Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ILMU USHUL FIQH

“ Muthlaq dan Muqayyad”

Dosen Pengampu: Ade Ruslan Hidayat, S.Pd.I, M.S.I

Disusun Oleh:
Kelompok 2
Amelia Oktaviani
Fadhil Agustian K
Sherly Dwi Pratiwi

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT MADANI


NUSANTARA
Jl. Lio Balandongan Sirnagalih No. 74 kel. Cikondang kec. Citamiang Kota

Sukabumi Telp. (0266) 225464

TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada
kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami
dapat menyelesaikan makalah “Muthlaq dan Muqayyad” dengan tepat waktu.

Makalah USHUL FIQH disusun guna memenuhi tugas bapak Ade Ruslan
Hidayat, S.Pd.I, M.S.I pada mata kuliah USHUL FIQH di Institut Madani
Nusantara Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Tauhid mengenai mata kuliah ini.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Ade


Ruslan Hidayat, S.Pd.I, M.S.I selaku dosen mata kuliah USHUL FIQH. Tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni kami. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Sukabumi,3 Desember 2023

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................... 2


DAFTAR ISI ..................................................................................... 3
BAB I................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................. 4
A. Latar Belakang ..........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................4
C. Tujuan .......................................................................................................................4

BAB II ............................................................................................... 5
PEMBAHASAN ............................................................................... 5
A. Pengertian Muthlaq dan Muqayyad ...........................................................................5
B. Hukum Muthlaq dan Muqayyad ................................................................................6
C. Macam-macam Muthlaq dan Muqayyad ...................................................................7

BAB III.............................................................................................. 9
PENUTUP......................................................................................... 9
A. KESIMPULAN .........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam pembahasan ushul fiqh merupakan kaidah yang penting untuk
mempelajari ilmu fiqh, banyak topik-topik yang menjadi bahasan dalam ilmu ushul
fiqh seperti: amar, nahi, ‘am, khas, mujmal, mutlak, muqayyad dan lain sebagainya.
Di dalam pembahasan tentang mutlak dan muqayyad merupakan hal yang paling
terpenting untuk dijelaskan karena seseorang yang tidak mengerti akan perbedaan
dari masing-masing keduanya sehingga seseorang yang belajar ilmu fiqh dan dia
tidak mengerti akan perbedaan dari mutlak dan muqayyad akan terjadi
kesalahpahaman dalam mengartikan sebuah ayat atau kitab lainnya.

Sehingga mereka memahami hamba sahaya yang mutlak artinya baik hamba
yang kafir atau yang islam, sebenarnya pada keterangan tersebut di batasi artinya
hamba sahaya yang muslim. Dan didalam pembahasan ushul fiqh yang banyak
terjadi kesalahpahaman itu terletak pada pembahasan mutlak dan muqayyad.
Memang pembahasan tersebut sangat sulit sehingga seseorang dalam memahami
ayat tidak cukup memahami secara zhahir saja. akan tetapi harus mengetahui
tentang mutlak dan muqayyad atau memahami tafsiran ayat tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian muthlaq dan muqayyad?
2. Bagaimana hukum muthlaq dan muqayyad?
3. Apa saja macam-macam muthlaq dan muayyad?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian muthlaq dan muqayyad
2. Untuk mengetahui hukum muthlaq dan muqayyad
3. Untuk mengetahui macam-macam muthlaq dan muqayyad

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Muthlaq dan Muqayyad


a. Pengertian Muthlaq
Menurut M. Quraish Shihab dalam bukunya Kaidah Tafsir yang dikutip oleh
M. Fauzil’Adzim dalam makalahnya yang berjudul Muthlaq dan Muqayyad, kata
Muthlaq (‫ )مطلق‬dari segi bahasa berarti “suatu yang dilepas/tidak terikat”. Dari akar
kata yang sama lahir kata thalaq (talak), yakni lepasnya hubungan suami maupun
istri sudah tidak saling terikat.
Pengertian muthlaq secara terminologi seperti yang dikemukakan oleh
Muhammad Sholeh al-Utsaimin yang dikutip oleh Agus Miswanto menerangkan
bahwa muthlaq adalah lafaz yang menunjukan pada hakekat tanpa dikaitkan dengan
suatu sifat tertentu. Sedangkan menurut Muhammad al-Amin al-Sinqithi yang
dikutip oleh Agus Miswanto mengemukakan bahwa muthlaq adalah lafaz yang
mencakup satu orang yang tidak dikenal karena pertimbangan realitas (hakekat)
yang mencakup bagi jenis-nya. Dan ini adalah lafaz nakirah untuk konteks
perintah.Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa muthlaq adalah lafazh atau
kata yang menunjukkan kepada suatu hal yang tidak terikat oleh suatu karakteristik
tertentu.
b. Pengertian Muqayyad
Menurut M. Quraish Shihab dalam bukunya Kaidah Tafsir yang dikutip oleh
M. Fauzil’Adzim dalam makalahnya yang berjudul Muthlaq dan Muqayyad, kata
Muqayyad (‫ )مقيد‬dari segi bahasa berarti “ikatan yang menghalangi sesuatu
memiliki kebebasan gerak (terikat/mempunyai batasan)”.

