Anda di halaman 1dari 12

UPAYA PENCEGAHAN DAN

PERTANGGUNGJAWABAN
PIDANA TERHADAP ANAK USIA
SEKOLAH DASAR
SEBAGAI PELAKU TINDAK
PIDANA KEKERASAN DALAM
KASUS BULLYING FISIK DI
INDONESIA

Oleh: Natasya Aurora R. (195010100111139/09)


01
PENGERTIAN TENTANG ANAK
Anak dalam Undang-Undang, Peran Orang Tua dalam Mendidik
Anak, Anak Berkonflik dengan Hukum.
Apa Itu Anak?
● Menurut Pasal 1 ayat (1) UU No.35/2014
“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan
belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”
● Terdapat tiga fase perkembangan jasmani dan
perkembangan jiwa pada anak:
1. Fase pertama: 0-7 tahun merupakan masa
perkembangan kemampuan mental dan perkembangan
kehidupan emosional.
2. Fase kedua: 7-14 tahun (masa kanak-kanak), terbagi
menjadi Masa anak Sekolah Dasar (7-12 tahun) dan
Masa Pra Pubertas (12-14 tahun)
3. Fase ketiga: Disebut sebagai masa remaja (14-21
tahun), fase ini merupakan masa penghubung dan
masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
Peran Orang Tua dalam Mendidik
Anak
● Dalam pasal 9 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak dijelaskan bahwa,
Orang tua adalah sosok yang memiliki tanggung jawab
utama dalam upaya melindungi serta mendidik anak
mereka, agar terwujudnya kesejahteraan anak. Orang tua
memiliki kewajiban penuh dalam memelihara serta mendidik
anak-anaknya, sampai mereka dikatakan dewasa dan
mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Anak Berkonflik dengan Hukum
● Anak-anak yang melakukan perbuatan menyimpang dari
norma-norma yang berlaku di masyarakat dapat
dikategorikan kedalam Juvenile Delinquency.
● Dalam Pasal 1 ayat (2) UU 11/2012 dapat disebut dengan
Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH)
● Dalam Pasal 1 ayat (3) UU 11/2012 menjelaskan bahwa:
“Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya
disebut dengan Anak adalah anak yang telah berumur 12
tahun, tetapi belum berumur 18 tahun, yang diduga
melakukan Tindak Pidana”
02
BULLYING PADA ANAK
Pengertian Bullying, Dampak Bullying, Kasus Bullying pada Anak
Pengertian Bullying
● Perundungan atau bullying merupakan sebuah perilaku yang bersifat
mengintimidasi yang dilakukan oleh seseorang atau lebih yang dapat
mengancam keselamatan fisik maupun psikis dari korbannya.
● Tindakannya dapat berupa penghinaan terhadap korban, menyuruh
korban untuk melakukan tindakan tertentu, hingga menyakiti atau
menyerang korban secara fisik dan psikis atau kombinasi dari
ketiganya.
● Dalam hal bullying yang dilakukan menyerang fisik korban sudah
dapat dikategorikan sebagai kekerasan.
● Tindakan bullying fisik ini diatur dalam Pasal 76 C Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak (UUPA) yang
menyatakan bahwa: “Setiap orang dilarang menempatkan,
membiarkan, melakukan menyuruh melakukan, atau turut serta
melakukan kekerasan terhadap anak.”
● Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), mengungkapkan bahwa
kasus perundungan didominasi oleh siswa Sekolah Dasar.
● Diketahui, ada 25 kasus atau 67 persen yang tercatat oleh KPAI baik dari
kasus yang disampaikan melalui pengaduan langsung maupun online
sepanjang Januari sampai April 2019.
● Sebelumnya, KPAI merilis sejumlah pelanggaran hak anak pada tahun
2018, didominasi terjadi kekerasan di lingkungan. Dari 445 kasus yang
ditangani sepanjang 2018, sekitar 51,20 persen di antaranya merupakan
kasus kekerasan baik fisik, seksual, maupun verbal
● Pelaku perundungan yang masih masuk kedalam kategori usia Siswa
Sekolah Dasar tidak dapat dikenakan sanksi pidana
● Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak:

“Dalam hal anak belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau
diduga melakukan tindak pidana, Penyidik, Pembimbing Kemasyarakatan, dan
Pekerja Sosial Profesional mengambil keputusan untuk:

1. menyerahkannya kembali kepada orang tua/Wali; atau


2. mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan, dan
pembimbingan di instansi pemerintahan atau LPKS di instansi yang
menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun
daerah, paling lama 6 (enam) bulan.”
Upaya Pencegahan Bullying

● Perbaikan sistem pola asuh oleh orangtua dan lingkungan


anak
● Pembentukan kebijakan oleh pemerintah yang mewajibkan
setiap Sekolah Dasar memiliki Lembaga dan Kelas
Bimbingan Konseling terhadap seluruh siswa
● Melakukan Kampanye rutin anti bullying di setiap sekolah
Bentuk Pertanggungjawaban
Pelaku Bullying

● Pemberian pelatihan dan pembinaan kepada Anak pelaku


Bullying di instansi pemerintahan atau LPKS
● Dengan menerapkan asas Vicarious Liability terhadap
orangtua Anak pelaku tindak pidana kekerasan dalam kasus
bullying dengan memberikana pelatihan serta pembinaan
kepada orangtua/wali dengan membayar denda ganti rugi
atas perbuatan sang anak dan menjalani pembinaan serta
pelatihan di lembaga yang telah ditentukan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai