Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BAHASA INDONESIA
Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia Sebagai Identitas Diri
Dosen Pengampu: AZIZ FAUZI, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Arief Hidayatullah 2006010224


Muhamad Gibran Samudera 2006010263
Mietha Putri Octavia 2006010202
Rizka Dyah Anggraini 2006010237
Rahmah 2106010199
Syahrul Ramadhon 2006010133

6E

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH-YUSUF
KOTA TANGERANG
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia tentang sejarah dan
perkembangan Bahasa Indonesia sebagai identitas diri.

Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
kami menghantarkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam pembuatan makalah ini khususnya dosen pembimbing mata kuliah
Bahasa Indonesia yaitu Bapak AZIZ FAUZI, S.Pd., M.Pd.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi ataupun penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karena nya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran guna
penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Bahasa Indonesia
2.2. Perkembangan Bahasa Indonesia Sebagai Identitas Diri
2.3. Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia
2.4. Fungsi Kedudukan Bahasa Indonesia
2.5. Kategori Perkembangan Bahasa Indonesia
2.6. Peristiwa Penting Berkaitan dengan Perkembangan Bahasa Indonesia
2.7. Kedudukan Resmi Bahasa Indonesia
2.8. Peresmian Nama Bahasa Indonesia
2.9. Upaya Meresmikan Bahasa Indonesia di Masa Kolonial
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan bahasa Indonesia lisan maupun tulisan berkembang mulai pada saat Terbentuknya,
yaitu pada 28 Oktober 1928, bersamaan dengan momen Sumpah Pemuda. Setelah terbentuk,
bahasa Indonesia terus berkembang seiring berlakunya ejaan Van Ophuijsen, Soewandi, Melindo
bahkan hingga ke Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Ini adalah beberapa contoh sederhana
bagaimana bahasa Indonesia dengan pesat mengalami perkembangan. Bahasa Indonesia yang telah
dikenal oleh khalayak umum merupakan bahasa Melayu yang menjadi lingua franca atau bahasa
perhubungan di Nusantara kala itu. Bahasa Melayu telah ada dan digunakan terlebih dahulu.
Keberadaan bahasa Melayu pun dapat ditilik dalam saat persiapan Kongres Pemuda tahun 1926,
para pemuda masih mempermasalahkan tentang sebutan bahasa persatuan Indonesia. Kemudian
M. Tabrani mengusulkan bahasa Melayu diganti dengan istilah bahasa Indonesia dan hal ini pun
disetujui bersama pada 2 Mei 1926. sejarah perkembangan bahasa Indonesia dapat disoroti melalui
zaman Sriwijaya yang menggunakan bahasa Melayu untuk menjadi bahasa pembelajaran
kebudayaan dan hingga pada saat penyebaran agama Kristen oleh para pendeta-pendeta dan orang
Belanda pada saat masih berada di Indonesia. Bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal bahasa
Indonesia telah berkembang dengan sangat pesat di Indonesia, bahkan sebelum bahasa Indonesia
pertama kali resmi di umumkan pada sumpah pemuda. Bahasa Indonesia sejak dahulu telah
membentuk bangsa dan mempersatukan keberagaman yang ada di Indonesia yang memiliki tingkat
kemajemukan yang sangat tinggi. Bahasa pada dasarnya adalah media untuk berkomunikasi
ternyata memiliki eksistensi yang lebih lagi. Bahasa mencakup hampir seluruh lapisan masyarakat,
bahkan kebudayaan itu sendiri. Banyak sumber yang mengupas fungsi bahasa Indonesia, salah
satunya Arifin (2008:12).
1.2 Rumusan Masalah
Untuk lebih sistematis, maka kami akan merumuskan masalah-masalah pokok yang akan
dibahas dalam makalah ini, diantaranya adalah:
1. Bagaimana sejarah bahasa indonesia?
2. Bagaimana perkembangan bahasa indonesia sebagai identitas diri?
3. Bagaimana perkembangan bahasa indonesia?
4. Apa saja fungsi kedudukan bahasa indonesia?
5. Apa saja 3 kategori perkembangan bahasa indonesia?
6. Bagaimana peristiwa penting perkembangan bahasa indonesia?
7. Apa saja kedudukan resmi bahasa indonesia?
8. Bagaimana peresmian bahasa indonesia?
9. Bagaimana upaya meresmikan bahasa indonesia dimasa kolonial?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka kami akan memberikan beberapa tujuan dari
penulisan makalah ini, diantaranya adalah:
1. Untuk mengetahui sejarah bahasa inodonesia.
2. Untuk mengetahui perkembangan bahasa indonesia sebagai identitas diri
3. Untuk mengetahui perkembangan bahasa inodonesia
4. Untuk mengetahui fungsi kedudukan bahasa indonesia
5. Untuk mengetahui 3 kategori perkembangan bahasa indonesia
6. Untuk mengetahui peristiwa penting perkembangan bahasa indonesia
7. Untuk mengetahui kedudukan resmi bahasa indonesia
8. Untuk mengetahui peresmian bahasa indonesia
9. Untuk mengetahui upaya meresmikan bahasa indonesia dimasa kolonial
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Bahasa Indonesia


Sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, bahasa Indonesia merupakan salah satu
dialek bahasa Melayu (melayao). Telah berabad-abad bahasa. Melayu dipakai sebagai alat
perhubungan antar penduduk Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan bahasa. Pada masa
penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa perhubungan yang luas. Bahkan
komunikasi antara pemerintah Belanda dan penduduk Indonesia yang memiliki berbagai macam
bahasa juga menggunakan bahasa Melayu. Pada tahun 1928 saat dilangsungkannya Kongres
Pemuda pada tanggal 28 Oktober, bahasa Melayu diubah namanya menjadi bahasa Indonesia dan
diikrarkan sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional dalam Sumpah Pemuda. Pada masa
penjajahan Jepang, pemerintah Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda. Pelarangan ini
mempunyai dampak yang positif terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Saat itu pemakaian
bahasa Indonesia semakin meluas. Bahasa Indonesia dipakai dalam berbagai aspek kehidupan
termasuk kehidupan politik dan pemerintahan yang sebelumnya lebih banyak menggunakan
bahasa Belanda. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat pasal yang
menyatakan bahwa “Bahasa Negara adalah bahasa Indonesia”. Pernyataan dalam pasal tersebut
mengandung konsekuensi bahwa selain menjadi bahasa nasional bahasa Indonesia juga
berkedudukan sebagai bahasa negara sehingga dipakai dalam semua urusan yang berkaitan
dengan pemerintahan dan negara.

Dalam keseharian, manusia berinteraksi memakai bahasa untuk saling memahami maksud dan
tujuan. Sehingga peran bahasa dalam sebuah wilayah itu penting, apalagi untuk wilayah yang
dijajah betahun-tahun lamanya seperti Indonesia. Bagi negara terjajah, bahasa bukan hanya
sarana komunikasi, tapi juga identitas diri. Hal tersebut disampaikan oleh Linda Martin Alcoff
(2000: 324), bahwa persoalan identitas telah menjadi kasus mendasar sejak dua dekade lalu di
negara bekas tanah jajahan, apalagi jika penjajahan oleh asing berlangsung dalam tempo lama.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai
pelosok Nusantara berkumpul dalam Kerapatan Pemuda dan berikrar (1) bertumpah darah yang
satu, tanah Indonesia, (2) berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung bahasa
persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa Indonesia
dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya
sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu Undang-Undang Dasar
1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-
Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa Indonesia (Bab XV, Pasal
36). Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan
bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang
dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan
(lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia
Tenggara. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara mempengaruhi dan mendorong
tumbuhnya rasa persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan
yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang
tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah
Pemuda, 28 Oktober 1928). Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bahasa
Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik, perdagangan, persuratkabaran, dan majalah
sangat besar dalam memodernkan bahasa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia, 17 Agustus 1945, telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara
konstitusional sebagai bahasa negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan
masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah.
2.2 Perkembangan Bahasa Indonesia sebagai identitas diri
Sebagai bahasa yang berasal dari penduduk yang bukan mayoritas, dapat dikatakan bahasa Indonesia
berkembang dengan baik. Fishman (Sneddon, 2003) menyebut proses penerimaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pemersatu dan bahasa nasional sebagai sebuah proses yang ajaib dimana penutur yang
bukan penutur asli bahasa tersebut sukses diyakinkan untuk menerima bahasa Indonesia, yang bukan
merupakan bahasa ibu mereka, menjadi bahasa pemersatu dan bagian dari identitas mereka. Indonesia
sendiri bukanlah satusatunya bangsa yang dibangun atas dasar keberagaman, khususnya keberagaman
bahasa. Namun, tidak banyak negara di dunia yang berhasil mengangkat salah satu bahasa yang ada di
negaranya menjadi bahasa nasional dan bahasa persatuan dengan mendapatkan penerimaan yang baik
dari masyarakatnya yang bukan penutur bahasa tersebut. Menurut Goebner (Erdward, 2009, 16), kata
identitas merujuk pada kepemilikan secara subjektif terhadap diri sendiri, penanda klasifikasi penting
bagi diri sendiri atau sebuah kelompok serta dapat menjadi penanda yang menggambarkan keanggotaan
seseorang dalam sebuah kelompok. Seorang manusia sering kali tidak hanya memiliki satu identitas, bisa
jadi seseorang memiliki lebih dari satu identitas ataupun satu identitas yang menyeluruh (terdiri dari
berbagai identitas). Untuk membedakan seorang berasal darimana, identifikasi melalui fisik saja tentu
tidak cukup. Seseorang yang berasal dari Jawa Barat tidak memiliki banyak perbedaan secara fisik
dengan seseorang yang berasal dari Jakarta. Terlebih, migrasi dari satu daerah ke daerah lain sudah
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat modern. Oleh karena itu, pengklasifikasian identitas
seseorang dapat juga dilihat dari bahasa yang digunakannya.

2.3 Sejarah perkembangan Bahasa Indonesia


Perkembangan bahasa Indonesia lisan maupun tulisan berkembang mulai pada saat Terbentuknya, yaitu
pada 28 Oktober 1928, bersamaan dengan momen Sumpah Pemuda. Setelah terbentuk, bahasa
Indonesia terus berkembang seiring berlakunya ejaan Van Ophuijsen, Soewandi, Melindo bahkan hingga
ke Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Ini adalah beberapa contoh sederhana bagaimana bahasa
Indonesia dengan pesat mengalami perkembangan. Bahasa Indonesia yang telah dikenal oleh khalayak
umum merupakan bahasa Melayu yang menjadi lingua franca atau bahasa perhubungan di Nusantara
kala itu. Bahasa Melayu telah ada dan digunakan terlebih dahulu. Keberadaan bahasa Melayu pun dapat
ditilik dalam saat persiapan Kongres Pemuda tahun 1926, para pemuda masih mempermasalahkan
tentang sebutan bahasa persatuan Indonesia. Kemudian M. Tabrani mengusulkan bahasa Melayu diganti
dengan istilah bahasa Indonesia dan hal ini pun disetujui bersama pada 2 Mei 1926. sejarah
perkembangan bahasa Indonesia dapat disoroti melalui zaman Sriwijaya yang menggunakan bahasa
Melayu untuk menjadi bahasa pembelajaran kebudayaan dan hingga pada saat penyebaran agama
Kristen oleh para pendeta-pendeta dan orang Belanda pada saat masih berada di Indonesia. Bahasa
Melayu yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia telah berkembang dengan sangat pesat di
Indonesia, bahkan sebelum bahasa Indonesia pertama kali resmi di umumkan pada sumpah pemuda.
Bahasa Indonesia sejak dahulu telah membentuk bangsa dan mempersatukan keberagaman yang ada di
Indonesia yang memiliki tingkat kemajemukan yang sangat tinggi. Bahasa pada dasarnya adalah media
untuk berkomunikasi ternyata memiliki eksistensi yang lebih lagi. Bahasa mencakup hampir seluruh
lapisan masyarakat, bahkan kebudayaan itu sendiri. Banyak sumber yang mengupas fungsi bahasa
Indonesia, salah satunya Arifin (2008:12).

2.4 kedudukan bahasa Indonesia memiliki fungsi berikut:


1) Lambang kebanggaan bangsa. Bahasa Indonesia mencerminkan setiap nilai-nilai yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia.

2) Lambang identitas nasional. Bahasa Indonesia merupakan identitas ataupun jati diri dari orang-orang
ataupun penduduk Indonesia.

3) Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya. Bahasa Indonesia menghindarkan


segala aktifitas yang dapat menimbulkan kesalahpahaman di tengah masyarakat yang majemuk.

4) Alat pemersatu suku budaya dan bahasanya. Bahasa Indonesia mempersatukan setiap suku-suku di
Indonesia yang memiliki bahasa dan kebudayaan yang berbeda dengan total tujuh ratusan bahasa
daerah, bahasa Indonesia pun menyatukan. Dengan demikian, peranan bahasa Indonesia adalah krusial
dalam menunjang bangsa dan negara serta setiap dari pada rakyat Indonesia. Perkembangan bahasa
Indonesia telah melalui sejarah yang cukup teramat panjang. Melalui kilas balik sejarah yang telah
dipaparkan di atas, dapat dengan jelas diketahui bahwa bahasa Indonesia telah menjadi begitu kuat
hingga saat ini karena telah melalui proses yang unik. Berawal dari bahasa Melayu, kontak dengan
budaya asing yang kemudian menggunakan bahasa Melayu dan menjadi bahasa yang akhirnya diganti
dengan istilah bahasa Indonesia pada tahun 1926.

2.5 Bahasa Indonesia masuk ke dalam tiga kategori perkembangan


1) Bahasa pemersatu. Bahasa Indonesia pada awalnya diikarkan oleh para pemuda kembali pada tahun
1928 pada tanggal 28 Oktober dalam sumpah pemuda yang berbunyi:

Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia

Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia

Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia

Dengan sangat jelas bahasa Indonesia pertama kali digunakan ataupun diikrarkan
sebagai bahasa pemersatu pada butir ketiga. Bahasa Indonesia kemudian mulai diterima oleh
masyarakat Indonesia. Dengan diterimanya bahasa Indonesia, secara harfiah bahasa ini menjadi bahasa
pemersatu Indonesia. Diterimanya bahasa Indonesia juga dapat tercermin dari diadakannya Kongres
Bahasa Indonesia (KBI) pada tanggal 25 —28 Juni 1938 di Solo.

2) Bahasa resmi negara. Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi yang digunakan selama 54 sejak
ditetapkan dalam pasal 36 UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus. Hal ini ditandai dengan pembacaan teks
proklamasi oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang membuat fase awal bahasa Indonesi sebagai
bahasa pemersatu menjadi bahasa resmi negara. Adapun pergantian ejaan dari ejaan Van Ophuijsen
(dari masa jajahan Belanda) menjadi ejaan Suwandi karena dianggap lebih menunjukan rasa
nasionalisme yang tinggi.

3) Bahasa internasional. Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional merupkan fase lanjutan dari dua
fase yang ada. Hal ini telah dicanangkan dan dilakukan terbukti dengan adanya Kongres Internasional IX
Bahasa Indonesia yang mengambil tempat di Jakarta pada tanggan 28 Oktober hingga 1 November
2018.

2.6 Peristiwa-Peristiwa Penting Berkaitan dengan Perkembangan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan Republik Indonesia. Dalam Perkembangannya
bahasa Indonesia mengalami beberapa peristiwa penting. Sebagaiberikut:

1. Tahun 1901 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuijsenyang dibantu oleh
Moehammad Taib Soetan Ibrahim dan Nawawi SoetanMa’moer. Ejaan ini dimuat dalam Kitab
Logat Melayu.

2. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-bukubacaan yang diberi
nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman BacaanRakyat), yang kemudian pada tahun 1917
diubah menjadi Balai Pustaka. Hasil yang diperoleh dengan didirikannya balai pustaka terhadap
perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia dapat disebutkan sebagai berikut: 1.
Memberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa Indonesia untukmenulis cerita ciptanya
dalam bahasa melayu. 2. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca hasil
ciptaanbangsanya sendiri dalam bahasa melayu. 3. Menciptakan hubungan antara sastrawan
dengan masyarakat sebab melaluikarangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh
bangsanya danhal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya. 4.Balai pustaka juga memperkaya dan
memperbaiki bahasa melayu sebab diantarasyarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karangan yang akan
diterbitkan di balai pustaka ialah tulisan dalam bahasa melayu yang bersusun baik dan terpelihara.

3. Munculnya Sarekat Islam pada tahun 1912, mula-mula partai ini hanya bergerak di bidang
perdagangan, namun juga bergerak dibidang sosial dan politik. Sejak berdirinya, sarekat Islam yang
bersifat non kooperatif dengan pemerintahBelanda di bidang politik tidak pernah mempergunakan
bahasa Belanda. Bahasayang mereka pergunakan ialah bahasa Indonesia.

4. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya. Hal ini
untuk pertama kalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato menggunakan bahasa Indonesia.

5. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa Melayu menjadi
bahasa persatuan Indonesia.
6. Tahun 1933 terbit majalah Pujangga Baru yang diasuh oleh Armijn Pane, AmirHamzah dan Sutan
Takdir Alisyahbana. Pengasuh majalah ini adalah sastrawanyang banyak memberi sumbangan
terhadap perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang
digunakan untuk menuliskarya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat
dantidak lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka.

7. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyah bana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.

8. Tanggal 25-28 Juni 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun SumpahPemuda,
diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa Tengah.Kongres ini dihadiri oleh bahasawan
dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Ki Hajar Dewantara, Prof. Dr. Poerbatjaraka dan
Prof. Dr. HoeseinDjajadiningrat. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang
sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut,
antara lain: mengganti Ejaan van Ophuysen, mendirikanInstitut Bahasa Indonesia, dan menjadikan
bahasa Indonesia sebagai bahasapengantar dalam Badan Perwakilan.

9. Tahun 1942-1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakaianbahasa Belanda


yang dianggapnya sebagai bahasa musuh. Penguasa Jepangterpaksa menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa resmi untukkepentingan penyelenggaraan administrasi pemerintahan
dan sebagai bahasapengantar di lembaga pendidikan, sebab bahasa Jepang belum
banyakdimengerti oleh bangsa Indonesia. Hal yang demikian menyebabkan Bahasa Indonesia
mempunyai peran yang semakin penting.

2.7 Kedudukan Resmi Bahasa Indonesia


Indonesia memiliki posisi yang sangat penting seperti yang tercantum dalam:

1928 Sumpah Pemuda yang berbunyi, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,
bahasa Indonesia. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan). Pasal 36 menyatakan bahwa “bahasa negara adalah Bahasa
Indonesia”. Dari kedua itu, maka posisi Indonesia sebagai:

Bahasa nasional, posisinya berada di atas bahasa daerah. Bahasa negara (bahasa resmi Republik
Indonesia). Sumber Bahasa Indonesia Sejarah tumbuh dan berkembangnya Bahasa Indonesia tidak lepas
dari Bahasa Melayu. Dimana Bahasa melayu sejak dahulu telah digunakan sebagai bahasa perantara
(lingua franca) atau bahasa pergaulan. Bahasa melayu tidak hanya digunakan di Kepulauan Nusantara,
tetapi juga digunakan hampir diseluruh Asia Tenggara. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya Prasasti-
prasasti kuno dari kerjaan di indonesia yang ditulis dengan menggunakan Bahasa Melayu. Dan pasca
saat itu Bahasa Melayu telah Berfungsi Sebagai:

Bahasa Kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan satra

Bahasa Perhubungan (Lingua Franca) antar suku di Indonesia

Bahasa Perdagangan baik bagi suku yang ada di indonesia mapupun pedagang yang berasal dari luar
indonesia.

Bahasa resmi kerajaan, Jadi jelashlah bahwa bahasa indonesia sumbernya adalah bahasa melayu.
2.8 Peresmian nama Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional merupakan usulan dari Muhammad
Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah.

Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa: “Jika mengacu
pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa
yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa
itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.

Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi di akui pada Sumpah Pemuda
tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu “Kami putra
dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”  Namun secara Yuridis Bahasa
Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau setelah Kemerdekaan Indonesia.

2.9 Upaya Meresmikan Bahasa Indonesia di Masa Kolonial


Ketika kolonialisme terjadi, bukan hanya tanah yang dikuasai, nilai bahasa Melayu juga direduksi.
retorika penjajah berhasil membuat pribumi berkepribadian rendah diri atau inferior, dan cenderung
malu akan budaya dan bahasanya sendiri. Senada dengan apa yang disampaikan oleh Zawiah Yahya
dalam bukunya Resisting Colonialist Discurse bahwa, “Retorika kolonial digunakan untuk mengawal
kaitan kuasa antara Barat yang menjajah dengan Timur yang dijajah, sambil menepikan budaya
pribumi.” Beruntung, semangat pemuda untuk mengembalikan bahasa Melayu sebagai identitas
Indonesia, bangkit kembali. Upaya tersebut dirapatkan dalam Kongres Pemuda yang dilaksanakan pada
tanggal 28 Oktober 1928.

Kongres tersebut akhirnya menjadi momen bersejarah yang melahirkan ikrar Sumpah Pemuda yang
terdiri dari tiga butir, sebagai berikut:

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Setelah ikrar Sumpah Pemuda, pembahsan mengenai bahasa resmi muncul dalam Kongres Bahasa
Indonesia pertama di Solo pada tahun 1938. Pada kongres itu keluar dua hasil keputusan penting, yaitu
bahasa Indonesia menjadi (1) bahasa resmi dan (2) bahasa pengantar dalam badan-badan perwakilan
dan perundangundangan. Lalu pada Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1945,
dikukuhkanlah kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara yg
sah.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
Referensi :

https://kantorbahasabengkulu.kemdikbud.go.id/sekilas-tentang-sejarah-bahasa-indonesia/

http://sungaipenuh.kemenag.go.id/opini/37/sejarah-bahasa-indonesia.html

https://ejournal.unibba.ac.id/index.php/jisipol/article/download/115/112/427

Anda mungkin juga menyukai