Sedangkan secara terminologi seperti yang dikemukakan oleh T. M. Hasbi


Ash-Shiddieqy yang dikutip oleh M. Fauzil Adzim mengemukakan bahwa
muqayyad adalah lafadz yang menunjuk kepada suatu benda atau beberapa anggota
benda dengan ada suatu qayid. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Manna’
Khalil al-Qaththan bahwa muqayyad adalah lafazh yang menunjukkan suatu

5
hakikat dengan qayid (batasan). Jadi dapat disimpulkan bahwa muqayyad adalah
lafazh atau kata yang menunjukkan kepada suatu hal yang terikat oleh suatu yang
memiliki batas atau karakteristik tertentu.
B. Hukum Muthlaq dan Muqayyad
Jika sebab dan hukum yang ada dalam mutlaq sama dengan sebab dan hukum
yang ada dalam muqayyad . Maka dalam hal ini hukum yang ditimbulkan oleh ayat
yang mutlaq tadi harus ditarik atau dibawa kepada hukum ayat yang berbentuk
muqayyad.
Ayat mutlaq: Surat al-Maidah ayat 3 tentang darah yang diharamkan, yaitu:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah daging babi....”
Ayat Muqayyad: Surat al-AnAm ayat 145, dalam masalah yang sama yaitu “dam”
(darah) yang diharamkan. “Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang
diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak
memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir.....”

Dari kedua ayat tersebut, sama-sama membahas mengenai darah yang


diharamkan. Namun, ada perbedaan mengenai jenis darah yang diharamkan. Pada
ayat muthlaq, darah yang dimaksud adalah seluruh jenis darah tanpa terkecuali,
sedangkan pada ayat muqayyad, jenis darah yang diharamkan itu terbatas pada jenis
darah yang mengalir.

Jika kita kembali kepada pernyataan bahwa Jika sebab dan hukum yang ada
dalam mutlaq sama dengan sebab dan hukum yang ada dalam muqayyad. Maka
dalam hal ini hukum yang ditimbulkan oleh ayat yang mutlaq tadi harus ditarik atau
dibawa kepada hukum ayat yang berbentuk muqayyad. Maka permasalahan darah
yang diharamkan pada QS. Al-Maidah : 3 ditarik hukumnya kepada QS. Al-An’am
: 145 dan disimpulkan bahwa darah yang diharamkan adalah darah yang mengalir.

Jika sebab yang ada dalam mutlaq dan muqayyad sama tetapi hukum
keduanya berbeda, maka dalam hal ini yang mutlaq tidak bisa ditarik kepada
muqayyad. Ayat mutlaq : Surat al-Maidah ayat 6 tentang tayammum, yaitu:“Maka

6
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah.”
Ayat Muqayyad : Surat al-Maidah ayat 6 tentang wudhu’, yaitu: “Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu
dan tanganmu sampai dengan siku.”

