SKRIPSI
Oleh :
EDY MARBUN
A01112001
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS HUKUM
PONTIANAK
2016
FAKTOR TERJADINYA PENGANIAYAAN TERHADAP
ANAK OLEH ANAK DIKOTA PONTIANAK DITINJAU
DARI SEGIKRIMINOLOGI
SKRIPSI
Oleh :
EDY MARBUN
A01112001
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS HUKUM
PONTIANAK
2016
FAKTOR TERJADINYA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK OLEH
ANAK DI KOTA PONTIANAK DITINJAU DARI SEGI KRIMINOLOGI
EDY MARBUN
NIM. A01112001
Disetujui Oleh:
Dr. Sy. Hasyim Azizurrahman, SH, M.Hum Mega Fitri Hertini, SH, MH
NIP. 196305131988101001 NIP. 198604132009122005
Disahkan Oleh:
Dekan Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura
PANGKAT TANDA
JABATAN NAMA
/GOL TANGAN
Ketua Dr. SY. HASYIM AZIZURRAHMAN, SH.,M.Hum Lektor
Penguji Kepala
NIP. 196305131988101001 IV/c
Nomor: 565/UN22.1/EP/2016
Tanggal: 5 Februari 2016
KATA PENGANTAR
Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa hal ini tidak
akan berhasil tanpa bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
2. Dr. Sy. Hasyim Azizurrahman, SH, M.Hum, Dekan Fakultas Hukum Untan
3. Dr. Hj. Sri Ismawati, SH, M.Hum, Ketua Bagian Hukum Pidana serta Dosen
skripsi ini.
4. Mega Fitri Hertini, SH, MH,Sekretaris Bagian Hukum Pidana serta Dosen
6. Prof. Dr. H. Garuda Wiko, SH, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
ini.
8. Terima kasih kepada kedua Orang Tua, Keluarga dan Sonnia Valeria Markus
A.Md Keb atas segala dorongan, spirit, motivasi dan doa yang senantiasa
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat
Penulis
EDY MARBUN
NIM. A01112001
ABSTRAK
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN
B. Masalah Penelitian 6
C. Tujuan Penelitian 7
D. Kerangka Pemikiran
1. Tinjauan Pustaka 7
2. Kerangka Konsep 26
E. Hipotesis 32
F. Metode Penelitian 32
A. Pengertian Anak 36
A. Analisa Data 62
B. Hasil Wawancara 67
C. Pembuktian Hipotesis 80
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 82
B. Saran 83
DAFTAR PUSTKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
berkualitas sehingga dapat bersaing dalam era globalisasi yang sangat pesat
berkembang.
kuat, modern dan sejahtera adalah dengan menjadikan anak sebagai aset
penting untuk menjaga asupan gizi anak serta kesehatan anak sedangkan
dari segi perkembangan anak sangat penting untuk membimbing anak agar
Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi orang tua untuk menjamin,
dirinya sendiri dan kurangnya pengawasan dari orang tua serta sikap meniru
anak adalah salah satu bentuk kejahatan anak. Emosional anak yang tak
menyebabkan kematian.
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Pada masa depan, anak akan
menggantikan peran para generasi saat ini dalam berbagai aspek kehidupan.
menggantikan peran para generasi saat ini, namun pada faktanya dalam
mental maupun fisik. Berbagai hal yang bersifat positif maupun negatif
dalam lingkungan anak akan memberikan dampak yang cukup besar dalam
pertumbuhan dan pembentukan karakter anak serta pola perilaku serta pola
pikir anak di masa depan. Hal-hal yang bersifat negatif inilah yang akan
pembentukan karakter serta pola perilaku dan pola pikir anak ke arah yang
kejahatan anak.
Mental anak yang masih dalam tahap pencarian jati diri, kadang
Jika lingkungan tempat anak itu tumbuh adalah lingkungan yang buruk,
maka dapat berpengaruh terhadap perilaku dan pola pikir anak tersebut
sehingga anak mampu melakukan tindakan yang melanggar hukum. Hal itu
laku anak dalam pergaulan anak tersebut yang dapat merugikan dan
Kejahatan anak saat ini bisa dikatakan sudah pada fase warning
dapat dikatakan bahwa hanya orang dewasa saja yang dapat melakukannya
namun anak sebagai pelaku kejahatan yang pada masa yang akan datang
akan menjadi penerus bangsa serta mengantikan peran para generasi saat ini
sepanjang tahun 2012 hingga Juli 2015 dalam kasus penganiayaan yang
Tahun 2013 berjumlah 7 kasus, Tahun 2014 berjumlah 9 kasus dan hingga
(LPAS) bahwa sepanjang tahun 2010 hingga November 2015 dalam kasus
kasus, Tahun 2013 berjumlah 3 kasus, Tahun 2014 berjumlah 2 kasus dan
yang dilakukan oleh anak dilakukan terhadap teman sebayanya atau teman
berkonflik dengan hukum. Dan karena hal tersebut anak harus memberikan
berupa penyerangan atas tubuh atau bagian dari tubuh yang mengakibatkan
rasa sakit atau luka, bahkan karena luka yang sedemikian rupa pada tubuh
terhadap tubuh ini secara otomatis termasuk di dalam lingkup tindak pidana
yang unsur-unsur dan sanksi-sanksi bagi para pelakunya telah dimuat dalam
jiwa dan tubuh, yang dalam KUHP diatur dengan sistematis sebagai,
B. Masalah Penelitian
yang menjadi permasalahan yang akan diulas oleh penulis dalam penulisan
segi Kriminologi?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah sebagai
berikut:
Pontianak.
