Di susun oleh :
Kelompok 9
BENGKALIS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Memahami dan Menjelaskan tentang
qadhiyyah ini tepat waktunya.
Adapun tujuana dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak Dr.
AlMa'arif,M.Hum sebagai dosen pengampu mata Kuliah Ilmu mantik dan logika. Selain itu,
makalah ini juga dibuat untuk menambah wawasan tentang qadhiyyah bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Dan saya juga mengucapkan terimakasih kepasa semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik san saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Bengkalis,12,03, 2022
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................…….......................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan...............................................................................................................................13
B.Saran..........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu mantiq adalah ilmu yang berkaitan dengan pembicaraan yang masuk akal yang sesuai
dengan keadaan dan kenyataan beserta argumentasi dan juga sesuai dengan dalil. Ilmu ini
merupakan suatu metode dalam penelitian ilmiah sehingga dalam pembahasan Ilmu Mantiq tidak
bisa dilepaskan dengan pembahasan sesuatu yang condong pada kebenaran dzatnya yang berlaku
diantara mantiq. Perkataan itu dipandang dari segi perkataan itu sendiri yang dapat mengarah
pada keadaan benar atau tidak benar, hal ini dalam Ilmu Mantiq disebut “qadhiyah”.
Sesuatu itu akam mengandung kemungkinan dua kemungkinan yakni benar dan salah, hal
tersebut dibuktikan dengan suatu eksperimen untuk memastikan kebenartannya gabungan dari
dua sesuatu disebut qadhiyah (preposisi).
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
1. Agar memenuhi sebagai tugas mata kuliah Ilmu mantiq dan logika
3
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian qadhiyyah
Dari sudut pandang mantiq, shuroh (formasi) seluruh istidlal-istidal mubasyir dibuat dari
sebuah “qadhiyah”. Qadiyah adalah sebuah kalimat khabari (informatif) yang sempurna, seperti
“Ali adalah orang yang adil”.
1. Mufrad (tunggal); yaitu lafadz yang tidak memiliki bagian, seperti “A” yang berupa
huruf, atau jika ia memiliki bagian maka bagian dari lafadz tersebut tidak menunjukkan
bagian dari makna, seperti “Abdullah” sebagai sebuah nama bagi seseorang. Ilmu
mantiq juga membagi mufrad kepada isim (kata benda), fi’il (kata kerja) dan harf (kata
penghubung).
2. Murakkab (majemuk); yaitu lafadz yang pertyama: ia memiliki bagian, kedua: setiap
bagian memiliki makna dan ketiga; makna dari setiap bagian adalah sesuatu yang
dimaksudkan, seperti kalimat “bunga itu indah”. Lafadz yang murakkab terbagi kepada
dua; Taam dan Naqis.
Murakkab taam adalah kalimat yang maknanya sempurna, sehingga pendengar dan tidak lagi
menunggu kelanjutannya, seperti kalimat “dia akan datang”.
1
Drs.H.A.Basiq Djalil,SH.,M.A, Logika ilmu mantiq ( jakarta: prenada media ) April 2014 hal : 20
4
B. Bangunan formatif qadhiyyah hamliyyah dan syarthiyyah
Qodhiyah hamliyah adalah yang lengkap terdiri dari tiga unsur tersebut, yang disebut dengan
tsulatsiyah. Tetapi ada juga yang terdiri dari dua unsur saja tanpa penghubung, yang disebut
dengan tsunaiyah. Contoh: Muhammad Rasul.
Dalam bahasa kita fungsi penghubung ini kurang begitu penting, karena ia dapat disebutkan
dan dapat juga dihilangkan. Kata penghubung yang biasa dipakai yaitu kata “adalah” umtuk
pernyataan positif dan kata “tidak” atau “bukan” untuk pernyataan negatif. Lain halnya dengan
bahasa Inggris, fungsi penghubung sangat penting dalam susunan kalimat, yaitu yang disebut
dengan “to-be”.
Oleh karena itu susunan qodhiyah hamliyah dapat dibuat rumus sebagai berikut:
Keterangan: S = subyek2
P = Predikat
Qodhiyah hamliyah kadang hanya mengandung satu pernyataan hubungan antara subyek atau
predikat dan kadang-kadang mengandung lebih dari satu pernyataan yang mengandung satu
2
Murtadha Muthahhari, Belajar konsep logika ( jakarta : Abbaz Production ) Maret 2012 hal 34
5
pernyataan saja disebut Tunggal dan yang mengandung lebih dari satu pernyataan disebut
Majemuk.
Jika ditinjau dari segi kualitas (positif atau negatif) atau juga disebut dengan segi predikat terbagi
atas Mujabah (positif) dan Salibah (Negatif).[5] Dan mujabah itu sendiri maknanya yakni
sesuatu yang menetapkan adanya hubungan antara subyek atau predikat. Contohnya; Manusia
adalah makhluk tuhan. Sedangkan yang dimaksud salibah(negatif) adalah yang tidak menetapkan
adanya hubungan antara subyek dan predikat. Contohnya; Manusia bukan Tuhan.
Jika ditinjau dari segi kwantitas atau dari subyeknya terbagi atas empat pokok. (Syakhsiyah,
Muhmalah, Kulliyah, Juz’iyyah)
1. Syakhsiyah (tertentu), yaitu Q.H yang subyeknya berbentuk suatu individu atau afrad tertentu.
Contoh:
2.Muhmalah (tak tertentu), yakni Q.H yang subyeknya berbentuk lafadz kulli namun tanpa
penjelasan berlaku untuk seluruhnya atau sebagian dari lafadz kulli yang dimaksud.
Contoh:
Dalam contoh di atas, subyek berbentuk kata yang bersifat tidak tertentu karena terdiri dari
kata kulli tanpa ada keterangan berlakunya.
3.Kulliyah (universal), yakni Q.H yang subyeknya berbentuk lafadz kulli yang disertai
penjelasan berlaku untuk seluruh afrad-afrad dari lafadz kulli yang dimaksud.
Contoh:
Dalam contoh ini, subyek berbentuk lafadz kulli dengan keterangan untuk seluruhnya.
6
4.Juz’iyah (sebagian), yakni Q.H yang subyeknya berbentuk lafadz kulli yang disertai penjelasan
berlaku untuk sebagian afrad-afrad dari lafadz kulli yang dimaksud.
Contoh:
Dalam contoh tersebut, subyek berbentuk kulli dengan keterangan berlaku untuk sebagian
saja.dengan demikian, klasifikasi qodliyah hamliyah yang ditinjau dari segi kuantitas
sebagaimana tergantung pada ruang lingkup yang membatasi subyek. Disini ahli logika ada yang
hanya membagi menjadi dua bentuk saja yakni Kulliyah dan Juz’iyah. Dan unutk yang
Syakhsiyah dimasukkan ke dalam kulliyah sedangkan muhmalah dimasukkan ke dalam
juz’iyyah.
Dilanjut dengan tinjauan dari segi subyek dan predikat/ maudhu’ dan mahmul sekaligus, Q.H
terbagi sebagai berikut.
Muhammad berdiri.
7
6). Qadhiyah hamliyah juz’iyyah salibah.
Jikalau kita mengikuti pembagian para ahli logika yang membagi kulliyah dan juz’iyyahnya saja
maka akan seperti ini:
Sur itu berasal dari bahasa arab yang secara bahasa maknanya cakupan. maksudnya
mencakup semua atau sebagian[6]. Sedangkan menurut istilah manthiq yakni kata yang
menunjukkan kwantitas berlakunya hukum mahmul atas maudhu’. Dengan kata lain, Sur adalah
kata yang membatasi kwantitas subyek.
a. Sur Mujabah Kulliyah, dengan kata (setiap, semua, seluruh, tiap-tiap) dengan simbol, كل
b. Sur Salibah kulliyah, dengan kata (tak satupun tak seorangpun, tidak semua.) dengan
simbol, الأحد الشئ
c. Sur Mujabah Juz’iyah, dengan kata (sebagian, kebanyakan, sedikit, dsb) dengan simbol,
بعض
d. Sur Salibah juz’iyah, dengan kata (sebagian tidak, tidaklah sebagian, dan sebagainya.)
dengan simbol,ليس ليس بعض
8
c). sebagian ikan diperjualbelikan.
9
sifat kulli dan juz’i disebut dengan “sur qadhiyah”, seperti kata “setiap”, “sebagai”
atau “ tidak ada sama sekali”.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
1. Mujibah Makhshushah
3
KH.Husein Muhammad, islam agama ramah ( Bandung: LKIS ) 2004 HAL: 53
10
Mujibah makhshushah (qadhiyah syarthiyah muttashilah mujibah makhshushah) yaitu
qadhiyah syarthiyah muttashilah yang di antara muqaddam dan tali-nya terdapat keterikatan
dalam keadaan atau waktu tertentu.
Contoh:
2.Mujibah Kulliyah
Contoh:
3.Mujibah Juz’iyah
Contoh:
4. Mujibah Muhmalah
Contoh:
11
b. Salibah
Salibah (Qadhiyah syarthiyah muttashilah salibah) adalah qadhiyah yang di antara tali
dan muqaddamnya tidak mempunyai hubungan kelaziman. Qadhiyah semacam ini terdapat
dalam empat bentuk:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Contoh:
1.Salibah Makhshushah
Contoh:
12
a) Tidaklah, jika ia datang dengan mengakui kesalahannya, saya akan menghukumnya
(kondisi tertentu)4
b) Tidaklah, jika seseorang datang kepada saya sesudah ‘Ashar, saya akan menolaknya
(waktu tertentu)
2. Salibah Kulliyah
Contoh:
a) Tidaklah, setiap kali mahasiswa rajin, (setiap kali pula) ia mendapat penghargaan.
b) Tidak sama sekali, jika bangsa terpecah, pembangunan akan berhasil.
3.Salibah Juz’iyah
Contoh:
a) Tidaklah setiap kali mahasiswa rajin, ia pasti akan menjadi sarjana (kondisi)
b) Tidakla, setiap kali Anda datang ke rumah saya, Anda berhasil menemui saya (waktu)
4. Salibah Muhmalah
Contoh:
Dilihat dari segi keterikatan antara muqaddam dan tali-nya, qadhiyah syarthiyah muttashilah
terbagi kepada:
a. Luzumiyah
4
Dr. Ismail Marzuki,M.Si , Filsafat ilmu ( jarkarta : Fakultas Teknik UNIFA ) 15 Mei 2021 hal 45
13
Luzumiyah (qadhiyah syarthiyah muttashilah luzumiyah) adalah qadhiyah syarthiyah
muttashilah yang di antara muqaddam dan tali-nya terdapat keterikatan yang niscaya.
Qadhiyah syarthiyah muttashilah luzumiyah terbagi menjadi tiga bentuk sebagai berikut:
Contoh:
2. Muqaddam menjadi sebab agamawi (sebab syar’i) bagi terwujud atau terjadinya tali.
Contoh:
3.Muqaddam menjadi sebab kebiasaan (sebab ‘adi) bagi terwujud atau adanya tali.
Contoh:
b. Ittifaqiyah
Contoh:
Pada contoh nomor satu, anak itu menemani ibunya setiap kali pergi ke kota, merupakan hal
yang tidak terkait secara niscaya (pasti) seperti terkaitnya terbit matahari dengan terjadi siang.
Karena, bisa saja anak itu tidak menemani ibu ke kota, atau bisa saja ibu itu pergi ditemani oleh
5
Mat Rofa ismail, Mantik ( Malaysia : Penerbit Universiti Malaysia ) 31 Oktober 2019 hal 62
14
orang lain. kata setiap kali dalam contoh nomor satu menunjukkan bahwa sering sekali ibu itu
ditemani anaknya sehingga ada orang yang lantas mengatakannya setiap kali.
a. qadhiyah yang menetapkan adanya perlawanan antara dua juznya. Seperti: Zaid ada kalanya pergi,
ada kalanya tidur. Qadhiyah ini dibagi menjadi tiga macam:Mani’ul jami’, ditolak kumpulnya artinya
tidak boleh berkumpul dan tidak ditolak sepinya artinya tidak boleh terjadi kedua-duanya. Umpama:
Umar adakalanya berdiri, adakalanya duduk; ini mani’ul jami’ karena berdiri dan duduk tidak bisa
dilakukan secara bersamaan. Tetapi kalau sekaligus tidak berdiri dan tidak duduk itu mungkin terjadi, ini
yang dimaksud ditolak sepinya (boleh tidak terjadi kedua-duanya).
b.Mani’ul huluwwi, ditolak sepinya (tidak boleh tidak terjadi kedua-duanya), tidak ditolak berkumpulnya
(boleh berkumpul kedua-duanya sekaligus), misalnya: Aisyah ada kalanya berada dilautan, adakalanya
tidak tenggelam, ini boleh jadi (karena berperahu misalnya).
c. Mani’ul jami’ wal huluw, yaitu yang dinamakan qadhiyyah syarthiyyah munfashilah haqiqqiyah,
artinya kedua-duanya berkumpulnya dan sepinya (tidak terjadi) itu ditolak, keduanya terjadi sekaligus
tidak mungkin. Contohnya, Muhammad adakalanya mati dan adakalanya hidup, andaikata Muhammad
sekjaligus mati dan hidup itu tidak mungkin terjadi, sebaliknya ia tidak mati dan tidak hidup juga tidak
mungkin.
Qadhiyah syarthiyyah pasti mempunyai dua bagian (Dua juz) kalimat. Manakala matahari terbit (bagian
ke satu/muqaddam) siang hari terjadi (bagian juz kedua/taalie).
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qadhiyah adalah jumlah khobariyah yang mengandung kebenaran dan kesalahan dan bisa
diketahui benar tidaknya dengan penelitian atau eksperimen. Setiap qadhiyyah terdiri dari tiga
unsur: 1) mawdhu’, 2) mahmul dan 3) rabithah (hubungan antara mawdhu’ dan mahmul).
Contoh, Zaid itu berdiri, maka yang pertama yaitu Zaid disebut maudhu’, berdiri dinamakan
mahmul yaitu hukum yang diletakkan pada zaid dan itu disebut rabithah.
B. Saran
Dalam hal ini, penulis cuma bisa memberikan sedikit gambaran secara global tentang
pembuatan makalah ini terutama pada awal dan penutup, namun secara detailnya teman-teman
terutama Bapak dosen pengajar diharapkan bukan hanya dapat membaca pada makalah ini yang
tertera diatas, tapi juga pada makalah atau buku-buku sejenisnya yang lain, yang lebih baik lagi.
Dan akhirnya, harapan dari penulis kritik dan saran terhadap penulisan makalah ini demi
penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya
16
DAFTAR ISI
Drs.H.A.Basiq Djalil,SH.,M.A, Logika ilmu mantiq ( jakarta: prenada media ) April 2014
Dr. Ismail Marzuki,M.Si , Filsafat ilmu ( jarkarta : Fakultas Teknik UNIFA ) 15 Mei 2021
Mat Rofa ismail, Mantik ( Malaysia : Penerbit Universiti Malaysia ) 31 Oktober 2019
Murtadha Muthahhari, Belajar konsep logika ( jakarta : Abbaz Production ) Maret 2012
17