Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Muhkam dan Mutasyabih


Di ajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah ilmu tafsir

Oleh kelompok 6:
Nidaul Hasanah : 3723160
Azzah Aliilah : 3723159
Mhd Faisal Rachman Hamid : 3723169
Mutia Azalea : 3723146
Mustafa Zahri : 3723170

Dosen Pengampu :
Rahmad Sani, S.Th. I,M.Ag

PRODI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
TA. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayat, dan nikmat yang tidak ternilai harganya. Sholawat serta salam tetap
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Atas izin-Nya,
kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Muhkam dan Mutasyabih”

Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam
berbagai hal. Oleh karena itu,tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna. Begitu pula dengan makalah ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal
dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam makalah ini. Kami melakukannya
semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki.

Maka dari itu,kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman.
Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat
memperbaiki makalah kami di masa datang.

Dengan menyelesaikan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat
dipetik dan di ambil dari karya ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah
wawasan mengenai kedudukan dan fungsi serta ragam bahasa indonesia.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakutuh

Bukittinggi, 20 April 2024

Kelompok 6

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabbih ......................................................... 3
B. Kriteria-kriteria Muhkam dan Mutasyabbih .................................................. 6
C. Macam-macam ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabbih ................................. 7
D. Hikmah ayat-ayat Muhkam dab Mutasyabbih .............................................. 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................... 10
B. Saran .............................................................................................................. 11
Daftar Pustaka............................................................................................................ 12

II
BAB l
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum umat Islam meyakini al-Qur‟an sebagai sumber asasi ajaran
Islam, syari‟at terakhir yang bertugas memberi arah petunjuk perjalanan hidup
manusia. Al-Qur‟an adalah kitab suci umat islam yang memuat lebih dari enam ribu
ayat diturunkan secara bertingkat, ayat demi ayat, selama lebih dari dua puluh tiga
tahun. Terdiri dari 114 surah yang sangat beragam, surat terpendek adalah al-
kautsar (108) yang terdiri dari tiga ayat, dan yang terpanjang adalah albaqarah (2)
memuat 286 ayat.terkadang al-Qur‟an mengungkap makna lafaznya secara tersirat
(implisit), atau tersurat (ekspilisit), bahkan diisyaratkan terutama dalam ayat-ayat
mutasyabih, sehingga maknanya tersembunyi di bawah permukaan lafaz. Maka,
untuk menemukan makna tersebut harus menggunakan metode yaitu ta‟wil,
merupakan salah satu metode untuk menemukan makna esoteric (batin) yang
digunakan nabi, sahabat, tabi‟in dan ulama serta para penerusnya.Ulum al-Qur‟an
dipahami sebagai “suatu ilmu yang membahas tentang unsur-unsur
yangberhubungan dengan al-Qur‟an dan pada akhirnya juga tampak sebagai wadah
kontestasi bagi para peneliti Alquran untuk menguak berbagai macam “misteri” yang
mengandung petunjuk di dalamnya.Adapun tujuan utama ulum al-Qur‟an menurut
Ali as-Shobuni adalah untuk memahami kalam Allah melalui penjelasan yang
diberikan Rasul, tafsir-tafsir yang dinukil daripara sahabat dan tabi‟it-tabi‟in,
mengetahui metode para mufassir dan sebagainya.4 Atas dasar urgensitas ini,
penulis mencoba memaparkan isi kandungan Alquran dengan mengkaji salah satu
bagian ulumul Quran, yaitu muhkam-mutasyabih.Muhkam-mutasyabih sebagai
bangunan ilmu, ia sejajar dengan keilmuan-keilmuan lainnya. Karenanya, ilmu
muhkam-mutasyabihat bukanlah korpus tertutup yang tidak bisa menerima
pengurangan dan penambahan (ghairu qabil al-niqash wa al-ziyaddah). Dalam
konteks kesejajaran ini, tepat jika dikatakan tidak ada priveles apapun antara suatu
keilmuandengan keilmuan lainnya, sehingga sebuah keilmuan yang dibangun
seorang muslim tidak lantas.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan muhkam dan mutasyabih


2. Apa saja kriteria-kriteria ayat-ayat muhkam dan mutasyabih
3. Apa saja macam-macam mutasyabih
4. Apa hikmah muhkam dan mutasyabih

C. Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui apa itu muhkam dan mutasyabih


2. Untuk mengetahui apa saja kriteria-kriteria muhkam dan mutasyabih
3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam muhkam dan mutasyabih
4. Untuk mengetahui apa hikmah muhkam dan mutasyabih.