D. Kerangka Pemikiran
1. Tinjauan Pustaka
hukum serta kepastian hukum. Hukum akan dijadikan oleh setiap insan
peraturan lainnya.
tetapi umumnya yang dimaksud anakadalah orang yang belum dewasa atau
pengertian atau definisi tentang anak yaitu orang yang belum berusia 18
Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Menurut Children
1
. Maulana Hasan Wadong, 2000, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Jakarta,
Gramedia Wina Sarana, h.3
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997, anak adalah
bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang
peran penting dan mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan
Sistem Peradilan Pidana Anak, yang dimaksud anak adalah anak yang
berhadapan dengan hukum yang dibagi ke dalam tiga kategori yaitu anak
yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban kejahatan dan
dimaksud dengan Anak yang berkonflik dengan hukum yang disebut Anak
Pelaku adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum
anak yang menjadi korban kejahatan yang selanjutnya disebut Anak Korban
ekonomi yang disebabkan oleh kejahatan serta anak yang menjadi saksi
kejahatan yang selanjutnya disebut Anak Saksi adalah anak yang belum
sendiri.
Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 45 Kitab Undang-
hukum biasa disebut sebagai anak nakal atau anak yang melakukan
kenakalan namun kenakalan yang dilakukan anak dalam konteks ini berbeda
2
. Supramono Gatot, 2000, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta, h.140
3
. Wagiati Soetodjo, 2006, Hukum Pidana Anak, Refika Aditama Bandung, h.8
4
. Kartini Kartono, 1988, Psikologi Remaja, Bandung : PT.Rosda Karya
Anak-anak yang termasuk dalam golongan Juvenile Deliquency
sering kali dianggap sebagai anak yang sedang dalam masa transisi dengan
tingkah laku anti sosial dengan disertai pergolakan hati sehingga segala
jenis gejala kenakalan dan kejahatan yang muncul itu merupakan akibat dari
1. Kedewasaan seksual;
sampingan dari:
sampai pada usia sekitar 18 tahun.7 Masa pubertas adalaha masa transisi
yang dialami seorang anak dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa. Dan
pada masa transisi ini menurut Yudrik Jahya merupakan masa sulit bagi
5
. Kartini Kartono, 2008, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja, Raja Grafindo Persada
Jakarta, (selanjuntnya disingkat Kartini Kartono I) h.8
6
. Kartini Kartono I, op.cit h.8
7
. Yudrik Jahja, 2012, Psikologi Perkembangan, Kencana Jakarta, h.225
1. Remaja mulai menyampaikan kebebasan haknya untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini
dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan dapat
menjatuhkan ia dari keluarga.
2. Remaja lebih mudah dipengaruhi teman-temanya daripada
ketika masih lebih muda. Ini berarti pengaruh orang tua pun
melemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai
kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan
perilaku dan kesenangan keluarga. Contoh-contoh umum yaitu
mode pakaian, potongan rambut, atau musik, yang semuanya
harus muktahir.
3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik
pertumbuhan seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai
muncul dapat menakutkan, membingunkan,dan menjadi
sumber perasaan salah dan frustasi.
4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri dan ini sama-sama
dengan emosinya yang biasanya meningkat, mengakibatkan ia
sukar menerima nasihat orang tua.8
sebagai anak yang cacat sosial dan kemudian masyarakat menilai cacat
dengan kenakalan.9
bahkan kejahatan, hal tersebut terjadi karena anak tersebut memiliki kontrol
8
. Ibid.
9
. Kartini, Kartono, 1986, Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rajawali, h.93
diri yang kurang dan terkadang membuat sendiri standar-standar tingkah
1. Teori Biologis;
3. Teori Sosiogenis;
4. Teori Subkultur;11
patologis secara sosial itu juga dapat dikelompokkan dalam satu kelas
10
. Kartini Kartono I, op.cit h.9
11
. Kartini Kartono I, Op.Cit, h.25
1. Teori Biologis
seseorang, juga dapat cacat jasmaniah yang dibawa sejak lahir. Kejadian ini
berlangsung:
secara potensial.
2. Teori Psikogenesis
12
. Kartini Kartono I, Op.Cit, h.25
keliru, konflik batin, emosi yang kontrovesial, kecenderungan
hidup keluarga yang patologis. Kurang lebih 90% dari jumlah anak-anak
adanya kontrol diri yang kuat dan kepatuhan secara normal terhadap kontrol
sosial yang efektif. Mayoritas anak tidak menjadi jahat. Yang penting harus
mereka yang suka tinggal kelas di sekolah dan yang putus sekolah.
sekolah rendah). Dengan kecerdasan yang tumpul dan wawasan sosial yang
dikenali oleh orang luar. Jadi mereka secara kasar dan terang-terangan
13
. Kartini Kartono I, Op.Cit, h.30
terhadap masyarakat secara normal, namun justru beradaptasi terhadap
anak-anak itu juga ditambahi beban ekstra berupa tekanan-tekan batin, sakit
tertentu.
norma moral yang berlaku ditengah masyarakat. Disamping itu, semua fase
3. Teori Sosiogenis
pada anak-anak remaja ini adalah murni sosiologis atau sosial psikologis
kelompok, peranan sosial, status sosial atau oleh internalisasi simbolis yang
delinkuen pada diri anak. Semua berlangsung sejak usia sangat muda, mulai
di tengah keluarga sendiri yang berantakan, sampai pada masa remaja dan
tinggi dari frekuensi kejahatan orang dewasa di kota-kota besar, jadi ciri-ciri
sama. Dengan demikian, sebab-sebab kejahatan anak remaja anak itu tidak
hanya terletak pada lingkungan familial dan tetangga saja, akan tetapi
tersebut dipupuk oleh lingkungan sekitar yang buruk dan jahat, ditambah
sosial, yang ide dan teknik delinkuen tertentu dijadikan sarana yang efisiensi
kriminal.
hidup bersantai, pola kriminal, relasi heteroseksual bebas dan lain-lain) yang
kriminal.
sifat-sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya (subkultur) yang khas
dari lingkungan familial, tetangga dan masyarakat yang didiami oleh remaja
14
. Kartini Kartono I, Op.Cit, h.35
memberikan kegairahan serta keberanian hidup. Kebiasaan mabuk ini
anak sebagai motivasi dan membagi penyebab atau motivasi tersebut ke dalam
a. Faktor integentia;
b. Faktor usia;
c. Faktor kelamin
15
. Romli Atmasasmita, 2010, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Refika Aditama,
Bandung. (selanjuntnya disingkat Romli Atmasasmita I)
16
. Dermawan, M. Kemal., & Mamik Sri Supatmi., 2011, Teori Pengendalian
Sosial,Jakarta, h.15
yang berlaku. Ada juga pertahanan yang berasal dari luar (extern), yaitu
suatu susunan hebat yang terdiri dari tuntutan-tuntutan legal dan larangan-
larangan yang menjaga anggota masyarakat agar tetap berada dalam ikatan
demikan, kedua benteng pertahanan ini (intern dan extern) bekerja sebagai
pertahanan terhadap norma sosial dan norma hukum yang telah menjadi
orang harus mentaati dan mematuhi serta terikat oleh hukum tersebut dan
hal ini pula yang menyebabkan seseorang yang melakukan kejahatan akan
jawaban ini juga mengikat terhadap anak yang melakukan suatu kejahatan
namun apabila anak tersebut sudah berumur 12 (dua belas) tahun namun
belum genap berumur 18 (delapan belas) tahun seperti yang sudah diatur
kepribadiannya dan masih dalam tahap pencarian jati dirinya. Mereka inilah
lain luka.20
pokok atau bentuk standar ketentuan Pasal 351 yaitu pada hakikatnya semua
ringan.
Hal ini diatur dalam Pasal 352 KUHP. Menurut pasal ini,
penjara 3 (tiga) bulan atau denda tiga ratus rupiah apabila tidak masuk
dalam rumusan Pasal 353 dan Pasal 356 KUHP, dan tidak menyebabkan
sakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan. Hukuman ini
ringan ini terhadap orang yang bekerja padanya atau ada dibawah perintah.
20
. Ibid.
Menurut Mr. M. H Tirtaamiddjaja mengutarakan arti
Unsur perencanaan ini tidak perlu ada tenggang waktu lama antara
atau pembunuhan. Meskipun ada tenggang waktu itu yang tidak begitu
pendek, belum tentu dapat dikatakan ada rencana lebih dulu secara tenang.
