Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ILMU MANTIK DAN LOGIKA

Memahami dan Menjelaskan tentang qadhiyyah

Dosen pengampu : Dr. AlMa'arif,M.Hum

Di susun oleh :

Kelompok 9

Misfa rani ( 182120328 )

Murni kartikasari ( 182120336 )

Muhammad. Hafis ( 182120332 )

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH (ESY)

JURUSAN SYARIA’AH DAN EKONOMI ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

BENGKALIS
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Memahami dan Menjelaskan tentang
qadhiyyah ini tepat waktunya.

Adapun tujuana dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak Dr.
AlMa'arif,M.Hum sebagai dosen pengampu mata Kuliah Ilmu mantik dan logika. Selain itu,
makalah ini juga dibuat untuk menambah wawasan tentang qadhiyyah bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Dan saya juga mengucapkan terimakasih kepasa semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik san saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkalis,12,03, 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................…….......................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian qadhiyyah ........................................................................................................2

B. Bangunan formatif qadhiyyah hamliyyah dan syarthiyyah.............................................2

C. Pembagian dari qadhiyyah hamliyyah dan syarthiyyah…................................................6

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan...............................................................................................................................13

B.Saran..........................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu mantiq adalah ilmu yang berkaitan dengan pembicaraan yang masuk akal yang sesuai
dengan keadaan dan kenyataan beserta argumentasi dan juga sesuai dengan dalil. Ilmu ini
merupakan suatu metode dalam penelitian ilmiah sehingga dalam pembahasan Ilmu Mantiq tidak
bisa dilepaskan dengan pembahasan sesuatu yang condong pada kebenaran dzatnya yang berlaku
diantara mantiq. Perkataan itu dipandang dari segi perkataan itu sendiri yang dapat mengarah
pada keadaan benar atau tidak benar, hal ini dalam Ilmu Mantiq disebut “qadhiyah”.

Sesuatu itu akam mengandung kemungkinan dua kemungkinan yakni benar dan salah, hal
tersebut dibuktikan dengan suatu eksperimen untuk memastikan kebenartannya gabungan dari
dua sesuatu disebut qadhiyah (preposisi).

B. Rumusan masalah

1. Apa itu pengertian dari qadhiyyah ?

2. Bagaimana mengenal bangunan formatif qadhiyyah hamliyyah dan syarthiyyah ?

3. Apa saja pembagian dari qadhiyyah hamliyyah dan syarthiyyah ?

C. Tujuan penelitian

1. Agar memenuhi sebagai tugas mata kuliah Ilmu mantiq dan logika

2. Agar mahasiswa mengetahui apa itu qadhiyyah dan pembagianya

3. Untuk mencapai kesuksesan dalam mempelajari Ilmu mantik dan logika

3
1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian qadhiyyah

Dari sudut pandang mantiq, shuroh (formasi) seluruh istidlal-istidal mubasyir dibuat dari
sebuah “qadhiyah”. Qadiyah adalah sebuah kalimat khabari (informatif) yang sempurna, seperti
“Ali adalah orang yang adil”.

a.Qodhiyah adalah kalimat yang sempurna

Para ilmu mantiq membagi lafadz kepada dua bagian:

1. Mufrad (tunggal); yaitu lafadz yang tidak memiliki bagian, seperti “A” yang berupa
huruf, atau jika ia memiliki bagian maka bagian dari lafadz tersebut tidak menunjukkan
bagian dari makna, seperti “Abdullah” sebagai sebuah nama bagi seseorang. Ilmu
mantiq juga membagi mufrad kepada isim (kata benda), fi’il (kata kerja) dan harf (kata
penghubung).
2. Murakkab (majemuk); yaitu lafadz yang pertyama: ia memiliki bagian, kedua: setiap
bagian memiliki makna dan ketiga; makna dari setiap bagian adalah sesuatu yang
dimaksudkan, seperti kalimat “bunga itu indah”. Lafadz yang murakkab terbagi kepada
dua; Taam dan Naqis.

Murakkab taam adalah kalimat yang maknanya sempurna, sehingga pendengar dan tidak lagi
menunggu kelanjutannya, seperti kalimat “dia akan datang”.

