KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible, yang
menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan maupun elektrolit, sehingga timbul gejala uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah).
Klasifikasi GGK atau CKD (Cronic Kidney Disease):
Stage Gambaran kerusakan ginjal GFR (ml/min/1,73 m2)
1. Normal atau elevated GFR ≥ 90
2. Mild decrease in GFR 60-89
3. Moderate decrease in GFR 30-59
4. Severe decrease in GFR 15-29
5. Requires dialysis ≤ 15
B. ETIOLOGI
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal.
Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
Infeksi : pielonefritis kronik
Penyakit peradangan : glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif :
nefrosklerosis benigna
nefrosklerosis maligna
stenosis arteri renalis
Gangguan jaringan penyambung :
SLE
Poli arteritis nodosa
Sklerosis sistemik progresif
Gangguan congenital dan herediter :
Penyakit ginjal polikistik
Asidosis tubuler ginjal
Penyakit metabolic : DM, Gout, Hiperparatiroidisme, Amiloidosis
Nefropati obstruktif : penyalahgunaan analgetik nefropati timbale
Nefropati obstruktif
Saluran Kemih bagian atas: Kalkuli, neoplasma, fibrosis, netroperitoneal
Saluran Kemih bagian bawah:
Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali congenital pada leher kandung kemih dan
uretra
C. TANDA DAN GEJALA
1. Kelainan Hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia
a. Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa sal.cerna, gangguan
pembekuan, masa hidup eritrosit memendek, bilirubuin serum meningkat/normal, uji
comb’s negative dan jumlah retikulosit normal.
b. Defisiensi hormone eritropoetin
Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) → def. H eritropoetin →Depresi
sumsum tulang → sumsum tulang tidak mampu bereaksi terhadap proses
hemolisis/perdarahan → anemia normokrom normositer.
2. Kelainan Saluran cerna
a. Mual, muntah, hicthcup dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia (NH3) →
iritasi/rangsang mukosa lambung dan usus
b. Stomatitis uremia
Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan saliva banyak mengandung
urea dan kurang menjaga kebersihan mulut.
c. Pankreatitis
Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase
3. Kelainan mata
4. Kelainan kulit
a. Gatal
Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:
toksik uremia yang kurang terdialisis
peningkatan kadar kalium phosphor
alergi bahan-bahan dalam proses HD
b. Kering bersisik
Karena ureum meningkat menimbulkan penimbunan kristal urea di bawah kulit
c. Kulit mudah memar
d. Neuropsikiatri
e. Kelainan selaput serosa
f. Neurologi → kejang otot
g. Kardiomegali
D. FAKTOR PREDISPOSISI/ PENCETUS
1. Kondisi prerenal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi prerenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya laju
filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum adalah status penipisan volume (hemoragi
atau kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis atau
anafilaksis), dan gangguan fungsi jantung (infark miokardium, gagal jantung kongestif, atau
syok kardiogenik)
2. Penyebab intrarenal (kerusakan actual jaringan ginjal)
Penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan struktur glomerulus
atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat benturan, dan infeksi serta
agen nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis tubulus akut (ATN) dan berhentinya fungsi
renal. Cedera akibat terbakar dan benturan menyebabkan pembebasan hemoglobin dan
mioglobin (protein yang dilepaskan dari otot ketika cedera), sehingga terjadi toksik renal,
iskemik atau keduanya. Reaksi tranfusi yang parah juga menyebabkan gagal intrarenal,
hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme hemolisis melewati membran glomerulus dan
terkonsentrasi di tubulus ginjal menjadi faktor pencetus terbentuknya hemoglobin.
Penyebab lain adalah pemakaian obat-obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), terutama
pada pasien lansia. Medikasi ini mengganggu prostaglandin yang secara normal melindungi
aliran darah renal, menyebabkan iskemia ginjal.
3. Pasca renal
Pascarenal yang biasanya menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi di
bagian distal ginjal. Tekanan di tubulus ginjal meningkat, akhirnya laju filtrasi glomerulus
meningkat.
Meskipun patogenesis pasti dari gagal ginjal akut dan oligoria belum diketahui, namun
terdapat masalah mendasar yang menjadi penyebab. Beberapa factor mungkin reversible
jika diidentifikasi dan ditangani secara tepat sebelum fungsi ginjal terganggu. Beberapa
kondisi yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal: (1)
hipovolemia; (2) hipotensi; (3) penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif; (4)
obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah, atau batu ginjal
dan (5) obstrusi vena atau arteri bilateral ginjal.
E. PATOFISIOLOGI
Hipotesis Bricker (hipotesis nefron yang utuh)
“Bila nefron terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa nefron yang
masih utuh tetap bekerja normal”
Jumlah nefron turun secara progresif
↓
Ginjal melakukan adaptasi (kompensasi)
- sisa nefron mengalami hipertropi
- peningkatan kecepatan filtrasi, beban solute dan reabsorbsi
tubulus dalam tiap nefron, meskipun GFR untuk seluruh massa nefron menurun di
bawah normal
↓
Kehilangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan
↓
Jika 75% massa nefron hancur
Kecepatan filtrasi dan bebab solute bagi tiap nefron meningkat
↓
Keseimbangan glomerulus dan tubulus tidak dapat dipertahankan
↓
Fleksibilitas proses ekskresi & konversi solute &air ↓
Sedikit perubahan pada diit mengakibatkan keseimbangan terganggu
↓
Hilangnya kemampuan memekatkan/mengencerkan kemih
Berat Jenis 1,010 atau 2,85 mOsml (= konsentrasi plasma)
↓
poliuri, nokturia
nefron tidak dapat lagi mengkompensasi dengan tepat terhadap kelebihan dan
kekurangan Na atau air
Toksik Uremik
Gagal ginjal tahap akhir
↓
↓GFR
Kreatinin ↑ Prod. Met. Prot. Tertimbun ↑ phosphate serum
Dalam darah ↓ kalsium serum
Sekresi parathormon
Tubuh tdk berespon dgn
Kalsium di tulang ↓
Met.aktif vit D↓
Perub.pa tulang/osteodistrofi ginjal
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.Laboratorium
a. Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
-ureum kreatinin
-asam urat serum
b. Identifikasi etiologi gagal ginjal
-analisis urin rutin
-mikrobiologi urin
-kimia darah
-elektrolit
-imunodiagnosis
c. Identifikasi perjalanan penyakit
-progresifitas penurunan fungsi ginjal
ureum kreatinin, klearens kreatinin test
-hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan
-elektrolit
-endokrin : PTH dan T3,T4
-pemeriksaan lain: infark miokard
2. Diagnostik
a. Etiologi GGK dan terminal
-Foto polos abdomen
-USG
-Nefrotogram
-Pielografi retrograde
-Pielografi antegrade
-mictuating Cysto Urography (MCU)
b. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
-Renogram
-USG
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan konservatif:
Pengaturan diet protein, kalium, natrium, cairan
2. Terapi simptomatik :
Suplemen alkali, transfuse, obat-obat local&sistemik, anti hipertensi
3. Terapi pengganti : HD, CAPD, transplantasi
H. KOMPLIKASI
- Hipertensi
- Hiperkalemia
- Anemia
- Asidosis metabolic
- Osteodistropi ginjal
- Sepsis
- Neuropati perifer
- Hiperuremia
- Oedem Pulmonal
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. PK : Hiperkalemia
4. PK : Asidosis
5. PK : Anemia
K. RENCANA KEPERAWATAN
Kriteria Hasil:
Terbebas dari edema, efusi, anaskara
Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu
Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek hepatojugular (+)
Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign
dalam batas normal
Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan
Menjelaskanindikator kelebihan cairan NIC :
Fluid management
• Timbang popok/pembalut jika diperlukan
• Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
• Pasang urin kateter jika diperlukan
• Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
• Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP, PAP, dan PCWP
• Monitor vital sign
• Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles, CVP , edema, distensi vena leher,
asites)
• Kaji lokasi dan luas edema
• Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
• Monitor status nutrisi
• Berikan diuretik sesuai interuksi
• Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130
mEq/l
• Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
Fluid Monitoring
• Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan eliminaSi
• Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak seimbangan cairan (Hipertermia,
terapi diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
• Monitor berat badan
• Monitor serum dan elektrolit urine
• Monitor serum dan osmilalitas urine
• Monitor BP, HR, dan RR
• Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama jantung
• Monitor parameter hemodinamik infasif
• Catat secara akutar intake dan output
• Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan penambahan BB
• Monitor tanda dan gejala dari odema
• Beri obat yang dapat meningkatkan output urin
Hemodialysis therapy
• Ukur berat badan sebelum hemodialisa
• Monitor vital sign setiap jam atau bila diperlukan
• Lakukan program ultrafiltration goal sesuai kenaikan berat badan
• Monitor komplikasi yang mungkin terjadi selama hemodialisa
• Monitor tanda dan gejala kelebihan cairan
• Monitor tanda dan gejala kekurangan cairan
• Ukur berat badan setelah hemodialisa
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily
Allowance)
- Membran mukosa dan konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan
- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa
- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB dengan makanan cukup
- Keengganan untuk makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi
- Kurang berminat terhadap makanan
- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi, misinformasi
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor pertumbuhan dan perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
3. PK : Hiperkalemia Tujuan ; Perawat dapat menanganai dan meminimalkan terjadinya
hiperkalemia MANAGEMEN ELEKTROLIT
1) Monitor ketidakseimbangan serum elektrolit, jika ada/tersedia
2) Monitor dampak-dampak dari ketidakadekuatan/ ketidak seimbangan elektrolit
3) Pertahankan patensi jalan masuk intra vena
4) Berikan cairan, jika diperlukan
5) Pertahankan keakuratan data intake dan out put
6) Pertahankan cairan intraa vena berisi elektrolit dalam aliran tetap, jika perlu
7) Berikan tambahan elektrolit (secara oral, NGT, dan IV) sesuai resep, jika diperlukan
8) Konsultasikan dengahn dokter dalam pemberian pengoabtan, hemat elektrolit (ex;
spironolakton), jika perlu
9) Berikan ikatan elektrolit atau penguat (ex: kogeoxalat), sesuai instruksi, jika perlu
10) Dapatkan spesimen untuk analisis laborat dari level elektrolit (AGD, urin, serum)
11) Monior kehilangan elektrolit kaya cairan (NGT, section, plesbotomi drainase, diare,
drainage luka, dan diaporosis)
12) Adakan pengukuran untuk mengontrol kehilangan lektrolit berlebihan/banyak sekali
(ex : dengan istirahat usus, perubahan tipe elektrolit, pemberian antiopirektik) jika,
perlukan.
13) Minimalkan jumlah oral intake yang dikonsumsi oleh pasien dengan saluran gastrik
yang dihubungkan dengan suction
14) Berikan diet yang tepat untuk pasien , terutama keseimbangan elektrolit (kaya,
potasiium, rendah sodium, rendah karbohidrat)
15) Instruksikan pasien atau famili dalam modifikasi diit secara spesifik
16) Berikan pengamanan lingkungan untuk pasien dengan gangguan neurologi dan
neuromuscular, akibat ketidakseimbangan elektrolit
17) Peningkatan orientasi
18) Ajarkan pasien dan keluarga tentang tipe, penyebab dan perawatan
ketidakseimbangan elektrolit
19) Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala dari ketidakseimbanga elektrolit
bertahan lama atau memburuk
20) Monitor respon pasien untuk terapy elektrolit sesuai instruksi
21) Monitor efek samping pemberian elektrolit tambahan (ex: Gastrointestinal irigasi)
22) Monitor secara pasti level serum potasium pada pasien yang mendapat digitalis dan
diuretika
23) Berikan/pasang monitor jantung, jika perlu
24) Obati/rawat aritmia jhantung, sesuai kebijakan
25) Siapkan pasien untuk dialisis (ex: bantu dengan pemasangan kateter untuk dialisisi).
