝐸𝐵𝐼𝑇 ∗− 𝐵1) (1−𝑇𝑐)−𝐷𝑝1 (𝐸𝐵𝐼𝑇 ∗− 𝐵2 ) (1−𝑇𝑐)−𝐷𝑝2
=
𝑁1 𝑁2
Tc = tingkat pajak
𝐸𝐵𝐼𝑇 ∗ = 12.000.000
Pada tingkat EBIT sebesar Rp12 juta, EPS untuk kedua alternatif
tersebut akan sama. Berikut ini perhitungan EPS jika EBIT keduanya adalah
Rp12 juta.
Tabel 3. EPS jika EBIT = Rp 12 Juta (Break-event antara saham baru dan
utang)
Saham Baru Utang
EBIT 12.000.000 12.000.000
Bunga 0 2.000.000
Earning Before Taxes 12.000.000 10.000.000
Pajak 4.800.000 4.000.000
Laba Bersig 7.200.000 6.000.000
Jumlah Saham Beredar 120.000 100.000
EPS (Earning Per-Share) 60 60
11
Tabel tersebut menunjukkan bahwa jika perusahaan memperoleh EBIT
di atas Rp12 juta, penggunaan utang akan menghasilkan EPS yang lebih
tinggi, sehingga utang menjadi lebih menarik. Sebaliknya, jika EBIT di
bawah Rp12 juta, alternatif saham baru lebih baik dibandingkan dengan
alternatif utang.
𝐸𝐵𝐼𝑇 ∗ = 12.500.000
12
C. RASIO COVERAGE
Rasio coverage ingin melihat seberapa jauh kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban yang bersifat tetap. Semakin tinggi angka tersebut,
semakin tinggi (aman) kemampuan perusahaan bisa memenuhi kewajibannya.
Rasio coverage bisa dihitung sebagai berikut ini.
𝐸𝐵𝐼𝑇
Times Interest Earned =
𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐸𝐵𝐼𝑇
Debt-service coverage = 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 +{𝐶𝑖𝑐𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔/(1−𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘)}
Cicilan uang disesuaikan karena cicilan utang tidak bisa dipakai sebagai
pengurang pajak. Di samping beban tetap dari bunga, perusahaan bisa
memperoleh beban tetap lainnya. Leasing (sewa) merupakan contoh beban
tetap bukan bunga. Beban tetap leasing mempunyai kewajiban yang sama
dengan beban tetap utang. Karena itu, leasing seharusnya juga dimasukkan ke
dalam persamaan-persamaan di alas Rasio fixed charge coverage (FCC)
memasukkan sewa, sebagai berikut ini.
𝐸𝐵𝐼𝑇
FCC = 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎 + 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑤𝑎 + 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑎𝑦𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐶𝑖𝑐𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 /(1−𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘)
13
perbandingan dengan angka lain, misal rata-rata industri atau data historis.
Manajer keuangan bisa menggunakan kombinasi perbandingan untuk
memperoleh kesimpulan yang lebih tepat mengenai baik tidaknya atau sudah
memadainya rasio coverage tersebut.
14
Tabel 4. Struktur Utang Antarindustri
AS Kanada BEJ
Industri Industri Industri
(1972) (1972) (1972)
Luar Angkasa 39,1 Kimia 2,,8 Semen 0,74
Komponen dan Konstruksi 1,7 Keramik, 0,66
Aksesoris 51,2 Pemrosesan 1,4 Plastik
Otomotif Makanan 3,1 Kimia 1,13
Kimia 47,6 Otomotif 1,4 Kertas 1,32
Obat-obatan 63,3 Elektronik 2,3 Ban Karet 0,36
Produk Gelas dan 51,5 Pertambangan 2,4 Otomotif 1,13
Kontainer Perdagangan 2,5 Elektronik 1,16
Mesin dan 55,1 Minyak 2,7 Tekstil 1,39
Peralatan Mesin Kertas dan 2,6 Garmen 1,30
Pertambangan 63,0 Produk Farmasi 1,85
Besi 44,4 Kehutanan Makanan, 0,71
Baja 0,13 Minuman dan
Transpotrasi 3,4 Tembakau
Utilitas 1,9 Barang 1,16
Manufaktur 1,2 Konsumsi
Bank 8,90
Agribisnis 0,79
Pertambangan 1,05
Catatan:
Untuk BEJ (Bursa Efek Jakarta) rasio utang terhadap modal (Debt to Equity
Ratio)
15
Poor's (Amerika Serikat)). Rating tersebut didasarkan atas beberapa faktor, di
antaranya faktor struktur modal (utang). Jika perusahaan ingin memperoleh
rating tertentu, perusahaan tersebut akan berusaha, antara lain, mempunyai
struktur modal yang memungkinkan diperolehnya rating tertentu tersebut.
Dalam kebanyakan situasi, nasehat dari pemberi pinjaman atau pemberi
rating akan mendominasi keputusan utang Sebagai contoh, jika perusahaan
ingin memperoleh pinjaman dan pihak bank mensyaratkan tingkat utang
tertentu, maka perusahaan akan menuruti kemauan tersebut. Kalau tidak,
perusahaan tidak akan memperoleh pinjaman.
Rasio coverage biasanya sering digunakan oleh pemberi pinjaman dan
lembaga rating untuk menilai risiko kebangkrutan. Dua rasio yang sering
digunakan dalam analisis coverage adalah Times Interest Earned (TIE) dan
Fixed Charge Coverage (FCC). Semakin tinggi angka tersebut, semakin aman
dari risiko kegagalan membayar kewajiban. Rasio FCC memasukkan semua
kewajiban pembayaran, yaitu bunga, sewa, dan cicilan pembayaran utang
(pokok pinjaman). Rasio TIE tidak memasukkan dua komponen terakhir.