Sedangkan murakkab naqis adalah kalimat yang maknanya tidak sempurna dan pendengar


tidak merasa puas dan menunggu kelanjutan dari kalimat tersebut, seperti kalimat ‘langit biru
itu”.

b. Qadhiyah adalah kalimat khabari yang sempurna Murakkab taam terbagi kepada


khabari dan insya’i:

1. Murakkab taam khabari yaitu murakkab (kalimat tersusun) yang menceritakan sebuah


realitas, seperti kalimat “bunga itu indah”.
2. Murakkab taam insya’i yaitu murakkab yang tidak menceritakan sebuah realitas, akan
tetapi ia hanya memunculkan sebuah makna, seperti pertanyaan, permohonan, harapan.
Contohnya “tulislah”, “apakah dia akan datang” dan ‘semoga dia datang”.

1
Drs.H.A.Basiq Djalil,SH.,M.A, Logika ilmu mantiq ( jakarta: prenada media ) April 2014 hal : 20

4
B. Bangunan formatif qadhiyyah hamliyyah dan syarthiyyah

1. Mengenal Qodhiyah Hamliyah

Qodliyah Hamliyah adalah suatu rangkaian kata-kata (lafal-lafal) yang di dalamnya


mengandung suatu pengertian tentang terjadinya suatu hukum, tetapi keadaannya tidak
tergantung pada sesuatu yang lain.[4] Sedang yang di buku diktat mengatakan qodhiyah itu yang
tersusun dari satu kata (term) yang dihubungkan denga kata (term) yang lain. Qodhiyah hamliyah
ini merupakan suatu pernyataan hubungan antara subyek dengan predikat dan hubungan ini tanpa
syarat.

Contoh: Muhammad adalah Rasul

Qodhiyah ini tersusun dari tiga unsur, yaitu:

a) kata Muhammad, sebagai Subyek (maudlu’)


b) Kata Rasul, sebagai Predikat (mahmul)
c) Kata adalah, sebagai Penghubung (robithoh)

Qodhiyah hamliyah adalah yang lengkap terdiri dari tiga unsur tersebut, yang disebut dengan
tsulatsiyah. Tetapi ada juga yang terdiri dari dua unsur saja tanpa penghubung, yang disebut
dengan tsunaiyah. Contoh: Muhammad Rasul.

Dalam bahasa kita fungsi penghubung ini kurang begitu penting, karena ia dapat disebutkan
dan dapat juga dihilangkan. Kata penghubung yang biasa dipakai yaitu kata “adalah” umtuk
pernyataan positif dan kata “tidak” atau “bukan” untuk pernyataan negatif. Lain halnya dengan
bahasa Inggris, fungsi penghubung sangat penting dalam susunan kalimat, yaitu yang disebut
dengan “to-be”.

Oleh karena itu susunan qodhiyah hamliyah dapat dibuat rumus sebagai berikut:

S adalah P ------------------ Positif

S tidak/bukan P ------------ Positif

Keterangan: S = subyek2

P = Predikat

Qodhiyah hamliyah kadang hanya mengandung satu pernyataan hubungan antara subyek atau
predikat dan kadang-kadang mengandung lebih dari satu pernyataan yang mengandung satu
2
Murtadha Muthahhari, Belajar konsep logika ( jakarta : Abbaz Production ) Maret 2012 hal 34

5
pernyataan saja disebut Tunggal dan yang mengandung lebih dari satu pernyataan disebut
Majemuk.

Contoh: Mahasiswa itu rajin dan cerdas... positif (mujabah)

Mahasiswa itu tidak rajin dan tidak cerdas... negatif (salibah)

2. Klasifikasi Qodhiyah Hamliyah

Jika ditinjau dari segi kualitas (positif atau negatif) atau juga disebut dengan segi predikat terbagi
atas Mujabah (positif) dan Salibah (Negatif).[5] Dan mujabah itu sendiri maknanya yakni
sesuatu yang menetapkan adanya hubungan antara subyek atau predikat. Contohnya; Manusia
adalah makhluk tuhan. Sedangkan yang dimaksud salibah(negatif) adalah yang tidak menetapkan
adanya hubungan antara subyek dan predikat. Contohnya; Manusia bukan Tuhan.

Jika ditinjau dari segi kwantitas atau dari subyeknya terbagi atas empat pokok. (Syakhsiyah,
Muhmalah, Kulliyah, Juz’iyyah)

1. Syakhsiyah (tertentu), yaitu Q.H yang subyeknya berbentuk suatu individu atau afrad tertentu.

Contoh:

a) Yoga adalah Mahasiswa


b) Jakarta adalah ibukota negara Indonesia

2.Muhmalah (tak tertentu), yakni Q.H yang subyeknya berbentuk lafadz kulli namun tanpa
penjelasan berlaku untuk seluruhnya atau sebagian dari lafadz kulli yang dimaksud.

Contoh:

a) Satpam libur di hari sabtu


b) Mahasiswa mengikuti seminar

Dalam contoh di atas, subyek berbentuk kata yang bersifat tidak tertentu karena terdiri dari
kata kulli tanpa ada keterangan berlakunya.

3.Kulliyah (universal), yakni Q.H yang subyeknya berbentuk lafadz kulli yang disertai
penjelasan berlaku untuk seluruh afrad-afrad dari lafadz kulli yang dimaksud.

Contoh:

a) Semua Guru mengikuti rapat.


b) Tiap-tiap manusia akan mati.

Dalam contoh ini, subyek berbentuk lafadz kulli dengan keterangan untuk seluruhnya.

6
4.Juz’iyah (sebagian), yakni Q.H yang subyeknya berbentuk lafadz kulli yang disertai penjelasan
berlaku untuk sebagian afrad-afrad dari lafadz kulli yang dimaksud.

Contoh:

a) Sebagian Dosen mengikuti rapat.


b) Sebagian Manusia kaya.

Dalam contoh tersebut, subyek berbentuk kulli dengan keterangan berlaku untuk sebagian
saja.dengan demikian, klasifikasi qodliyah hamliyah yang ditinjau dari segi kuantitas
sebagaimana tergantung pada ruang lingkup yang membatasi subyek. Disini ahli logika ada yang
hanya membagi menjadi dua bentuk saja yakni Kulliyah dan Juz’iyah. Dan unutk yang
Syakhsiyah dimasukkan ke dalam kulliyah sedangkan muhmalah dimasukkan ke dalam
juz’iyyah.

Dilanjut dengan tinjauan dari segi subyek dan predikat/ maudhu’ dan mahmul sekaligus, Q.H
terbagi sebagai berikut.

1). Qadhiyah hamliyah syakhsiyah mujabah.

Contoh: Johan Musafir.

Muhammad berdiri.

2). Qadliyah hamliyah syakhsiyah salibah.

Contoh: Johan tidak Musafir.

Muhammad tidak duduk.

3). Qadliyah hamliyah kulliyah mujabah.

Contoh: Tiap manusia berfikir.

Setiap manusia akan mati.

4). Qadhiyah hamliyah kulliyah salibah.

Contoh: Tiap manusia bukan batu.

Tidak satupun es itu panas.

5). Qadhiyah hamliyah juz’iyyah mujabah.

Contoh: Sebagian tanaman berbuah.

Sebagian apel busuk.

7
6). Qadhiyah hamliyah juz’iyyah salibah.

Contoh: Sebagian tanaman tidak berbuah.

Sebagian jeruk tidak manis.

7). Qadhiyah hamliyah muhmalah mujabah.

Contoh: Tanaman berbuah.

Orang laki-laki berpeci.

8). Qadhiyah hamliyah Muhmalah salibah.

Contoh: Tanaman tidak berbuah.

Wanita indonesia tidak berjulbab.

Jikalau kita mengikuti pembagian para ahli logika yang membagi kulliyah dan juz’iyyahnya saja
maka akan seperti ini:

a. Qadhiyah Hamliyah Mujabah Kulliyah.


b. Qadhiyah Hamliyah Salibah Kulliyah.
c. Qadhiyah Hamliyah Mujabah Juz’iyah.
d. Qadhiyah Hamliyah Slibah Juz’iyah.

3. Menganal batas lingkup Qadhiyah (‫)سور‬

Sur itu berasal dari bahasa arab yang secara bahasa maknanya cakupan. maksudnya
mencakup semua atau sebagian[6]. Sedangkan menurut istilah manthiq yakni kata yang
menunjukkan kwantitas berlakunya hukum mahmul atas maudhu’. Dengan kata lain, Sur adalah
kata yang membatasi kwantitas subyek.

Sur dalam qodhiyah hamliyah biasanya menggunakan kata-kata seperti ini:

a. Sur Mujabah Kulliyah, dengan kata (setiap, semua, seluruh, tiap-tiap) dengan simbol, ‫كل‬
b. Sur Salibah kulliyah, dengan kata (tak satupun tak seorangpun, tidak semua.) dengan
simbol, ‫الأحد الشئ‬
c. Sur Mujabah Juz’iyah, dengan kata (sebagian, kebanyakan, sedikit, dsb) dengan simbol,
‫بعض‬
d. Sur Salibah juz’iyah, dengan kata (sebagian tidak, tidaklah sebagian, dan sebagainya.)
dengan simbol,‫ليس ليس بعض‬

Contoh: a). Semua yang bernafas akan mati.

b). tak satupun es itu panas.

8
c). sebagian ikan diperjualbelikan.

d). sebagian wanita tidak berhijab.

C. Pembagian dari qadhiyyah hamliyyah dan syarthiyyah

1. Pembagian qadhiyyah hamliyyah

A. Qadhiyah ini adalah qadhiyah yang didalamnya diterapkan hukum sesuatu atas


sesuatu atau penafian hukum sesuatu terhadap sesuatu, seperti “Ali adalah orang
adil”. Setiap qadhiyah hamliyah memiliki dua tharaf (sisi) dan memiliki
satu nisbah (hubungan). Sisi pertama disebut dengan “maudhu”(subjek) dan sisi
kedua disebut dengan “mahmul” (predikat) serta sesuatu yang menunjukan
kepada nisbah disebut dengan “rabithah” (penghubung). Oleh karenanya, dalam
contoh “cuaca adalah cerah”; ‘cuaca” disebut dengan maudhu, ‘cerah” disebut
dengan mahmul dan “adalah” merupakan Rabithah.

B. Dari segi maudhu-nya qadhiyah hamliyah terbagi kepada beberapa bagian:

a. Syakhshiyah: adalah qadhiyah hamliyah yang maudhunya bersifat partikular


(juz’i), seperti “ka’bah adalah tempat kiblat bagi kaum muslimin”.
b. Thobi’iyah: adalah qadhiyah hamliyah yang maudhunya universal (kulli)
dan mahmulnya tidak
berhubungandengan misdaq dan afrad dari maudhu tersebut,seperti‘manusia
adalah nau’ (spesies)”.

C. Dalam qadhiyah-qadhiyah seperti ini, mahmul berhubungan dengan mahfun


kulli (konsep universal) dari maudhu dan tidak ada hubungannya
dengan afrad dan misdaq.
D. Muhmalah: adalah qadhiyah hamliyah yang mauhudnya kulli dan mahmulnya
memiliki hubungan misdaq dan afrad maudhu, akan tetapi tidak menjelaskan jumlah
dari afrad maudhu, seperti “manusia adalah penyair”.
E. Mashurah:atau musawwaroh adalah qadhiyahhamliyah yang mauhudnya
kulli dan mahmul memiliki hubungan dengan misdaq dan afrad maudhu serta
dijelaskan jumlah dari afrad tersebut, seperti”seluruh manusia adalah berfikir”.
F. Sifat kulli dan juz’i dari jumlah afrad dari qadhiyah mahshurah secara istilah disebut
dengan “kamqadhiyah” (kuantitaspreposisi)danlafadzyangmenunjukan

9
sifat kulli dan juz’i disebut dengan “sur qadhiyah”, seperti kata “setiap”, “sebagai”
atau “ tidak ada sama sekali”.

2. Pembagian dari Qadhiyah Syarthiyah Muttashilah

a. Mujibah (Qadhiyah syarthiyah muttashilah mujibah) adalah qadhiyah yang keterikatan


antara tali dan muqaddamnya merupakan kelaziman. Keterikatan semacam ini terdapat dalam
empat bentuk:

1. Kedua qadhiyah (muqaddam dan tali) positif (ijab)

Contoh:

a) Jika cincin itu emas permata, harganya sangat mahal.


b) Jika barang tambang itu besi, harganya murah.

2. Kedua qadhiyah (muqaddam dan tali) negatif (salab)3

Contoh:

a) cincin itu bukan emas, harganya tidak mahal.


b) Barangsiapa tidak belajar di waktu kecil, tidak akan beruntung di waktu tua.

3. Muqaddam negatif (salab), tali positif (ijab)

Contoh:

a) Jika cincin itu bukan emas, harganya murah.


b) Jika cuaca tidak cerah, kita tangguhkan perjalanan.

4. Muqaddam positif, tali negatif

Contoh:

a) Jika cincin itu emas, harganya tidak murah.


b) Jika cuaca cerah, kita tidak akan menunda perjalanan.

Qadhiyah syarthiyah muttashilah mujibah terbagi menjadi 4:

1. Mujibah Makhshushah

3
KH.Husein Muhammad, islam agama ramah ( Bandung: LKIS ) 2004 HAL: 53

10
Mujibah makhshushah (qadhiyah syarthiyah muttashilah mujibah makhshushah) yaitu
qadhiyah syarthiyah muttashilah yang di antara muqaddam dan tali-nya terdapat keterikatan
dalam keadaan atau waktu tertentu.

Contoh:

a) Jika ia datang dengan mengakui kesalahannya, saya akan memaafkannya (kondisi


tertentu)
b) Jika seseorang datang kepada saya sesudah ‘Ashar, ia akan bertemu dengan saya (waktu
tertentu)

2.Mujibah Kulliyah

Mujibah kulliyah (qadhiyah syarthiyah muttashilah mujibah kulliyah) yaitu qadhiyah


syarthiyah muttashilah yang di antara muqaddam dan tali-nya terdapat keterikatan dalam segala
kondisi dan situasi.

Contoh:

a) Setiap kali mahasiswa rajin, (setiap kali pula) ia akan berhasil.


b) Setiap kali bangsa bersatu, (setiap kali pula) pembangunan akan berhasil.

3.Mujibah Juz’iyah

Mujibah juz’iyah (qadhiyah syarthiyah muttashilah mujibah juz’iyah) yaitu qadhiyah


syarthiyah muttashilah yang di antara muqaddam dan tali-nya terdapat keterikatan dalam
beberapa kondisi atau waktu-waktu tidak tertentu.

Contoh:

a) Kadang-kadang jika murid rajin, ia mendapat penghargaan (kondisi)


b) Kadang-kadang jika Anda datang ke rumah saya sesudah Maghrib, Anda akan berhasil
menemui saya (waktu)

4. Mujibah Muhmalah

Mujibah muhmalah (qadhiyah syarthiyah muttashilah mujibah muhmalah) adalah


qadhiyah syarthiyah muttashilah yang di antara muqaddam dan tali-nya terdapat keterikatan
tanpa terkait dengan kondisi dan waktu.

Contoh:

a) Jika Anda menulis puisi, aku akan mendeklamasikannya.


b) Jika di datang ke rumahku, aku akan menghormatinya.

11
b. Salibah

Salibah (Qadhiyah syarthiyah muttashilah salibah) adalah qadhiyah yang di antara tali
dan muqaddamnya tidak mempunyai hubungan kelaziman. Qadhiyah semacam ini terdapat
dalam empat bentuk:

1. Kedua qadhiyah (muqaddam dan tali) positif (ijab)

Contoh:

a) Tidaklah, jika cincin itu emas, harganya murah.


b) Tidaklah, jika umat bersatu, pembangunan gagal.

2. Kedua qadhiyah (muqaddam dan tali) negatif (salab)

Contoh:

a) Tidaklah, jika cincin itu bukan emas, harganya tidak murah.


b) Tidaklah, jika umat tidak bersatu, pembangunan tidak gagal.

3. Muqaddam negatif (salab), tali positif (ijab)

Contoh:

a) Tidaklah, jika cincin itu bukan emas, harganya mahal.


b) Tidaklah, jika hari tidak hujan, kita tetap di rumah..

4. Muqaddam positif, tali negatif

Contoh:

a) Tidaklah, jika cincin itu emas, harganya tidak mahal.


b) Tidaklah, jika cuaca cerah, kita tidak pergi ke kebun.

Qadhiyah syarthiyah muttashilah salibah terbagi menjadi 4:

1.Salibah Makhshushah

Salibah makhshushah (qadhiyah syarthiyah muttashilah salibah makhshushah) yaitu


qadhiyah syarthiyah muttashilah yang di antara muqaddam dan tali-nya tidak terdapat
keterikatan dalam keadaan atau waktu-waktu tertentu.

Contoh:

12
a) Tidaklah, jika ia datang dengan mengakui kesalahannya, saya akan menghukumnya
(kondisi tertentu)4
b) Tidaklah, jika seseorang datang kepada saya sesudah ‘Ashar, saya akan menolaknya
(waktu tertentu)

2. Salibah Kulliyah

Salibah kulliyah (qadhiyah syarthiyah muttashilah salibah kulliyah) yaitu qadhiyah


syarthiyah muttashilah yang di antara muqaddam dan tali-nya tidak terdapat keterikatan dalam
segala kondisi dan situasi.

Contoh:

a) Tidaklah, setiap kali mahasiswa rajin, (setiap kali pula) ia mendapat penghargaan.
b) Tidak sama sekali, jika bangsa terpecah, pembangunan akan berhasil.

3.Salibah Juz’iyah

Salibah juz’iyah (qadhiyah syarthiyah muttashilah salibah juz’iyah) yaitu qadhiyah


syarthiyah muttashilah yang di antara muqaddam dan tali-nya tidak terdapat keterikatan dalam
beberapa kondisi atau waktu tidak tertentu.

Contoh:

a) Tidaklah setiap kali mahasiswa rajin, ia pasti akan menjadi sarjana (kondisi)
b) Tidakla, setiap kali Anda datang ke rumah saya, Anda berhasil menemui saya (waktu)

4. Salibah Muhmalah

Salibah muhmalah (qadhiyah syarthiyah muttashilah salibah muhmalah) adalah qadhiyah


syarthiyah muttashilah yang di antara muqaddam dan tali-nya tidak terdapat keterikatan tanpa
terkait dengan kondisi dan waktu.

Contoh:

a) Tidaklah, jika seseorang menghormati saya lantas saya menghinanya.


b) Tidaklah, jika ia datang ke rumahku setelah Maghrib lalu aku menolaknya.

Dilihat dari segi keterikatan antara muqaddam dan tali-nya, qadhiyah syarthiyah muttashilah
terbagi kepada:

a. Luzumiyah

4
Dr. Ismail Marzuki,M.Si , Filsafat ilmu ( jarkarta : Fakultas Teknik UNIFA ) 15 Mei 2021 hal 45

13
Luzumiyah (qadhiyah syarthiyah muttashilah luzumiyah) adalah qadhiyah syarthiyah
muttashilah yang di antara muqaddam dan tali-nya terdapat keterikatan yang niscaya.

Qadhiyah syarthiyah muttashilah luzumiyah terbagi menjadi tiga bentuk sebagai berikut:

1. Muqaddam menjadi sebab rasional (sebab aqli) bagi terwujudnya tali.

Contoh:

a) Jika alam ini baru, tentu ada yang menjadikannya.


b) Jika meja itu sudah bergeser, tentu ada yang menggesernya.

2. Muqaddam menjadi sebab agamawi (sebab syar’i) bagi terwujud atau terjadinya tali.

Contoh:

a) Jika matahari telah tergelincir, shalat Zhuhur menjadi wajib.


b) Jika sudah sampai umur baligh, anak wajib menjalankan perintah agama.

3.Muqaddam menjadi sebab kebiasaan (sebab ‘adi) bagi terwujud atau adanya tali.

Contoh:

a) Jika air ada, tumbuh-tumbuhan akan hidup subur.


b) Jika Anda makan, Anda akan kenyang.

b. Ittifaqiyah

Ittifaqiyah (qadhiyah syarthiyah muttashilah ittifaqiyah) adalah qadhiyah syarthiyah


muttashilah yang di antara muqaddam dan tali tidak terdapat keterikatan yang sifatnya niscaya,
tetap atau berwaktu. Keterikatan tersebut hanyalah sewaktu-waktu, kebetulan (ittifaqan), atau
kadang-kadang saja.

Contoh:

a) Setiap kali ibu Mariyam pergi ke kota, anaknya menemaninya.


b) Setiap kali Mustofa pergi ke kampus, pacarnya meneleponnya.5

Pada contoh nomor satu, anak itu menemani ibunya setiap kali pergi ke kota, merupakan hal
yang tidak terkait secara niscaya (pasti) seperti terkaitnya terbit matahari dengan terjadi siang.
Karena, bisa saja anak itu tidak menemani ibu ke kota, atau bisa saja ibu itu pergi ditemani oleh

5
Mat Rofa ismail, Mantik ( Malaysia : Penerbit Universiti Malaysia ) 31 Oktober 2019 hal 62

14
orang lain. kata setiap kali dalam contoh nomor satu menunjukkan bahwa sering sekali ibu itu
ditemani anaknya sehingga ada orang yang lantas mengatakannya setiap kali.

3.Pembagian qadhiyyah syartiyah Munfasilah

a. qadhiyah yang menetapkan adanya perlawanan antara dua juznya. Seperti: Zaid ada kalanya pergi,
ada kalanya tidur. Qadhiyah ini dibagi menjadi tiga macam:Mani’ul jami’, ditolak kumpulnya artinya
tidak boleh berkumpul dan tidak ditolak sepinya artinya tidak boleh terjadi kedua-duanya. Umpama:
Umar adakalanya berdiri, adakalanya duduk; ini mani’ul jami’ karena berdiri dan duduk tidak bisa
dilakukan secara bersamaan. Tetapi kalau sekaligus tidak berdiri dan tidak duduk itu mungkin terjadi, ini
yang dimaksud ditolak sepinya (boleh tidak terjadi kedua-duanya).

b.Mani’ul huluwwi, ditolak sepinya (tidak boleh tidak terjadi kedua-duanya), tidak ditolak berkumpulnya
(boleh berkumpul kedua-duanya sekaligus), misalnya: Aisyah ada kalanya berada dilautan, adakalanya
tidak tenggelam, ini boleh jadi (karena berperahu misalnya).

c. Mani’ul jami’ wal huluw, yaitu yang dinamakan qadhiyyah syarthiyyah munfashilah haqiqqiyah,
artinya kedua-duanya berkumpulnya dan sepinya (tidak terjadi) itu ditolak, keduanya terjadi sekaligus
tidak mungkin. Contohnya, Muhammad adakalanya mati dan adakalanya hidup, andaikata Muhammad
sekjaligus mati dan hidup itu tidak mungkin terjadi, sebaliknya ia tidak mati dan tidak hidup juga tidak
mungkin.

Qadhiyah syarthiyyah pasti mempunyai dua bagian (Dua juz) kalimat. Manakala matahari terbit (bagian
ke satu/muqaddam) siang hari terjadi (bagian juz kedua/taalie).

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Qadhiyah adalah jumlah khobariyah yang mengandung kebenaran dan kesalahan dan bisa
diketahui benar tidaknya dengan penelitian atau eksperimen. Setiap qadhiyyah terdiri dari tiga
unsur: 1) mawdhu’, 2) mahmul dan 3) rabithah (hubungan antara mawdhu’ dan mahmul).
Contoh, Zaid itu berdiri, maka yang pertama yaitu Zaid disebut maudhu’, berdiri dinamakan
mahmul yaitu hukum yang diletakkan pada zaid dan itu disebut rabithah.

Berdasarkan rabithah-nya, qadhiyyah dibagi menjadi dua: qadiyyah hamliyyah (proposisi


kategoris) dan qadiyyah syarthiyyah (proposisi hipotesis). Qadhiyah syarthiyyah dibagi menjadi
dua macam yaitu Syarthiyyah muttashilah dan munfashilah. Qadhiyyah

B. Saran

Dalam hal ini, penulis cuma bisa memberikan sedikit gambaran secara global tentang
pembuatan makalah ini terutama pada awal dan penutup, namun secara detailnya teman-teman
terutama Bapak dosen pengajar diharapkan bukan hanya dapat membaca pada makalah ini yang
tertera diatas, tapi juga pada makalah atau buku-buku sejenisnya yang lain, yang lebih baik lagi.
Dan akhirnya, harapan dari penulis kritik dan saran terhadap penulisan makalah ini demi
penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya

16
DAFTAR ISI

Drs.H.A.Basiq Djalil,SH.,M.A, Logika ilmu mantiq ( jakarta: prenada media ) April 2014

Dr. Ismail Marzuki,M.Si , Filsafat ilmu ( jarkarta : Fakultas Teknik UNIFA ) 15 Mei 2021

KH.Husein Muhammad, islam agama ramah ( Bandung: LKIS ) 2004

Mat Rofa ismail, Mantik ( Malaysia : Penerbit Universiti Malaysia ) 31 Oktober 2019

Murtadha Muthahhari, Belajar konsep logika ( jakarta : Abbaz Production ) Maret 2012

17

Anda mungkin juga menyukai