Hal ini diatur oleh Pasal 354 KUHP. Perbuatan penganiayaan berat
Hal ini diatur oleh Pasal 355 KUHP. Kejahatan ini merupakan
berencana (Pasal 535 ayat 2). Kedua bentuk penganiayaan ini harus
21
. Leden Marpaung, 2000, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh, Sinar Grafika,
Jakarta, h.56
22
. Wirjono Prodjodikoro, 2008, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Refika
Aditama, Bandung, h.70
luka beratnya saja dan tidak pada kematian korban. Jika kesengajaan
dalam hal ini yang kemudian dicari faktor penyebabnya dari sudut pandang
yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu
masalah manusia.26
23
. Ismu Gunadi I, Op.Cit, hal.9
24
. Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2010, Kriminologi, Rajawali Press Jakarta, h.9
25
. Mr. W. A Bonger, 1995, Pengantar Tentang Kriminologi, Pustaka Sarjana Jakarta
26
. A. Gumilang, 1991, Kriminalistik Pengetahuan Tentang Teknik Dan Taktik
Penyidikan, Angkasa Bandung.
mengamati masalah anak dengan menguraikan faktor-faktor terjadinya.27 M.
yang bersifat negatif akan lebih mudah mempengaruhi tingkah laku yang
dirasakan sebagai suatu proses terhadap situasi dan kondisi masyarakat yang
penting karena orang tua merupakan bagian penting dalam pertumbuhan dan
2. Kerangka Konsep
Mental anak yang masih dalam tahap pencarian jati diri, sangat
Jika lingkungan tempat anak itu tumbuh adalah lingkungan yang buruk, hal
tersebut juga dapat berpengaruh terhadap perilaku dan pola pikir anak
melanggar hukum.
27
. M.Arifin, 2004, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan umum, Jakarta: Bumi Aksara,
h.78
Kurangnya perhatian orang tua dalam mengawasi dan mendidik
Deliquency dan hal ini dapat mengarahkan anak pada kejahatan seperti
kebutuhan pokok mereka yang harus terpenuhi, karena jika salah satu atau
tidak diawasi dan kurang diperhatikan oleh orang tua hal tersebutlah yang
kejahatan.
sejak kecil anak berada dalam lingkungan keluarga dan sebagian besar
yang dapat menyebabkan kenakalan anak yakni keluarga yang tidak normal
(Broken Home) dan Quasi Broken Home. Broken Home atau keluarga tidak
normal disebabkan orangtua meninggal, perceraian, dan salah satu orang tua
tidak hadir secara continue dalam tenggang waktu yang lama. Quasi Broken
pada salah satu anak. Si bungsu yang selalu disayang dan anak tunggal akan
luput dari pengawasan orangtua. Jadi, kualitas rumah tangga atau kehidupan
kepribadian anak adalah tingkat emosianal anak yang tinggi dimana unsur
ini yang akan menjadikan anak kurang mampu melakukan adaptasi pada
rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak.
diri dari masalah, menyalahkan orang atau pihak lain pada setiap
yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan
suatu keadaan dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi atau tampak
anak tersebut akan langsung berdampak pada anak. Anak yang memiliki
30
. Fatimah, Enung. 2008. Psikologi Perkembangan : Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: Pustaka Setia.
31
. Santoso, Topo. 2011. Kriminologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
tingkat emosional yang tinggi dan tidak dapat mengontrolnya cenderung
mempunyai sikap yang keras dan mempunyai sikap yang kasar. Dalam
melakukan hal yang sama karena pada masa-masa ini anak memiliki
memenuhi persyaratan.
jumlahnya.
32
. Rais, Moch. Lukman Fatahullah., 1997, Tindak Pidana Perkelahian Pelajar, Sinar
Harapan, Jakarta, h.66
d. Kewibawaan guru menurun, akibatnya perbedaan stratifikasi
sosial.
Sikap meniru yang dilakukan anak tidak hanya sebatas meniru apa
perbuatan orang lain, semata-mata karena hal itu merupakan bagian dari
sifat biologis mereka untuk melakukan hal tersebut. Semua orang memiliki
tindakan di sekitarnya.
mudah menontonnya dan anak pun dengan mudah untuk meniru-niru apa
E. Hipotesis
ELEKTRONIK”
F. Metode Penelitian
kepada responden.
a. Populasi
Pelaku penganiayaan.
Orang Tua.
b. Sampel
33
. Bambang Sunggono, 1996, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h.118
34
. Ibid, h.199
5 Anak Pelaku penganiayaan.
2 Orang Tua.
A. Pengertian Anak
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah amanah dan
karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan
martabat sebagai manusia seutuhnya, bahwa anak adalah tunas, potensi dan
21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah menikah. Sedangkan menurut
Anak, anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
35
. Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka
menjaga harkat dan martabatnya, anak berhak mendapat perlindungan
dapat dikatakan sebagai seorang anak atau bukan adalah usia. Karena secara
yang dikatakan sebagai anak. Batasan usia anak sendiri juga sudah di atur
bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
(delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam
dibagi dalam tiga kategori yaitu anak yang berkonflik dengan hukum yang
merupakan anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum
Kemudian anak yang menjadi korban tindak pidana yaitu anak yang belum
Dan anak yang menjadi saksi tindak pidana yaitu anak yang belum berumur
Hak Anak pada tanggal 20 September 1989 anak adalah setiap manusia
lebih cepat.
menyebutkan bahwa yang disebut anak adalah seseorang atau manusia baik
itu laki-laki atau perempuan yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun
Anak dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak manapun yang
sebagai berikut:
1. Menghormati orang tua, wali, dan guru serta yang lebih tua
lebih tua.