2
BAB ll
PEMBAHASAN
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih

Secara bahasa, term „Muhkam‟ dan „Mutasayabih‟ berasal dari bahasa Arab;
dan ‫ي ر شات‬. ,Secara etimologis kata „muhkam‟ berasal dari „ihkam‟ yang menurut al-
Zarqani mempunyai berbagai konotasi, namun mengacu pada satu pengertian, yaitu “al-
man‟u ( ‫ ”)ن‬yang berarti mencegah, ‫ىك ل ري‬ artinya “membuat sesuatu itu
menjadi kokoh dan tercegah dari kerusakan”.1

Pengertian serupa ini juga diakui dalam kamus bahasa Arab misalnya dalam Tartib
al-Qamus alMuhith. Dalam hubungan ini maka penetapan sanksi hukum, ialah
menetapkan ketentuanketentuan, yang dengannya seseorang tercegah dari berbuat
sesuatu di luar ketentuan tersebut dan ketentuan itu harus sesuatu yang jelas dan
tegas.Dari pengertian ini muncul kata al-hikmah (kebijaksanaan), karena ia dapat
mencegah pemiliknya dari hal-hal yang tidak pantas. Dan juga kata al-hukm (‫) ن ح ىك‬
yang berarti memisahkan antara dua hal. Al-hakim (‫ ) ن حا ىك‬adalah orang yang
mencegah terjadinya kezaliman, memisahkan antara yang hak dan yang batil, dan antara
yang jujur dan bohong.2

Pengertian secara bahasa ditemukan juga bahwa muhkam berasal dari kata-kata
“hakamtu dabbataahkamtu” yang artinya saya menahan bintang itu. Kata al-hukm
berarti memutuskan antara dua hal atau perkara. Maka hakim adalah orang yang
mencegah yang zalim dan memisahkan antar dua pihak yang bersengketa, memisahkan
antara yang hak dengan yang bathil serta antara kebenaran dan kebohongan.Jika
dikaitkan dengan ayat-ayat al-Qur‟an, maka dapat ditarik benang merah bahwa semua
ayat-ayat al-Qur‟an itu disusun secara rapi dan kokoh. Tidak ada celah sedikitpun untuk
mengkritiknya dari sudut manapun karena, baik kata-kata, penempatannya dalam
kalimat, maupun susunan kalimatnya sangat rapi dan kokoh. Pengertian secara bahasa
inilah yang dimaksud oleh firman Allah dalam ayat pertama dari surat Hud dan ‫آل ر‬

1
Musta’in, Arah Baru Pengembangan Ulumul Qur’an ( Telaah Metodologis Ilmu Muhkam-Mutasyabbih )
,MAGHZA:Jumal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,vol.4, No.2,2019
2
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), hal.152
3
‫ري‬ ‫نح‬ ‫ا‬ ‫ا‬ :YunusAlif laam raa, Inilah kitab yang ayat-ayatnya
tersusun rapi dan kokoh (uhkimat) serta dijelaskan secara terperinci (fushshilat), yang
diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.”(Q.s.
Hud:11:1).3

‫ا ال ا الح ل ر‬ “Alif laam raa. Inilah ayat-ayat al-Qur‟an yang mengandung


hikmah.”(Q.s. Yunus 10:1).4

Al-Qur‟an seluruhnya muhkam dalam arti seluruh ayat-ayat al-Qur‟an itu kokoh,
fasih, indah dan jelas, membedakan antara hak dengan yang batil dan antara yang benar
dengan yang dusta. Inilah yang dimaksud dengan dengan al-hikam al-„am atau muhkam
dalam arti umum.5

Demikianlah pengertian muhkam secara bahasa (etimologis). Sedangkan mutasyabih


secara etimologis berasal dari kata syabaha-asy-syibhu-asy-syabahu-asy-syabihu,
hakikatnya adalah keserupaan, misalnya dari segi warna, rasa, keadilan dan kezaliman.
Apabila antara dua hal tidak bisa dibedakan karena ada kemiripan (tasyabuh) antara
keduanya maka di sebut asy-syubhah. Misalnya tentang buah-buahan di surga (wa utu
bihi mutasyabiha-mereka diberi buah-buahhan [22.54, 29/4/2024] Aza: yang serupa-Q.S.
Al-Baqarah 2: 25). Buah-buahan di surga itu satu sama lain serupa warnanya, bukan rasa
dan hakikatnya.Dikatakan juga mutasyabih adalah mutamatsil (sama) dalam perkataan
dan keindahan. Jadi, tasyabuh al-kalam adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan,
sebagiannya membetulkan sebagaian yang lain. Dengan pengertian seperti itulah Allah
mensifati al-Qur‟an bahwa keseluruhan ayat-ayatnya adalahh mutasyabihah seperti
diterangkan dalam firman-Nya berikut:

‫را‬ ‫نح‬ ‫يرشا‬ ‫ت‬ ‫ ا‬..

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Qur‟an yang serupa
(mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang....12(Q.S. Az-Zumar 39: 23).6

3
Q.S. Hud 11: 1
4
Q.S. Yunus 10:1
5
Yunahar Ilyas,,,hal.190
6
Q.S. Az-Zumar 39: 23
4
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa kitab suci al-Qur‟an seluruhnya mutasyabih,
dalam pengertian ayat-ayatnya satu sama lain saling serupa dalam kesempurnaan dan
keindahannya, dan kandungan isinya satu sama lain saling membenarkan. inilah yang
dimaksud dengan attasyabuh al-‟am atau tasyabuh dalam arti umum.7

Beberapa contoh ayat di atas terkesan menimbulkan pemahaman yang berbeda.


Dalam hal ini Ibnu Habib an-Naisaburi berpendapat berdasarkan ayat pertama al-Qur‟an
seluruhnya adalah muhkam dengan alasan kesempurnaan dan tidak adanya
pertentangan antara ayat-ayat.

Sedangkan berdasarkan ayat kedua seluruhnya al-Qur‟an adalah mutasyabih. karena


menjelaskan

sisi kesamaan ayat-ayat al-Qur‟an dalam kebenaran, kebaikan serta


kemukjizatannya.

Begitupun menurut M. Hasbi Ash Shiddieqy bahwa al-Qur‟an semuanya


muhkam,jika dimaksudkan dengan kemuhkamannya, tetapi jika dilihat dari lafadz dan
nilai estetika.

nadhamnya sungguh sangatah sempurna. Lebih lanjut ia juga mengatakan bahwa


seluruh alQur‟an adalah mutasyabih, jika dikehendaki kemutasyabihannya serupa atau
sebanding ayatayatnya baik dari aspek balaghahnya maupun i‟jaznya.

Secara terminologis, pengertian muhkam dan mutasyabih dikalangan ulama banyak


berbeda pendapat. Seperti al-Suyuthi telah mengemukakan delapan belas definisi, dan
al-Zarkoni telah mengemukakan sebelas definisi. Dari seluruh definisi tersebut yang
sering dipergunakan ialah:

1. Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedangkan


mutasyabih hanyalah diketahui maksudnya oleh Allah sendiri
2. Muhkam adalah ayat yang hanya mengandung satu wajah, sedangkan
mutasyabbih mengandung banyak wajah.8

7
Muhammad Anwar Firdaus, Membincang Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih, Jurnal Ulul Albab Volume 16,
No.1 Tahun 2015, hal.82
8
Muhammad Anwar Firdaus,,,, hal.83
5
3. Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahu secara langsung, tanpa
memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih tidak demikian, ia
memerlukan penjelasan denga merujuk kepada ayat-ayat lain.
4. Muhkam ialah ayat yang jelas maknanya dan tidak masuk kepadanya isykal
(kepelikan).

