‘‘ILMU TASHDIQ’’
Disusun Oleh :
KELAS B
i
KATA PENGANTAR
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Ilmu Mantiq pada
Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini terkait makalah tentang
‘‘Ilmu Tashdiq’’. Saya menyadari bahwa dalam tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Salsabilla Naura FH
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tahsdiq...........................................................................2
B. Macam-Macam Tashdiq..................................................................3
A. Kesimpulan.......................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Oleh karena itu, penulis akan membahas sedikit tentang hal-hal yang
berkaitan dengan ilmu mantiq yaitu tentang ilmu tashdiq.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENULISAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam tashdiq ini ada empat unsur yang harus kita ketahui, yaitu:
4. Al-Hukm (penghukuman).
Dari struktur kalimat di atas, kita melihat ada kata Islam, sebagai
subjek, kemudian ada kata indah, sebagai atribut. Nah, ketika ada orang
yang berkata kepada Anda: Islam itu Indah, tentu Anda belum bisa
mengamini benar tidaknya pernyataan tersebut kecuali setelah
mengetahui dan membayangkan keempat unsur di atas, yakni kata Islam,
kemudian kata Indah, lalu keterkaitan antara Islam dan Indah, dan
terakhir ialah berlaku-tidaknya keindahan untuk ajaran Islam.
2
penerimaan kita terhadap suatu propisi (qadhiyyah) baik secara yakin
dan pasti (al-Jazm wa al-Yaqin), maupun hanya sekedar sangkaan (al-
Zhann).
B. Macam-Macam Tashdiq
1. Tashdiq Dharuriy
Contoh tashdiq yang dharuriy atau badihiy : Dua hal yang ber-
tentangan itu tidak akan pernah berkumpul. Matahari itu terbit di sebalah
Timur. Angka satu adalah setengah dari angka dua. Satu tambah satu itu
sama dengan dua. Langit itu ada di atas dan contoh-contoh lainnya.
2. Tashdiq Nazhariy
Di atas telah penulis kemukakan bahwa tashdiq itu terdiri dari empat
unsur, yakni maudhu’, mahmul, al-Nisbah al-hukmiyyah dan al-Hukm.
Menurut Fakr al-Din al-Razi (w. 606 H), keempat unsur tersebut
merupakan bagian (syathr) yang tak terpisahkan dari tashdiq.
Artinya, jika salah satu dari keempat unsur itu hilang, maka suatu
frase tidak bisa menghasilkan tashdiq. Sama halnya seperti salat yang
tak dipenuhi salah satu rukunnya.
Salat yang tak memenuhi salah satu rukun jelas tidak sah. Karena
masing-masing dari rukun salat itu merupakan satu-kesatuan yang tak
terpisahkan. Begitu juga halnya dengan tashdiq yang tak memenuhi
keempat unsur di atas.
3
Konsep tashdiq menurut al-Razi ini berbeda dengan konsep tashdiq
yang dipahami oleh al-Hukama (para filsuf). Kelompok kedua ini
memiliki konsep yang simpel (basith). Bagi mereka, tashdiq itu ialah
hukum, yakni unsur keempat dari empat unsur sudah penulis sebutkan
tadi.
Jika kita merujuk pada contoh kalimat di atas, maka tashdiq dalam
kalimat tersebut ialah pemastian atau pembenaran kita bahwa Islam itu
Indah. Sementara tiga unsur lainnya, yakni maudhu’, mahmul, al-Nisbah
al-Hukmiyyah, itu hanya sebagai syarat saja. Artinya, kalau salah satu
unsur dari yang tiga itu hilang, maka, dalam mazhab kedua ini, ia masih
mungkin menghasilkan tashdiq, tapi tidak sempurna alias cacat (fâsid).
Sama halnya seperti salat yang tak memenuhi syarat. Wudhu itu
termasuk salah satu syarat sahnya salat. Jika Anda salat tanpa berwudhu,
maka salat Anda tidak sah. Tapi, apakah salat yang Anda lakukan itu
bukan salat? Itu tetap salat. Tapi bukan salat yang sah. Begitu juga
halnya dengan konsep tashdiq menurut al-Hukama ini. Jika salah satu
syaratnya tak terpenuhi, bisa saja ia dikatakan sebagai tashdiq,
tapi tashdiq-nya tidak sempurna.
4
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam tashdiq ini ada empat unsur yang harus kita ketahui, yaitu:
4. Al-Hukm (penghukuman).
5
DAFTAR PUSTAKA