6 Pola nafas tidak efektif b/d hiperventilasi, penurunan energi / kelelahan. Status
pernafasan: ventilasi
Indikator:
1. Frekuensi pernafasan dalam batas normal
2. Irama nafas sesuai yang diharapkan
3. Kedalaman inspirasi
4. Ekspansi dada simetris
5. Bernafas mudah
6. Pengeluaran sputumpada jalan nafas
7. Bersuara secar adekuat
8. Ekspulsi udara
9. Tidak didapatkan penggunaan otot-otot tambahan
10. Tidak suara nafas tambahan
11. Tidak ada retraksi dada
12. Tidak ada pernafasan pursed lips
13. Tidak ada dispnea saat istirahat
14. Tidak ada dispnea
15. Tidak ada orthopnea
16. Tidak didapatkan nafas pendek
17. Tidak ada fremitus taktil
18. Perkusi suara sesuai yang diharapkan
19. Auskultasi suara nafas sesuai yang diharapkan
20. Auskultasi vokal sesuai yang diharapkan
21. Bronkoponi sesuai yang diharapkan
22. Egoponi sesuai yang diharapkan
23. Whispered pectorilogy sesuai yang diharapkan
24. Tidal volume sesuai yang diharapkan
25. Kapasitas Vital sesuai yang diharapkan
26. X-ray dada sesuai yang diharapkan
27. Tes fungsi pulmonal sesuai yang diharapkan
28. Lainnya ………………………………
Skala:
1: Sangat berubah
2: Banyak perubahan
3: Perubahan sedang
4: Agak berubah
5: Tidak berubah sama sekali 1. Monitor respirasi
a. Monitor ritme, irama, kedalaman dan usaha respirasi
b. Catat pergerakan dada, penggunaan otot respirasi, retraksi otot interkostal dan
supraklavikula
c. Monitor bunyi gaduh saat bernafas
d. Monitor pola nafas: takipnea, apnea
e. Palpasi kemungkinan adanya perbesaran paru
f. Kaji kebutuhan suction bila pada auskultasi terdengar bunyi crackle dan ronchi
g. Letakkan pasien pada posisi tegak
h. Gunakan resusitasi jika perlu
2.Terapi oksigen
a. Bersihkan sekret pada hidung, oral dan trakhea
b. Menjaga jalan nafas tetap terbuka
c. Pasang peralatan oksigen dan beri humidifier
d. Berikan suplai oksigen pada pasien
e. Monitor aliran oksigen
f. Monitor posisi peralatan oksigen
g. Observasi tanda hipoventilasi
h. Monitor tanda keracunan oksigen dan absorbsi atelektasis
i. Pertahankan oksigen ketika klien dipindah tempat
7 Defisit perawatan diri (intoleransi aktivitas) b.d kelemahan
Definisi :
Gangguan kemampuan melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari Selama 4x24 jam
perawatan di RS akan tercapai :
Self Care : Activities Daily Living (ADL)
Kriteria :
1. Makan
2. Berpakaian
3. Toileting
4. Mandi
5. Berhias
6. Higiene
7. Kebersihan mulut
8. Pindah posisi di TT
9. Berpindah
Keterangan :
1 : Tergentung, tidak ada partisipasi
2 : Memerlukan bantuan orang dan alat
3 : Memerlukan bantuan orang
4 : Tidak tergantung, dengan bantuan alat
5 : Tidak tergantung sempurna/mandiri Self Care Assistence
Bantu ADL klien selagi klien belum mampu mandiri
Pahami semua kebutuhan ADL klien
Pahami bahasa-bahasa atau pengungkapan non verbal klien akan kebutuhan ADL
Libatkan klien dalam pemenuhan ADLnya
Libatkan orang yang berarti dan layanan pendukung bila dibutuhkan
Gunakan sumber-sumber atau fasilitas yang ada untuk mendukung self care
Ajari klien untuk melakukan self care secara bertahap
Ajarkan penggunaan modalitas terapi dan bantuan mobilisasi secara aman (lakukan
supervisi agar keamnanannya terjamin)
Evaluasi kemampuan klien untuk melakukan self care di RS
Beri reinforcement atas upaya dan keberhasilan dalam melakukan self care
Bathing/hygiene
a) Dorong keluarga untuk berpartisipasi untuk kegiatan mandi dan kebersihan diri klien
b) Berikan bantuan sampai klien dapat merawat secara mandiri
c) Monitor kebersihan kuku, kulit
d) Monitor kemampuan perawatan diri klien
e) Dorong klien melakukan aktivitas normal keseharian sesuai kemampuan
f) Promosi aktivitas sesuai usia
Self care assistance:dressing/groming
a) Berikan baju sesuai ukuran
b) Fasilitasi klien menyisir
c) Pelihara privasi ketika berpakaian
Self care assistance:feeding
a) Identifikasi preskripsi diet
b) Set tray makanan dan meja secara aktraktif
c) Kreasikan lingkungan menarik
d) Monitor dan catat intake
Memfasilitasi pasien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri untuk dapat
membantu klien hingga klien dapat mandiri melakukannya.
Koping
Indikator
1. Menunjukkan fleksibilitas peran
2. Keluarga menunjukkan fleksibilitas peran para anggotanya
3. Pertentangan masalah
4. Nilai keluarga dapat mengatur masalah-masalah
5. Memanej masalah
6. Melibatkan anggota keluarga dalam membuat keputusan
7. Mengekspresikan perasaan dan kebebasan emosional
8. Menunjukkan strategi untuk memenej masalah
9. Menggunakan strategi penurunan stres
10. Peduli terhadap kebutuhan anggota keluarga
11. Menentukan prioritas
12. Menentukan jadwal untuk rutinitas dan aktivitas keluarga
13. Menjadwalkan untuk (respite care)
14. Mempunyai perencanaan pada kondisi kegawatan
15. Memelihara ketsabilan finansial
16. Mencari bantuan ketika dibutuhkan
17. Menggunakan support sosial
18. Lainnya _____
Skala:
1. tidak pernah menunjukkan
2. jarang menunjukkan
3. kadang menunjukkan
4. sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan Penurunan kecemasan
1. Tenangkan klien
2. Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul
pada saat melakukan tindakan
3. Berusaha memahami keadaan klien
4. Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan
5. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan ( tachycardia,
tachypnea, ekspresi cemas non verbal)
6. Gunakan pendekatan dan sentuhan (permisi) verbalisasi, untuk meyakinkan pasien
tidak sendiri dan mengajukan pertanyaan.
7. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut.
8. Sediakan aktifitas untuk menurunkan ketegangan
9. Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas.
10. Dukung penggunaan mekanisme defensif dengan cara yang tepat
11. Tentukan kemampuan klien untuk mengambil keputusan
12. Instruksikan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi
13. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat.
Pengurangan Kecemasan
1. Ajarkan pada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan kecemasan
2. Bantu pasien untuk berfokus pada situasi saat ini sebagai alat untuk mengidentifikasi
mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan
3. Sediakan pengalihan melalui televisi, radio, permainan, dan terapi okupasional untuk
mengurangi kecemasan dan memperluas fokus
4. Sediakan dorongan yang positif ketika pasien mampu untuk meneruskan aktivitas
sehari-hari dan aktivitas lain despite kecemasan
5. Yakinkan pasien kembali dengan menyentuh dan pertukaran empatik secara verbal
dan non verbal, dorong pasien untuk mengekspresikan kemerahan dan iritasi, dan
ijinkan pasien untuk menangis
6. Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan lingkungan yang tenang,
kontak yang terbatas dengan orang lain jika dibutuhkan, dan penggunaan kafein dan
stimulan lain yang terbatas
7. Sarankan terapi alternatif untuk mengurangi kecemasan yang diterima oleh pasien
8. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
9. Pernyataan yang jelas tentang harapan dari perilaku pasien
10. Dampingi pasien (misalnya selama prosedur) untuk meningkatkan keamanan dan
mengurangi takut
11. Berikan masase punggung/masase leher, sesuai kebutuhan
12. Jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
13. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang mencetuskan kecemasan
14. Dorong orang tua untuk menemani anak, sesuai kebutuhan
Peningkatan koping
1. Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit
2. Hargai dan diskusikan alternatif respon terhadap situasi
3. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
4. Sediakan informasi aktual tentang diagnosis, penanganan dan prognosis
5. Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini.
6. Dukung penggunaan mekanisme defensif yang tepat.
7. Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat
8. Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk mengatasi keterbatasan
dan mengelola gaya hidup atau perubahan peran.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, W. F. (1998). Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 17. Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. & Hall, J. E. (1997). Buku ajar: Fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.
PERNEFRI. (2003). Konsensus dialisis. Jakarta: Sub Bagian Ginjal dan Hipertensi–Bagian
Ilmu Penyakit dalam. FKUI-RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
Tisher, C. C. & Wilcox, C. S. (1997). Buku saku nefrologi. Edisi 3. Jakarta: EGC.
http://asuhan-keperawatan-yuli.blogspot.com/2009/11/laporan-
pendahuluan-cronic-renal.html