Mutasyabih ialah lawannya muhkam atas isim-isim musytarok dan lafalnya


mubhamah(samar-saamar). Dari uraian di atas dapat diketahui dua hal penting yang perlu
dicermati yaitu pertama, dalam memahami muhkam kita tidak banyak mengalami kesulitan
yang berarti. Sedangkan kedua tentang mutasyabih ternyata tidak sedikit menimbulkan
masalah yang kiranya perlu dibahas lanjut dan lebih mendalam.

B. Kriteria-kriteria Muhkam dan Mutasyabih


1. Kriteria Ayat Muhkam
Ayat-ayat muhkam adalah ayat-ayat Al-Quran yang maknanya jelas, tidak
ambigu, dan dapat dipahami dengan mudah. Kriteria ayat muhkam antara
lain:9
1. Makna ayat jelas dan tidak memiliki penafsiran ganda.
2. Ayat tersebut tidak memerlukan penjelasan tambahan untuk
memahami maksudnnya
3. Ayat tersebut tidak mengandung makna tersembunyi atau simbolik
yang memerlukan interpretasi khusus.
4. Ayat tersebut dapat dipahami oleh mayoritas umat Islam tanpa
memerlukan pengetahuan khusus.

Sementara itu, ayat-ayat mutasyabih adalah ayat-ayat Al-Quran yang


maknanya samar, ambigu, atau memerlukan interpretasi khusus. Kriteria ayat
mutasyabih antara lain:10

1. Ayat tersebut mengandung makna ganda atau memiliki interpretasi


yang beragam.

9
Ibnu Kathir. Tafsir Al-qur’an al-‘Azim.
10
Al-Tabari. Jami’ al-bayan fi ta’wil al-qur’an
6
2. Ayat tersebut mengandung konsep-konsep abstrak atau simbolik yang
memerlukan pemahaman mendalam.
3. Ayat tersebut berkaitan dengan hal-hal gaib atau metafisik yang tidak
dapat dijangkau akal manusia secara langsung.
4. Ayat tersebut memerlukan pengetahuan khusus, seperti ilmu tafsir,
untuk dapat dipahami dengan baik.

Secara umum, ayat-ayat muhkam merupakan pondasi utama ajaran


Islam yang dapat dipahami oleh semua orang, sedangkan ayat-ayat
mutasyabih memerlukan pemahaman yang lebih mendalam dan interpretasi
yang hati-hati.11

C. Macam-macam ayat-ayat Muhkam dan mutasyabih


1. Ayat Muhkam:
a. Ayat muhkam adalah ayat-ayat Al-Quran yang maknanya jelas, terang,
dda tidak memiliki penafsiran ganda.
b. Ayat-ayat muhkam merupakan pondasi utama ajaran Islam dan
mmenjad dasar bagi pemahaman yang benar
c. Ayat muhkam dapat dipahami dengan mudah oleh manusia dan tidak
memerlukan penafsiran yang rumit. 12

Contoh ayat muhkam adalah ayat-ayat yang menjelaskan tentan keesaan


Allah, kewajiban beribadah, hukum-hukum syariat, dan lain-lain.

Contoh ayat muhkam:

1. QS. Al-Fatihah ayat 1-7: Tentang keesaan Allah, ibadah, dan Petunjuk.
2. QS. Al-Baqarah ayat 163: “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha
Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemura Lagi maha
penyayang

11
Al-Qurtubi. Al-Jami’li Ahkam al-qur’an.
12
Ibnu Kathir. ( 2000). Tafsir al-qur’an al-‘Azim.
7
2. Ayat Mutasyabih:
a. Ayat mutasyabih adalah ayat-ayat Al-Quran yang maknanya samar,
ambigu, atau memiliki penafsiran ganda.
b. Ayat-ayat mutasyabih biasanya berkaitan dengan sifat-sifat Allah,
alam ghaib, atau hal-hal yang tidak dapat dijangkau akal manusia.
c. Ayat mutasyabih memerlukan penafsiran yang mendalam dan hati-
hati, karena dapat menimbulkan pemahaman yang salah jika tidak
dikaji dengan benar.13
Contoh ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang menggunakan istilah-istilah
seperti "wajh" (wajah), "yad" (tangan), "istawa" (bersemayam), dan lain-lain
yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah.14
QS. Al-Baqarah ayat 29: "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada
dibumi untuk kamu..."
1. QS. Thaha ayat 5: "(Dia) Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di
atas'Arsy.
2. QS. Al-Ikhlas ayat 4: "Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan
Dia."

Dalam memahami ayat-ayat mutasyabih, umat Islam dianjurkan untuk:

1. Menyerahkan penafsirannya kepada Allah, karena hanya Allah


yangmengetahui maknanya secara pasti.
2. Tidak memaksakan pemahaman yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam yangbenar.
3. Merujuk kepada penjelasan para ulama dan mufassir yang terpercaya.
4. Fokus pada ayat-ayat muhkam untuk memahami ajaran Islam yang
fundamental.

13
Al-qurtubi. (2010). Al-jami’ li Ahkam al-qur’an.
14
Al-Ghazali. (1999). Al-Iqtisad fi al-I'tiqad.
8
D. Hikmah ayat-ayat Muhkam dan mutasyabih
Hikmah dari perbedaan antara muhkam (jelas) dan mutasyabihat (samara) dalam Al-
Qur’an adalah sebagai berikut
1. Kesederhanaan dan Kekuatan Pesan : Ayat-ayat muhkam memberikan pesan
yang jelas dan mudah dipahami, memudahkan umat untuk mengambil
pelajaran dan petunjuk langsung dari Al-Qur’an. Sementara itu, mutasyabihat
mengundang manusia untuk berpikir lebih dalam, menuntut kehati-hatian
dalam penafsiran agar tidak salah memahami maknanya.15
2. Ujian Kepada Manusia: Kehadiran ayat-ayat mutasyabihat merupakan ujian
bagi umat manusia untuk memperdalam pemahaman mereka terhadap Al-
Qur’an dan meningkatkan ketakwaan mereka. Ini memicu upaya pemahaman
yang lebih dalam, pembelajaran, dan refleksi spiritual.16
3. Penguatan Iman dan Kepercayaan : Meskipun ada bagian-bagian dalam Al-
Qur’an yang sulit dipahami, keberadaan muhkam dan mutasyabihat
memperkuat keyakinan umat Muslim bahwa Al-Qur’an adalah wahyu yang
berasal dari Allah yang Maha Mengetahui, dan dalam kebijaksanaan-Nya, ada
aspek-aspek yang mungkin melebihi pemahaman manusia.17
4. Peningkatan Kedalaman Pengetahuan : Penelitian dan pengkajian terhadap
ayat-ayat mutasyabihat dapat menghasilkan pemahaman yang lebih dalam
tentang ajaran Islam dan memberikan wawasan yang lebih kaya tentang
kebijaksanaan Allah.18
Penting untuk mencari bimbingan dari ulama dan pakar agama yang berkualifikasi
dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat, agar tidak terjebak dalam
kesalahpahaman atau penafsiran yang keliru

15
Ibn Taymiyyah. (2008). Majmu' al-Fatawa.
16
Al-Shawkani. (2015). Fath al-Qadir.
17
Ibn Kathir. (2000). Tafsir Ibn Kathir. Darussalam.
18
Al-Qurtubi, Abu ‘Abdullah Muhammad ibn Ahmad. (2003). Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an. Dar Ihya al-Turath
al-arabi.
9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ayat Muhkam:
- Ayat muhkam adalah ayat-ayat Al-Quran yang maknanya jelas, terang, dan
tidak memiliki penafsiran ganda.
- Ayat-ayat muhkam merupakan pondasi utama ajaran Islam dan menjadi
dasar bagi pemahaman yang benar.
- Ayat muhkam memberikan petunjuk yang pasti dan tidak menimbulkan
Kebingungan
- Contoh ayat muhkam: ayat-ayat tentang keesaan Allah, hukum-hukum
syariat, dan prinsip-prinsip moral.
2. Ayat Mutasyabih:
- Ayat mutasyabih adalah ayat-ayat Al-Quran yang maknanya samar, ambigu,
atau memiliki penafsiran ganda.
- Ayat-ayat mutasyabih biasanya berkaitan dengan sifat-sifat Allah, alam
ghaib, atau hal-hal yang tidak dapat dijangkau akal manusia.
- Ayat mutasyabih memerlukan penafsiran yang hati-hati dan merujuk pada ayat-
ayat muhkam.
- Contoh ayat mutasyabih: ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah yang
tidak dapat disamakan dengan makhluk.
Kesimpulannya:
Ayat muhkam merupakan pondasi utama ajaran Islam yang memberikan petunjuk
yang jelas, sedangkan ayat mutasyabih memerlukan penafsiran yang hati-hati dan
merujuk pada ayat-ayat muhkam. Pemahaman yang benar terhadap kedua jenis ayat
ini sangat penting dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran Islam.