Kedua ayat diatas, sama-sama menerangkan tentang keharusan bersuci


sebelum mendirikan atau melaksanakan shalat. Tetapi terletak perbedaan pada
media yang digunakan dan cara membasuh tangan, dimana ayat muthlaq
menggunakan media tanah serta membasuh tangan tanpa adanya batasan tertentu
sedangkan ayat muqayyad menggunakan media air dalam bersuci serta membasuh
tangan dengan batasan hingga siku.
C. Macam-macam Muthlaq dan Muqayyad
Mutlak dan Muqayad memiliki bentuk aqliyah dan sebagai realitas bentukya
sebagai berikut ini:
1. Sebab dan hukumnya sama, seperti “puasa” untuk kafarah sumpah. Lafadz itu
dalam qara’ah mutawatir yang terdapat dalam mushaf dan di ungkapkan secara
mutlak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, Maka kaffaratnya
puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila
kamu bersumpah (dan kamu langgar). (Al-Maidah:89). Dan ia muqayyad di batasi
dengan tatabu (berturut turut) dalam qira’ah Ibn Mas’ud (Maka kafarahnya puasa
selama tiga hari berturut-turut). Dalam hal seperti ini, pengertian lapadz yang
mutlaq dibawa kepada lapadz yang muqayyad (dengan arti ) yang di maksud
lapadz mutlaq adalah sama dengan yang di maksud dengan lapadz muqayyad,
karena sebab yang satu tidak akan menghendaki dua hal yang bertentangan. Oleh
karna itu segolong berpendapat bahwa puasa tiga hari tersebut harus di lakukan tiga
hari berturut-turut.[7] Maka dalam kasus ini dipandang tidak ada muqoyyad yang
karena nya lafadz mutlaq dibawa kepadanya.
2. Sebab sama namun hukum bebeda, seperti kata “tangan” dalam wudhu dan
tayamum. Membasuh tangan dalam wudhu di batasi sampai dengan siku Allah
berfirman: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan

7
shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku. (Al-Maidah:6).
Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. (Al-Maidah:6). Dalam hal ada yang berependapat
lapadz yang mutlaq tidak di bawa kepada lapad muqayyad karena berlainan
hukumnya. Namun Al-Ghazali menukil dari mayoritas ulam Syafi’i bahwa mutlaq
disi dibawa kepadamuqayyad mengingat “sebab” nya sama sekalipun berbeda
hukumnya.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mutlaq adalah suatu lafaz yang menunjukan pada makna/pengertian
tertentu tanpa dibatasi oleh lafaz lainnya. Contoh: lafaz ” hamba sahaya/ raqabah
”. Muqayyad adalah lafaz yang menunjukan pada makna tertentu dengan batasan
kata tertentu. Contoh: ” hamba sahaya yang mukmin/ raqabah mu’minah” yang
berarti budak mukmin bukan budak lainnya. Kaidah mutlaq adalah lafaz mutlaq
tetap dalam kemutlaqannya hingga ada dalil yang membatasinya dari kemutlaqan
itu, sedangkan kaidah muqayyad adalah wajib mengerjakan yang muqayyad
kecuali jika ada dalil yang membatalkannya. Hukum dalam lafaz mutlaq dan
muqayyad yaitu :

1. Lafaz mutlaq dan lafaz muqayyad berdiri sendiri tanpa ada hubungan yang satu
dengan yang lainnya jika sebab dan hukumnya berbeda.

2. Lafaz dalam suatu ayat bersifat mutlaq dan dalam ayat lainnya bersifat
muqayyad namun sebab dan hukummnya sama. Di sini sepakat ulama menjadikan
yang mutlaq, muqayyad.

3. Lafaz dalam suatu ayat bersifat mutlaq dan dalam ayat lainnya bersifat
muqayyad dengan hukum yang sama namun berbeda sebabnya. Di sini jumhur
ulama menjadikan yang mutlaq itu tetap pada kemutlakannnya, dan muqayyad
tetap pada kemuqayyadannya, kecuali Syafii.

4. Lafaz dalam suatu ayat bersifat mutlaq dan dalam ayat lainnya bersifat
muqayyad dengan hukum yang sama namun berbeda sebabnya. Di sini jumhur
ulama menjadikan yang mutlaq, muqayyad, kecuali Hanafiyah.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adzim, M. Fauzil. (2016). Makalah : Mutlaq dan Muqayyad. Salatiga: IAIN


Salatiga.

AS. Mudzakir. (1996). Studi Ilmu-Ilmu Qur'an. Bogor: Pustaka Litera AntarNusa.
Khairuddin, Fiddian dan Syafril. (2015). Jurnal Syahadah Vol. III. No. 2, 83-96.
Mishabuddin. (2015). Buku Daras Ushul Fiqh II. Makassar: Alauddin Press.
Miswanto Agus. (2019). Ushul Fiqh : Metode Istinbath Hukum Islam. Bantul:
Magnum Pustaka Utama.

Murni, Dewi. (2019). Mutlaq dan Muqoyyad. Jurnal Syahadah Vol. VII No. 1, 52-
80. Sarwat, Ahmad. (n.d.). Mutlak dan Muqayyad. Jakarta Selatan: Rumah Fiqih
Publishing.

Suyuthi, Imam. (2009). Ulumul Qur'an II. Surakarta: Indiva Pustaka.

10

Anda mungkin juga menyukai