Kelompok 2
Di susun Oleh:
1. Najwa Putri Masduqi (2311204011)
2. Muhammad Iqbal (231120418)
3. Rabi'ul Aulia (2311204023)
4. Muhammad Fashobrun Jamil (2311204030)
5. Ameralia Bunga Anshari (2311204044)
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A. Kesimpulan.................................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap informasi yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik itu
tindakan, perkataan, hingga sifat beliau, dikenal dengan sebutan hadis. Namun,
tidak semua hadis dapat dikatakan absah karena ada juga informasi palsu yang
sengaja dibuat, lalu disebut sebagai hadis. Lantas, bagaimana cara mengetahui
bahwa hadis itu sahih atau tidak? Banyak hadits yang beredar di masyarakat
yang disampaikan oleh para ustadz atau yang dipanggil ustadz, namun dalam
penyampaiannya belum dapat dipertanggung jawabkan keshahihan hadits
tersebut, maka sering para ustadz dalam menyampaikan hadits tidak memberi
referensi, minimal periwayat dan lebih lengkap nomor hadits. Satu contoh yang
banyak beredar ”tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri cina” setelah di cari-cari
siapa periwayatnya, sanadnya dari mana, tidak satu pun yang
mencantumkannya, artinya apa ini bukan hadits kemungkinan syair bangsa arab.
Dari contoh tersebut kita perlu bersifat kritis atas apa yang kita dengar
mengingat dalam beribadah, atau melakukan suatu amalan khususnya amalan
yang diambil dari hadits perlu diperhatikan kualitas keshahihan hadist.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
H. RAJAB, HADIS GAIR MA‘MŪL BIH; STUDI ATAS HADIS SAHIH TAPI TIDAK APLIKATIF (Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Ambon), h 60
3
b. Hadits Mansûkh, yaitu hadits yang dihapus ketentuan hukum yang terkandung di
dalamnya, karena datang-nya hadits atau ketentuan yang baru.
c. Hadits Marjûh, yaitu hadits yang kehujjahannya dikalahkan oleh hadits yang lebih
kuat.2
2
Zikri darussamin,kuliah ilmu hadist,kalimedia,Pekanbaru 2020,h 111
3
Khusniati Rofiah, M.Si.,Studi ilmu hadist,Ponorogo,2017 h 134
4
Abdul Aziz, SH., M.Pd. "Hadits Shohih" Dalam lampung.nu.or.id dari
https://lampung.nu.or.id/warta/hadis-shohih-vsa8h
4
E. Kriteria Hadits Shahih
1. Bersambung sanadnya (ittishalus sanad).
Artinya, tiap-tiap rawi (periwayat hadis) dari rawi lainnya benar-benar mengambil
(hadis) secara langsung dari orang di atasnya dari sejak awal sanad sampai akhir
sanad. Jadi, setiap rangkaian rawi dalam sanad tersebut memiliki hubungan guru dan
murid. Hal ini bisa diketahui dengan melihat biografi masing-masing rawi di kitab
sejarah para rawi hadis (rijal al-hadis). Biasanya dalam kitab tersebut dicantumkan
nama guru dan muridnya, namun apabila tidak disebutkan bisa juga diketahui
dengan melihat perjalanan ilmiah atau tahun wafatnya.
5
periwayatannya mengandung cacat yang menyebabkan hadis itu ditolak. Mislanya
hadis mursal atau munqathi’ akan tetapi diriwayatkan secara muttashil.5
5
Khoirul Anam, “5(lima) syarat hadis shahih” Dalam http://mahadalybalekambang.ac.id/ Dari
https://www.mahadalybalekambang.ac.id/5-lima-syarat-hadis-shahih/
6
memberatkan umatku sungguh akan aku perintahkan untuk bersiwak setiap kali
akan shalat." Abu Isa berkata: Hadits ini diriwayatkan oleh Muhammad bin Ishaq
dari Muhammad bin Ibrahim, dari Abu Salamah, dari Zaid bin Khalid, dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam. Dan hadits Abu Salamah yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah dan Zaid bin Khalid dari Nabi Shallahu 'alaihi wa Sallam, menurutku
keduanya shahih. Karena hadits itu tidak hanya diriwayatkan oleh satu jalur, yaitu
dari Abu Hurairah dari Nabi Shallahu 'alaihi wa Sallam, tetapi dari jalur lainnya,
sehingga hadits riwayat Abu Hurairah menjadi shahih. Sedangkan Muhammad bin
Isma'il mengklaim bahwa hadits Abu Salamah yang diriwayatkan dari Zaid bin
Khalid derajatnya lebih shahih. Abu Isa berkata: Dalam bab ini juga terdapat riwayat
dari Abu Bakar Ash Shiddiq, Ali, Aisyah, Ibnu Abbas, Hudzaifah, Zaid bin Khalid,
Anas, Abdullah bin 'Amru, Ibnu Umar, Ummu Habibah, Abu Ayyub, Tammam bin
Abbas, Abdullah bin Handlallah, Ummu Salamah, Watsilah Al Asqa' dan Abu
Musa.” (HR. Tirmidzi).6
6
‘Pengertian dan Macam-Macam Hadits Shahih” Dalam kumparan.com Dari
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/kabar-harian/pengertian-dan-macam-macam-
hadits-shahih-1xpkaxDf2wo
7
Sufyan secara ahad. Adapun yang berkaitan dengan non-aqidah, hadis shahih
disepakati oleh ulama sebagai hujjah.7
Hadits yang bisa dijadikan landasan hukum adalah hadits shahih. Hadits jenis ini
diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna ingatan (hafalannya), memiliki sanad
bersambung, tidak cacat, dan tidak janggal.
Hadits-hadits shahih dapat ditemukan dalam kitab-kitab hadits. Beberapa di
antaranya Shahih Bukhari dan Muslim, Al-Muwaththa, Mustadrak Al-Hakim,
Shahih ibn Hibban, dan Shahih ibn Khuzaemah.8
2. Sunan
Sebuah kitab haditsmarfu’ yang menjelaskantentang hukum dan urutan babnya
disusun seperti urutan bab dalam ilmu fiqih. Ada empat kitab sunan yang paling
populer: Sunan Abi Dawud, Sunan An-Nasa’i, Sunan At-Tirmidzi, dan Sunan Ibn
Majah. (‘Itr, ManhajunNaqdi, halaman 176).
7
Mushlihin, S.Pd.I, M.Pd.I, “Hukum Pengamalan Hadis Shahih” Dalam referensimakalah.com Dari
https://www.referensimakalah.com/2012/07/hukum-pengamalan-hadis-shahih.html?m=1
8
Kristina, “Ini Jenis Hadits yang Tak Boleh Dijadikan Landasan Hukum” Dalam detik.com Dari
https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6941803/ini-jenis-hadits-yang-tak-boleh-dijadikan-
landasan-hukum
8
3. Musnad
Musnad adalah kitab hadits yang disusun dengan mengelompokkan hadits-hadits
berdasarkan riwayat masing-masing dari para Sahabat. Misalnya, Bab I: Hadits-
hadits riwayat Abu Bakr ra. Bab II: Hadits-hadits riwayat Umar ra, dan seterusnya.
Urutan nama Sahabat pada setiap kitab musnad berbeda-beda. Ada yang
berdasarkan huruf, ada yang berdasarkan siapa yang lebih dahulu masuk Islam, ada
yang berdasarkan suku (qabilah), dan lainnya. Namun menurut Syekh Hatim Al-
Auni, jika urutannya berdasarkan huruf awal nama Sahabat, kitab tersebut masuk
kategori mu’jam, bukan musnad. (Hatim Al-Auni, Muqarrarut Takhrijwa Manhajul
Hukmi ‘alal Hadits, [Beirut: Markazun Nama’, 2018], halaman 39).
4. Mu’jam
Sebuah kitab hadits di mana hadits-hadits di dalamnya dikelompokkan berdasarkan
nama guru penulis, Sahabat, atau daerah (buldan). Ada tiga kitab mu’jam yang
paling populer: Al-Mu’jamul Kabir, Al-Mu’jamulAusath, dan Al-Mu’jamush
Shaghir. Ketiganya adalah karya Imam Ath-Thabrani. (Ath-Thahhan, Ushulut
Takhrij, halaman 45).
5. Mushannaf
Kriteria kitab mushannaf hampir sama dengan kitab sunan, yaitu mengelompokkan
hadits dan menyusunnya seperti bab dalam ilmuf iqih. Perbedaannya adalah kitab
mushannaf tidak hanya berisi hadits marfu’, namun juga hadits mauquf dan hadits
maqthu’. Dari sekian banyak mushannaf, beberapa yang paling masyhur adalah
Mushannaf ‘Abdurrazzaq dan Mushannaf Abi Bakr ibn Syaibah. (Ath-Thahhan,
UshulutTakhrij, halaman 118; dan ‘Itr, ManhajunNaqdi, halaman 177).
6. Zawa’id
Kitab zawa’id adalah kitab yang berisi hadits-hadits yang terdapat di beberapa kitab
tertentu, dan hadits-hadits tersebut tidak ditemukan dalambeberapa kitab hadits lain.
Seperti kitab Mishbahuz Zujajah fi Zawa’idi Ibn Majah Karya Abil ‘Abbas Al-
Bushiri, Kitab ini berisi hadits-hadits yang terkandung dalam Sunan Ibn Majah dan
tidak ditemukan dalam lima kitab induk lain, yakni Shahih Bukhari, Shahih Muslim,
Sunan Abi Dawud, An-Nasa’i, dan At-Tirmidzi.
9
7. Masyyakhah
Sebuah kitab yang berisi nama-nama guru dari seorang ulama, dan riwayat-riwayat
baik berupa hadits atau sanad kitab yang ia dapatkan dari para guru tersebut. Ada
kitab masyyakhah yang ditulis oleh ulama itu sendiri seperti Mu’jam Ausath-nya
Ath-Thabrani, dalam kitab tersebut beliau mengumpulkan hadits-hadits yang beliau
dapat dari para gurunya. Ada pula kitab masyyakhah yang ditulis oleh orang lain,
seperti Tasyniful Asma’ karya Syekh Mahmud Sa’id Mamduh, salah satu murid
Syekh Yasin Padang. Beliau mencatat nama-nama guru Syekh Yasin beserta biografi
dan kitab apa saja yang dipelajari Syekh Yasin dari masing-masing guru tersebut.