1. Pengertian Kejahatan
dua yaitu secara Yuridis Formal yaitu bentuk tingakah laku yang
undang pidana atau undang-undang lainnya yang dalam hal ini sering
disebut sebagai tindak pidana dan yang kedua secara sosiologis yang
kriminologi.
38
. Kartini Kartono II, op.cit h. 125
39
. Ibid. 126
2. Kejahatan Penganiayaan
enak (penderitaan), rasa sakit, atau luka. Menurut alinea 4 pasal ini,
kesehatan orang”.
mengakibatkan rasa sakit dalam tubuh orang lain dan dengan sengaja
40
. Wirjono, Prodjodikoro, 2003, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Bandung:
Rafika Aditama, h.68
Dengan demikian, unsur kesengajaan ini kini terbatas pada wujud
berikut:
keselamatan badan”.
menimbulkan rasa sakit atau luka pada tubuh merupakan penganiayaan yang
cukup banyak perbuatan yang dengan sengaja menimbulkan rasa sakit atau
luka pada tubuh yang terhadap pelakunya tidak semestinya diancam dengan
PENGANIAYAAN
Pasal 351
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
Pasal 352
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan
ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah
sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang
Pasal 354
(1) Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena
delapan tahun.
Pasal 355
Pasal 356
Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat ditambah
dengan sepertiga:
1. bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah,
Pasal 357
Dalam hal pemidanaan karena salah satu kejahatan berdasarkan pasal 353
Pasal 358
1. dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika akibat
2. dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada yang
mati.
3. Kriminologi
adalah :
a. Sosiologi Hukum
b. Etiologi Kejahatan
c. Penology
41
. Sudarto, 2007, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni Bandung, h.148
dengan usaha pengendalian kejahatan baik refresif
maupun preventif.42
penyebab timbulnya kejahatan yang dilakukan oleh anak, yaitu faktor intern
dan ekstern. Faktor intern merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam
42
. Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, op.cit, h. 11
43
. Ninik Widiyanti-Panji Anoraga, 1987, Perkembangan Kejahatan Dan Masalahnya
Ditinjau Dari Segi Kriminologi dan Sosial, Pradnya Paramita Jakarta h.38
Sutherland dalam teori Differential Association menyebutkan
menaatinya.
44
. Ibid.
kriminal tersebut tidak dijelaskan melaui kebutuhan umum dan
pelaku kejahatan (penjahat), hal ini juga didorong oleh intensitas interaksi
melakukan kejahatan. Dalam teori ini unsur pengaruh dari luar diri
secara lebih luas lagi yaitu tidak hanya melalui kontak atau interaksi secara
langsung dengan orang yang dicontoh (face to face) namun juga dapat
melalui media lain seperti media elektronik contohnya video atau gambar.
45
. Romli Atmasasmita I, Op.Cit, h 24
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sehingga dengan kata lain
derajat yang sama dengan yang lain. Hak hidup setiap manusia tidak dapat
dikurangi oleh siapapun dan dalam keadaan apapun termasuk hak untuk
Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang
dalam dirinya juga melekat harkat dan martabat sebagai manusis seutuhnya,
bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita
perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai cirri dan sifat
masa depan. Bahwa agar setiap kelak mampu memikul tanggung jawab
tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial,
sejahtera.
juga dalam peningkatannya hal ini dikarenakan anak akan melewati masa
transisi dari anak-anak menuju dewasa dan pada masa transisi inilah anak
rentan terjerumus dalam hal-hal yang menyimpang. Pada masa ini anak
dari lingkungan yang baik sampai lingkungan yang memberi pegaruh buruk.
Salah satu hal yang cukup diwaspadai adalah pengaruh dalam hal kekerasan
yang terjadi pada lingkungan anak. Cukup banyak anak-anak yang sedang
internal atau pengaruh dari dalam diri anak tersebut maupun penyebab yang
bersifat eksternal atau pengaruh dari luar diri anak tersebut seperti
lingkungan.
biasa namun dapat dikelompokan kedalam kejahatan, baik itu kejahatan dari
segi yuridis atau tindak pidana maupun kejahatan dari segi sosologis karena
tindakan yang dilakukan sudah melanggar nilai dan norma baik nilai dan
norma yang dibentuk negara atau hukum pidana maupun nilai dan norma
yang belum diatur dalam hukum pidana namun tumbuh dan berkembang
gen pembawa sifat keturunan atau kombinasi gen serta karena tidak adanya
Tingkah laku sosiopatik atau delinkuen pada anak-anak dan remaja dapat
juga dapat cacat jasmaniah yang dibawa sejak lahir. Pada teori psikogenis,
mana sikap delinkuen yang sebabkan oleh hal-hal tadi merupakan suatu
bentuk reaksi saat anak menghadapi suatu masalah dalam hidupnya. Teori
oleh pengaruh sosial yang deviatif, tekanan kelompok, peranan sosial, status
sosial, atau internalisasi sosial yang keliru. Pada teori ini yang menjadi
penyebab delinkuen adalah kultur dimana dalam konteks ini yang dimaksud
kultur adalah kumpulan nilai dan norma yang menuntut bentuk tingkah laku
suatu sistem yang lebih inklusif dan itulah yang menyebabkan perilaku
sifat-sifat suatu struktur sosial dengan pola budaya (subkultur) yang khas
emosional anak yang tinggi dimana unsur ini yang akan menjadikan anak
tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama
emotionality, yaitu suatu keadaan dimana kondisi emosi tampak lebih tinggi
atau tampak lebih intens dibandingkan dengan keadaan normal. Emosi yang
dimulai dari sebuah keluraga, tempat anak tersebut lahir dan dibesarkan dan
yang memberi penagruh buruk ini lah yang berpotensi membuat anak
anak yakni keluarga yang tidak normal (Broken Home) dan Quasi Broken
meninggal, perceraian, dan salah satu orang tua tidak hadir secara continue
dalam tenggang waktu yang lama. Quasi Broken Home adalah kedua
pendidikan anak-anaknya.
perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya dan ini kemudian
namun pembinaan karakter serta tingkah laku anak pun harus menjadi
baik dengan guru maupun teman-temannya. Hal inilah yang tidak jarang
memberi pengaruh negatif pada anak karena tidak semua anak yang masuk
belakang keluarga yang baik. Kesejahteraan tenaga pendidik yaitu guru juga
46
. Wagiati Soetodjo, Op.Cit, h.22
mempengaruhi kualitas pendidikan yang diberikan kepada anak didik.
mengajar bahkan terkadang banyak guru yang acuh sehingga anak didik
yang delikuen, secara perlahan anak juga akan menjadi delikuen, hal ini
menjadikan ide dan teknik delikuen sebagai sarana yang efisien dalam
kekerasan dalam adengannya. Sehingga anak meniru apa yang mereka lihat
delikuen pada anak maka dapat disimpulkan terdapat beberapa faktor yang
Anak
yang dilakukan oleh anak pada saat ini sudah sangat memprihatinkan,
kejahatan yang dilakukan oleh anak yang tidak hanya dari segi kuantitasnya
menyentuh pada apa yang orang dewasa sebut sebagai kejahatan atau tindak
pidana. Oleh karena itu perlu adanya upaya penanggulangan yang dilakukan
upaya ini sudah dilakukan dengan memberi sanksi terhadap pelaku serta
penganiayaan yang dilakukan oleh anak tidak memberikan efek jera bagi
yang menjalani sanksi dan tidak efektif memberikan peringatan bagi yang
dan tempat perlindungan anak. Serta di dalam keluarga anak akan diberikan
kepada anak, sehingga perhatian serta pengawasan yang dilakukan orang tua
diberikan supaya anak tahu cara bergaul sesama temannya serta bisa
anak sangatlah tinggi karena pada masa ini anak-anak belum secara penuh
tampak lebih tinggi atau tampak lebih intens dibandingkan dengan keadaan
anak tidak melakukan kekerasan terhadap teman atau pun orang lain.
penyimpangan bahkan sampai ke arah kejahatan. Oleh karena itu orang tua
delikuen sehingga anak tersebut juga menjadi delikuen karena pada masa
anak-anak, pengaruh lingkungan yaitu teman lebih besar dan sangat mudah
diterima oleh anak dari pada pengaruh dari orang tua. Selain lingkungan
peningkatan mutu guru, guru dan orang tua murid harus menjalin hubungan
kerja sama yang baik dan dalam usia pubertas perhatian dan pengawasan
pada media elektronik tidak mempunyai nilai edukasi dan hanya bersifat
Dan pada masa perkembangan anak, anak akan sangat mudah untuk meniru
hal-hal yang bersifat positif dan negatif dalam tontonan di media elektronik
tersebut. Maka dari pada itu perlunya pengawasan dan perhatian dari orang
tua untuk menjaga tontotan yang sehat dan pantas bagi perkembangan anak.
BAB III
PENGOLAHAN DATA
A. Analisa Data
diajukan dari penelitian ini dengan didukung oleh data-data lapangan baik
terhadap anak merupakan suatu tindak pidana dan dari sudut pandang
- 2 Orang Tua.
Kalimantan Barat.
Pada analisa data ini, penulis akan mencoba mengungkapkan apa
TABEL 1
DI KOTA PONTIANAK
2012 4 14%
2013 7 25%
2014 9 32%
TOTAL 28 100%
2012 hingga Juli 2015 kejahatan penganiayaan yang dilakukan oleh anak
terhadap anak di Kota Pontianak memang terbilang tidak begitu besar dari
kejahatan penganiayaan ini sangat berkaitan erat dengan kualitas mental dan
kualitas mental dan moral anak akan menjadi penentu kualitas bangsa ini ke
depannya.
penganiayaan mengalami kenaikan yang cukup besar dari tahun 2012 yang
berjumlah 4 kasus dan naik pada tahun 2013 yang berjumlah 7 kasus (naik
75%) dan pada tahun selanjutnya juga mengalami kenaikan yang tidak
begitu besar yaitu pada tahun 2014 berjumlah 9 kasus serta mengalami
sebelumnya atau dengan kata lain setiap kasus pelakunya merupakan orang-
STATUS ANAK
1 PELAJAR 2 40%
TOTAL 5 100%
pelaku penganiayaan bahwa sebagian besar yaitu 3 orang atau 60% adalah
anak putus sekolah dan 40% atau 2 orang masih berstatus sebagai seorang
pelajar. Penyebab anak tersebut putus sekolah adalah karena anak tersebut
Dari status anak tersebut dapat dikatakan bahwa anak yang masih
anak tersebut masih mempunyai banyak waktu kosong. Waktu kosong ini
lah yang terkadang dimanfaatkan anak untuk mengisi dengan hal-hal yang
kejahatan penganiayaan.
TABEL 3
Penganiayaan Biasa
1 0 0
(Pasal 351 KUHP)
Penganiayaan Ringan
2 2 40%
(Pasal 352 KUHP)
Penganiayaan Berencana
3 0 0
(Pasal 353 KUHP)
Penganiayaan Berat
4 3 60%
(Pasal 354 KUHP)
TOTAL 5 100%
yang banyak dilakukan oleh anak adalah penganiayaan berat, yaitu sebesar
60% atau 3 orang anak. Penganiayaan berat yang dilakukan oleh anak
yang dimaksud dengan luka berat adalah luka yang tidak dapat diharap akan
sembuh lagi dengan sempurna dan tidak bisa mengerjakan pekerjaan jabatan
TABEL 4
1 BEKERJA 2 100%
2 TIDAK BEKERJA 0 0%
TOTAL 2 100%
Dari data pada tabel 3 tentang status orang tua bahwa dapat
diketahui bahwa orang tua dari pelaku penganiayaan yaitu 100% adalah
sebagai pekerja atau bekerja sehingga membuat orang tua tersebut tidak
selalu ada di rumah dan tidak secara penuh dapat mengawasi anaknya oleh
karena jam kerja mereka yang mengaharuskan mereka untuk bekerja karena
B. Hasil Wawancara
Umur : 16 tahun
pernah bersekolah dan hanya sampai pada tingkat sekolah dasar dan saat
ini sudah putus sekolah. Saat masih sekolah, respoden pernah membolos
tangannya.
Umur : 15 tahun
karena tidak naik kelas. Saat masa sekolah responden pernah membolos
serta dihukum oleh gurunya karena sering tidak mengerjakan tugas dan
c. Nama : Martin
Umur : 15 tahun
Alamat : Jalan Tanjung Hulu
minim.
karena beberapa dari mereka sering berkelahi bahkan ada beberapa yang
d. Nama : Andy
Umur : 16 tahun
tersebut.
e. Nama : Doni
Umur : 16 tahun
responden untuk menonton segala acara yang ada di televisi karena tidak
tersebut.
lain seperti orang tua pelaku. Berikut adalah hasil wawancara dengan
Umur : 47 tahun
Responden adalah orang tua dari Andy yang juga adalah sampel
secara penuh mengawasi anaknya dan tidak mengenal siapa saja yang
dengan siapa saja dalam hal ini berteman dengan anak nakal sehingga
b. Nama : Elianis
Umur : 38 tahun
Responden adalah orang tua dari Martin yang juga adalah sampel
anak yang emosian dan keras kepala. Bahkan dalam keseharian anaknya
sehingga responden ada di rumah hanya pada waktu malam hari karena
saat jam 7 pagi responden sudah harus pergi dan pulang jam 7 malam.
baik itu pengaruh yang positif atau negatif. Pengunaan media elektronik
Pangkat/Jabatan : Brigadir
pada masanya adalah masa mencari jati diri oleh karena itu anak akan
sangat mudah menerima semua pengaruh yang baik ataupun yang buruk
Apalagi pada jaman modern saat ini, pengaruh media elektronik yaitu
televisi dan handphone yang sangat mudah untuk di akses oleh anak-
anak pada saat ini. Tanpa pengawasan, media elektronik tersebut pun
tersebut pada tahap belajar akan dengan mudah meniru hal-hal apa saja
yang dilihat dan didengarnya. Apalagi saat ini, media elektronik banyak
yang tidak baik dan bergaul bersama anak nakal yang akan memberikan
terpenuhi.