10
B. SARAN
1) Fokus pada ayat-ayat muhkam:
 Pelajari dan pahami dengan baik ayat-ayat muhkam, karena ayat-
ayatinilah yang menjadi pondasi utama ajaran Islam.
 Jadikan ayat-ayat muhkam sebagai dasar dalam memahami dan
mengamalkan ajaran Islam.
 Gunakan ayat-ayat muhkam sebagai acuan dalam menafsirkan ayat-
ayat mutasyabih
2) Berhati-hati dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabih:
- Jangan tergesa-gesa dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabih.
- Merujuk pada pendapat ulama dan ahli tafsir yang terpercaya dalam
memahami ayat-ayat mutasyabih.
- Hindari penafsiran yang berlebihan atau menyimpang dari ajaran Islam
yang benar.
3) Memahami keterbatasan manusia:
 Akui bahwa ada hal-hal ghaib dan sifat-sifat Allah yang tidak dapat
dijangkau sepenuhnya oleh akal manusia.
 Bersikap rendah hati dan tidak memaksakan pemahaman terhadap ayat-
ayat mutasyabih.
 Fokus pada mengamalkan ajaran Islam yang jelas dan pasti berdasarkan
ayat-ayat muhkam.
4) Menjaga keseimbangan:
- Jangan terlalu fokus pada perdebatan mengenai ayat-ayat mutasyabih
sehingga melupakan pengamalan ajaran Islam yang pokok.
- Jaga keseimbangan antara pemahaman ayat-ayat muhkam dan upaya
memahami ayat-ayat mutasyabih.
Dengan mengikuti saran-saran ini, diharapkan kita dapat memahami dan
mengamalkan ajaran Islam dengan benar, berdasarkan pada ayat-ayat muhkam dan
berhati-hati dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Musta’in, Arah Baru Pengembangan Ulumul Qur’an ( Telaah Metodologis Ilmu Muhkam-
Mutasyabbih ) ,MAGHZA:Jumal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,vol.4, No.2,2019

Baidan Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), hal.152

Q.S. Hud 11: 1


Q.S. Yunus 10:1
Yunahar Ilyas,,,hal.190
Q.S. Az-Zumar 39: 23
Muhammad Anwar Firdaus, Membincang Ayat-ayat Muhkam dan Mutasyabih, Jurnal Ulul Albab
Volume 16, No.1 Tahun 2015, hal.82
Muhammad Anwar Firdaus,,,, hal.83
Ibnu Kathir. Tafsir Al-qur’an al-‘Azim.
Al-Tabari. Jami’ al-bayan fi ta’wil al-qur’an
Al-Qurtubi. Al-Jami’li Ahkam al-qur’an.
Ibnu Kathir. ( 2000). Tafsir al-qur’an al-‘Azim.
Al-qurtubi. (2010). Al-jami’ li Ahkam al-qur’an.
Al-Ghazali. (1999). Al-Iqtisad fi al-I'tiqad
Ibn Taymiyyah. (2008). Majmu' al-Fatawa.
Al-Shawkani. (2015). Fath al-Qadir.
Ibn Kathir. (2000). Tafsir Ibn Kathir. Darussalam.
Al-Qurtubi, Muhammad ibn Ahmad Abu ‘Abdullah. (2003). Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an. Dar Ihya al-
Turath al-arabi.

12
13

Anda mungkin juga menyukai