Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Mutlaq dan Muqayyad”
ini
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada suri tauladan kita
yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada manusia dan
senantiasa diharapkan syafa’atnya.
Selanjutnya, kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Zulbaidah M.Ag selaku dosen
pengampu mata kuliah Kaidah Hukum Keluarga, yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Terakhir,
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Mutlaq dan Muqayyad”
ini
tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada suri tauladan kita
yakni Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepada manusia dan
senantiasa diharapkan syafa’atnya.
Selanjutnya, kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Zulbaidah M.Ag selaku dosen
pengampu mata kuliah Kaidah Hukum Keluarga, yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Terakhir,
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

MAKALAH

USHUL FIQIH
“Lafadz Muthlaq dan Lafadz Muqayyad”

Dosen Pengampuh: Marwa, S.Ag., MHI

I
S

OLEH :

Didin Muhidin Hafid : 22136014

Masni HI. Marsudin : 22136016

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TERNATE

FAKULTAS SYARI`AH

PRODI AHWAL SYAHSIYYAH

2023

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat meyusun makalah ini. Makalah ini adalah
laporan yang di buat sebagai bagian dalam memenuhi kriteria mata kuliah kami.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih ada kekurangan disebabkan
kedangkalan dalam mengerti teori, keterbatasan keahlian, dan tenaga penulis. Semoga segala
bantuan, dorongan dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan untuk kami dalam
menjadi ibadah di sisi Allah SWT. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, khususnya bagi penulis sendiri.
Penulis

Ternate, 1 April 2023

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………..

KATA PENGANTAR ………………………………………………..

BAB I ……………………………………………………………………

PENDAHULUAN ……………………………………………………..

A. Latar Belakang ………………………………………………………

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………


BAB II ………………………………………………………………….

PEMBAHASAN ……………………………………………………….

1. Pengertian Lafadz Muthlaq dan lafadz Muqayyad …………………..

2. Bentuk dan Macam-macam Lafadz Muthlaq …………………………

3. Bentuk dan Macam-macam Muqayyad ………………………………

4. Dilalah dan Pengamalan Lafadz Muthlaq Serta Contohnya ………….


5. Dilalah dan Pengamalan Lafadz Muqayad Serta Contohnya ………...

6. Kaidah-Kaidah Lafadz Muthlaq ……………………………………...

7. Kaidah-Kaidah lafadz Muqayyad ……………………………………..


BAB III ………………………………………………………………….

PENUTUP ………………………………………………………………

KESIMPULAN …………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam permasalahan ushul fiqih merupakan kaidah yang penting untuk mempelajari ilmu
riqh, banyak tipik-topik yang menjadi bahasan dalam ilmu ushul fiqh, seperti:amar
nahi,am ,khas, mujmal, mutlak,mukayyah dan lain sebagainya.

Di dalam pembahasan tentang mutlaq dan mukayyah merupakan hal yang paling terpenting
karena seorang tidak mengeti perdedaan dari masing-masing keduanya sehingga seorang
yang belajar ilmu fiqh dan dia tidak mengetipada perbedaan dari mutlak dan mukayyah akan
terjadi dalam sebuah ayat atau kitab lainya.

Mutlaq dan mukayyah merupakan bentuk-bentuk lafadz yang di tinjau dari segi cekupan
maknanya. Kandatipun demikian ada bentuk yang bermaca m-macam pada dasarnya hal
tersebut kembali pada mahka muhkam mutasyabih.

Sebagai hukum tasyi’ terkadang datang dengan bentuk mutlak yang menunjuk kepada suatu
individu (suatu benda)yang umum, tanda dibatasi oleh sifat atau syarat.

Setiap kali ditemukan teks Al-Qur’an yang bersifat umum yang memerlukan penjelasan lebih
lanjt, maka kita akan menemukan teks penjelasannya pada Al-Qur’an yang lain, baik bersifat
membatasi ataupun memperjelas secara terperinci. Atas dasar inilah kemudian para ulama
berusaha menetapkan tema-tema yang secara khusus menunjukan ciri-cirinya secara defenisi.
Sehingga munculnya terma-terma yang bisa dikenal dikalangan para ulama seperti mutlaq
dan muqayyah ini.

B. Rumusan masalah

Berdasarks latar belakang yang penulis kemukakan diatas, maka rumusan masalah yang dapat
di rumuskan sebagai berikut:

1. Apa Pengertian Mutlaq dan Muqayyad?


2. Bentuk-bentuk Mutlaq dan Muqayyad ?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Lafadz Muthlaq dan Lafadz Muqayyaah

Kata Muthlaq (‫ ) مطلق‬dari segi bahasa berarti “suatu yang dilepas/tidak terikat”. Dari akar
kata yang sama lahir kata thalaq (talak), yakni lepasnya hubungan suami maupun istri sudah
tidak saling terikat. Sedangkan kata Muqayyad (‫ ) مقيد‬dari segi bahasa berarti “ikatan yang
menghalangi sesuatu memiliki kebebasan gerak (terikat/mempunyai batasan)”.

Mutlaq secara etimologi bermakna bebas, dalam artian tanpa ada ikatan dengan sesuatu yang
lainnya , sedangkan secara terminologi mutlaq adalah lafadz yang datang dalam bentuk
umum, tanpa mempunyai sebarang keterbatasan atau had tertentu (taqyiid).

Muqayyad secara etimologi bermakna terikat dengan dalil-dalil sesuatu , sedangkan secara
terminologi Muqayyad ialah lafaz yang menunjukkan pada hakikat lafaz tersebut dengan
dibatasi oleh sifat, keadaan, dan syarat tertentu. Atau dengan kata lain, lafaz yang
menunjukkan pada hakikat lafaz itu sendiri, dengan dibatasi oleh batasan, tanpa memandang
pada jumlahnya.

Apabila kita selidiki secara seksama tentang keadaan tiap-tiap lafal yang dipandang
dari segi dibatasinya atau tidaknya lafal itu, maka ada yang keadaannya bebas dan tidak
dibatasi penggunaanya oleh hal lain (muqayyad). Hal-hal ini yang membatasi lafal itu
disebut Al-Qaid.

Oleh karena itu, berbicara tentang mutlaq maka terkait pula masalah muqayyad dan al-qaid
‫َاْلُم ْطَلُق َم اَدَّل َعلى اْلَم اهّيِة ِبَالَقيٍد‬
Artinya: mutlak ialah lafal yang menunjukkan arti yang sebenarnya tanpa dibatasi oleh
sesuatu hal apapun.

Mutlak ialah lafal-lafal yang menunjukkan kepada pengertian dengan tidak ada ikatan
(batas) yang tersendiri berupa perkataan, seperti firman Allah SWT:
)3: ‫َفَتْح ِرْيُر َر َقَبٍة (المجادله‬
Pendapat Menurut para pakar Al-quran:

1. Abdul Hamid Hakim


Mutlaq adalah “Lafadz yang menunjukkan sesuatu hakekat, tanpa ada satu ikatan dari
(beberapa) ikatannya.” Sedangkan muqayad adalah “Lafadz yang menunjukkan sesuatu
hakekat,dengan ada satu ikatan dari (beberapa) ikatannya.”
2. Manna Al-Qaththan
Mutlaq adalah lafadz yang menunjukkan suatu hakikat (dalam suatu kelompok) tanpa
suatu qayid (pembatas), hanya menunjukkan suatu dzat tanpa ditentukan (yang mana) dari
(kelompok) tersebut. Sedangkan muqayad adalah lafadz yang menunjukkan suatu hakikat
dengan qayid (pembatas).

3 . M. Hasbi Ash-Shiddieqy
Mutlaq yaitu:

“Lafadz yang menunjuk kepada suatu benda atau beberapa anggota benda dengan jalan
berganti-ganti.”

Sedangkan muqayad yaitu:

“Lafadz yang menunjuk kepada suatu benda atau beberapa anggota benda dengan ada suatu
qayid.”[2]
2. Contoh lafadz Muthlaq dan Muqoyyad
Contoh Mutlaq dalam firman Allah,
3 :‫ )المجادلة‬. . . ‫)َفَتْح ِرْيُر َر َقَبٍة‬

“Maka (wajib atasnya) memerdekaan seorang hamba sahaya.”

(Qs.Mujadalah: 3).

Lafadz ( ‫ ) َر َقَب ة‬adalah nakirah dalam konteks kalimat positif. Makadisini berarti boleh
memerdekakan hamba sahaya yang tidak mukmin atauhamba sahaya yang mukmin.

‫َو اَّلِذ يَن ُيَتَو َّفْو َن ِم ْنُك ْم َو َيَذ ُروَن َأْز َو اًجا َيَتَر َّبْص َن ِبَأْنُفِس ِهَّن َأْر َبَع َة َأْش ُهٍر َو َع ْش ًرا‬
“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri
(hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari.” (Al-
Baqarah Ayat 234).
Dalam ayat tersebut bahwa azwajan (istri-istri) yang ditinggal mati suami, masa tunggu
mereka (iddah) selama empat bulan sepuluh hari. ayat tersebut adalah muthlaq karena tidak
membedakan apakah sudah pernah digauli oleh suaminya atau belum. Dari ayat tersebut
dapat disimpulkan bahwa massa iddah wanita yang ditingal mati suami, baik telah pernah
dosetubuhi atau belum adalah empat bulan sepuluh hari.

