Anda di halaman 1dari 24

PERBEDAAN ASWAJA DENGAN SYIA’AH,

KHAWARIJ, MU’TAZILAH, DAN WAHABI DALAM


SEJARAH UMAT ISLAM

DOSEN PEMBIMBING :

Agus Sholahudin Shidiq, MHI

OLEH:

1. MOCHAMAD MUFTI SYAHDILA (211101059)


2. IZZA NUR ANGGITA (211101058)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO


Kampus A : JL. Ahmad Yani No. 10 Bojonegoro 62115 PO BOX 113
Telp. (0353) 883358, Website : www.sunan-giri.ac.id, Email : info@sunan-giri.ac.id

1
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah yang
berjudul Perbedaan Aswaja dengan Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah, dan Wahabi dalam Sejarah
Umat Islam. Makalah ini dibuat dengan diskusi dan studi pustaka untuk menyelesaikannya. Makalah ini
berisikan tentang analisis perbedaan Aswaja dengan aliran atau firqoh atau sekte lain dalam sejarah umat
Islam terkhusus pada Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah, dan Wahabi. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan informasi dan menambah wawasan kita. Kritik dan saran selalu kami harapakan untuk
kesempurnaan makalah ini.

Kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah
ini baik kepada dosen, teman-teman, dan semuanya yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Harapan besar kami bahwa makalah ini mendapatkan nilai baik, dan bisa dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan waktu
dan pengalaman dari penulis. Maka dari itu perlu saran dan masukan kritik dari berbagai pihak. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca.

Bojonegoro, 25 Oktober 2021

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................4
BAB II..................................................................................................5
1.    ASWAJA....................................................................................5
2.    SYI’AH.......................................................................................9
3.    KHAWARIJ..............................................................................10
4.    MU’TAZILAH..........................................................................12
5.    WAHABI..................................................................................14
TABEL 1. PERBEDAAN ASWAJA DAN SYI’AH.......................17
TABEL 2. PERBEDAAN ASWAJA DAN KHAWARIJ..............19
TABEL 3. PERBEDAAN ASWAJA DENGAN MU’TAZILAH..22
TABEL 4. PERBEDAAN ASWAJA DENGAN WAHABI...........23
BAB III...............................................................................................24
1.    Kesimpulan...............................................................................24

3
BAB I
PENDAHULUAN
Mengingat bab sebelumnya yang memaparkan materi tentang definisi dan ajaran Aswaja,
sedikit sudah disinggung tentang perbedaan Aswaja dengan aliran, kelompok, dan sekte lain
dalam sejarah umat Islam. Pada kali ini akan dibahas mengenai kelompok, aliran, dan sekte 
yang pernah ada dalam sejarah umat Islam, serta yang masih bertahan hingga kini. Selain untuk
mengetahui sejarah dan ajaran kelompok tersebut, penjelasan ini berguna untuk mengetahui
posisi Ahlussunnah Wa al-Jama’ah atau Aswaja, diantara kelompok, aliran, dan sekte tersebut.
Dalam judul, sengaja disebut kalimat “dalam sejarah umat Islam”, bukan “dalam Islam”, untuk
mengindari pro-kontra, bahwa diantara sebagian kelompok, aliran, dan sekte tersebut ada yang
dinilai menyimpang dari ajaran Islam
Kelompok, aliran, dan sekte yang akan dikaji dalam bab ini adalah kelompok yang telah
muncul dan berkembang sejak lama meliputi:
1.      Ahlussunnah Wa al-Jama’ah atau Aswaja
2.      Syi’ah
3.      Khawarij
4.      Mu’tazilah
5.      Wahabi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1.    ASWAJA
A.     Pengertian, Ajaran, dan Ciri Khas Akidah Aswaja
Aswaja (Ahlussunnah Wa Al-Jama’ah) bukanlah aliran baru yang muncul sebagai reaksi dari
beberapa aliran yang menyimpang melainkan Aswaja adalah Islam yang murni yang langsung
dari Rasulullah dan sesuai dengan yang telah digariskan dan diamalkan oleh para sahabat. Oleh
karena itu, Aswaja tidak ada satupun yang menjadi pendirinya melainkan hanya ulama yang
telah merumuskan kembali ajaran Islam ditengah beberapa faham yang yang berusaha
mengaburkan ajaran Nabi.
Definisi secara bahasa Ahlussunnah wa al-Jama’ah atau Aswaja terbentuk dari tiga kata,
yakni:
·         Ahl, berarti keluarga, golongan, atau pengikut.
·         Al-Sunnah, bermakna al-thariqah wa law ghaira mardhiyah berabti jalan atau cara walaupun
tidak diridlai.
·         Al-Jama’ah, berasal dati kata ijtima’ (perkumpulan), yang merupakan lawan
kata taffaruq (perceraian) dan furqah  (perpecahan).
Sedangkan, definisi secara istilah Aswaja terdiri dari dua pengertian, yaitu Sunnah adalah
suatu nama untuk cara yang diridlai dalam agama, yang telah ditempuh oleh Rasullulah atau
selainnya dari kalangan orang yang mengerti tentang Islam, seperti para sahabat Nabi. Secara
umum, Sunnah adalah segala sesuatu yang diperintahkan, dilarang, dan dianjurkan baik ucapan,
perilaku, serta ketetapan oleh Nabi. Dan Jama’ah adalah kelompok kaum muslimin dari para
pendahulu dari kalangan sahabat, tabi’in, dan orang-orang yang mengikuti jejak kebaikan
mereka sampai hari kiamat. Syaikh Abdullah al-Harari menegaskan pengertian al-Jama’ah
merupakan aliran yang diikuti oleh mayoritas kaum muslimin (al-sawad al-a’zham).
Dapat disimpulkan, dalam al-Khawakib al-Lamma’ah, Aswaja adalah orang-orang yang
selalu berpedoman pada sunnah Nabi dan jalan para sahabat dalam masalah akidah keagamaan,
amal-amal lahiriyah serta akhlak hati.
Islam adalah agama Allah yang diturunkan untuk seluruh manusia yang didalamnya terdapat
pedoman dan aturan demi kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat. Ada tiga sendi utama
dalam ajaran agama Islam (HR. Muslim: 9):
a.       Islam. Implementasi dari 5 rukun Islam, yakni: Shahadat, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji bila
mampu. Islam akan menghadirkan bagian ilmu yaitu ilmu fiqh atau ilm hukum islam.

5
b.      Iman. Implementasi dari 6 rukun Iman, yakni: iman kepada Allah, kepada malaikat, kepada
kitab-kitab Allah, kepada Rasul, kepada hari kiamat, dan kepada qada dan qadar. Iman
memunculkan ilmu kalam atau tauhid.
c.       Ihsan. Menyembah Allah seolah-olah meliha-Nya, jika tidak mampu maka sesungguhnya
Allah melihatmu. Ihsan melahirkan bagian ilmu tasawuf atau akhlak.
Meskipun ketiga aspek tersebut terbagi dalam beberapa ilmu, ketiganya harus diterapkan
secara bersamaan tanpa melakukan pembedaan. Misalnya orang yang sedang shalat, maka dia
hanya menyembah Allah (iman), dengan syarat dan rukun shalat (islam), serta dengan khusyu’
dan penuh penghayatan (ihsan).
Apabila ditanya cirri khas akidah Aswaja meyakini bahwa Allah itu tanpa arah dan tanpa
tempat. Maksudnya, seperti salah satu sifat Allah mukhalafatuhu lil-hawaditsi yang berarti Allah
tidak menyerupai makhluk-makhluk-Nya.Sehingga mustahil Allah menyerupai makhluk yang
memilki roh dan benda-benda padat (jamad). Ulama Aswaja menjelaskan bahwa alam (makhluk
Allah) terbagi atas dua bagian:
a.       Benda (‘ain), yang tebagi menjadi dua:
(1).   Al-jauhar al-fard, benda yang tidak dapat dibagi lagi karena telah mencapai batas terkecil.
(2).   Jism,  benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian.
·         Lathif,  sesuatu yang tidak dapat dipegang oleh tangan, seperti cahaya, kegelapan, roh, angin,
dan sebagainya.
·         Katsif, sesuatu yang dapat dipegang oleh tangan, seperti tanah, manusia, benda padat (jamad)
dan sebagainya.
b.      Sifat benda (‘aradh). Benda mempunyai sifat yang melekat padanya seperti bergerak, diam,
berubah, bersemayam, berada ditempat dan arah, duduk, turun, naik, dan sebaginya.
Dari klasifikasi benda diatas, semakin meyakinkan Allah itu tidak mungkin serupa dengan
makhluk-Nya. Arah dan tempat diciptakan oleh Allah, termasuk manusia yang diciptakan Allah.
Dengan demikian berarti Allah itu ada sebelum arah dan tempat itu ada dan Allah tetap pada
tanpa arah dan tempat. Oleh karena itu, Aswaja sepakat meyakini Allah itu ada tanpa arah dan
tempat. Kelompok yang meyakini Allah ada di Arsy itu bukan Aswaja, akan tetapi kelompok
Mujassimah dan Musyabbihah.
B.     Dasar Akidah Aswaja
Pokok keyakinan yang berkaitan dengan tauhid dan lainnya menurut Aswaja harus dilandasi
oleh dalil dan argumentasi yang definitif (qath’i) dari Al Quran, hadits, ijma’ ulama, dan
argumentasi akal sehat.

6
1)      Al Quran
Al Quran al Karim adalah pokok dari semua argumentasi dan dalil.Allah memerintahkan
dalam Al Quran agar kaum muslimin senantiasa mengembalikan persoalan yang diperselisihkan
kepada Allah dan Rasul.
2)      Hadits
Hadits adalah dasar hukum yang kedua dalam penetapan akidah-akidah dalam Islam. Hadits
yang dapat dijadikan dasar dalam menetapkan akidah adalah hadits yang perawinya disepakati
dapat dipercaya oleh para ulama. Hadits tersebut adalah hadits muttawatir ialah hadits yang telah
mencapai peringakat tertinggi dalam keshahihannya.Dan hadits dibawahnya yaitu
hadits masyhur, namun hadits dibawah peringkat hadits masyhur tidak dapat dijadikan
argumnetasi dalam menetapkan sifat Allah. Hadits masyhurdapat dijadikan argument dalam
menetapkan akidah karena dapat menghasilkan keyakinan sebagaimana halnya
hadits muttawatir.
3)      Ijma’ Ulama
Ijma’ ulama yang mengikuti ajaran Ahlul Haqq dapat dijadikan argumentasi dalam
menetapkan akidah. Dalam hal ini seperti dasar yang melandasi penetapan bahwa sifat-sifat
Allah yang qadim (tidak ada pemulanya) adalah ijma’ ulama yang qath’i.
4)      Akal
Akal difungsikan sebagai sarana yang dapat membuktikan kebenaran syara’, bukan sebagai
dasar dalam menetapkan akidah-akidah dalam agama. Meskipun begitu, hasil penalaran akal
yang sehat tidak akan keluar dan bertentangan dengan ajaran yang dibawa oleh syara’.
Di kalangan kaum Muslim, yang berupaya mengkaji akidah-akidah Islam, ada tiga aliran
yang berbeda dalam menyikapi seputar hubungan syara’ dengan akal.
Pertama,  aliran Mu’tazilah yang berpandangan bahwa akal didahulukan daripada syara’.
Kedua, aliran Hasyawiyah, Zhahiriyah, dan semacamnya yang hanya mengikuti dominasi
syara’, dan tidak memberikan peran terhadap akal berkaitan dengan ajaran-ajaran yang dibawa
oleh syara’. Dalam ajaran Islam tidak akan tertib dan disiplin tanpa dibarengi dengan ijitihad.
Ketiga,  aliran Aswaja yang mengambil sikap moderat (tawassuth) dan seimbang (tawazun).
Semua kewajiban agama hanya dapat diketahui melalui informasi dari syara’ sedangkan terkait
dengan keyakinan hanya dapat dicapai dengan penalaran akal. Gabungan dari keduanya dapat
mengantar pada hakikat-hakikat yang dikandung oleh dalil-dalil syara’.
Ketika posisi akal bertentangan dengan naql maka kaedah yang harus diambil adalah
mengingat bahwa akal adalah pokok dari naql dan bukti kebenaran naql. Oleh karena itu,
mengabaikan akal ketika ketetapannya definitif, serta menolak tuntutan akal berakibat pada

7
runtuhnya dasar naql itu sendiri. Ketika kita membatalkan otoritas akal yang menjadi bukti
kebenaran naql, berarti kita membatalkan otoritas naql itu sendiri.
C.     Ilmu Kalam dan Filsafat
Alasan karena ilmu kalam dianggap negatif oleh sebagian agamawan adalah karena ilmu
kalam identik dengan ilmu filsafat Yunani yang berangkar dari ketidakfahaman terhadap hakikat
ilmu kalam serta perbedaannya dengan ilmu filsafat. Perbedaan tersebut meliputi metodologi
(manhaj), karakter penelitian, objek, dan tujuan.
a.      Metotologi
Menurut ulama tauhid akal adalah sarana yang dapat membuktikan kebenaran ajaran-ajaran
agama, bukan sebagai fondasi atau titik tolak bagi keyakinan dalam beragama.
b.      Objek (Maudhu’)
Objek yang menjadi materi kajian ilmu tauhid atau kalam adalah meliputi akidah-akidah
yang diterima dari syari’ah yang diangap sebagai sesuatu yang aksioma yang menjadi titik
permulaan kajiannya.Berbeda dengan para filosof yang membuat perangka-perangka rasional
untuk menelusuri dan mencari kebenaran dan tempat kebenaran itu berada.
c.       Tujuan
Seorang ahli ilmu kalam memiliki tujuan yang konkrit, yaitu bertujuan memperkokoh dan
memperkuat akidah yang menjadi keyakinan dalam agama.Hal ini berbeda dengan seorang
filosof yang memiliki tujuan yang masih belum jelas, yaitu mencari kebenaran seperti apapun
bentuknya.

8
2.    SYI’AH
A.     Pengertian dan Sejarah Kemunculan Syi’ah
Secara etimologi, kata as-Syi’ahberarti pengikut atau pendukung. Secara terminologi Syi’ah
mengklaim sebagai para pendukung imam Ali bin Abi Thalib. Mereka berpendapat
bahwa imamah merupakan hak Ali yang telah ditetapkan berdasarkan nash Al Quran maupun
wasiat Nabi,baik eksplisit maupun implisit. Mereka meyakini bahwa imamah tidak akan jatuh ke
tangan orang lain selain Ali. Permasalahan imamah bukanlah merupakan masalah kemaslahatan
umat yang diperoleh dengan cara pemilihan umum tetapi merupakan permasalahan pokok dalam
agama islam (rukn al-din).
B.     Akidah dan Ajaran Syi’ah
a.       Keyakinan Syi’ah tentang Imam Mereka
Mereka sepakat bahwa para nabi dan imam Syi’ah adalah ma’shum selain
itu tawali dan tabari adalah wajib.
b.      Kitab-kitab Suci Syi’ah
Al-Jamiah yang bermula dari Rasulullah mendektikan Shahifah yang digantungnya di bahu
pedang pada imam Ali, tatkala Rasulullah meninggal dunia imam Ali memeliharanya dengan
baik,shahifah Rasulullah kemudian dikenal dengan namaShuhufat Ali. Rasulullah kemudian
mendektikan keterangan  lain yang disalin kedalam lembaran yang lebih besar yang dikenal
dengan Al-Jamiah.
Selain Al-Jamiah dan Shahifah dzuabah as-saif, kalangan Syi’ah mempercayai
adanya Shahifah an-namus (berisi nama para pengikut dan musuh hingga hari kiamat), Ahahifah
al-abithah (berisi 60 kabilah Arab yang halal darahnya), Al jafr al-abyadh (berisi zabur, taurat,
injil, shuhuf Ibharim, halal dan haram, al-Jafr al-Ahmar), serta Mushaf Fatimah. Hal ini jelas
diklaim oleh Ahlussunnah yang menjelaskannya dalam riwayat HR. Bukhari.
c.       Empat Kitab Hadits Syi’ah
Jika dalam Aswaja dikenal al-Kutub al-Sittah sebagai kitab-kitab hadits induk, dan al-
Bukhari sebagai kitab hadits terbaiknya, maka dalam Syi’ah terdapat al-Kutub al-
Arba’ah sebagai acua utama mereka setelah Al Quran, sebagai berikut:
(1).   Al-Kafi
Al-Kafi disusun oleh al-Kulaini sebagai kitab hadits pertama Syi’ah yang ada. Kitab ini
memuat tentang hadits Fikih, akidah, sejarah para ma’shumin, dan empat belas orang suci, yakni
Nabi Muhammad, Sayyidah Fatimah, dan 12 imam.
(2).   Man La Yahdhuruhul Faqih

9
Penyusun kitab ini adalah Abu Ja’far Muhammad ibnu Ali ibnu Husain dengan julukan
Syaikh as-Shaduq (maha guru yang jujur). Kitab ini adalah hadits ahkam atau hadits mengenai
hukum yang tertampung 5.963 hadits, dengan 2.050 hadits mursal, hadits yang terputus
periwayatannya dan sisanya hadits musnad, bersambung periwatannya.
(3).   Tahdzib al-Ahkam dan al-Istibshar
Kedua kitab ini disusun oleh Abu Ja’far Muhammad ibnu Hasan al-Thusi (385-469 H). Kitab
ini memuat tentang hadits ahkam, analisis fiqhi dan visi argumentasi, serta isyarat tentang
kaidah ushul fiqh  dan rijal. Tahdzib al-Ahkam terdapat 13.590 hadits, sedangkan al-
Istibshar terdapat 5.511 hadits.

3.    KHAWARIJ
A.     Pengertian Khawarij dan Sejarah Kemunculan Khawarij
Secara bahasa, Khawarij adalah bentuk plural dari kata kharijah, artinya kelompok yang
menyempal. Mereka adalah kaum pembuat bid’ah. Disebut demikian karena mereka keluar dari
agama, dan keluar dari barisan kaum muslimin, khususnya dari kepatuhan Ali r.a. Sedangkan
secara istilah , yang dimaksud dengan kelompok Khawarij dalam sejarah islam adalah orang-
orang yang menyatakan keluar dari kepemimpinan Ali bin Abi Thalib setelah terjadinya
peristiwa tahkim.
Kelompok Khawarij juga disebut dengan kelompok Haruriyah, Nawashib, dan Syurrah.
Nama Haruriyah dinisbahkan kepada desa Harura, Kufah, Irak, yang menjadi tampat menetapnya
kelompok Khawarij ketika keluar dari baridan Ali. Sedangkan Nawshib adalah bentuk jamak
dari kata nashibi yang berarti orang yang berlebih-lebihan dalam membenci Ali. Kata Syurrah
adalah bentuk jama dari kata syaarr yang berarti orang yang menjual.
Setelah Rasulullah wafat, kaum muslimin merasa perlu untuk memikirkan penggantinya.
Dalam pertemuandi majelis Bani Saidah, segolongan kaum muslimin menyatakan bahwa
khalifah itu harus dari golongan Anshor, sedangkan golongan lain berpendapat khalifah harus
berasal dari Muhajirin. Ali bin Abi Thalib tidak hadir dalam pertemuan itu, sebab beliau beserta
keluarganya tengah sibuk mempersiapkan pemakaman Rasululah SAW. Oleh karena itu Abu
Bakar dilantik ada beberapa sahabat yang kurang setuju, sehingga muncul pendapat yang ketiga,
yaitu khalifah harus dari keluarga Nabi. Keluarga Nabi yang pantas adalah Ali bin Abi Thalib.
Sebab dialah yang pertama masuk islam dan istri dari Fatimah Azahra.
Pada akhir masa pemerintahan Utsman muncul  golongan yang bergerak dibawah tanah yang
menuntut agar Utsman turun dari khalifah dan diserahkan kepada yang lain. Dalam gerakan ini
terdapat pendukung Ali ra. Ketika Utman terbunuh maka mayoritas umat islam melantik Ali,

10
akan tetatpi pengangkatan Ali mendapat perlawanan dari sahabat Thalhah, Zubair dan
Muawiyyah. Mereka menuduh Ali terlibat dalam pembunuhan Utsman..
Dalam situasi gawat ini ,ada sebagian sahabat yang tidak mau membai’at, Thalhah dan
Zubair terbunuh dalam perang jamal, sedangkan Muawiyyah sulit dipatahkan karena memiliki
tentara yang kuat. Antara Ali dan Muawiyyah pernah terjadi perang Shiiffin. Ketika Muawiyyah
merasa bahwa kekalahan akan menimpa dirinya, maka ia memerintahkan tentaranya untuk
mengangkat Al Quran dengan tombak sebagai tanda minta damai dan Al Quran sebagai
pedomannya. Dan sebagian besar pasukan Ali, khususnya  para qurra’ meninggalkan
peperangan tersebut. Mereka berargumentasi dengan firman Allah,
“tidaklah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu alkitab
(taurat),mereka diseru kepada kitab allah supaya kitab itu menetapkan hukum diantara
mereka.”
B.     Akidah dan Ajaran Khawarij
(1).   Doktrin Politik
a)    Khalufah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat Islam
b)   Khalifah tidak harus dari keturunan Arab
c)    Khalifah dipilih secara permanen selama bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syariat
Islam
d)   Khalifah sebelum Ali adalah sah,akan tetapi setelah tahun ke-7 dari kekhalifahanya, Utsman
telah dianggap menyeleweng
e)    Khalifah Ali adalah sah,akan tetapi setelah terjadi arbritase(tahkim), iadianggap telah
menyeleweng.
f)    Muawiyah dan Amr bin Ash serta Abu Musa al Asy’ari juga dianggap menyeleweng dan juga
telah menjadi kafir
g)   Pasukan perang jamal yang menyerang Ali juga kafir
(2).   Doktrin Teologi
a)    Seseorang yang berdosa besar tidak lagi diaggap muslim sehingga harus dibunuh
b)   Setiap muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka
c)    Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng
d)   Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga dan orang yang jahat harus
masuk neraka).
e)    Menerima Al Quran sebagai salah satu sumber diantara sumber hukum islam yang lain.
(3).   Doktrin Sosial
a)    Amar ma’ruf nahi munkar
b)   Memalingkan ayat Al Quran yang tampak mutasabihah
c)    Al Quran adalah mahluk

11
d)   Manusia bebas memutuskan perbuatanya bukan dari Tuhan
Keistimewaan aliran ini diantaranya adalah tekun dan taat beribadah serta ikhlas berperang
untuk membela akidahnya.
4.    MU’TAZILAH
A.     Pengertian dan Sejarah Munculnya Mu’tazilah
Secara bahasa, Mu’tazilah berasal dari kata i’tazala, yaitu memisahkan diri. Dengan
demikian, Mu’tazilah adalah kelompok yang memisahkan diri (i’tazala) dari orang lain. Istilah
ini diambil berdasarkan sejarah awal kemunculan kelompok ini, yakni sejak pemisahan diri
tokoh Mu’tazilah bernama Washil bin Atha’, dari majelis Hasan al-Bashri. Mayoritas
ulama menyatakan, pimpinan Mu’tazilah adalah Washil bin Atha’. Konon, ia banyak menghadiri
forum kajian yang dipimpin oleh hasan al-Bashri. Suatu ketika, terjadi diskusi dan perdebatan
mengenai status orang yang melakukan dosa besar, suatu masalah yang ramai dibicarakan kala
itu. Washil bin Atha’ memiliki pendapat berbeda dengan Hasan al-Bashri. Ia mengatakan bahwa
orang yang memiliki dosa besar berada di suatu kedudukan diantara dua kedudukan (manzilah
baina al-manzilatain). Setelah itu Washil memisahkan diri dari majelis Hasan al-Bahsri dan
membuat majelis lain di masjid.
Ahmad Amin dalam Fajr al-Islam menyebutkan bahwa ada kesamaan keyakinan antara
kelompok Yahudi dengan Mu’tazilah. “Mu’tazilah Yahudi” menafsirkan Taurat berdasarkan
logika filsafat, sedangkan “Mu’tazilah Islam” juga menakwili ayat Al Quran berdasarkan logika
filsafat. Kelompok ini biasa disebut dengan Ashab al-Adl wa al-Tauhid (penyokong keadilan dan
monoteisme), sering pula dijuluki kelompok Qadariyah dan ‘Adliyyah.
Ada pula yang menyatakan bahwa Mu’tazilah muncul sejak era dinasti Umayyah yang
berkembang lebih pesat pada era dinasti Abbasiyah. Sebgaian berpendapat hal itu muncul di
beberapa kalangan yang awalnya berpihak pada Ali, yang memisahkan diri dari urusan politik,
kemudian berubah menjadi keyakinan akidah. Hal itu terjadi saat al-Hasan putra Ali mundur dari
urusan khilafah dan diserahkan sepenuhnya kepada Mu’awiyah bin Abi Sufyan.
B.     Akidah dan Ajaran Mu’tazilah
Mu’tazilah meyakini Lima Dasar Utama (al-ushul al-khamsah) sebagai prinsip ajaran mereka
juga sekaligus sebagai Rukun Iman bagi mereka. Lima Dasar Utama tersebut adalah sebagai
berikut:
1)      Prinsip Tauhid (Keesaan Allah)
Mereka tidak mempercayai adanya sifat-sifat Allah. Sebab, dengan menetapkan sifat-sifat
Allah yang juga bersifat qadim, seorang dianggap telah berbuat syirik (menyekutukan Allah).
Dengan mengaggap dzat Allah memiliki sifat-sifat yang bersifat qadim, seseorang dianggap telah

12
menyamakan antara dzat Allah dengan sifat-sifatnya, sehingga akan ada tuhan-tuhan lain selain
Allah. Hal semacam ini, menurut mereka, termasuk perbuatan syirik.
2)      Prinsip ‘Adl
Dalam pandangan Mu’tazilah,seperti dijelaskan al-Mas’udi, Allah tidak menyukai kerusakan,
tidak menciptakan perbuatan hamba (af al al-‘ibad),namun mereka melakukan apa yang mereka
perintahkan dan meninggalkan apa yang mereka larang sendiri,berdasarkan qudrah (kehendak)
yang diberikan Allah pada mereka.Dalam hal ini mereka meng-counter Jabariyah yang
berpendapat bahawa seorang hamba dalam perbuatannya, tidak memiliki pilihan sama sekali.
3)      Prinsip al-Wa’d wa al-Wa’id (janji dan ancaman)
Mu’tazilah berkeyakinan bahwa janji dan ancaman akan datang.Janji Allah untuk
memberikan pahala pasti terjadi,demikian pula sebaliknya, ancaman Allah untuk memberikan
siksa juga bakal terjadi. Sebagaimana janji Allah untuk menerima taubat nashuha juga akan
terjadi. Orang yang berbuat dosa besar tidak akan diampuni, kecuali dengan bertaubat,
sebagaimana orang yang berbuat kebaikan bakal mendapatkan pahala.
4)      Prinsip al-Manzilah baina al-Manzilatain (tempat di antara dua tempat)
Al-Syahrastani dalam al-Milal wa al-Nihal mengutip pendapat Washil bin Atha bahwa iman
itu ibarat poin-poin kebaikan. Jika poin-poin itu terkumpul, maka seseorang dinamakan sebagai
mukmin, dan itu adalah predikat terpuji. Sedangkan orang fasik tidak mengumpulkan poin-poin
kebaikan, juga tidak mendapatkan predikat terpuji. Oleh karena itu, ia tidak disebut sebagai
mukmin, namun juga tidak kafir karena syahadat dan kebaikan-kebaikan lain telah ia penuhi.
Tapi jika ia keluar dari dunia dengan membawa dosa besar tanpa bertaubat, maka ia termasuk
ahli neraka selama-lamanya. Karena di akhirat itu hanya ada dua kelompok, satu di surga, satu di
neraka. Namun orang itu siksanya di neraka dikurangi.”
Meskipun Mu’tazilah menyakini bahawa orang yang bermaksiat berada “di tempat di antara
dua tempat”, namun tidak mengapa disebut sebagai muslim. Namun tersebut, menurut
mereka,untuk membedakannya dengan orang-orang kafir dzimmi, bukan untuk memuji atau
memuliakannya.
5)      Prinsip  Amar Makruf Nahi Munkar
Prinsip ini berfungsi untuk menyebarkan Islam dan memberikan pencerahan bagi orang-
orang yang tersesat,juga untuk menangkal serangan orang-orang yang berusaha
mencampuradukan (tablis) antara yang benar dengan yang salah.
Iman Ibnu Abil ‘Izz berkata, “Terkait amar makruf nahi munkar, mereka (kaum Mu’tazilah)
berkata, “Kita wajib menyuruh orang selain kita untuk melakukan hal yang telah diperintahkan
kepada kita dan mewajibkan mereka dengan apa yang wajib kita kerjakan. Di antara
kandungannya adalah boleh memberontak dengan senjata melawan penguasa yang zalim.

13
Selain Lima Dasar Utama Mu’tazilah, adapun ajaran lain dalam akidah Mu’tazilah yang
mencirikan golongan ini, yaitu mengandalkan akal secara penuh. Bagi Mu’tazilah, kedudukan
akal ini diatas Al Quran dan hadits. Oleh karena itu dalam tafsirnya, mereka mencoba
mentafsirkan Al Quran dengan akal dan memutar ayat suci itu sesuai dengan akalnya. Diantara
contohnya, mereka menolak adanya Mi’raj, karena bagi mereka sangat bertentangan dengan
akal, walaupun telah ditetapkan dalam nash. Begitu pula mereka menolak adanya adzab kubur,
bangkit dari kubur. Alasannya, mustahil bagi orang yang sudah mati, terbaring dalam tanah yang
sempit, dibangunkan dan disuruh duduk.
5.    WAHABI
A.     Pengertian dan Sejarah Kemunculan Wahabi
Golongan Wahabi adalah pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, sebuah gerakan separatis
yang muncul pada masa pemerintahan Sultan Salim III (1204-1222 H). Gerakan ini berkedok
memurnikan tauhid dan menjauhkan umat manusia dari kemusyrikan. Muhammad bin Abdul
Wahhab dan para pengikutnya menganggap bahwa selama 600 tahun umat manusia dalam
kemusyrikan dan dia datang sebagai mujaddid yang memperbarui agama mereka. Gerakan
Wahabi muncul melawan kemampuan umat Islam dalam masalah akidah dan syariah, karenanya
gerakan ini tersebar dengan peperangan dan pertumpahan darah.Sebagian kalangan tidak
menyukai istilah “wahabi”, dan lebih menyukai istilah “salafi” salah satu alasannya, penamaan
dakwah yang di emban oleh Muhammad dengan nama Wahhabiyah yang di nisbatkan kepadanya
adalah penisbatan yang keliru dari sisi bahasa, karena ayahnya tidak menyebarkan dakwah ini.
Mengklaim terhadap sebuah mazhab yang baru dengan nama salafiyah atau salafi,
merupakan bentuk fanatisme (ta’ashshub), serta tidak masuk dalam kategori ittiba’ (mengikuti)
seperti yang di harapkan. Dengan ujaran lain , ittiba’ salaf merupakan inti dari agama, dan dasar-
dasar yang telah di tetapkan oleh sunnah Rasulullah. Sedangkan pengklaiman terhadap mazhab
salafi merupakan bentuk bid’ah yang tidak diridhoi oleh Allah, juga bentuk pengkhayalan
(penyelewengan) terhadap sesuatu yang tidak ada dasarnya dalam sejarah (tarikh).Dari kurun
waktu pertama yang di berkahi dalam agama Islam, tidak ada mazhab dalam klompok umat
islam yang di beri nama dengan “ mazhab salafi” atau “mazhab salaf”.
Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid
at Tamimi pertama kali menyebar ajarannya di daerah Huraimalan. Banyak yang menentang
ajarannya termasuk ayah dan gurunya sehingga berdakwah dengan sembunyi.Namun setlah
ayahnya meninggal dia berani lantang menyebarkan ajarannya.Ia mengkafirkan umat Islam
ziarah kubur, mereka hanya bertawasul, dan membalikkan ayat yangsebetulnya turun sebagai
peringatan untuk kaum kafir ia menggunakan ayat ini untuk mengkafirkan umat Islam.

14
B.     Aliran Wahabi dan Penyimpangannya
Pengikut wahabi sering menyebut diri mereka dengan nama al- Muwahhidin (kaum yang
tauhidnya bersih). Selain itu, kelompok Wahabi pda era belakang sering menyebut diri
sebagai salafi.Wahhab adalah orang biasa yang tidak menonjol dan tidak diakui ketokohan serta
keulamaannya oleh para ulama yang sezaman dengannya. Oleh karena piranti keilmuan yang
dimilikinnya tidak memadai, maka hasil ijtihadnya, baik dalam bidang fiqih, maupun dalam
bidang akidah, banyak yang menyimpang dari Al Quran, Sunnah dan ijma’ kaum muslimin.
Akibatnya, ia seringkali melakukan protes terhadap umat islam sekitarnya, yang jelas berbeda
dengan dirinya.
Selanjutnya, untuk menarik simpati umat Islam, Wahabi berupaya mengusung platform
dakwah yang sangat terpuji yang mengklaim mengikuti Al Quran dan al-Sunnah, berijtihad
sendiri , memerangi syirik, penyembahan berhala, membersihkan islam dari bid’ah dan khurafat.
Namun mereka salah kaprah dalam penerapannya, bahkan dapat di bilang, dalam banyak hal
mereka telah keluar dari islam itu sendiri.
Kemudian, karena keyakinannya yang menyimpang itu, kakaknya sendiri yang bernama
sulaiman bin abdul wahhab juga mengkritik dengan pedas melalui kedua bukunya, yaitu 1.Al-
sawa’iq al-ilahiyyah fi al-radd’ala al-wahhabiyah, dan 2.Fasl al-khithab fi al-radd’ala
Muhammad bin abdil wahhab. Kedua bukunya itu di rasa penting di tulis, melihat adiknya yang
sudah jauh menyimpang dari ajaran islam dan akidah umat secara umum, terutama madzhab
ahmad bin hanbal, sebagai madzhab ahlussunnah wal-jamaah yang banyak di ikuti oleh
penduduk najed, Saudi Arabia.
Banyak kitab yang di tulis oleh para ulama ternama ahlussunnah wal-jamaah yang
menjelaskan kesesatan ajaran kelompok ini, seperti syaikh ahmad bin zaini dahlan, al-habib
‘alawi bin ahmad bin hasan al-haddad dan lain-lain.
Ajaran wahabi masuk ke Indonesia melalui kaum paderi di minangkabau, kemudian di
kembangkan oleh 3 orang tokohnya, yaitu H sumanik dari luhak tanah datar, H piabong dari
luhak 50 kota, H miskin dari luhak agam. Salah satu latar belakang kelahiran jami’iyah nahdlatul
ulama tidak lepas dari adanya reaksi terhadap situasi umat islam ketika itu.
Muhammad bin abdul wahhab telah membuat ajaran baru yang di ajarkan kepada
pengikutnya. Dasar ajarannya ini adalah menyerupakan allah dengan makhluk –Nya, karena
duduk adalah salah satu sifat manusia. Dengan ajarannya ini, Muhammad bin abdul wahhab
telah menyalahi firman allah :
“Dia (allah) tidak menyerupai segala sesuatu dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-
Nya”. (Q.S. asy-Syura: 11)

15
Para ulama salaf bersepakat bahwa barang siapa yang menyifati allah dengan salah satu sifat
di antara sifat-sifat manusia maka ia telah kafir. Sebagaimana hal ini di tulis oleh imam al
muhaddits as-salafi ath-thahawi (227-321 H) dalam kitab aqidahnya yang terkenal dengan nama
(akidah thahawiyah), teks pernyataan adalah :
“Barangsiapa mensifati allah dengan salah satu sifat dari sifat-sifat manusia, maka ia telah
kafir”.
Di antara keyakinan golongan wahabiyah ini adalah mengkafirkan orang yang berkata: “Yaa
Muhammad…”, mengkafirkan orang yang berziarah ke makam para nabi dan para wali untuk
bertabarruk (mencari barakah ), mengkafirkan orang yang yang mengusap makam para nabi
untuk bertabarruk, dan mengkafirkan orang yang mengalungkan hirz(tulisan ayat-ayat al-qur’an
atau lafazh-lafazh dzikir yang di bungkus dengan rapat lalu di kalungkan di leher ) yang di
dalamnya hanya tertulis al-qur’an dan semacamnya dan tidak ada sama sekali lafazh yang tidak
jelas yang di haramkan.