(‘Itr, Manhajun Naqdi, halaman 182; dan Al-Auni, Muqarrarut Takhrij, halaman 71).
8. Mustadrak
Adalah sebuah kitab yang menghimpun hadits-hadits yang tidak dicantumkan dalam
sebuah kitab tertentu, padahal hadits-hadits itu memenuhi syarat dan kriteria penulis
kitab tersebut. Seperti Al-Mustadrak ‘ala Shahihain karya Imam Al-Hakim. Dalam
kitab tersebut beliau mengumpulkan hadits-hadits yang tidak dicantumkan dalam
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, padahal hadits-hadits tersebut diriwayatkan
oleh para rawi yang memenuhi kriteria atau standard dari Imam Al-Bukhari dan
Imam Muslim. (Ath-Thahhan, Ushulut Takhrij, halaman 102).
9. Athraf
Kitab hadits di mana hadits-hadits di dalamnya tidak disebutkan lengkap, hanya
potongan kalimatnya saja, lalu menyebutkan berbagai jalur sanad dari hadits
tersebut. Terkadang sepotong kalimat yang disebutkan bukan berasal dari redaksi
hadits tersebut, namun hadits tadi masyhur dengan nama itu, seperti Hadits Jibril,
maksudnya adalah hadits yang menjelaska tanya-jawab Jibril as dengan Rasulullah
saw. Salah satu kitab athraf yang paling populer adalah Tuhfatul Asyraf karya Al-
Hafizh Al-Mizzi. Beliau menyebutkan potongan-potangan hadits beserta sanadnya
yang terdapat pada Al-Kutubus Sittah, Muqaddimah Shahih Muslim, Al-Marasil
karya Abu Dawud As-Sijistani, Al-‘Ilalush Shaghir dan Asy-Syamailkarya At-
Tirmidzi, serta ‘Amalul Yaumwal Lailah karya An-Nasa’i. (‘Itr, Manhajun Naqdi,
halaman 178).
10
10. ‘Ilal
Kitab ‘ilal adalah kitab yang berisihadits-hadits yang memiliki ‘illat dan
menjelaskan bentuk ‘illat dari setiaphadits tersebut. Seperti dua kitab Al-‘Ilal karya
At-Tirmidzi dan Ad-Daruquthni. (‘Itr, Manhajun Naqdi, halaman 185).
11. Mustakhraj
Sebuah kitab yang berisi hadits-hadits yang terdapat pada kitab lain namun dengan
jalursanad yang berbeda. Seperti Mustakhraj karya Al-Isma’ili (wafat 371 H). Beliau
menyebutkan hadits-hadits yang terdapat pada Shahih Bukhari, namun tidak melalui
jalur Imam Al-Bukhari (wafat 256 H). (Ath-Thahhan, Ushulut Takhrij, halaman
100).9
9
Kristina, “6 KItab Hadits Kualitas Shahih yang BIsa Jadi Hujjah dan Diamalkan” Dalam detik.com Dari
https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6941803/ini-jenis-hadits-yang-tak-boleh-dijadikan-
landasan-hukum
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits Shahih secara bahasa adalah hadits yang sehat, selamat, benar, sah,
sempurna dan yang tidak sakit. Secara istilah menurut Shubhi al-Shalih, hadits
shahih adalah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh periwayat yang
‘adil dan dhâbith hingga bersambung kepada Rasulullah atau pada sanad terakhir
berasal dari kalangan sahabat tanpa mengandung syâdz (kejanggalan) ataupun ‘illat
(cacat).
Berdasarkan definisi tentang hadits shahih di atas diketahui lima macam kriteria
hadits shahih yaitu pertama, sanadnya bersambung; kedua, para periwayatnya ‘adil;
ketiga, para periwayatnya dhâbith; keempat, terhindar dari syâdz; dan kelima,
terhindar dari ‘illat.
Adil menurut bahasa Arab disebut dengan kata ‘adilun, yang berarti sama dengan
seimbang. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, adalah diartikan tidak berat
sebelah, tidak memihak, berpihak pada yang benar, berpegang pada kebenaran,
sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang.
B. Saran
Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan makalah ini kedepannya.
12
DAFTAR PUSTAKA
H. RAJAB, HADIS GAIR MA‘MŪL BIH; STUDI ATAS HADIS SAHIH TAPI TIDAK APLIKATIF (Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon), h 60
Kristina, “Ini Jenis Hadits yang Tak Boleh Dijadikan Landasan Hukum” Dalam detik.com Dari
https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6941803/ini-jenis-hadits-yang-tak-boleh-
dijadikan-landasan-hukum
Kristina, “6 KItab Hadits Kualitas Shahih yang BIsa Jadi Hujjah dan Diamalkan” Dalam
detik.com Dari https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6941803/ini-jenis-hadits-
yang-tak-boleh-dijadikan-landasan-hukum
13