2. Bentuk-bentuk dan ketentuan Mutlaq dan Muqayyad

 Bentuk–bentuk Mutlaq dan Muqayyad

Kaidah lafazh mutlaq dan muqayyad dapat dibagi dalam lima bentuk:

1. Suatu lafazh dipakai dengan mutlaq pada suatu nash, sedangkan nash lain digunakan
dengan muqayyad, keadaan ithlaq dan taqyid-nya bergantung pada sebab hukumnya
2. Lafazh mutlaq dan muqayyad berlaku sama pada hukum dan sebabnya.
3. Lafazh mutlaq dan muqayyad yang berlaku pada nash itu berbeda, baik dalam hukumnya
ataupun sebab hukumnya.
4. Mutlaq dan muqayyad berbeda dalam hukumnya, sedangkan sebab hukumnya sama.
5. Mutlaq dan muqayyad sama dalam hukumnya tetapi berbeda dalam sebabnyah.

 Ketentuan Mutlaq dan Muqayyaq

Apabila lafazh itu mutlaq, maka mengandung ketentuan secara mutlaq(tidak dibatasi). Dan
apabila lafazh itu muqayyad, maka mengandung arti ketentuan secara muqayyad(dibatasi).

Maksudnya lafazh mutlaq harus diartikan secara mutlaq dan lafazh yang muqayyad harus
diartikan secara muqayyad pula dan tidak boleh dicampur adukkan dengan lainya. Maka
dengan sendirinya hukumnya pun harus berbeda
Hukum lafazh Mutlaq dan Muqayyad

Pada prinsipnya para ulama sepakat bahwa hukum lafazh mutlaq itu wajib diamalkan
kemutlakannya, selama tidak ada dalil yang membatasi kemutlakannya. Begitu juga hukum
lafazh muqayyad itu berlaku pada kemuqayyadannya yang menjadi persoalan di sini adalah
mutlaq dan muqayyad yang terbentuk pada lima bentuk tersebut, ada yng disepakati dan ada
yang diperselisihkan. Yang disepakati ialah:

1. Hukum dan sebabnya sama


disini para ulama sepakat bahwa wajibnya membawa lafazh mutlaq kepada
muqayyad. Dalam hal ini mutlaq harus ditarik pada yang muqayyad, artinya muqayyad
menjadi penjelasan mutlaq. Seperti “puasa” untuk kaffarah sumpah Lafadz itu dalam
qiraahmutawatir yang terdapat dalam mushaf diungkapkan secara mutlaq Dalam hal ini
masing-masing mutlaq dan muqayyad tetap pada tempatnya sendiri. Muqayyad tidak
menjelaskan mutlaq.

Contoh mutlaq:

‫َو الَّساِر ُق َو الَّساِرَقُة َفاْقَطعُو ا َأْيِدَيُهَم ا‬

“Pencuri lelaki dan perempuan potonglah tangannya.”

Contoh muqayyad:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإَذ ا ُقْم ُتْم ِإَلى الَّص اَل ِة َفاْغ ِس ُلوا ُوُجوَهُك ْم َو َأْيِدَيُك ْم ِإَلى اْلَم َر اِفِق‬

“Wahai orang mukmin, apabila kamu hendak shalat, maka hendaklah basuh mukamu dan
tanganmu sampai siku.”

(Qs. al-Maidah: 6).

Ayat yang muqayyad tidak bisa menjadi penjelas yang mutlaq, karena berlainan sebab yaitu
hendak shalat dan pencurian dan berlainan pula dalam hukum yaitu wudhu dan potong
tangan.
1. Hukumnya berbeda sedangkan sebabnya sama.

Pada bentuk ini, para ulama sepakat pula bahwa tidak boleh membawa lafazh mutlaq kepada
muqayyad, masing-masing tetap berlaku pada kemutlakannya dan kemuqayyadannya. Dalam
hal ini masing-masing mutlaq dan muqayyad tetap pada tempatnya sendiri.

Contoh mutlaq yang menerangkan tentang tayamum:

‫ الّتَيُم َم ضْر َبٌة للَو ْج ِه والَيَديِن‬.

“Tayamum ialah sekali mengusap debu untuk muka dan kedua tangan.” (HR.Amaar)

Contoh muqayyad yang menerangkan tentang wudhu:

‫فاغِس لوا ُوجوَهُك م وايد يكم الى الَم َر اِفِق‬

“Basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku” (Qs. al-Maidah: 6)

Ayat yang muqayyad tidak bisa menjadi penjelas hadits yang j mutlaq, karena berbeda
hukum yang dibicarakan yaitu wudhu dan tayamum meskipun sebabnya sama yaitu hendak
shalat atau karena hadats.

1. Sebab berbeda sedangkan hukumnya sama

Dalam hal ini ada dua pendapat:

1. Menurut golongan Syafi’i, mutlaq dibawa kepada muqayyad.


2. Menurut golongan Hanafi dan Makiyah, mutlaq tetap pada tempatnya sendiri, tidak
dibawa kepada muqayyad.

Contoh mutlaq:

‫َو اَّلِذ يَن ُيَظاِهُروَن ِم ْن ِنَس اِئِهْم ُثَّم َيُع وُد وَن ِلَم ا َقاُلوا َفَتْح ِريُر َر َقَبٍة ِم ْن َقْبِل َأْن َيَتَم اَّسا‬
“Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa
yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua
suami isteri itu bercampur.”

(Qs. al-Mujadalah: 3).

Contoh muqayyad:

‫َو َم ْن َقَتَل ُم ْؤ ِم ًنا َخ َطًأ َفَتْح ِريُر َر َقَبٍة ُم ْؤ ِم َنٍة‬

“Barang siapa yang membunuh orang mukmin dengan tidak sengaja (karena kekeliruan)
maka hendaklah membebaskan seorang hamba yang mukmin”.

(Qs. an-Nisa’: 92).

Kedua ayat diatas berisi hukum yang sama, yaitu pembebasan budak. Sedangkan sebabnya
berbeda, yang ayat pertama karena zhahir dan yang ayat yang kedua karena pembunuhan
yang sengaja.

Hal-hal yang diperselisihkan dalam Mutlaq dan muqayyad

1. Kemathlaqan dan kemuqayyadan terdapat pada sebab hukum. Namun, masalah


(maudu’) dan hukumnya sama. Munurut Jumhur ulama dari kalangan Syafi’iyah,
Malikiyah, dan Hanafiyah, dalam masalah ini wajib
2. membawa mutlaq kepada muqayyad. Oleh sebab itu, mereka tidak wajib zakat fitrah
kepada hamba sahaya. Sedangkan ulama Hanafiyah tidak mewajibkan membawa
lafazh mutlaq pada muqayyad. Oleh sebab itu ulama Hanafiyah mewajibkan zakat
fitrah atas hamba sahaya secara mutlaq.
3. Mutlaq dan muqayyad terdapat pada nash yang sama hukumnya, namun sebabnya
berbeda. Masalah ini juga diperselisihkan. Menurut Ulama tidak boleh membawa
mutlaq pada muqayyad, melainkan masing-masingnya berlaku sesuai dengan sifatnya
4. . Oleh sebab itu, ulama Hanafiyah, pada kafarat zihar tidak mensyaratkan hamba
mukmin. Sebaliknya, menurut jumhur ulama, harus membawa mutlaq kepada
muqayyad secara mutlaq. Namun, menurut sebagian ulama Syafi’iyah, mutlaq dibawa
pada muqayyad apabila ada illat hukum yang sama, yakni dengan jalan qiyas.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Mutlaq secara etimologi bermakna bebas, dalam artian tanpa ada ikatan dengan sesuatu
yang lainnya , sedangkan secara terminologi mutlaq adalah lafadz yang datang dalam bentuk
umum, tanpa mempunyai sebarang keterbatasan atau had tertentu (taqyiid).

Muqayyad secara etimologi bermakna terikat dengan dalil-dalil sesuatu , sedangkan secara
terminologi Muqayyad ialah lafaz yang menunjukkan pada hakikat lafaz tersebut dengan
dibatasi oleh sifat, keadaan, dan syarat tertentu. Atau dengan kata lain, lafaz yang
menunjukkan pada hakikat lafaz itu sendiri, dengan dibatasi oleh batasan, tanpa memandang
pada jumlahnya.

2. Bentuk–bentuk Mutlaq dan Muqayyad

1. Suatu lafazh dipakai dengan mutlaq pada suatu nash, sedangkan nash lain digunakan
dengan muqayyad, keadaan ithlaq dan taqyid-nya bergantung pada sebab hukumnya
2. Lafazh mutlaq dan muqayyad berlaku sama pada hukum dan sebabnya.
3. Lafazh mutlaq dan muqayyad yang berlaku pada nash itu berbeda, baik dalam hukumnya
ataupun sebab hukumnya.
4. Mutlaq dan muqayyad berbeda dalam hukumnya, sedangkan sebab hukumnya sama.
5. Mutlaq dan muqayyad sama dalam hukumnya tetapi berbeda dalam sebabnyah.

Ketentuan Mutlaq dan Muqayyaq

Apabila lafazh itu mutlaq, maka mengandung ketentuan secara mutlaq(tidak dibatasi). Dan
apabila lafazh itu muqayyad, maka mengandung arti ketentuan secara muqayyad(dibatasi).

Maksudnya lafazh mutlaq harus diartikan secara mutlaq dan lafazh yang muqayyad harus
diartikan secara muqayyad pula dan tidak boleh dicampur adukkan dengan lainya. Maka
dengan sendirinya hukumnya pun harus berbeda
.

Anda mungkin juga menyukai