H. KOMBINASI
Manajer keuangan tidak harus menggunakan hanya satu metode analisis
dalam penentuan struktur modal. Manajer keuangan bisa menggabungkan
metode-metode yang telah disebutkan di muka, untuk memperoleh gambaran
yang lebih baik dan menyeluruh terhadap struktur modal tersebut.
I. PERTIMBANGAN LAINNYA
Beberapa hal lainnya yang bisa dipakai sebagai pertimbangan dalam
menentukan struktur modal. Berikut ini beberapa faktor tersebut.
16
1. Stabilitas Penjualan. Perusahaan yang mempunyai penjualan yang
stabil, bisa menggunakan utang yang semakin tinggi. Semakin stabil
penjualan suatu perusahaan, semakin mampu perusahaan tersebut
menutup kewajiban-kewajibannya. Jika kondisi ekonomi memburuk,
perusahaan dengan penjualan yang stabil mempunyai kemungkinan
yang lebih tinggi untuk bisa menutup kewajibannya. Industri utilitas
(misal: listrik) cenderung mempunyai ulang yang lebih tinggi, karena
penjualan utilitas relatif stabil (semua orang menggunakan listrik).
2. Tingkat Pertumbuhan Penjualan. Perusahaan yang mempunyai tingkat
penjualan yang tinggi akan lebih menguntungkan jika memakai utang
Perhitungan financial leverage diatas menunjukkan bahwa dengan
menggunakan utang, EPS bisa dimaksimumkan jika penjualan cukup
tinggi. Pada sisi yang lain, perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi
biasanya mempunyai harga saham yang tinggi (PER tinggi). Karena itu
akan menguntungkan jika perusahaan menerbitkan saham
(memanfaatkan harga yang masih tinggi). Manajer keuangan dengan
demikian harus mempertimbangkan trade-off antara penggunaan utang
dan saham dalam situasi tersebut.
3. Struktur Aset. Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap yang lebih
besar (yang berusia panjang), apalagi jika digabung dengan tingkat
permintaan produk yang stabil, akan menggunakan utang yang lebih
besar. Perusahaan yang mempunyai aset lancar lebih banyak
(persediaan pada. supermarket), yang nilainya akan tergantung dari
profitabilitas perusahaan, akan menggunakan utang yang lebih sedikit.
4. Sikap Manajemen. Manajemen yang konservatif akan menggunakan
utang yang lebih sedikit, dan sebaliknya. Pemegang saham yang ingin
menjaga kendali atas perusahaannya akan menggunakan utang yang
lebih banyak. Sebaliknya, jika perusahaan tidak berkepentingan
terhadap kendali perusahaan, akan cenderung menerbitkan saham baru.
Sebagai contoh, manajer perusahaan publik yang kepemilikannya sudah
tersebar, akan cenderung menerbitkan saham baru. Penerbitan saham
17
tersebut mengakibatkan kepemilikan semakin tersebar, dan memperkuat
posisi manajer.
18
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan materi Keputusan Struktur Modal, dapat disimpulkan bahwa:
a. Arti leverage secara harfiah (literal) adalah pengungkit. Pengungkit
biasanya digunakan untuk membantu mengangkat beban yang berat.
Dalam keuangan, leverage bisa digunakan untuk meningkatkan tingkat
keuntungan yang diharapkan. Ada dua jenis leverage yaitu: Operating
leverage, dan Financial leverage.
b. Konsep leverage memberikan semacam pendahuluan terhadap efek utang
terhadap keuntungan dan risiko. Uutang yang tinggi menaikkan
keuntungan yang diharapkan tetapi juga menaikkan risiko.
c. Rasio coverage melihat seberapa jauh kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban yang bersifat tetap. Semakin tinggi angka tersebut, semakin
tinggi kemampuan perusahaan bisa memenuhi kewajibannya.
d. Pendekatan EBIT-EPS mempunyai kelemahan karena tidak
memfokuskan pada nilai perusahaan. Model analisis ini mirip dengan
analisis pendekatan tradisional.
e. Metode lain untuk menentukan struktur modal adalah dengan mengikuti
struktur modal industri (perusahaan yang sejenis, yang kemudian dirata-
rata) atau perusahaan lain yang mempunyai risiko bisnis yang sama.
f. Pihak luar (biasanya pemberi pinjaman) akan menetapkan standar
tertentu dalam struktur modal. Jika perusahaan ingin meminjam, maka
perusahaan tersebut harus mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh
pemberi pinjaman.
g. Manajer keuangan bisa menganalisis aliran kas, menggunakan semacam
simulasi atau skenario untuk memperkirakan kemampuan membayar
pada situasi yang jelek (misal resesi). Setelah mengetahui kemampuan
menghasilkan kas pada situasi baik dan jelek, manajer keuangan bisa
memutuskan tingkat utang yang optimal.
19
h. Manajer keuangan tidak harus menggunakan hanya satu metode analisis
dalam penentuan struktur modal. Manajer keuangan bisa
menggabungkan metode-metode yang telah disebutkan di muka, untuk
memperoleh gambaran yang lebih baik dan menyeluruh terhadap struktur
modal tersebut.
i. Terdapat beberapa faktor pada pertimbangan lainnya yaitu; (1) Stabilitas
penjualan, (2) Tingkat pertumbuhan penjualan, (3) Struktur aset, dan (4)
Sikap manajemen.
B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki dalam
penulisan makalah ini karena hanya sedikit sumber yang kami cantumkan
pada makalah ini, oleh karena itu mohon maaf apabila terdapat kekurangan
dari penjelasan materi dan isi dari makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dalam memahami materi Keputusan Struktur
Modal.
20
DAFTAR PUSTAKA
21