16
TABEL 1. PERBEDAAN ASWAJA DAN SYI’AH
ASPEK ASWAJA SYI’AH
Rukun Islam Syahadatain, Shalat, Puasa, Shalat, Shaum, Zakat, haji,
Zakat, Haji Wilayah
Rukun Iman Allah, para malaikat, Kitab, Tauhid, Nubuwwah, Imamah,
Rasul, hari akhir, Qadha dan Al-‘Adl, Al-Ma’ad
Qadar
Shahadat Dua kalimat syahadat Tiga kalimat shahadat
(ditambah dengan menyebut dua
belas imam)
Imam Percaya pada imam tang ditak Percaya kepada 12 imam
termasuk rukun iman (imam termasuk rukun iman
tidak terbatas)
Khilafah 4 Khulafa Rasyidin Hanya Ali yang diakui
‘Ishmah Khalifah tidak ma’shum, Para imam yang berjumalah 12
artinya mereka dapat berbuat adalah ma’shum seperti Nabi
salah/ dosa/ lupa
Sahabat Dilarang mencaci maki para Mencaci maki para sahabat
sahabat tidak apa-apa, bahkan Syi’ah
berkeyakinan para sahabat
setelah Rasullullah wafat,
mereka menjadi murtad dan
tinggal beberapa orang saja.
Alasannya karena para sahabat
memba’iat Abu Bakar sebagai
khalifah.
Istri Rasul Sayyidah Aisyah istri Aisyah dicaci maki. Para istri
rasulullah sangat dihormati dan Rasul bukan Ahlu bait
dicintai. Para istri rasul
termasuk ahlul bait
A Quran Tetap orisinil Telah dibuah oleh para sahabat
Hadits Al Kutub as- Sittah: shahih Al Kutub al- Arba’ah: al Kafi, al
Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Istibshar, Man la yahdhuruhu al
Turmudzi, Ibnu Majah, an- Faqih, at- Tahdzib
Nasa’i
Surga dan Surga diperuntukkan bagi Surga diperuntukkan bagi orang
neraka orang yang taat kepada Allah yang cinta Ali. Neraka
dan Rasul. Neraka diperuntukkan bagi orang yang
diperuntukkan bagi orang yang memusuhi Ali.
tidak taat kepada Allah dan

17
Rasul.
Raj’ah Tidak meyakini raj’ah adalah Meyakini akidah raj’ah
keyakinan bahwa keak di
akhirat sebelum kiamat,
manusia akan hidup kembali,
dimana saat itu ahlu bait akan
balas dendam kepada
musuhnya
Imam Mahdi Imam Mahdi adalah sosok Imam Mahdi akan keluar dari
yang akan membawa keadilan persembunyiannya. Kemudian
dan kedamaian dia pergi ke Madinah untuk
membangunkan Rasullullah,
Ali, fatimah, serta ahlu bait.
Selanjutnya ia akan
membangunkan Abu Bakar,
Umar, Aisyah. Ketiga tersebut,
akan disiksa, sebagai balasan ats
perbuatan jahat mereka kepada
ahlu bait. (orang Syi’ah
mempunyai Imam Mahdi
sendiri. Berlainan dengan Imam
Mahdinya Aswaja, yang akan
membawa keadilan dan
kedamaian.
Mut’ah Haram Halal dan dianjurkan
Khamr Najis Najis
Air Air yang telah dipakai istinja’ Air yang telah dipakai cebok
(cebok) tidak suci dianggap suci dan mensucikan
Shalat 1.Meletakkan tangan kanan 1.Meletakkan tangan kanan
diatas tangan kiri hukumnya diatas tangan kiri membatalkan
sunnah. 2.Mengucapkan Amin shalat. 2.Mengucapkan Amin di
sunnah. 3.Shalat jama’ akhir surat al-Fathihah dalam
diperbolehkan bagi orang yang shalat dianggap tidak sah.
bepergian dan bagi orang yang 3.Shalat jama’ diperbolehkan
mempunyai udzur sya’i. walaupun tanpa alasan apapun.
4.Shalat Dhuha disunnahkan 4.Shalat Dhuha tidak dibenarkan

18
TABEL 2. PERBEDAAN ASWAJA DAN KHAWARIJ
Aliran Perbedaan
Teologi (aqidah) Hukum (fiqh) Politik (siyasah)
Aswaja Rukun Islam: Rujukan hadits al 4 Khulafa rashidin
syahadat, shalat, Kutub as Sittah: shahih
puasa, zakat, haji bukhari, muslim, abu
dawud, turmudzi, ibnu
majah, an Nasa’i
Rukun Iman: Rujukan penetapan Percaya kepada imam
Allah, para hukum (mashadir al tidak termasuk rukun
malaikat, Kitab, tasyri’); Al Quran dan iman (imam tidak
Rasul, hari akhir, Sunnah Nabi terbatas)
Qadha dan Qadar
Al Quran adalah Potensi ijtihad terbuka Pemimpin (imam)
orisinil dalam ranah yang diangkat melalui
belum dijelaskan oleh kesepakatan ahl hal
nash Al Quran dan wa al- aqdi atau orang
Sunnah yang mengangkat
dirinya sendiri (dalam
kondisi darurat),
kemudian dia dibaiat
oleh ahl hal wa al-
aqdi dan rakyat
Surga Mengambil fikih dari Kepemimpinan
diperuntukkan bagi imam madzhab empat, hukumnya wajib
orang yang taat yaitu Abu Hanifah, karena dalil syariat.
kepada Allah dan Maliki, Syafi’I, dan (persamaan dengan
Rasul-Nya. Neraka Ahmad bin Hanbal Khawarij; harus ada
diperuntukkan bagi pemimpin untuk
orang yang tidak mengelola dan
taat kepada Allah mengamankan
dan Rasul negara. Menurut
Aswaja karena dalil,
menurut Khawarij,
karena maslahat
Pemimpin harus
memenuhi empat
syarat: 1. Berasal dari
suku Quraisy. 2.
Baiat. 3. Syura. 4.
Adil

19
Khawari Meyakini khlaq al Hanya mengambil Menyatakan keluar
j Quran (penciptaan hadits yang dari kepemimpinan
Al Quran), karena diriwayatkan oleh para Ali (yang sudah
itu Al Quran tidak pemimpin mereka disahkan oleh ahl hal
suci wa al- aqd dan telah
dibaiat rakyat) setelah
terjadinya peristiwa
tahkim (arbitrase)
Setiap orang dari Meyakini hukum hanya Mengkafirkan Ali,
umat Nabi milik Allah (la hukma Utsman, Muawiyah,
Muhammad yang ilalillah), karena itu oarng yang terlinat
tela melakukan mengukumi sesuatu dalam perang Jamal,
dosa dikategorikan dengan selain hukum dua pihak yang
sebagai orang kafir Allah menurut mereka menyepakati
dan ia akan kekal adalah kufur perjanjian tahkim,
di dalam neraka serta orang yang
mendukung kedua
pihak
Mengubah nama Semangat membabi Berkeyakinan bahwa
dan sifat Allah buta (hammasah) dan jika pemimpin kafir,
hanya berpegang maka rakyat ikut
teguhpada lahiriah teks/ kafir, karena itu wajib
dalil keluar dari
kepemimpinan imam
yang mereka nilai
elah kafir
Memaknai istiwa Kesalahan dalam ijtihad Khalifah harus dipilih
(bersemayamnya) dapat menjadikan malului pemilihan
Allah di Arsy seseorang kafir yang bebas dan
dengan istila’ bersih, dilakukan oleh
(menguasai), mayoritas kaum
sehinga direbut muslimin, bukan
kembali oleh Allah hanya sebagian
golongan, dan
epemimpinan
khalifah terus sah
selama ia
menegakkan keadilan
dan syariat, jauh dari
kesalahan dan
kezaliman. Jika ia
berkhianat, wajib
dipecat atau dibunuh
Mayoritas Khalifah tidak harus

20
Khawarij tidak dari suku Quraisy,
mengimani azab juga tidak harus dari
kubur bangsa Arab. Mereka
mengangkat Abdullah
bin Wahab al- Rasi
(bukan dari Quraisy)
sebagai khalifah dan
menyebutnya amir al-
mukminin
Berani mati dan Kelompok Khawarij
menghadapi bernama najdat
bahaya yang berpendapat
mengancam jiwa pengangkatan imam
dan keselamatan, wajib karena maslahat
dengan alasan yang dan kebutuhan, bukan
tidak kuat wajib karena dalil
syariat
Kelompok
Khawarij bernama
Yazidiyah
meyakini bahwa
Allah mengutus
seorang Rasul dari
kalangan ‘ajam
(non Arab) dan
menurunkan syariat
Nabi

21
TABEL 3. PERBEDAAN ASWAJA DENGAN MU’TAZILAH
Masalah Ahlussunnah Mu’tazilah
At- Tauhid Menauhidkan Allah Menauhikan Allah
dalam Rubbubiyah, dengan meniadakan sifat-
Uluhiyah, Asma wa siaft sifat-Nya untuk
tanpa tasybih, tamtsil, memurnikan dari tasybih
ta’til, dan takyif dan tamtsil
Al- Adl Mengimani keadilan Keadilan Allah
Allah yang maha diwujudakn dalam
Sempurna pemberian kebebasan
bagi manusia untuk
menentukan nasibnya
Al Wa’ad Wal Wa’id Allah memiliki janji Janji dan ancaman Allah
(pahala, surga) bagi diwujudkan dengan
setiap orang yang taat memasukkan ke nekara
dan memiliki ancaman bagi setiap orang
(siksa, neraka) bagi orang (termasuk muslim) yang
yang ingkar. Setiap orang berdosa dan mati dalam
yang bertauhid pasti keadaan belum bertaubat
masuk surga, meski
berdosa kecuali dosa
syirik
Al Manzilah baynal Muslim yang berbuat Muslim yang berbuat
Manzilatain dosa dihukumi sebagai dosa dihukumi tidak
fasiq. Ketika bertaubat muslim dan tidak kafir,
akan diampuni, apabila menempati dua keadaan.
belum bertaubat dan Ketika mati belum
mati, sepenuhnya bertaubat kekal
diserahkan kepada Allah

22
TABEL 4. PERBEDAAN ASWAJA DENGAN WAHABI
Aswaja Wahabi
Aqidah sfat 20 susunan Imam Asy’ari Tauhid Uluhiyah, Rububiyah, dan
(lahir 240 H) Asma wa Shifat susunan Muhammad
bin Abdul Wahhab (1115 H)
Menganut 1 dari 4 madzhab (Hanafi, Tidak bermazhab
Maliki, Syafi’I, atau Maliki)
Ada bid’ah hasanah Semua Bid’ah Sesat
Zikir dan doa bersama usai sholat Tak ada Zikir dan Doa berjama’ah
berjama’ah
Mengikuti ulama salaf yang lahir pada Yang diikuti MBAW lahir tahun 1115
3 abad pertama Islam H
Toleransi dalam Furu’iyah/ Khilafiyah Tak ada toleransi dalam perbedaan
Qunut subuh untuk madzhab Syafi’i Qunut Subuh bid’ah sesat
Yasinan, tahlilan, dan mauludan Yasinan, Tahlilan, dan Maulidan itu
sesat
Ziarah dan doa kubur Menganggap berdoa di kuburan
Musyrik dan Menghancurkan kuburan
Ulama
Mengislamkan orang kafir MengKafirkan orang Islam

23
BAB III
PENUTUP
1.    Kesimpulan
Dari masing-masing aliran kalam memiliki pemahaman yang berbeda tentang berbagai
masalah ketuhanan dan lainnya,yang kemudian menimbulkan argumentasi yang diperdebatkan
untuk membela masing-masing golongan. Syi’ah adalah salah satu aliran dalam Islam yang
meyakini Ali bin Abi Thalib dan keturunannya sebagai pemimpin Islam setelah Nabi wafat.
Khawarij berarti orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib. Golongan ini
menganggap dirinya sebagai orang yang keluar dari rumah dan semata-mata untuk berjuang
dijalan Allah. Meskiun pada awalnya Khawarij muncul karena penolakan politik, tetapi dalam
perkembangannya golongan ini banyak berbicara masalah teologis.
Sedangkan aliran Mu’tazilah merupakan salah satu aliran teologi dalam Islam yang dapat
dikelompokkan sebagai kaum rasionalis Islam. Aliran ini muncul sekitar abad pertama hijriyah,
di kota Basrah, yang ketika itu menjadi kota sentra ilmu pengetahuan dan kebudayaan islam.
Golongan Wahabi adalah pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, sebuah gerakan separatis
yang muncul pada masa pemerintahan Sultan Salim III (1204-1222 H). Gerakan ini berkedok
memurnikan tauhid dan menjauhkan umat manusia dari kemusyrikan. Gerakan Wahabi muncul
melawan kemampuan umat Islam dalam masalah akidah dan syariah, karenanya gerakan ini
tersebar dengan peperangan dan pertumpahan darah.
Aswaja atau Ahlussunnah wa al-Jama’ah adalah orang-orang yang selalu berpedoman pada
sunnah Nabi dan jalan para sahabat dalam masalah akidah keagamaan, amal-amal lahiriyah serta
akhlak hati. Ciri khas akidah Aswaja meyakini bahwa Allah itu tanpa arah dan tanpa tempat.
Aswaja merupakan aliran yang memiliki dasar akidah berdasarkan Al Quran dan hadits Nabi.
Dalam masalah imamah, Aswaja mengakui keempat Khulafa Roshidi, yaitu Abu Bakar, Umar,
Utsman, dan Ali.
 

24

Anda mungkin juga menyukai