Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Sub Pokok Pembahasan : Hipertensi

Sasaran : Keluarga Tn. H

Waktu : 30 menit

Hari/tgl Pelaksanaan : Selasa, 23 Februari 2020

Tempat : Rumah Tn. H

A. Pendahuluan

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan


abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang
mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan
dan organ–organ tubuh secara terus– menerus lebih dari suatu
periode (Irianto, 2014). Hal ini terjadi bila arteriol– arteriol
konstriksi. Konstriksi arterioli membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi
menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat
menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti,
2010). Hipertensi sering juga diartikan sebagai suatu keadaan
dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin, 2009).

B. Tujuan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, keluarga mampu


memahami tentang masalah Hipertensi.
2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan tentang hipertensi selama 30


menit, diharapkan keluarga dapat :

1. Menjelaskan kembali pengertian dari hipertensi.


2. Menyebutkan kembali penyebab dari hipertensi.
3. Menyebutkan kembali tanda dan gejala dari hipertensi.
4. Menjelaskan kembali proses penyakit hipertensi.
5. Menyebutkan kembali komplikasi hipertensi.
6. Menjelaskan kembali cara pencegahan hipertensi.
7. Menjelaskan kembali cara perawatan hipertensi

C. Metode
1. Ceramah

2. Demonstrasi

3. Diskusi dan tanya jawab

D. Media : Leaflet

E. Proses Pelaksanaan

No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan


sasaran
Pembukaan
1. Salam pembuka 1. Menjawab salam
1 5 menit 2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
3. Menyebutkan materi yang 3. memperhatikan
akan diberikan
Pelaksanaan
1. penegertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi.
2 15 menit
3. Tanda dan gejalah hipertensi. memperhatikan
4. Proses penyakit hipertensi.
5. Komplikasi hipertensi.
6. Cara pencegahan hipertensi.
7. Cara perawatan hipertensi.
Evaluasi 1. Bertanya
3 5 menit 1. Memberikan kesempatan dan
untuk bertanya mendengar
2. Meminta keluarga jawaban
menjelaskan tentang materi 2. Menjelaska
hipertensi. n materi
Terminasi
4 5menit 1. Mengucapkan terima kasih 1. Memperhatikan
atas perhatian yang 2. Menjawab
diberikan salam
2. Mengucapkan salam

G. Materi (terlampir)

H. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan.
b. Kontrak dengan keluarga
c. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai satuan acara penyuluhan.
2. Evaluasi Proses : Keluarga antusias dalam menyimak uraian
materi penyuluhan tentang hipertensi.

3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit sasaran mampu :
a. Keluarga mampu menjelaskan pengertian hipertensi.
b. Keluarga mampu menyebutkan penyebab hipertensi.
c. Keluarga mampu menyebutkan tanda dan gejalah hipertensi.
d. Keluarga mampu menjelaskan Proses penyakit hipertensi
e. Keluarga mampu menyebutkan komplikasi hipertensi.
f. Keluarga mampu menjelaskan pencegahan hipertensi.
g. Keluarga mampu menjelaskan cara perawatan hipertensi
HIPERTENSI

A. PENGERTIAN HIPERTENSI

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan


tekanan darah di dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan
suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi
didalam arteri menyebabkan peningkatannya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakann ginjal.
Sedangkan menurut (Triyanto,2014) Hipertensi adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian / mortalitas. Tekanan darah 140/90
mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu
fase sistolik 140 menunjukan fase darah yang sedang dipompa oleh
jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah yang kembali
ke jantung (Anies, 2006).

B. ETIOLOGI

Etiologi Hipertensi Menurut (Widjadja,2009) penyebab hipertensi


dapat dikelompookan menjadi dua yaitu:

1. Hipertensi primer atau esensial

Hipertensi primer artinya hipertensi yang belum diketahui


penyebab dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan
sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya usia,
sters psikologis, pola konsumsi yang tidak sehat, dan hereditas
(keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi diperkirakan
termasuk dalam kategori ini.
2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui,


umumnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang
berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya ginjal yang tidak
berfungsi, pemakaiyan kontrasepsi oral, dan terganggunya
keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur
tekanan darah. Dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit
endokrin, dan penyakit jantung.

C. FAKTOR-FAKTOR RESIKO HIPERTENSI

Faktor-faktor resiko hipertensi ada yang dapat di kontrol dan tidak


dapat dikontrol menurut (Sutanto, 2010) antara lain :

1. Faktor yang dapat dikontrol : Faktor penyebab hipertensi yang


dapat dikontrol pada umumnya berkaitan dengan gaya hidup
dan pola makan. Faktor-faktor tersebut antara lain:

a) Kegemukan (obesitas)

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang


kegemukan mudah terkena hipertensi. Wanita yang sangat
gemuk pada usia 30 tahun mempunyai resiko terserang
hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita langsing
pada usia yang sama. Curah jantung dan sirkulasi volume
darah penderita hipertensi yang obesitas. Meskipun belum
diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan
obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung dan
sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan
hipertensi lebih tinggi dibanding penderita hipertensi
dengan berat badan normal.
b) Kurang olahraga

Orang yang kurang aktif melakkukan olahraga pada


umumnya cenderung mengalami kegemukan dan akan
menaikan tekanan darah. Dengan olahraga kita dapat
meningkatkan kerja jantung. Sehingga darah bisa
dipompadengan baik keseluruh tubuh.

c) Konsumsi garam berlebihan

Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara


konsumsi garam berlebihan dengan kemungkinan
mengidap hipertensi. Garam merupakan hal yang penting
dalam mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan
garam terhadap hipertensi adalah melalui peningkatan
volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah.
Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekresi
(pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada
kondisi keadaan sistem hemodinamik (pendarahan) yang
normal. Pada hipertensi primer (esensial) mekanisme
tersebut terganggu, disamping kemungkinan ada faktor lain
yang berpengaruh.

1) Tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa mereka


tidak mengonsumsi garam, tetapi masih menderita
hipertensi. Ternyata setelah ditelusuri, banyak orang
yang mengartikan konsumsi garam adalah garam meja
atau garam yang ditambahkan dalam makanan saja.
Pendapat ini sebenarnya kurang tepat karena hampir
disemua makanan mengandung garam natrium
termasuk didalam bahanbahan pengawet makanan
yang digunakan.

2) Natrium dan klorida adalah ion utama cairan


ekstraseluler. Konsumsi natrium yang berlebih
menyebabkan konsetrasi natrium didalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya
kembali, cairan intreseluler harus ditarik keluar
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak pada timbulnya hipertensi.

d) Merokok dan mengonsumsi alkohol

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan


kesehatan selain dapat meningkatkan penggumpalan darah
dalam pembuluh darah, nikotin dapat menyebabkan
pengapuran pada dinding pembuluh darah. Mengonsumsi
alkohol juga dapat membahayakan kesehatan karena dapat
meningkatkan sistem katekholamin, adanya katekholamin
memicu naik tekanan darah.

e) Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara.


Jika ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan
darah kita dapat meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu
kita sudah kembali rileks maka tekanan darah akan turun
kembali. Dalam keadaan stres maka terjadi respon sel-sel
saraf yang mengakibatkan kelainan pengeluaran atau
pengangkutan natrium. Hubungan antara stres dengan
hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja ketika beraktivitas) yang dapat meningkatkan
tekanan darah secara bertahap. Stres berkepanjanngan
dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi. Hal
tersebut belum terbukti secara pasti, namun pada binatang
percobaan yang diberikan stres memicu binatang tersebut
menjadi hipertensi.

2. Faktor yang tidak dapat dikontrol

a) Keturunan (Genetika)

Faktor keturunan memang memiliki peran yang sangat


besar terhadap munculnya hipertensi. Hal tersebut terbukti
dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih
banyak terjadi pada kembar monozigot (berasal dari satu
sel telur) dibandigkan heterozigot (berasal dari sel telur
yang berbeda). Jika seseorang termasuk orang yang
mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) dan
tidak melakukan penanganan atau pengobata maka ada
kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan hipertensi
berkembang dan dalam waktu sekitar tiga puluhan tahun
akan mulai muncul tanda-tanda dan gejala hipertensi
dengan berbagai komplikasinya.

b) Jenis kelamin

Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi


dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan pria
banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya
hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman,
terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan tidak
terkontrol. Biasanya wanita akan mengalami peningkatan
resiko hipertensi setelah masa menopause.

c) Umur
Dengan semakin bertambahannya usia, kemungkinan
seseorang menderita hipertensi juga semakin besar.
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat
adanya interaksi dari berbagai faktor risiko terhadap
timbulnya hipertensi. Hanya elastisitas jaringan yang
erterosklerosis serta pelebaran pembulu darah adalah faktor
penyebab hipertensi pada usia tua. Pada umumnya
hipertensi pada pria terjadi di atas usia 31 tahun sedangkan
pada wanita terjadi setelah berumur 45 tahun.

D. PATOFISIOLOGI

Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam


arteri bisa rerjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa
lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya arteri besar kehilangan kelenturanya dan menjadi kaku
sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut. Darah di setiap denyutan
jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit dari pada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku
karena arterioskalierosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah
juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arter kecil
(arteriola) untuk sementara waktu untuk mengarut karena
perangsangan saraf atau hormon didalam darah. Bertambahnya
darah dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terhadap kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh
meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika
aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami pelebaran,
banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan
menurun.
E. MANIFESTASI KLINIS

Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan


apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula
ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat
(kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus
berat edema pupil (edema pada diskus optikus ) (Brunner &
Suddart, 2015).

Menurut Wijaya & Putri (2013), menyebutkan bahwa sebagian besar gejala
klinis timbul :

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang – kadang disertai mual dan


muntah akibat peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

F. PENATALAKSANAAN
Menurut Junaedi,Sufrida,& Gusti (2013), dalam penatalaksanaan
hipertensi berdasarkan sifat terapi terbagi menjadi 3 bagian, sebagai
berikut:
1. Terapi non-farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa
obatobatan yang diterapkan pada hipertensi. Dengan cara ini,
perubahan tekanan darah diupayakan melalui pencegahan
dengan menjalani perilaku hidup sehat seperti :
a) Pembatasan asupan garam dan natrium
b) Menurunkan berat badan sampai batas ideal
c) Olahraga secara teratur
d) Mengurangi / tidak minum-minuman beralkohol
e) Mengurangi/ tidak merokok
f) menghindari stress
g) menghindari obesitas
2. Terapi farmakologi (terapi dengan obat) selain cara terapi non-
farmakologi, terapi dalam obat menjadi hal yang utama. Obat-
obatan anti hipertensi yang sering digunakan dalam pegobatan,
antara lain obat-obatan golongan diuretik, beta bloker,
antagonis kalsium, dan penghambat konfersi enzim angiotensi.

G. POLA MAKAN MENCEGAH PENYAKIT HIPERTENSI


Menurut Pudiastuti, 2011, Salah satu penyebab faktor utama
terjadinya hipertensi adalah asteroklerosis. Kondisi ini disebabkan
konsumsi lemak berlebih. Oleh karena untuk mencegah timbulnya
hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang berlebihan
selain pemberian obat-obatan bila mana diperlukan. Pembatasan
konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi
muncul, terutama pada orang-orang yang mempunyai riwayat
keturunan hipertensi dan pada orang menjelang usia lanjut.
Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih berhati-hati
dalam mengonsumsi lemak karena mendekati menopouse.
Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah gizi
seimbang, dimana mengonsumsi beragam makanan yang seimbang
yaitu :
1. Sumber karbohidrat: biji-bijian.
2. Sumber protein hewani: ikan, unggas, daging putih, putih telur,
susu rendah/ rendah lemak.
3. Sumber protein nabati: kacang-kacangan dan polong-polongan serta hasil
olahannya.
4. Sumber vitamin dan mineral: sayur dan buah-buahan segar.

Anda mungkin juga menyukai