dari orang tua anak tersebut karena responden berpandangan pada masa
pada masa transisi dan mencari jati diri oleh karena itu tingkat emosi
dapat mengajarkan anankya agar tidak menjadi anak yang kasar dan
umur transisi yaitu 15 sampai 17 tahun adalah proses mencari jati diri
faktor emosi anak karena pada masanya merupakan masa seorang anak
mempunyai emosi yang tidak stabil dan sangat besar. Yaitu adalah
kurangnya pengawasan orang tua karena pada masa anak, pengawasan
orang tua adalah sesuatu yang sangat penting supaya anak tersebut tidak
kepada anak. Apalagi anak tersebut berada pada lingkungan yang tidak
baik dan bergaul bersama anak-anak nakal maka anak tersebut juga akan
menjadi anak nakal dan melalui proses interkasi anak tersebut akan
penuh karena pada jaman modern saat ini, sebuah handphone bisa
memiliki emosi yang tinggi. Dan orang tua harus mengenal lingkungan
untuk selektif memilih teman dalam hal ini tidak bergaul dengan anak
media elektronik karena tidak semua yang ada pada media elektronik
akan sangat mudah meniru apa yang anak lihat. Serta upaya yang
dilakukan oleh lembaga pemerhati anak dalah hal ini adalah Komisi
serta sosialisai baik itu kepada orang tua maupun langsung kepada anak
tersebut.
C. Pembuktian Hipotesis
sedang berada pada rentan umur 15 sampai 17 tahun pada saat melakukan
kejahatan tersebut. Rentan umur seperti ini masuk dalam kategori masa
puber atau transisi karena pada masa ini seorang anak sedang mengalami
proses mencari jati diri dan mempunyai emosi yang tinggi sehingga lebih
agresif dan tanpa berpikir panjang dapat melakukan sebuah tindakan seperti
kekerasan.
orang tua pelaku, petugas unit PPA Polresta Pontianak serta Komisioner
korbannya, dan anak-anak tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik.
Mereka bergaul bersama anak nakal yang melalui proses interaksi mereka
juga akan terpengaruh oleh anak nakal tersebut menurut petugas unit PPA
dasarnya anak akan sangat mudah terpengaruh karena mereka berada pada
masa untuk mencari jati diri sehingga apa yang dilakukan oleh temannya
dianggap hal yang bagus, keren. Dan anak pun akan mudah terpengaruh
elektronik pada jaman modern ini sudah memberikan dampak yang tidak
baik apabila tidak didampingi dan tidak diberikan pengawasan yang benar.
Karena pada jaman sekarang media elektronik sudah sangat banyak dan
pembelajaran dan dapat meniru hal-hal yang ada pada media elektronik
yang menarik dan mengandung unsur kekerasan yang dapat dengan mudah
dilihat oleh anak tanpa adanya pengawasan dari orang tua sehingga anak
ada pada tayangan tersebut. Orang tua juga kurang melakukan pengawasan
PENUTUP
A. Kesimpulan
masa pencarian jati diri dan memiliki tingkat emosi yang tinggi.
Karena pada rentan umur ini anak tidak pernh memikirkan dampak
tua karena anak berada pada masa pencarian jati diri dan memiliki
kejahatan penganiayaan.
B. Saran
1. Perlu adanya perhatian khusus dari orang tua terhadap anak yang sedang
dalam masa pencarian jati diri dan pada rentan umur 15 sampai 17 tahun
memiliki tingkat emosi yang tinggi, agar setiap perubahan perilaku anak
tetap terkontrol dan dalam pengawasan orang tua sehingga pada masa ini
dapat dilewati anak dengan baik dan anak tidak terjerumus dalam
2. Perlunya pengawasan orang tua terhadap lingkungan anak dalam hal ini
lingkungan pertemanan anak harus diawasi secara benar, orang tua harus
mengetahui siapa saja teman anak serta dimana anak bermain. Dan orang
elektronik belum tentu baik bagi anak dan bermanfaat bagi anak.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU-BUKU
Persada, Jakarta.
Sosial,Jakarta.
Pustaka
Ismu Gunadi, 2011, Cepat & Mudah Memahami Hukum Pidana (jilid 2),
Persada Jakarta.
Lamintang, 2010, Kejahatan Terhadap Nyawa Dan Tubuh, Sinar Grafika, Jakarta.
Leden Marpaung, 2000, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh, Sinar
Grafika, Jakarta.
M.Arifin, 2004, Kapita Selekta Pendidikan Islam dan umum, Jakarta: Bumi
Aksara.
Rais, Moch. Lukman Fatahullah., 1997, Tindak Pidana Perkelahian Pelajar, Sinar
Harapan, Jakarta.
Aditama, Bandung.
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2010, Kriminologi, Rajawali Press Jakarta.
Aditama, Bandung.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN