Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HADITS DITINJAU DARI KUALITAS SANAD DAN MATAN


HADITS MAQBUL (HADITS SHAHIH)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadits
Dosen Pengampu: Ayu Cahyaning Utami , M.Pd.

Kelompok 2
Di susun Oleh:
1. Najwa Putri Masduqi (2311204011)
2. Muhammad Iqbal (231120418)
3. Rabi'ul Aulia (2311204023)
4. Muhammad Fashobrun Jamil (2311204030)
5. Ameralia Bunga Anshari (2311204044)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD
IDRIS
SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaruh


Segala puji kehadirat Allah swt. Karena kehendak dan ridhanya, yang
telah memberikan rahmat berupa kemampuan berpikir untuk manusia schingga,
manusia mampu membedakan yang batil dan yang hak. Dan berkat rahmat itu
pula sehingga makalah ini dapat disusun dan diselesaikan dengan lancar.
Shalawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan nabi
Muhammad saw yang telah memberikan pedoman hidup, yakni al-Qur’an dan
Sunnah untuk keselamatan dunia dan akhirat.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Hadits
Ditinjau dari Kualitas Sanad dan Matan Hadits Maqbul (Hadits Shahih)”.
Makalah ini merupakan tugas yang terstruktur dari mata kuliah Ulumul Hadist
yang diampu oleh Ibu Ayu Cahyaning Utami, M.Pd. Penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada beliau yang bersedia memberikan gambaran materi,
penjelasan dan kolaborasi serta mengarahkan menjelaskan secara terstruktur
jalannya mata kuliah ini sampai akhir nantinya.
Dalam makalah ini sekiranya masih banyak kesalahan dan kekurangan,
hal itu dikarenakan penulis masih dalam proses belajar. Kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca.

Samarinda, 12 November 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3

A. Pengertian Hadits Maqbul.............................................................................. 3


B. Macam–Macam Hadits Maqbul (Dari Sudut Implementasi)......................... 3
C. Macam–Macam Hadits Maqbul (Dari Sudut Rutbah Kualitas-Hadits Shahih)
…………………………………………………………………….... 4
D. Pengertian Hadits Shahih............................................................................... 4
E. Kriteria Hadits Shahih.................................................................................... 5
F.Macam–Macam Hadits Shahih......................................................................... 6
G. Hukum & Status Kehujjahan Hadits Shahih.................................................. 7
H. Kitab yang memuat Hadits Shahih................................................................. 8

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 12

A. Kesimpulan.................................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap informasi yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik itu
tindakan, perkataan, hingga sifat beliau, dikenal dengan sebutan hadis. Namun,
tidak semua hadis dapat dikatakan absah karena ada juga informasi palsu yang
sengaja dibuat, lalu disebut sebagai hadis. Lantas, bagaimana cara mengetahui
bahwa hadis itu sahih atau tidak? Banyak hadits yang beredar di masyarakat
yang disampaikan oleh para ustadz atau yang dipanggil ustadz, namun dalam
penyampaiannya belum dapat dipertanggung jawabkan keshahihan hadits
tersebut, maka sering para ustadz dalam menyampaikan hadits tidak memberi
referensi, minimal periwayat dan lebih lengkap nomor hadits. Satu contoh yang
banyak beredar ”tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri cina” setelah di cari-cari
siapa periwayatnya, sanadnya dari mana, tidak satu pun yang
mencantumkannya, artinya apa ini bukan hadits kemungkinan syair bangsa arab.
Dari contoh tersebut kita perlu bersifat kritis atas apa yang kita dengar
mengingat dalam beribadah, atau melakukan suatu amalan khususnya amalan
yang diambil dari hadits perlu diperhatikan kualitas keshahihan hadist.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Hadits Maqbul?


2. Apa saja macam-macam Hadits Maqbul dari sudut implementasi?
3. Apa saja macam-macam Hadits Maqbul dari sudut Rutbah kualitas
Hadits Shahih?
4. Apa yang dimaksud Hadits Shahih?
5. Apa saja kriteria Hadits Shahih?
6. Apa saja macam-macam Hadits Shahih?
7. Bagaimana hukum dan status kehujjahan Hadits Shahih?
8. Apa saja kitab yang memuat Hadits?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Hadits Maqbul.


2. Untuk mengetahui macam-macam Hadits Maqbul dari sudut
implementasi.
1
3. Untuk mengetahui macam-macam Hadits Maqbul dari sudut Rutbah
kualitas Hadits Shahih.
4. Untuk mengetahui Hadits Shahih.
5. Untuk mengetahui kriteria Hadits Shahih.
6. Untuk mengetahui macam-macam Hadits Shahih.
7. Untuk mengetahui hukum dan status kehujjahan Hadits Shahih.
8. Untuk mengetahui kitab yang memuat Hadits Shahih.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits Maqbul


Menurut harfiah maqbūl berarti yang diambil dan diterima. Maqbūl adalah antonim
dari kata al-Mardūd, yang ditolak, yang tidak diterima. Adapun menurut istilah,
jumhur ulama memaknai hadis maqbūl sebagai hadis yang wajib diamalkan. Namun
menurut al-Manāwī, definisi yang benar adalah sebagaimana dikemukakan oleh al-
Biqāi bahwa hadis maqbūl adalah hadis yang diyakini dengan kuat bahwa para
periwayat yang memberitakan hadis tersebut adalah benar/jujur.1

B. Macam-macam Hadits Maqbul dari Sudut Implementasi


Ditinjau dari sudut implementasinya, hadis maqbûl terbagi kepada dua macam,
yaitu; hadis ma’mûl bihi (hadits yang dapat diamalkan sebagai hujjah), dan hadis
ghair ma’mûl bih (hadits ma’mûl yang tidak diamalkan dan tidak dapat dijadikan
sebagai hujjah).
1. Hadis ma’mûl bihi, yaitu;
a. Hadits Muhkâm, yaitu hadis yang telah memberikan pengertian yang jelas.
b. Hadits Mukhtalif, yaitu dua buah hadits yang pada lahirnya saling berlawanan
yang dapat dikompromikan dengan mudah.
c. Hadits Nâsikh, yaitu hadits yang menghapus ketentuan hadits yang datang
terdahulu.
d. Hadits Râjih, yaitu hadits yang lebih kuat dari dua buah hadits shahih yang saling
bertentangan.

2. Hadits Ghair Ma’mûlun bih.


a. Hadits Mutawaqaf fihi, yaitu hadits yang kehujjahannya ditangguhkan karena
terjadinya pertentangan antara satu hadits dengan hadits lainnya yang belum dapat
diselesaikan.

1
H. RAJAB, HADIS GAIR MA‘MŪL BIH; STUDI ATAS HADIS SAHIH TAPI TIDAK APLIKATIF (Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Ambon), h 60
3
b. Hadits Mansûkh, yaitu hadits yang dihapus ketentuan hukum yang terkandung di
dalamnya, karena datang-nya hadits atau ketentuan yang baru.
c. Hadits Marjûh, yaitu hadits yang kehujjahannya dikalahkan oleh hadits yang lebih
kuat.2

C. Macam-Macam Hadits Maqbul dari Sudut Rutbah Kualitas Hadits Shahih


Hadits maqbul dari sudut rutbah (urutan) kualitasnya juga terbagi kepada dua bagian
yaitu hadis shahih dan hadis hasan. Pembagian ini tidak berlaku bagi ulama yang
memasukkan pembahasan hadits hasan ke dalam hadits shahih, seperti al-Hakim,
Ibn Hibban dan Ibn Huzaimah.3

D. Pengertian Hadits Shahih


Kata shohih (‫ )الصحيح‬dalam bahasa diartikan orang sehat, antonim dari kata as-saqim
(‫ = )السقيم‬orang yang sakit, jadi yang dimaksudkan hadis shohih adalah hadis yang
sehat dan benar, tidak terdapat penyakit dan cacat, dalam istilah hadis shohih
adalah :
‫والعلة الشذوذ من وخال مثله عن كامال ضبطا الضابط للعد بنقل سنده اتصل ما هو‬
Artinya : Hadis yang muttashil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh orang
adil dan dhobith (kuat daya ingatan) sempurna dari sesamanya, selamat dari
kejanggalan (syadz) dan cacat (‘illat). Dalam pengertian yang lain hadis shohih
menurut bahasa berarti hadis yng bersih dari cacat, hadis yang benar berasal dari
Rasulullah SAW. Sebagaimana para ulama telah sepakati kebenarannya bahwa hadis
shohih merupakan hadis yang bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh rawi
yang adil dan dhabit rawi lain yang (juga) adil dan dhabit sampai akhir sanad, dan
hadis itu tidak janggal serta tidak cacat (illat).4

2
Zikri darussamin,kuliah ilmu hadist,kalimedia,Pekanbaru 2020,h 111
3
Khusniati Rofiah, M.Si.,Studi ilmu hadist,Ponorogo,2017 h 134
4
Abdul Aziz, SH., M.Pd. "Hadits Shohih" Dalam lampung.nu.or.id dari
https://lampung.nu.or.id/warta/hadis-shohih-vsa8h

4
E. Kriteria Hadits Shahih
1. Bersambung sanadnya (ittishalus sanad).
Artinya, tiap-tiap rawi (periwayat hadis) dari rawi lainnya benar-benar mengambil
(hadis) secara langsung dari orang di atasnya dari sejak awal sanad sampai akhir
sanad. Jadi, setiap rangkaian rawi dalam sanad tersebut memiliki hubungan guru dan
murid. Hal ini bisa diketahui dengan melihat biografi masing-masing rawi di kitab
sejarah para rawi hadis (rijal al-hadis). Biasanya dalam kitab tersebut dicantumkan
nama guru dan muridnya, namun apabila tidak disebutkan bisa juga diketahui
dengan melihat perjalanan ilmiah atau tahun wafatnya.

2. Perawinya Adil di dalam periwayatan.


Adil di sini bermakna perawi tersebut Islam, Aqil (berfikir sehat), Baligh (dewasa),
terhindar dari melakukan dosa besar atau dosa-dosa kecil yang terus menerus,
terhindar dari hal-hal yang menodai kepribadian. Misalnya makan di pasar, berjalan
tanpa alas kaki atau tidak memakai penutup kepala
3. Dlabith, artinya kuat ingatan. Sedangkan Dlabith ada dua macam;
a. Dlabith Shadri, artinya ingatan rawi benar-benar tersimpan kuat di dalam
pikirannya atas apa yang telah ia dengar dan terima, ingatannya tersebut sanggup ia
keluarkan kapanpun dan di manapun ia kehendaki.
b. Dlabith Kitab, artinya rawi tersebut kuat ingatannya berdasarkan buku catatannya
yang ia tulis sejak ia mendengar atau menerima hadis. Hal ini berlaku pada zaman
pertama periwayatan hadis, untuk zaman sekarang cukup berdasar pada naskah-
naskah yang telah disepakati dan telah disahihkan
4. Tidak terdapat kejanggalan.
Maksudnya Periwayatan seorang rawi yang dikatakan tsiqah (dipercaya) berbeda
dengan periwayatan banyak rawi lainnya yang juga tsiqah (dipercaya), sebab
ditambah atau dikurangi sanad maupun matannya
5. Tidak adanya kecacatan.
Yaitu cacat yang berada pada hadis, di mana secara dlahir hadis tersebut dapat
diterima, akan tetapi setelah diselidiki secara mendalam dan dengan seksama jalur

5
periwayatannya mengandung cacat yang menyebabkan hadis itu ditolak. Mislanya
hadis mursal atau munqathi’ akan tetapi diriwayatkan secara muttashil.5

F. Macam-Macam Hadits Shahih


Secara umum, hadits shahih terbagi menjadi dua macam, yakni hadits shahih
lidzahatihi dan hadits shahih lighairihi. Berikut pengertian dan contoh dari masing-
masing hadits:
1. Hadits Shahih Lidzahatihi
Hadis shahih lidzahatihi adalah hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis shahih,
yaitu tersambungnya sanad, kualitas moral perawi yang baik, kualitas intelektual
perawi yang mumpuni, serta ketiadaan syadz dan illat. Dengan kata lain, yang
dimaksud dengan hadis shahih lidzatihi adalah hadis shahih itu sendiri. Salah satu
contoh hadits shahih lidzahatihi adalah hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari
tentang Nabi Muhammad SAW membaca surat Ath Thur saat salat maghrib.
“Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf, ia berkata: Telah
mengabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin
Muth’im dari ayahnya, ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah dalam shalat
Maghrib membaca surat Ath-Thur.” (HR. Bukhari).

2. Hadits Shahih Lighairihi


Hadis shahih lighairihi adalah hadis hasan yang memiliki riwayat lain dari jalur
sanad yang berbeda, baik jalur sanad yang lain memiliki kualitas yang sama dengan
hadis hasan tersebut, atau memiliki kualitas yang lebih baik dari hadis hasan
tersebut. Hadis shahih lighairihi memiliki kualitas di atas kualitas hadis hasan itu
sendiri. Akan tetapi kualitas hadis shahih lighairihi di bawah kualitas hadis shahih
lidzahatihi. Di antara beberapa hadis yang terkategori dalam hadis shahih lighairihi
adalah hadis yang diriwayatkan Ath Tirmidzi perihal siwak
“Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib berkata, telah menceritakan kepada
kami Abdah bin Sulaiman dari Muhammad bin 'Amru dari Abu Salamah dari Abu
Hurairah ia berkata, Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Sekiranya tidak

5
Khoirul Anam, “5(lima) syarat hadis shahih” Dalam http://mahadalybalekambang.ac.id/ Dari
https://www.mahadalybalekambang.ac.id/5-lima-syarat-hadis-shahih/

6
memberatkan umatku sungguh akan aku perintahkan untuk bersiwak setiap kali
akan shalat." Abu Isa berkata: Hadits ini diriwayatkan oleh Muhammad bin Ishaq
dari Muhammad bin Ibrahim, dari Abu Salamah, dari Zaid bin Khalid, dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam. Dan hadits Abu Salamah yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah dan Zaid bin Khalid dari Nabi Shallahu 'alaihi wa Sallam, menurutku
keduanya shahih. Karena hadits itu tidak hanya diriwayatkan oleh satu jalur, yaitu
dari Abu Hurairah dari Nabi Shallahu 'alaihi wa Sallam, tetapi dari jalur lainnya,
sehingga hadits riwayat Abu Hurairah menjadi shahih. Sedangkan Muhammad bin
Isma'il mengklaim bahwa hadits Abu Salamah yang diriwayatkan dari Zaid bin
Khalid derajatnya lebih shahih. Abu Isa berkata: Dalam bab ini juga terdapat riwayat
dari Abu Bakar Ash Shiddiq, Ali, Aisyah, Ibnu Abbas, Hudzaifah, Zaid bin Khalid,
Anas, Abdullah bin 'Amru, Ibnu Umar, Ummu Habibah, Abu Ayyub, Tammam bin
Abbas, Abdullah bin Handlallah, Ummu Salamah, Watsilah Al Asqa' dan Abu
Musa.” (HR. Tirmidzi).6

G. Hukum dan Status Kehujjahan Hadits Shahih


Adapun hukum pengamalan hadis shahih menurut ijma ahli hadis dan segolongan
ahli ushul dan para fuqaha bahwa hadis shahih wajib diamalkan dan merupakan
salah satu dasar dari dasar-dasar syara’. Bagi seorang muslim tidak ada lapangan
untuk meninggalkan dan harus mengamalkannya. Ada pendapat lain mengatakan
bahwa yang berkenaan dengan akidah ulama berbeda pendapat tentang hadis ahad
ini untuk dijadikan hujjah. Sebagian ulama berpendapat tidak dapat dijadikan
sebagai hujjah karena dzanni al-wurud, sedangkan akidah harus berdasatkan qat’iy
baik wurud maupun dalalah-nya. Ulama yang lain membolehkan dijadikan hujjah
untuk masalah akidah yang mendukung pendapat ini, menyatakan bahwa hadis ahad
dapat menjadi qath’y al-wurud dengan alasan bahwa sesuatu yang bersifat dzanni
kemungkinan mengandung kesalahan. Setelah diteliti dengan cermat ternyata
berkualitas shahih. Alasan lain bahwa Nabi Muhammad saw. pernah mengutus
sejumlah muballigh ke berbagai daerah yang jumlahnya tidak mencapai tingkat
kategori mutawâtir. Seandainya penjelasan agama harus berasal dari berita yang
mutawâtir, maka masyarakat tidak menerima dan membenarkan dakwah dari
muballigh utusan Nabi. Begitu juga Umar bin Khattab pernah membatalkan hasil
ijtihadnya ketika mendengat hadis Nabi yang disampaikan oleh al-Dahhak bin

6
‘Pengertian dan Macam-Macam Hadits Shahih” Dalam kumparan.com Dari
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/kabar-harian/pengertian-dan-macam-macam-
hadits-shahih-1xpkaxDf2wo

7
Sufyan secara ahad. Adapun yang berkaitan dengan non-aqidah, hadis shahih
disepakati oleh ulama sebagai hujjah.7
Hadits yang bisa dijadikan landasan hukum adalah hadits shahih. Hadits jenis ini
diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna ingatan (hafalannya), memiliki sanad
bersambung, tidak cacat, dan tidak janggal.
Hadits-hadits shahih dapat ditemukan dalam kitab-kitab hadits. Beberapa di
antaranya Shahih Bukhari dan Muslim, Al-Muwaththa, Mustadrak Al-Hakim,
Shahih ibn Hibban, dan Shahih ibn Khuzaemah.8

H. Kitab Yang Memuat Hadits Shahih


1. Jami’
Sebuah kitab hadits yang disusun per bab dan mengandung segala tema agama.
Secara umum ada delapan temabesar, yaitu akidah, hukum, sirah, adab, tafsir, fitan,
tanda-tanda kiamat, dan manaqib. Dari sekian banyak kitab berbentuk jami’, ada
tiga yang paling populer:

a. Al-Jami’ush Shahih, karya Imam Al-Bukhari (Shahih Bukhari);


b. Al-Jami’ushShahih, karya Imam Muslim (Shahih Muslim);
c. Al- Jami’ Imam At-Tirmidzi (Sunanut Tirmidzi).

2. Sunan
Sebuah kitab haditsmarfu’ yang menjelaskantentang hukum dan urutan babnya
disusun seperti urutan bab dalam ilmu fiqih. Ada empat kitab sunan yang paling
populer: Sunan Abi Dawud, Sunan An-Nasa’i, Sunan At-Tirmidzi, dan Sunan Ibn
Majah. (‘Itr, ManhajunNaqdi, halaman 176).

7
Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.I, “Hukum Pengamalan Hadis Shahih” Dalam referensimakalah.com Dari
https://www.referensimakalah.com/2012/07/hukum-pengamalan-hadis-shahih.html?m=1

8
Kristina, “Ini Jenis Hadits yang Tak Boleh Dijadikan Landasan Hukum” Dalam detik.com Dari
https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6941803/ini-jenis-hadits-yang-tak-boleh-dijadikan-
landasan-hukum

8
3. Musnad
Musnad adalah kitab hadits yang disusun dengan mengelompokkan hadits-hadits
berdasarkan riwayat masing-masing dari para Sahabat. Misalnya, Bab I: Hadits-
hadits riwayat Abu Bakr ra. Bab II: Hadits-hadits riwayat Umar ra, dan seterusnya.
Urutan nama Sahabat pada setiap kitab musnad berbeda-beda. Ada yang
berdasarkan huruf, ada yang berdasarkan siapa yang lebih dahulu masuk Islam, ada
yang berdasarkan suku (qabilah), dan lainnya. Namun menurut Syekh Hatim Al-
Auni, jika urutannya berdasarkan huruf awal nama Sahabat, kitab tersebut masuk
kategori mu’jam, bukan musnad. (Hatim Al-Auni, Muqarrarut Takhrijwa Manhajul
Hukmi ‘alal Hadits, [Beirut: Markazun Nama’, 2018], halaman 39).

4. Mu’jam
Sebuah kitab hadits di mana hadits-hadits di dalamnya dikelompokkan berdasarkan
nama guru penulis, Sahabat, atau daerah (buldan). Ada tiga kitab mu’jam yang
paling populer: Al-Mu’jamul Kabir, Al-Mu’jamulAusath, dan Al-Mu’jamush
Shaghir. Ketiganya adalah karya Imam Ath-Thabrani. (Ath-Thahhan, Ushulut
Takhrij, halaman 45).

5. Mushannaf
Kriteria kitab mushannaf hampir sama dengan kitab sunan, yaitu mengelompokkan
hadits dan menyusunnya seperti bab dalam ilmuf iqih. Perbedaannya adalah kitab
mushannaf tidak hanya berisi hadits marfu’, namun juga hadits mauquf dan hadits
maqthu’. Dari sekian banyak mushannaf, beberapa yang paling masyhur adalah
Mushannaf ‘Abdurrazzaq dan Mushannaf Abi Bakr ibn Syaibah. (Ath-Thahhan,
UshulutTakhrij, halaman 118; dan ‘Itr, ManhajunNaqdi, halaman 177).

6. Zawa’id
Kitab zawa’id adalah kitab yang berisi hadits-hadits yang terdapat di beberapa kitab
tertentu, dan hadits-hadits tersebut tidak ditemukan dalambeberapa kitab hadits lain.
Seperti kitab Mishbahuz Zujajah fi Zawa’idi Ibn Majah Karya Abil ‘Abbas Al-
Bushiri, Kitab ini berisi hadits-hadits yang terkandung dalam Sunan Ibn Majah dan
tidak ditemukan dalam lima kitab induk lain, yakni Shahih Bukhari, Shahih Muslim,
Sunan Abi Dawud, An-Nasa’i, dan At-Tirmidzi.
9
7. Masyyakhah
Sebuah kitab yang berisi nama-nama guru dari seorang ulama, dan riwayat-riwayat
baik berupa hadits atau sanad kitab yang ia dapatkan dari para guru tersebut. Ada
kitab masyyakhah yang ditulis oleh ulama itu sendiri seperti Mu’jam Ausath-nya
Ath-Thabrani, dalam kitab tersebut beliau mengumpulkan hadits-hadits yang beliau
dapat dari para gurunya. Ada pula kitab masyyakhah yang ditulis oleh orang lain,
seperti Tasyniful Asma’ karya Syekh Mahmud Sa’id Mamduh, salah satu murid
Syekh Yasin Padang. Beliau mencatat nama-nama guru Syekh Yasin beserta biografi
dan kitab apa saja yang dipelajari Syekh Yasin dari masing-masing guru tersebut.
(‘Itr, Manhajun Naqdi, halaman 182; dan Al-Auni, Muqarrarut Takhrij, halaman 71).

8. Mustadrak
Adalah sebuah kitab yang menghimpun hadits-hadits yang tidak dicantumkan dalam
sebuah kitab tertentu, padahal hadits-hadits itu memenuhi syarat dan kriteria penulis
kitab tersebut. Seperti Al-Mustadrak ‘ala Shahihain karya Imam Al-Hakim. Dalam
kitab tersebut beliau mengumpulkan hadits-hadits yang tidak dicantumkan dalam
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, padahal hadits-hadits tersebut diriwayatkan
oleh para rawi yang memenuhi kriteria atau standard dari Imam Al-Bukhari dan
Imam Muslim. (Ath-Thahhan, Ushulut Takhrij, halaman 102).

9. Athraf
Kitab hadits di mana hadits-hadits di dalamnya tidak disebutkan lengkap, hanya
potongan kalimatnya saja, lalu menyebutkan berbagai jalur sanad dari hadits
tersebut. Terkadang sepotong kalimat yang disebutkan bukan berasal dari redaksi
hadits tersebut, namun hadits tadi masyhur dengan nama itu, seperti Hadits Jibril,
maksudnya adalah hadits yang menjelaska tanya-jawab Jibril as dengan Rasulullah
saw. Salah satu kitab athraf yang paling populer adalah Tuhfatul Asyraf karya Al-
Hafizh Al-Mizzi. Beliau menyebutkan potongan-potangan hadits beserta sanadnya
yang terdapat pada Al-Kutubus Sittah, Muqaddimah Shahih Muslim, Al-Marasil
karya Abu Dawud As-Sijistani, Al-‘Ilalush Shaghir dan Asy-Syamailkarya At-
Tirmidzi, serta ‘Amalul Yaumwal Lailah karya An-Nasa’i. (‘Itr, Manhajun Naqdi,
halaman 178).

10
10. ‘Ilal
Kitab ‘ilal adalah kitab yang berisihadits-hadits yang memiliki ‘illat dan
menjelaskan bentuk ‘illat dari setiaphadits tersebut. Seperti dua kitab Al-‘Ilal karya
At-Tirmidzi dan Ad-Daruquthni. (‘Itr, Manhajun Naqdi, halaman 185).

11. Mustakhraj
Sebuah kitab yang berisi hadits-hadits yang terdapat pada kitab lain namun dengan
jalursanad yang berbeda. Seperti Mustakhraj karya Al-Isma’ili (wafat 371 H). Beliau
menyebutkan hadits-hadits yang terdapat pada Shahih Bukhari, namun tidak melalui
jalur Imam Al-Bukhari (wafat 256 H). (Ath-Thahhan, Ushulut Takhrij, halaman
100).9

9
Kristina, “6 KItab Hadits Kualitas Shahih yang BIsa Jadi Hujjah dan Diamalkan” Dalam detik.com Dari
https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6941803/ini-jenis-hadits-yang-tak-boleh-dijadikan-
landasan-hukum
11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadits Shahih secara bahasa adalah hadits yang sehat, selamat, benar, sah,
sempurna dan yang tidak sakit. Secara istilah menurut Shubhi al-Shalih, hadits
shahih adalah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh periwayat yang
‘adil dan dhâbith hingga bersambung kepada Rasulullah atau pada sanad terakhir
berasal dari kalangan sahabat tanpa mengandung syâdz (kejanggalan) ataupun ‘illat
(cacat).
Berdasarkan definisi tentang hadits shahih di atas diketahui lima macam kriteria
hadits shahih yaitu pertama, sanadnya bersambung; kedua, para periwayatnya ‘adil;
ketiga, para periwayatnya dhâbith; keempat, terhindar dari syâdz; dan kelima,
terhindar dari ‘illat.

Dhabit ialah orang yang mendengarkan riwayat sebagaimana seharusnya, dia


memahaminya dengan pemahaman yang mendetail kemudian dia menghafalnya
dengan sempurna, dan dia meyakini kemampuan yang demikian itu, sedikitnya
mulai dari saat mendengar riwayat itu sampai dia menyampaikan riwayat tersebut
kepada orang lain.

Adil menurut bahasa Arab disebut dengan kata ‘adilun, yang berarti sama dengan
seimbang. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, adalah diartikan tidak berat
sebelah, tidak memihak, berpihak pada yang benar, berpegang pada kebenaran,
sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang.

B. Saran

Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini kedepannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

H. RAJAB, HADIS GAIR MA‘MŪL BIH; STUDI ATAS HADIS SAHIH TAPI TIDAK APLIKATIF (Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon), h 60

Zikri darussamin,kuliah ilmu hadist,kalimedia,Pekanbaru 2020,h 111

Khusniati Rofiah, M.Si.,Studi ilmu hadist,Ponorogo,2017 h 134

Abdul Aziz, SH., M.Pd. "Hadits Shohih" Dalam lampung.nu.or.id dari


https://lampung.nu.or.id/warta/hadis-shohih-vsa8h

Khoirul Anam, “5(lima) syarat hadis shahih” Dalam http://mahadalybalekambang.ac.id/ Dari


https://www.mahadalybalekambang.ac.id/5-lima-syarat-hadis-shahih/

‘Pengertian dan Macam-Macam Hadits Shahih” Dalam kumparan.com Dari


https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/kabar-harian/pengertian-dan-macam-
macam-hadits-shahih-1xpkaxDf2wo

Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.I, “Hukum Pengamalan Hadis Shahih” Dalam referensimakalah.com


Dari https://www.referensimakalah.com/2012/07/hukum-pengamalan-hadis-shahih.html?m=1

Kristina, “Ini Jenis Hadits yang Tak Boleh Dijadikan Landasan Hukum” Dalam detik.com Dari
https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6941803/ini-jenis-hadits-yang-tak-boleh-
dijadikan-landasan-hukum

Kristina, “6 KItab Hadits Kualitas Shahih yang BIsa Jadi Hujjah dan Diamalkan” Dalam
detik.com Dari https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6941803/ini-jenis-hadits-
yang-tak-boleh-dijadikan-landasan-hukum

13

Anda mungkin juga menyukai