Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REPORT

Mata Kuliah : Agama Islam

Dosen Pengampu :
Dr. NURMAYANI, M.Ag.

D
i
s
u
s
u
n

Oleh :

RISKA RAMADANI-2203510001

Sastra Indonesia – B 2020

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas khadirat Allah SWT. karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dalam mata kuliah Agama Islam. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu tugas Critical Book Report.

Penulis berharap dengan adanya tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca agar
pembaca dengan mudah memahami dan mengerti teori-teori yang terdapat dalam buku yang
berbentuk ringkasan hasil pembahasan isi buku, serta mengetahui keunggulan dan kelemahan
masing-masing buku yang di bandingkan.

Penulis menyadari tugas ini bukanlah karya yang sempurna karena memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisan. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, semoga ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Riau, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. IDENTITAS BUKU UTAMA............................................................. 1

B. IDENTITAS BUKU PEMBANDING................................................. 1

BAB II RINGKASAN BUKU ......................................................................... 2

1.1 RINGKASAN BUKU UTAMA......................................................... 2

1.2 RINGKASAN BUKU PEMBANDING............................................ 8

BAB III PENILAIAN BUKU .......................................................................... 13

1.1 KEUNGGULAN BUKU.................................................................... 13

1.2 KELEMAHAN BUKU....................................................................... 13

BAB IV PENUTUP........................................................................................... 14

A. KESIMPULAN.................................................................................... 14

B. SARAN................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. IDENTITAS BUKU UTAMA

Judul : Islam Kaffah

Penulis : Tim MPK Pendidikan Agama Islam UNIMED

Penerbit : Perdana Publishing

Tahun terbit : 2007

Kota Terbit : Medan

ISBN : 978-602-6462-34-3

B. IDENTITAS BUKU PEMBANDING

Judul : Etika Membangun Masyarakat Modern

Penulis : Srijanti, Purwanto S.K., Wahyudi Pramono

Penerbit : Graha Ilmu

Kota Terbit : Yogyakarta

Tahun terbit : 2006

ISBN : 978-979-756-283-0

1
BAB II
RINGKASAN BUKU

1.1 RINGKASAN BUKU UTAMA

Akhlak adalah daya dan kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah
dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Akhlak pada dasarnya adalah sikap
yang melekat pada diri seseorang dan telah terbentuk dalam tingkah laku dan perbuatan.

A. Akhlak Terhadap Allah dan Rosul


1. Akhlak kepada Allah
a. Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembahNya
sesuai dengan perintah-Nya.
b. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan
kondisi,baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah
melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
c. Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti
ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan
manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu
d. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu
hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya
rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.
f. Mengakui bahwa hakikat ilmu hanyalah pada Allah sementara manusia adalah
mahluk yang jahil dan bergantung kepada pemberian dan petunjuk Allah.
g. Allah tempat bertaubat dari segala dosa yang pernah dilakukan.
h. Allah menjadi hakim atas segala kehidupan.
i. Menanamkan optimisme didalam jiwa terhadap hidayah dan kehendak
Allah.

2. Akhak Kepada Rasulullah


Contoh akhlak terhadap Rasulullah antara lain :
a. Mencintai dan memuliakannya

2
Mencintai Rasulullah juga berarti mencintai orang-orang yang di cintai oleh beliau
dan membenci orang-orang yang di bencinya.Lebih khusus mencintai keluarga dan
sahabat-sahabatnya.
b. Menghormati dan memuliakan Rasulullah
Bentuk penghormatan dan pemuliaan terhadap beliau adalah tidak boleh mendahului
beliau dalam mengambil keputusan atau menjawab pertanyaan. Bentuk lain
menghormati Rasulullah dapat di teruskan oleh umatnya yaitu dengan tidak
mengeraskan suara di hadapan para ulama pewaris nabi.
c. Mengikuti dan menaati segala yang di ajarkan kepada kita.
Mengikuti Rasuullah adalah bukti kecintaan seorang hamba terhadap Allah SWT.
d. Mengucapkan sholawat dan salam untuk Rasulullah
Perintah untuk bersholawat menunjukkan betapa mulia dan terhormatnya kedudukan
Rasulullah di sisi Allah. Di samping bukti penghormatan kepada beliau juga untuk
kebaikan kita sendiri.

B. Akhlak Kepada Diri Sendiri


Akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu
jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan
pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan
membahayakan jiwa.Sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis.
Misalkan iri, dengki, munafik dan lain sebagainya. Itu semua dapat membahayakan jiwa
kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari.
Cara untuk memelihara akhlak terhadap diri sendiri :
1. Shidiq, artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Seorang muslim
dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin, benar hati, benar perkataan dan
benar perbuatan. Rasulullah memerintahkan setiap muslim untuk selalu shidiq, karena
sikap shidiq membawa kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkannya ke
surga.Shidiq (benar) meliputi benar perkataan, benar pergaulan, benar kemauan, benar
janji dan benar kenyataan.

2. Amanah, artinya dapat dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat amanah lahir dari
kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah
pada dirinya.Bentuk amanah dapat berupa tidak menyalahgunakan jabatan untuk

3
kepentingan tertentu, menunaikan kewajiban dengan baik dan memelihara semua nikmat
yang diberikan Allah SWT.

3. Istiqamah, adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman


sekalipun menghadapi berbagai tantangan dan godaan. Seorang yang beriman haruslah
istiqamah dalam ketiga dimensi tersebut. Dia akan selalu menjaga kesucian hatinya,
kebenaran perkataan dan kesesuaian perbuatannya dengan ajaran Islam.

4. Iffah, yaitu menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik dan memelihara kehormatan
diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan menjatuhkannya. Untuk
menjaga kehormatan diri tersebut, dia harus dapat mengendalikan hawa nafsunya, tidak
saja dari hal-hal yang haram, bahkan kadang-kadang harus juga menjaga dirinya dari
hal-hal yang halal karena bertentangan dengan kehormatan dirinya.

5. Tawadhu’, artinya rendah hati, kebalikan dari sombong atau takabur. Orang yang
rendah hati tidak memandang dirinya lebih hebat dari orang lain. Rendah hati berbeda
dengan rendah diri.Sikap tawadhu’ adalah sifat mulia yang lahir dari kesadaran akan
Kemahakuasaan Allah atas semua hamba-Nya.

6. Malu atau dalam bahasa Arab al-hayaa-u adalah sikap menahan segala kecenderungan
berbuat keburukan, kedzaliman, kekejian, kewenang-wenangan dan tindak kemaksiatan
lainnya. Orang yang memiliki rasa malu akan mendapatkan banyak kebaikan. Perasaan
malu juga merupakan akhlak yang paling asli dan pokok pada Rasulullah SAW.

7. Sabar bermakna menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena
mengharapkan ridho Allah. Sabar dalam hal ini berarti menahan dan mengekang diri
dari mempertuhankan hawa nafsu.

8. Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa harus
menunggu orang yang bersalah meminta maaf kepadanya, tetapi boleh jadi karena
hambatan psikologis menyebabkan seseorang tidak mau meminta maaf.

C. Akhlak Kepada Sesama Manusia


1. Akhlak kepada Tetangga atau masyarakat
4
a. Tidak Menyakiti Tetangga dan Murah Hati
Menyakiti tetangga adalah perbuatan yang diharamkan dan termasuk
di antara dosa-dosa besar yang wajib untuk dijauhi. Sedangkan Islam mengajarkan
umatnya agar senantiasa bersikap murah hati terhadap para tetangga dan
memuliakannya.

b. Memulai Salam
Memulai salam adalah bagian dari tanda-tanda tawadhu (rendah hati)
seseorang dan tanda ketaatannya kepada Allah subhanahu wata’ala. Sebagaimana Allah
subhanahu wata’ala berfirman,”...Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang
beriman.” (Q: Al-Hijr: 88)

c. Bermuka Berseri-seri (ceria)


Berwajah berseri-seri dan selalu tersenyum saat bertemu dengan para
shahabatnya adalah merupakan kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Senyummu kepada saudaramu adalah
sedekah.” (HR. at-Tirmidzi. Dishahihkan oleh al- Albani).

d. Memberikan Penghormatan yang Istimewa


Seorang muslim yang baik adalah seorang yang memperhatikan tata
krama dalam bertetangga, tidak mencampuri urusan yang tidak bermanfaat baginya, dan
tidak menanyakan urusan-urusan orang lain yang bersifat pribadi.Maka jika anda ingin
mendapat cinta dan simpati tetangga, janganlah pernah mencampuri urusan-urusan
pribadi mereka.

e. Menerima Udzur (permohonan maaf)


Bersikap toleransi dengan tetangga, dan lemah lembut dalam
berinteraksi dengannya merupakan salah satu kiat untuk menarik simpati tetangga.
Contohnya: Dengan menerima permohonan maaf darinya, dan menganggap seolah-olah
ia tidak pernah melakukan kesalahan tersebut. Karena tidak ada manusia yang tidak
pernah berbuat salah.

5
f. MenasehatidenganLemahLembut
Seorang muslim yang baik ketika ia tahu tetangganya berbuat maksiat adalah
menasehatinya dengan lemah lembut, dan mengajaknya kembali ke jalan Allah
shallallahu ‘alaihi wasallam, memotivasinya agar berbuat baik, dan memperingatkannya
dari kejahatan, serta mendo’akannya tanpa sepengetahuannya.

g. Menutup Aib
Seorang mu’min adalah seorang yang mencintai saudara-saudaranya, menutup aibnya,
bersabar atas kesalahannya, dan menginginkan saudaranya selalu mendapatkan kebaikan
,taufiq serta istiqamah.

h. Bersikap Ramah Tamah


Di antara para tetangga adalah dengan bersikap ramah tamah terhadap mereka dengan
ungkapan dan ucapan yang baik dan lembut, atau dengan memberikan hadiah istimewa
kepadanya, atau dapat pula dengan mengundang mereka untuk makan di rumah kita, dan
lain sebagainya.

2. Akhlak Terhadap Orang Tua (Ibu Dan Bapak) a. Akhlak terhadap orang tua yang
masih hidup
Orang tua (ibu dan bapak) adalah orang secara jasmani menjadi asal keturunan anak. Itu
pula sebabnya seca ra kudrati, setiap orang tua menyayangi dan mencintai anaknya
sebagai mana ia menyayangi dan mencintai dirinya sendiri. Orang tua tidak
mengharapkan balas jasa dari anak atas semua pengorbanan yang diberikan kepada
anak. Harapan orang tua hanya satu yaitu kelak anaknya menjadi anak yang saleh dan
salehah, anak yang memberi kebahagiaan orang di dunia dan mendo’akan mereka
setelah mereka meninggal dunia.Atas dasar itu, antara lain yang menyebabkan seorang
anak harus berbakti kepada orang tua.

a. Akhlak terhadap orang tua yang Sudah Meninggal


Seorang ayah atau ibu yang sudah meninggal dunia masih memiliki hak mendapatkan
limpahan pahala dari do’a yang disampaikan anaknya. Hal ini juga mengandung arti
bahwa anak memiliki kewjiban mendo’akan orang tuanya yang sudah meninggal. Dalam
ajaran tasawuf, dikatakan, do’a yang paling besar kemungkinan diterima Allah adalah
do’a seorang anak untuk orang tuanya dan do’a oaring fakir untuk orang kaya.Kita
6
sebagai anak, meskipun orang tua kita sudah wafat, orang tua tetap sebagai orang tua
yang wajib dihormati, oleh sebab itu, kewajiban anak terhadap mereka berlanjut sampai
mereka wafat.

b. AkhlakterhadapKeluarga
Beberapa sikap yang harus dimunculkan oleh setiap anggota keluarga diantaranya:
 Memimpin rumah tangga adalah sebuah tanggung jawab, demikian juga memimpin
bangsa. Tanggung jawab itu pun idealnya harus ditunjang dengan kemampuan di
berbagai bidang termasuk kemampuan leadership (kepemimpinan).
 Kerjasama. Kepemimpinan di setiap daerah itu sendiri pun tidak akan berjalan mulus
jika bertentangan dengan kepemimpinan atau langkah-langkah keluarga dan jelaslah
pula bahwa keluarga merupakan tulang punggung bagi tegaknya suatu bangsa.
 Perhitungan dan Keseimbangan. Pengaturan dan keseimbangan dalam kehidupan
keluarga dituntut oleh ajaran Islam. Hal tersebut lahir dari rasa cinta terhadap anak dan
tanggung jawab terhadap generasi selanjutnya. Dalam al-Qur’an anak disebut sebagai
“buah hati yang menyejukkan”, serta “Hiasan kehidupan dunia”.
 Disiplin. Dalam kehidupan berkeluarga, sikap kedisiplinan ini begitu penting. Untuk
mendapatkan kesejahteraan, seorang kepala keluarga perlu memiliki sikap disiplin
dalam mengatur waktu untuk bekerja, ibadah dan istirahat, demikian juga seorang anak,
untuk menggapai cita-citanya dia harus rela mendisiplinkan diri dan waktunya untuk
belajar, bermain, ibadah dan istirahat. Tanpa
kedisiplinan, keteraturan hidup susah tercapai.
 Kasih sayang. Keajaiban dari kekuatan besar yang dinamakan cinta
yang merupakan anugrah dari Allah SWT. Sejatinya, kekuatan besar tersebut melandasi
seluruh aspek kehidupan berkeluarga, karena dengan cinta sesuatu yang berat akan
terasa mudah.

3. Akhlak Kepada Lingkungan Hidup


Alam adalah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi beserta isinya, selain Allah.
Allah melalui Al-Qur’an mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta
beserta isinya. Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola
bumi dan mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa
rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya. Oleh karena itu, manusia mempunyai tugas
dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni memakmurkan, mengelola, dan
7
melestarikan alam, sebagaimana firman-Nya:“Dia menciptakan kalian dari bumi dan
menjadikan kalian sebagai pemakmurnya.” (Q: Hud : 61)

2.2 BUKU PEMBANDING


Imam Al-Gazali menyatakan mengenai akhlak adalah sebagai berikut
“Sesungguhnya akhlak itu adalah kemauan yang kuat tentang sesuatu yang dilakukan
berulang-ulang sehingga menjadi adat yang membudaya yang mengarah kepada
kebaikan, dan sesungguhnya akhlak adalah hal ihwal yang melekat pada jiwa dalam
wujud tindakan dan perilaku”.
Berbicara mengenai Akhlak Islami, maka berikut ini adalah 10 indikator akhlak pribadi
Islami yang dinyatakan oleh Imam Ahmad Al-Ghazali (dala m buku Srijanti, dkk, 2006 :
89-132), yang harus dimengerti dan dijalankan oleh pribadi muslim, sehingga perilaku
dan adatnya sesuai dengan kaidah agama, yang merupakan kunci sukses pribadi Islam.

1. Jujur
Jujur dapat diartikan adanya kesesuaian/keselarasan antara apa yang
disampaikan/diucapkan dengan apa yang dilakukan/kenyataan yang ada. Kejujuran juga
memiliki arrti kecocokan dengan kenyataan atau fakta yang ada. Lawan kata dari
kejujuran adalah dusta, dimana dusta adalah apa yang diucapkan dan diperbuat tidak
sesuai dengan apa yang dibatinnya, dan tidak sesuai dengan kenyataan. Dusta juga dapat
berarti tidak berkata sebenarnya, dan menyembunyikan yang sebenarnya.
Di dalam Al-Quran, juga sangat dianjurkan untuk berbuat jujur sebagaimana Firman
Allah SWT yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah kamu bersama-sama orang yang benar” (Q: At- Taubah: 119). Berdasarkan
Tafsir Ibnu Sa’di, maksud ayat ini adalah menjadikan semua orang untuk jujur dalam
ucapan mereka (tidak berbohong dengan alasan apapun), dalam perbuatan dan segala
keadaan (tidak berbohong dalam kondisi apapun). Sehingga setiap orang menjadi
ucapan/perkataannya jujur (sesuai dengan batin dan fakta), perbuatan terbebas dari
kemalasan, kebosanan sehingga selamat dari hal-hal yang buruk, dan selalu berbuat
dengan niat ikhlas dan baik.
Rasulullah juga bersabda mengenai pentingnya kejujuran sebagaimana diriwayatkan
oleh Hakim bin Hizam ”Senantiasalah kalian jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu
membawa kepada kebajikan, dan kebajikan kepada surga. Seseorang yang senantiasa
jujur dan berusaha selalu jujur, akhirnya ditulis Allah sebagai orang yang selalu jujur.
8
Dan jauhilah kedustaan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, dan
kemaksiatan membawa ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan selalu
berdusta, hingga akhirnya ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta”.
Ada tiga tingkatan kejujuran, yakni :
Pertama, jujur kepada diri sendiri. Dapat dimulai dengan jujur dalam niat dan kehendak.
Setiap keinginan pada diri sendiri harus didasarkan niat yang baik dan mengharapkan
ridho Allah. Jujur pada diri sendiri harus dimulai dari mengenal diri sendiri, mengenal
kelemahan, mengenal kelebihan, mengenal kebutuhan, dan mengenal keinginan.
Kedua, jujur kepada sesama. Dapat dimulai untuk menyampaikan dan berbuat
sebagaimana mestinya, menyampaikan fakta dengan benar dan tidak berbohong atau
berdusta. Jujur terhadap sesama iini dapat dilakukan dengan membuat
pertaggungjawaban terhadap setiap tanggungjawab yang diberikan baik itu wewenang
atau tugas, uang, amanah/pesan, dan lain-lain.
Ketiga, jujur kepada Allah yang merupakan tingkatan jujur yang paliing rendah. Jujur
kepada Allah diwujudkan adanya rasa pengharapan, cinta dan tawakal pada setiap niat,
ucapan, dan perbuatan. Ikhlas dalam melakukan seluruh kewajiban yang ditentukan
Allah denngan haraoan mendapat ridho-N ya.

2. Percaya Diri
Pengertian percaya diri atau tawadhu adalah merendahkan hati atau diri tanpa harus
menghinakannya atau meremebkan harga diri sehingga orang lain berani menghinanya
dan menganggap ringan. Lawan sikap percaya diri adalah Takabur, yaitu sikap merasa
dirinya lebih tinggi, lebih mampu, dan lebih sempurna daripada orang lain, sedangkan
pada kenyataannya tidak.
Terkait dengan percaya diri dan tidak berbuat sombong, Allah SWT berfirman yang
artinya “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong” (Q: An-Nahl:
23) dan “Sesungguhnya orang -orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (Q: Al-Mu’min: 60.
Rasulullah bersabda (dalam Kanzul Unmal, Juz II, Hal. 25) yang artinya
“Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku agar kamu semua
bertawadhu sehingga tidak ada yang sombong terhadap yang lainnya dan tidak ada
seorang menganiaya lainnya”, “Orang-orang yang sombong dan orang- orang yang
sewenang-wenang kepada orang lain, pada hari kiamat akan dikumpulkan seperti butir-

9
butir debu. Mereka diinjak-injak oleh para manusia, disebabkan mereka hina di sisi
Allah SWT”.

3. Bekerja Keras
Al-Hufiy (dalam Keteladanan Akhlak Rasul) menyatakan bahwa “Islam membenci
pengangguran, kemalasan, dan kebodohan karena hal itu merupakan maut yang lambat
laun akan mematikan semua daya kekuatan dan menjadi sebab kerusakan dan keburukan
di dunia dan akhirat.
Terkait dengan bekerja keras, Allah SWT berfirman yang artinya “Apabila telah
ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu dimuka bumi, dan carilah karunia Allah dan
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (Q: Al-Jumuah: 10). Rasulullah
SAW juga bersabda yang artinya “Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan seseorang
ialah hasil dari pekerjaannya sendiri”. Dua orang lelaki datang kepada Rasul SAW untuk
meminta bagian dari sedekah. Kemudian Rasul memperhatikan keduanya. Mereka
berdua dianggap oleh beliau orang yang kuat, lalu beliau berkata “Bila kamu mau, aku
akan memberimu. Akan tetapi, dalam sedekah ini, tidak ada bagian bagi orang yang
kaya atau orang yang masih kuat bekerja”.

4. Menghargai Waktu
Terkait dengan menghargai waktu, Allah SWT berfirman yang artinya
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam keadaan merugi,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Q: Al-
Ashr: 1-3).
Rasulullah bersabda yang artinya “Pergunakanlah lima kesempatan sebelum datang lima
kesempatan yang lain : kehidupanu sebelum datang kematianmu, kesehatanmu sebelum
datang sakitmu, kelonggaranmu sebelum datang kesibukanmu, masa mudamu dalam
datang masa tuamu, dan masa kayamu sebelum datang masa miskinmu”.

5. Berfikir Positif
Allah berfirman dalam Al-Quran Surah Al-Hujurat ayat 12 yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian dari prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari- cari kesalahan orang lain
10
dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukalah salah seorang
diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Dari ayat tersebut, Allah melarang untuk berfikir negatif, berprasangka buruk, mencari-
cari kesalahan orang lain atau menggunjingkan orang lain. Terhadap orang islam yang
telah meninggal, juga dilarang membuka aibnya. Oleh sebab itu, umat Islam harus mulai
merancang aktivitas yang produktif dan selalu bekerja keras, sehingga tidak mempunyai
waktu luang untuk menggosip.

6. Memiliki Harga Diri


Untuk meningkatkan harga diri, manusia tidak boleh sombong atau riya, tetapi harga diri
dibangun melalui berbagai usaha kepada kebaikan yang udah ditentukan Allah,
sebagaimana firman-Nya :”Barang siapa membawa amal baik maka baginya pahala
sepuluh kali lipat amalnya dan barangsiapa membawa perbuatan yang jahat maka dia
tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatanya, sedang mereka
sedikitpun tidak dianiaya. (Q. Al-An’aam: 160).
Berdasarkan ayat tersebut, kita semua memulai dari menghargai diri sendiri dapat
dilakukan dengan melakukan perbuatan baik, dan menghindarkan perbuatan yang
berdosa dan nista. Apabila setiap manusia banyak berbuat baik, maka Allah akan
memberikan pahala dan kehormatan sebagai manusia.

7. Mandiri
Menjadi manusia mandiri adalah manusia yang memiliki harga diri. Mandiri adalah
sumber percaya diri. Tentang kemandirian manusia, Allah SWT berfirman yang artinya
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka berusaha
mengubahnya sendiri” (Q: Ar-Ar’d: 11). Kita diberi kemampuan oleh Allah untuk
merubah nasib kita sendiri dan tidak bergantung pada orang lain, ini berarti kita harus
mandiri dalam mengarungi hidup ini.
8. Hemat atau Hidup Sederhana
Hidup hemat adalah sikap hidup yang mengendalikan diri sendiri untuk mencukupkan
kebutuhannya, sehingga tidak boros dan tidak kikir. Terkait hidup hemat, Allah SWT
berfirman yang artinya “Dan orang-orang yang membelanjakan harta mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, dan adalah pembelanjaan itu di tengah antara yang
11
demikian” (Q: Al- Furqan:67). “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di
setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangannlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan” (Q: Al-A’raf: 37).

9. Memelihara Amanah
Terkait dengan amanah, Allah SWT berfirman yang artinya “Hai orang- orang yang
beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui” (Q: Al-Anfal: 27).

10. Bersyukur
Terkait dengan bersyukur, Allah SWT berfirman yang artinya
“Sesungguhnnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azabku sangat
pedih” (Q: Ibrahim: 7). “Dan Kami akan membalas orang-orang yang bersyukur” (Q:
Ali Imran: 145).

BAB III
PENILAIAN BUKU

1.1 KEUNGGULAN BUKU

12
Setelah melakukan review terhadap buku 1 dan 2, menurut saya pembahasan
yang dimiliki oleh buku ini sudah saling berhubungan antar materinya pada
setiap bab. Buku utama memiliki 14 Bab dimana Bab 1 merupakan pendahuluan
yang membahas mengenai Allah Tuhan Yang Maha Esa. Bab 2 membahas lebih
lanjut yaitu mengenai Iman, Islam, dan Ihsan. Sedangkan pada buku 2 atau
pembanding, buku ini memiliki 12 Bab dimana Bab 1 membahas mengenai
Mengenal Islam, serta Bab 2 membahas lebih lanjut yaitu mengenai Sumber
Ajaran Islam.
Namun pada kesempatan kali ini, saya melakukan Critical Book Report terhadap
dua buku yang berbeda namun memiliki 1 bab dengan materi pembahasan yang
sama yaitu akhlak. Berdasarkan yang telah review, menurut saya pada buku
utama menjelaskan apa pengertian akhlak serta penerapan akhlak mulia dalam
kehidupan, dimulai dari akhlak terhadap Allah dan Rasul hingga akhlak kepada
lingkungan hidup. Sedangkan buku pembanding menjelaskan apa pengertian
akhlak serta indikator akhlak pribadi islami,, dimulai dari jujur hingga bersyukur.

1.2 KELEMAHAN BUKU


Berdasarkan hasil review terhadap kedua buku ini, baik buku utama dan buku
pembanding memiliki kekurangan masing-masing. Seperti pada buku utama
jelas disampaikan mengenai bagaimana akhlak kita terhadap Allah dan Rasul
hingga akhlak kita terhadap lingkungan hidup, namun tidak dijelaskan apa-apa
saja indikator akhlak yang dapat kita jadikan sebagai acuan akhlak pribadi islam
yang sebenarnya.
Sedangkan pada buku pembanding dijelaskan tentang indikator yang dapat
dijadikan sebagai acuan akhlak pribadi islam yang sebenarnya seperti, jujur,
percaya diri, dan lain-lain.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

13
Setelah melakukan Critical Book Report terhadap kedua buku, saya
menyimpulkan bahwa kedua buku tersebut sama-sama memiliki kelebihan dan
kekurangan. Jadi menurut saya, kedua buku tersebut saling melengkapi dalam
penjelasan materi “Akhlak”, sehingga apa yang kurang pada buku utama dapat
dilengkapi oleh buku pembanding dan sebaliknya.

B. SARAN

Setelah melakukan Critical Book Review terhadap kedua buku di atas, saya
memberi rekomedasi terhadap kedua buku tersebut kepada pihak seperti mahasiswa
calon guru untuk dapat dijadikan referensi, karena kedua buku tersebut sangat
mendetail penjelasan mengenai akhlak, terutama pada buku pembanding lebih
mendetail karena buku ini lebih fokus kepada membangun masyarakat Islam
modern. Namun, saya mengharapkan kepada semua pihak agar lebih teliti dalam
mencari dan menjadikan suatu buku sebagai referensi dalam pembelajaran,
penelitian, dan lain-lain.

14

Anda mungkin juga menyukai