Anda di halaman 1dari 94

PERBEDAAN TINGKAT KEJADIAN KARIES TERHADAP

TINGKAT PEMAHAMAN HEALTH BELIEF MODEL (HBM)


PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI DESA DUYUNGAN
KABUPATEN BOJONEGORO
(Penelitian Analitik Observasional)

SKRIPSI

Oleh:
YOSIRIZKI SUFIYATUL FAUZIYYAH
NIM: 10615090

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020

i
ii
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Yosirizki Sufiyatul Fauziyyah

NIM : 10615090

Program Studi : S1-Kedokteran Gigi

Fakultas : Kedokteran Gigi

Judul Skrips : Perbedaan Tingkat Kejadian Karies Terhadap Tingkat


Pemahaman Health Belief Model (HBM) Pada Anak Usia 6-
12 Tahun di Desa Duyungan Kabupaten Bojonegoro

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi, yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila
dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi saya ini adalah hasil jiplakan
maka, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Kediri, 18 Februari 2020

Yang Membuat Pernyataan,

Yosirizki Sufiyatul Fauziyyah


NIM. 10615090

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta

shalawat dan salam kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. sebagai salah satu syarat dalam menyelesesaikan pendidikan S1

Kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti

Wiyata Kediri.

Perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Muhamad Zainuddin, Apt., selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan

Bhakti Wiyata Kediri.

2. Multia Ranum Sari, drg., MMedEd., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.

3. S. B. Kusumaningsih, drg., M.Kes., selaku Penguji I, yang telah membantu

memberi masukan ilmu beserta nasehat-nasehat dan membimbing penulis

dalam pembuatan skripsi ini.

4. Adi Hapsoro, drg., M.S., selaku Penguji II, yang telah membantu memberi

masukan ilmu beserta nasehat-nasehat dan membimbing penulis dalam

pembuatan skripsi ini.

5. Sahat Manampin Siahaan, drg., MMRS., selaku Pembimbing I, yang telah

membantu memberi masukan ilmu beserta nasehat-nasehat dan membimbing

penulis dalam pembuatan skripsi ini.

v
6. Ida Wahyuningsih, drg., selaku Pembimbing II, yang telah membantu

memberi masukan ilmu beserta nasehat-nasehat dan membimbing penulis

dalam pembuatan skripsi ini.

7. Papa dan Mama tercinta Yoto dan Eny Susilowati yang selalu mendukung

dalam bentuk moril dan materiil penulis dalam mengerjakan skripsi ini, serta

memberikan doa, semangat, dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada

penulis.

8. Seluruh keluarga besar, yang selalu memberikan doa, semangat, dan kasih

sayang yang tiada hentinya kepada penulis, serta Seluruh sahabat-sahabat

terbaik saya Alvi, Intan Pridani, dan Hida yang selalu ada, memberikan doa,

semangat, dan kasih sayang yang tiada hentinya kepada penulis.

9. Seluruh Bapak Ibu dosen, dan staf serta karyawan Fakultas Kedokteran Gigi

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, yang selama ini membantu dan

mendidik penulis selama masa pendidikan.

10. Seluruh mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri dan pihak-

pihak lain yang ikut membantu, dan mendukung dalam menyelesaikan

penelitian ini.

Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan skripsi

ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun,

supaya menjadi pedoman bahan pemikiran diwaktu yang akan datang. Semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua.

Kediri, 20 Januari 2020

Penulis

vi
ABSTRAK

Perbedaan Tingkat Kejadian Karies Terhadap Tingkat Pemahaman


Health Belief Model (HBM) Pada Anak Usia 6-12 Tahun
di Desa Duyungan Kabupaten Bojonegoro

Yosirizki S. Fauziyyah, Sahat Manampin1, Ida Wahyuningsih2

Latar Belakang: Teori Health Belief Model (HBM) merupakan suatu bentuk
model teori yang digunakan untuk memberikan dorongan kepada masyarakat untuk
melakukan tindakan kesehatan yang positif, salah satunya adalah tindakan pencegahan
karies gigi. Karies gigi dapat dicegah, satu hal penting dalam mencegahnya adalah
memodifikasi pemikiran, gaya hidup, dan kebiasaan sehari-hari sedemikian rupa
sehingga memperbaiki kualitas hidup dan efisiensi individu. Sejalan dengan tujuan
tersebut, mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku dapat
membuat perubahan menjadi lebih mudah. Berdasarkan Health Belief Model (HBM),
orang mengubah perilaku mereka saat mereka mengerti bahwa penyakit ini serius. Jika
tidak, mereka mungkin tidak beralih ke perilaku sehat. Tujuan: Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbedaan tingkat karies terhadap tingkat pemahaman Health Belief
Model (HBM) pada anak usia 6-12 tahun di Desa Duyungan, Kabupaten Bojonegoro.
Metode: Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan penelitian
Cross Sectional. Hasil: Hasil data yang dianalisis menggunakan uji non parametrik Mann-
Whitney didapatkan nilai signifikansi 0,000, yang berarti terdapat perbedaan signifikan
antara tingkat kejadian karies dan tingkat pemahaman Health Belief Model (HBM), dapat
disimpulkan bahwa adanya perbedaan tingkat pemahaman Health Belief Model (HBM)
dengan tingkat kejadian karies. Kesimpulan: Tingkat pemahaman Health Belief Model
(HBM) pada anak usia 6-12 tahun di Desa Duyungan Kabupaten Bojonegoro tergolong
kurang dan tingkat kejadian karies anak usia 6-12 tahun di Desa Duyungan Kabupaten
Bojonegoro tergolong tinggi.

Kata Kunci: Karies, Health Belief Model (HBM), Anak Usia 6-12 Tahun

vii
ABSTRACT

Differences of The Level of Caries Incidence and The Level of Understanding


of Health Belief Model (HBM) in Children Aged 6-12 Years
in Duyungan Village Bojonegoro Regency

Yosirizki S. Fauziyyah, Sahat Manampin1, Ida Wahyuningsih2

Background: The Health Belief Model Theory (HBM) is a form of theoretical


model used to provide encouragement to the public to take positive health actions, one
of that is the prevention of dental caries. Dental caries can be prevented, one important
thing in preventing it is modifying thinking, lifestyle, and daily habits in such a way that it
improves the quality of life and efficiency of the individual. In line with these objectives,
identifying factors that influence behavior change can make change easier. Based on the
Health Belief Model Theory (HBM), people change their behavior when they understand
that the disease is serious. If not, they might not turn to healthy behavior. Purpose: This
study aims to determine differences of the level of caries incidence and the level of
understanding of the Health Belief Model (HBM) in children aged 6-12 years in
Duyungan Village, Bojonegoro Regency. Methods: The design of this study was
observational analytic with a cross sectional study design. Result: The results of the
data analyzed using the non-parametric Mann-Whitney test obtained a significance
value of 0,000, which means there is a significant difference between the level of caries
incidence and the level of understanding of the Health Belief Model (HBM), it can be
concluded that there are differences in the level of understanding of the Health Belief
Model (HBM) with the level caries incidence. Conclusion: The level of understanding of
the Health Belief Model (HBM) in children aged 6-12 years in Duyungan Village,
Bojonegoro Regency is classified as low and the level of caries incidence in children aged
6-12 years in Duyungan Village, Bojonegoro Regency is classified as high.

Key Word: Caries, Health Belief Model (HBM), Children aged 6-12 years

viii
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ......................................................................................... i
Halaman Persetujuan ............................................................................... ii
Halaman Pengesahan ............................................................................... iii
Halaman Pernyataan Keaslian Tulisan ................................................. iv
Kata Pengantar.......................................................................................... v
Abstrak ..................................................................................................... vii
Abstract ..................................................................................................... viii
Daftar Isi ................................................................................................... ix
Daftar Tabel ............................................................................................... xii
Daftar Gambar .......................................................................................... xiii
Daftar Lampiran ....................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1. Tujuan umum .................................................................................... 4
2. Tujuan khusus ................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian................................................................................. 4
1. Bagi Institusi ..................................................................................... 4
2. Bagi Masyarakat ............................................................................... 4
3. Bagi Peneliti ..................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5


A. Health Belief Model (HBM).................................................................. 5
1. Definisi Health Belief Model (HBM)............................................... 5
2. Komponen Health Belief Model (HBM) ........................................ 5
3. Pengaplikasian umum Health Belief Model (HBM) ....................... 7
4. Kegunaan komponen Health Belief Model (HBM) ......................... 8
5. Pengoprasian Health Belief Model (HBM) ...................................... 10
6. Pengembangan Kuisioner Health Belief Model (HBM) .................. 11
B. Konsep Pengetahuan............................................................................. 15
1. Definisi pengetahuan ........................................................................ 15
2. Tingkat pengetahuan......................................................................... 16
3. Proses perilaku tahu .......................................................................... 18
4. Kriteria tingkat pengetahuan............................................................. 19
C. Karies Gigi ............................................................................................ 19
1. Definisi karies gigi ............................................................................ 19
2. Etiologi karies gigi ............................................................................ 20
3. Proses terjadinya karies gigi ............................................................. 22
4. Karies gigi pada anak........................................................................ 23
5. Status karies gigi ............................................................................... 23
6. Indeks karies gigi .............................................................................. 24

ix
7. Pencegahan karies gigi ..................................................................... 25
D. Anak Usia Sekolah ............................................................................... 26
1. Karakteristik anak usia sekolah ........................................................ 26
2. Karakteristik gigi anak usia sekolah ................................................. 27
E. Hubungan Health Belief Model (HBM) dengan status karies gigi ....... 27

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ............................. 29


A. Kerangka Konsep .................................................................................. 29
B. Penjelasan Kerangka Konsep ................................................................ 30
C. Hipotesis ............................................................................................... 31

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN................................................ 32


A. Desain Penelitian................................................................................... 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 32
1. Lokasi penelitian............................................................................... 32
2. Waktu penelitian ............................................................................... 32
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ................................................ 32
1. Populasi penelitian............................................................................ 32
2. Sampel penelitian ............................................................................. 32
3. Teknik sampling ................................................................................ 34
D. Variabel Penelitian ................................................................................. 34
1. Variabel bebas .................................................................................. 34
2. Variabel terikat ................................................................................. 34
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian................................................ 34
F. Instrumen Penelitian .............................................................................. 37
1. Alat penelitian................................................................................... 37
2. Bahan penelitian ............................................................................... 37
G. Prosedur Pengumpulan Data .................................................................. 37
1. Persiapan penelitian .......................................................................... 37
2. Prosedur penelitian ........................................................................... 38
H. Pengolahan dan Analisis Data................................................................. 39
1. Data primer ....................................................................................... 39
2. Data sekunder ................................................................................... 39
I. Analisis Data ........................................................................................... 39
J. Alur Penelitian ........................................................................................ 40

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ....................... 41


A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 41
B. Analisis Data .......................................................................................... 48

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................... 49

BAB VII PENUTUP .................................................................................. 53


A. Kesimpulan ............................................................................................. 53
B. Saran ................ ...................................................................................... 53

x
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 54

LAMPIRAN ............................................................................................... 58

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel II.1. Tabel Item Mencerminkan HBM .................................................. 13
Tabel V.1. Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin ................................... 41
Tabel V.2. Tabel Distribusi Frekuensi Usia ................................................... 42
Tabel V.3. Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pemahaman HBM ............... 42
Tabel V.4. Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Kejadian Karies ................... 43
Tabel V.5. Tabel Tingkat Pemahaman HBM Berdasarkan Jenis Kelamin .... 43
Tabel V.6. Tabel Tingkat Pemahaman HBM Berdasarkan Usia .................... 44
Tabel V.7. Tabel Tingkat Kejadian Karies Berdasarkan Jenis Kelamin ........ 44
Tabel V.8. Tabel Tingkat Kejadian Karies Berdasarkan Usia ....................... 45
Tabel V.9. Tabel Rerata Indeks DMF-t/DEF-t .............................................. 45
Tabel V.10. Tabel Tabulasi Silang HBM dan Karies Berdasarkan
Jenis Kelamin ............................................................................. 46
Tabel V.11. Tabel Tabulasi Silang HBM dan Karies Berdasarkan Usia ....... 46
Tabel V.12. Tabel Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov ..................... 48
Tabel V.13. Tabel Hasil Uji Hipotesa Mann-Whitney ................................... 48

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar II.1 Etiologi Karies Gigi ............................................................. 22
Gambar III.1 Kerangka Konsep ................................................................. 29
Gambar IV.1 Kerangka Kerja .................................................................... 40

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Surat Keterangan Kelayakatan Etika Penelitian .................... 58
Lampiran 2. Surat Pengantar Penelitian ..................................................... 59
Lampiran 3. Surat Pemberian Izin Penelitian ............................................. 60
Lampiran 4. Informed Consent ................................................................... 61
Lampiran 5. Kuesioner Penelitian .............................................................. 62
Lampiran 6. Lembar Pemeriksaan def-t ..................................................... 65
Lampiran 7. Data Penelitian ....................................................................... 66
Lampiran 8. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ........................................... 69
Lampiran 9. Hasil Uji SPSS ....................................................................... 71
Lampiran 10. Dokumentasi ......................................................................... 76

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori Health Belief Model (HBM) merupakan suatu bentuk model teori yang

digunakan untuk memberikan dorongan kepada masyarakat untuk melakukan

tindakan kesehatan yang positif, salah satunya adalah tindakan pencegahan

penyakit karies gigi. Teori ini menyatakan bahwa individu dalam mengambil

tindakan pencegahan penyakit atau untuk berperilaku sehat dipengaruhi oleh

perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers,

self efficacy dan cues to action yang dapat memengaruhi seseorang untuk dapat

berperilaku sehat. Perceived susceptibility berkaitan dengan kerentanan dirinya

terhadap penyakit, perceived severity berkaitan dengan tingkat keseriusan

penyakit yang dirasakan, perceived benefits dan barriers penilaian atau keyakinan

individu akan adanya keuntungan dan kerugian yang dirasakan apabila melakukan

tindakan pencegahan penyakit, self afficacy berkaitan dengan keyakinan diri

dalam individu akan kemampuannya untuk melakukan suatu tindakan, serta cues

to action yang menjelaskan adanya keyakinan mengenai tanda-tanda yang

mendorong seseorang untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit (Glanz

dkk, 2008).

Teori Health Belief Model merupakan model yang dapat menjelaskan

mengenai perilaku sehat yang dilakukan oleh individu dengan sangat baik (Glanz

dkk, 2008). Health Belief Model telah digunakan untuk mengembangkan

intervensi yang efektif untuk mengubah perilaku pasien yang berhubungan

1
2

dengan berbagai dimensi kesehatan menggunakan model sebagai tolak ukurnya.

Salah satu dimensi kesehatan yang dapat diimplementasikan terhadap Health

Belief Model adalah kesehatan gigi (Carpenter dan J, 2010).

Gigi merupakan salah satu organ tubuh yang penting bagi fungsi

pengunyahan, bicara, dan fungsi estetik atau penampilan. Dengan bertambahnya

usia seseorang, gigi rentan terhadap berbagai gangguan atau masalah. Salah satu

masalah yang sering terjadi pada gigi ialah masalah gigi berlubang atau karies

gigi. Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang terjadi pada

email, dentin, dan sementum, bersifat penyakit kronis yang paling sering

memengaruhi individu pada segala usia (Pintauli dan Hamada, 2008).

Tidak hanya gigi orang dewasa yang dapat mengalami karies, pada gigi

anak-anak baik gigi susu maupun gigi permanen juga dapat mengalami karies.

Anak dengan usia 6–12 tahun merupakan usia yang rawan dan kritis yang dapat

terkena karies gigi dan pada usia tersebut mempunyai sifat khusus yaitu masa

terjadi peralihan dari gigi susu ke gigi permanen (Wong, 2012).

Berdasarkan Riskesdas 2018, rasio penduduk yang mempunyai masalah

kesehatan gigi dan mulut sebesar 57,6%. Yang telah mendapatkan pelayanan dari

tenaga medis gigi sebesar 10,2%, dan proporsi kebiasaan menyikat gigi dengan

benar sebesar 2,8% (Kemenkes RI, 2018).

Menurut profil kesehatan kabupaten Bojonegoro tahun 2017 berdasarkan

hasil pemeriksaan kesehatan gigi untuk siswa Sekolah Dasar / Madrasah

Ibtidaiyah yang mendapat pemeriksaan gigi dan mulut sebesar 38,3%. Sedangkan

yang mendapatkan perawatan sebesar 81.6%. hal ini menunjukkan bahwa tidak
3

semua mendapatkan perawatan, maka dari itu perlu upaya untuk mengatasi hal

tersebut (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2017).

Karies gigi dapat dicegah, satu hal penting dalam mencegahnya adalah

memodifikasi pemikiran, gaya hidup, dan kebiasaan sehari-hari sedemikian rupa

sehingga memperbaiki kualitas hidup dan efisiensi individu. Sejalan dengan

tujuan tersebut, mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku

dapat membuat perubahan menjadi lebih mudah. Berdasarkan Health Belief

Model (HBM), orang mengubah perilaku mereka saat mereka mengerti bahwa

penyakit ini serius. Jika tidak, mereka mungkin tidak beralih ke perilaku sehat

(Jeihooni, dkk, 2015).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lidia Septianingtias Setiari pada

tahun 2017, menyatakan bahwa observasi aplikasi teori Health Belief Model

terhadap tindakan pencegahan karies gigi pada siswa sekolah dasar. Komponen

perceived susceptibility merupakan faktor yang paling memengaruhi tindakan

dalam mencegah karies gigi (Setiari dan Sulistyowati, 2017).

Berdasarkan penjelasan survei diatas, maka peneliti memutuskan untuk

meneliti tentang perbedaan tingkat kejadian karies tinggi dan karies rendah

terhadap pemahaman Health Belief Model pada anak usia 6-12 tahun di Desa

Duyungan, Kabupaten Bojonegoro.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan tingkat karies terhadap tingkat pemahaman

Health Belief Model (HBM) pada anak usia 6-12 tahun di Desa Duyungan

Kabupaten Bojonegoro.
4

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui perbedaan tingkat karies terhadap tingkat pemahaman

Health Belief Model (HBM) pada anak usia 6-12 tahun di Desa Duyungan,

Kabupaten Bojonegoro.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pemahaman Health Belief Model anak usia 6-

12 tahun di Desa Duyungan, Kabupaten Bojonegoro.

b. Untuk melihat tingkat karies anak usia 6-12 tahun di Desa Duyungan,

Kabupaten Bojonegoro.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi

Memberikan informasi ilmiah di bidang Kedokteran Gigi, tentang

perbedaan pemahaman Health Belief Model (HBM) dengan tingkat kejadian

karies.

2. Bagi Masyarakat

Sebagai pelajaran untuk melakukan tindakan kesehatan yang positif,

sehingga dapat mengurangi angka kejadian karies di masyarakat.

3. Bagi Peneliti

Dapat memberikan penjelasan dan meningkatkan pengetahuan peneliti

terhadap sikap dan perilaku seseorang dalam kesehatan gigi.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Health Belief Model

1. Pengertian Heatlh Belief Model

Konsep Health Belief Model dikemukakan pertama kali oleh Resenstock

1966, selanjutnya disempurnakan oleh Becker, 1974. Model teori Health

Belief Model adalah formulasi konseptual untuk mengetahui persepsi

individu terhadap penerimaan kesehatan mereka (Putri, 2016).

Health Belief Model adalah sebuah model yang digunakan untuk

menggambarkan kepercayaan individu untuk berperlaku hidup sehat. Dengan

adanya perilaku hidup sehat, diharapkan individu tanggap terhadap

pencegahan maupun penggunaan fasilitas kesehatan. Health Belief Model

dapat digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan preventif, respon

perilaku untuk pengobatan pasien dan sebagai prediksi berbagai perilaku

yang berhubungan dengan kesehatan (Putri, 2016).

2. Komponen Heatlh Belief Model

Health Belief Model terdiri dari 4 komponen, namun belakangan

ditambah 2 komponen baru sehingga terdapat 6 komponen (Hayden, 2009).

Komponen-komponen Health Belief Model tersebut diantaranya:

a. Perceived Susceptibility (Persepsi Resiko) perceived susceptibility

mengarah pada kesadaran subyektif seseorang terhadap risiko dari

kondisi kesehatannya. Dimensi Perceived susceptibility meliputi

kesadaran terhadap diagnosa medis, pemikiran subyek tentang adanya

5
6

resusceptibilily, dan susceptibilily terhadap penyakit pada umumnya

(Conner dan Norman, 2015).

b. Perceived Severity (Persepsi Ancaman) perceived severity adalah

domain tingkat keseriusan terhadap suatu penyakit. Dimensi Perceived

severity meliputi evaluasi terhadap konsekuensi klinis dan medis dan

konsekuensi sosial yang mungkin terjadi. Konsekuensi klinis dan medis

diantaranya kematian, cacat permanen, atau sakit. Sedangkan

konsekuensi sosial seperti efek samping pada kehidupan karir, keluarga,

dan sosial (Conner dan Norman, 2015).

c. Perceived Benefits (Persepsi Manfaat) sikap penerimaan susceptibility

terhadap kondisi yang dipercaya dapat menghasilkan suatu kekuatan

yang berpotensi mengubah perilaku. Perubahan tersebut dapat

mengurangi ancaman penyakit, atau memberikan keuntungan-

keuntungan lain (perceived benefit) (Conner dan Norman, 2015).

d. Perceived Barriers (Persepsi Rintangan) adalah ketika individu

menghadapi rintangan atau hambatan yang ditemukan dalam mengambil

tindakan kesehatan. Hambatan yang terjadi berupa aspek-aspek negatif

dalam upaya kesehatan maupun aspek negatif yang timbul dari dalam

diri. Hambatan tersebut bisa bermacam-macam seperti ketidakpastian

diagnosa, efek samping medis, atau kekhawatiran subyek. Percieved

bariers juga berperan sebagai halangan untuk merekomendasikan sebuah

perilaku (Putri, 2016).


7

e. Self Efficacy (Efikasi Diri) merupakan komponen yang terkait dengan

penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk,

tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang

dipersyaratkan (Alwisol, 2009).

f. Cues to Action (Isyarat Bertindak) adalah sebuah perilaku pemicu

(trigger) yang dapat memengaruhi dan menjadi isyarat bagi seseorang

untuk melakukan suatu tindakan (Conner dan Norman, 2015). Pemicu

tersebut bisa berupa faktor-faktor eksternal maupun internal. Faktor yang

bisa menjadi pemicu misalnya iklan, nasihat dan anjuran kerabat, aspek

demografis, dan keyakinan untuk melakukan suatu perilaku tertentu

(self-efficacy) (Hayden, 2009).

3. Aplikasi Heatlh Belief Model Secara Umum

HBM telah diaplikasikan secara luas untuk memprediksi berbagai jenis

perilaku sehat. Ada tiga area (perilaku sehat) pengaplikasian umum yang

dapat diidentifikasi, yaitu

 Preventive health behavior yang meliputi,

 Health-promoting Contoh: diet atau olahraga

 Health-risk Contoh: bahaya merokok

 Perilaku yang senada dengan vaksinasi dan kontrasepsi

 Sick role behavior

Ketaatan akan rejimen medis yang diberikan Contoh: Pasien diabetes

tipe 1 harus menginjeksi insulin 2 kali sehari


8

 Clinic use

Seperti kunjungan ke dokter dengan alasan yang bervariasi (Corner,

2015).

4. Kegunaan Komponen-Komponen HBM dalam Memediasi dampak

pengalaman masa lalu dan posisi struktural sosial

Dalam ulasan literatur pada dampak pengalaman masa lalu dari

perilaku atas kinerja masa depannya, menunjukkan bahwa hampir semua

perilaku kesehatan bisa diulang. Janz dan Becker 1984 mengakui bahwa

'beberapa perilaku (misalnya merokok, menyikat gigi) memiliki komponen

kebiasaan substansial yang meniadakan proses pengambilan keputusan

psikososial yang sedang berlangsung', tetapi tidak menjawab pertanyaan

apakah kepercayaan kesehatan mungkin memiliki peran dalam

menghentikan kebiasaan yang tidak sehat. Sementara masalah apakah

kognisi memediasi efek dari pengalaman masa lalu telah menjadi

perhatian utama para peneliti yang menggunakan teori tindakan beralasan

seperti pada Bentler dan Speckart 1979, beberapa studi HBM mengukur

perilaku masa lalu (Conner, 2015).

Beberapa peneliti yang menggunakan HBM secara eksplisit telah

membahas hipotesis mediasi ini. Dalam sebuah studi prospektif,

Cummings dkk 1979 menemukan efek langsung dan tidak langsung untuk

'pengalaman masa lalu dengan suntikan flu' pada perilaku inokulasi

berikutnya. Persepsi kemanjuran vaksinasi (manfaat) dan konstruk niat

perilaku dari teori tindakan beralasan Fishbein dan Ajzen 1975 keduanya
9

merupakan mediator parsial dari efek pengalaman. Demikian pula,

Norman dan Brain 2005 menemukan bahwa kerentanan yang dirasakan

dan hambatan keduanya memediasi sebagian efek dari perilaku masa lalu

pada tindakan berikutnya. Dua penelitian yang dilakukan Otten dan van

der Pligt 1992 menguji apakah kerentanan dirasakan memediasi hubungan

antara perilaku kesehatan preventif masa lalu dan masa depan. Sementara

perilaku masa lalu merupakan prediksi penilaian kerentanan dan ukuran

pengganti dari perilaku masa depan seperti pada “ekspektasi perilaku”

Warshaw dan Davis 1985, kerentanan/kerawanan berhubungan negatif

dengan harapan dan tidak memediasi efek dari perilaku masa lalu.

Penelitian Otten dan van der Pligt 1992 menggarisbawahi perlunya

penelitian longitudinal lebih lanjut tentang masalah ini (Conner, 2015).

Masalah penting lainnya dan yang terabaikan, menyangkut

kemampuan komponen HBM untuk memediasi efek posisi struktural sosial

terhadap perilaku kesehatan. Cummings dkk tahun 1979 menemukan

bahwa status sosial ekonomi (SSE) tidak berhubungan dengan

kepercayaan kesehatan, meskipun SSE dan kepercayaan keduanya secara

signifikan berhubungan dengan perilaku inokulasi dalam analisis bivariat.

Orbell dkk 1995, di sisi lain, menemukan bahwa kerentanan yang

dirasakan dan hambatan sepenuhnya memediasi efek kelas sosial pada

pengambilan skrining serviks. Salloway dkk, 1978 memperoleh efek

langsung dan tidak langsung dari status pekerjaan, jenis kelamin, dan

pendapatan dan efek tidak langsung dari pendidikan (Conner, 2015).


10

Salloway 1978 sangat kritis terhadap pendapat Rosenstock 1974

bahwa HBM mungkin lebih berlaku untuk sampel kelas menengah karena

orientasinya terhadap masa depan, perencanaan yang disengaja, dan

penangguhan kepuasan yang segera. Salloway dkk 1978 menunjukkan

bahwa orang-orang kelas pekerja “tunduk pada hambatan struktural nyata

dan dibatasi oleh perbedaan nyata dalam struktur jaringan sosial yang

tidak ada pada populasi kelas menengah”. Penelitian lebih lanjut

diperlukan untuk menentukan dampak SSE pada kepercayaan kesehatan

dan hubungannya dengan perilaku, dan untuk membedakan antara efek

kognisi dan efek faktor-faktor seperti kendala keuangan, budaya,

kemiskinan/efek jaringan, dan hambatan sistem kesehatan/penyedia

layanan/ kemungkinan perilaku kesehatan (Conner, 2015).

5. Operasi Heatlh Belief Model

Langkah-langkah yang menyangkut dalam perkembangan

kuisioner HBM dapat diuraikan menjadi beberapa hal. Secara singkat

instrument yang ada dapat direview dan dianalisis, seperti yang dilakukan

oleh Champion 1984 di mana ia mengembangkan skala kepercayaan

kesehatan untuk menyelidiki frekuensi pemeriksaan payudara sendiri.

Penentuan keandalan dan validitas skala dibahas secara mendalam.

Akhirnya, dapat diidentifikasi beberapa kesulitan konseptual dengan

komponen HBM dan secara singkat mengatasi masalah tanggapan bias

(Conner, 2015).
11

a. Pengembangan Kuisioner Health Belief Model

Merumuskan hipotesis atau pertanyaan penelitian dengan jelas

sehingga menerjelahkan kedalam hubungan antara variabel-variabel,

mendefinisikan sampel yang sesuai, mendapatkan akses ke sampel, dan

memutuskan mode pengumpulan data (misalnya tes tulis atau

wawancara telepon) yang pada umumnya merupakan prasyarat

pengembangan instrumen. Ada dua cara untuk menentukan konten dari

item kuesioner (Conner, 2015).

Yang pertama adalah melakukan pencarian literatur untuk studi

HBM sebelumnya di daerah tersebut dan menentukan apakah instrumen

sebelumnya dipublish atau tersedia dari penulis. Skala harus diperiksa

untuk menentukan apakah keandalan internal memuaskan dan apakah

skala telah lolos validitas (responden percaya bahwa skala mengukur

apa yang dikatakannya). Skala yang diperoleh dengan cara ini dapat

digunakan secara keseluruhan tetapi mungkin memerlukan modifikasi

jika ingin digunakan dengan sampel yang berbeda (Conner, 2015).

Skala HBM dari Standardized Compliance Questionnaire

Sackett dkk 1974 telah dimodifikasi untuk digunakan dalam berbagai

pengaturan dalam penelitian Cerkoney dan Hart 1980; Bollin dan Hart

1982; Connelly 1984 tetapi instrumen ini mungkin sulit diperoleh dan

skala lain juga telah digunakan (Conner, 2015).

Jika tidak ada yang sesuai peneliti harus mengembangkan

sendiri. Contoh dari proses ini dijelaskan oleh Champion 1984


12

mengenai studi pemeriksaan payudara sendiri. Langkah pertama

melibatkan menghasilkan item yang dimaksudkan untuk mengukur

komponen HBM (item pool). Sekali lagi, studi HBM sebelumnya dapat

digunakan sebagai panduan (Conner, 2015).

Langkah selanjutnya dalam mengembangkan instrumen yakni

studi percontohan. Sementara sejumlah kecil studi dalam literatur

melaporkan instrumen pilot/perintis yang digunakan dalam studi utama

misalnya penelitian Eisen dkk. 1985 & Orbell dkk. 1995, sayangnya, ini

pengecualian aturan, dan kurangnya piloting dapat membantu

menjelaskan beberapa kesulitan dengan penelitian sebelumnya yang

menggunakan HBM (Conner, 2015).

Champion menentukan koefisien alpha untuk setiap komponen

HBM, menjatuhkan item yang mengurangi keandalan skala. Sementara

koefisien untuk tiga konstruksi melebihi tingkat yang diterima secara

umum 0,70 (kerentanan = 0,78, keparahan = 0,78, dan hambatan =

0,76), reliabilitas untuk manfaat dan motivasi kesehatan lebih lemah

(masing-masing 0,62 dan 0,61) (Conner, 2015).

Validitas konstruk skala (sejauh mana skala mengukur apa yang

dirancang untuk diukur) selanjutnya ditentukan oleh faktor yang

menganalisis semua skor item. Prosedur statistik ini mengurutkan item

individu menjadi pengelompokan atau faktor berdasarkan korelasi

antara item. Analisis faktor menunjukkan bahwa, dengan satu

pengecualian, semua item dimuat pada faktor (konstruk HBM) tempat


13

mereka semula ditugaskan, menunjukkan validitas konstruk yang

memuaskan. Kriteria validitas juga ditentukan dengan menunjukkan

bahwa tindakan HBM secara signifikan terkait dengan praktik

pemeriksaan payudara sendiri sebelumnya. Tabel II.1 menunjukan

item-item yang digunakan untuk mengukur kerawanan, keparahan,

manfaat dan hambatan membangun, mengikuti pemeriksaan reliabilitas

dan validitas (Conner, 2015).

Tabel II.1 Item yang mencerminkan komponen Susceptibility,

Severity, Benefit dan Barriers pada penelitian tentang pemeriksaan

payudara sendiri (Conner, 2015).

No Kuisioner

Susceptibility (Cronbach alpha = 0,78)

1. Peluang saya terkena kanker payudara sangat besar.

Kesehatan fisik saya membuat lebih mungkin bagi saya terkena kanker
2.
payudara.

Saya merasa bahwa peluang saya terkena kanker payudara di masa depan
3.
positif.

4. Ada kemungkinan positif bahwa saya akan terkena kanker payudara.

Saya sangat kawatir terkena kanker payudara tahun depan saya akan
5.
terkena kanker payudara

Severity (Cronbach alpha = 0,70)

1. Pikiran mengenai kanker payudara membuat saya takut.

2. Jika saya menderita kanker payudara, karier saya akan terancam.

3. Keamanan finansial saya akan terancam jika saya terkena kanker


14

payudara.

Kanker payudara akan membahayakan pernikahan saya (atau hubungan


4.
penting).

5. Kanker payudara adalah penyakit tanpa harapan.

Benefit (Cronbach alpha = 0,61)

Melakukan pemeriksaan payudara sendiri mencegah masalah yang akan


1.
datang bagi saya.

Saya tidak akan terlalu cemas mengenai kanker payudara jika saya
2.
melakukan pemeriksaan bulanan.

Jika saya melakukan ujian payudara setiap bulan, saya mungkin

3. menemukan benjolan sebelum ditemukan oleh pemeriksaan kesehatan

biasa.

Pemeriksaan payudara sendiri dapat membantu saya menemukan benjolan


4.
di payudara saya.

Saya memiliki banyak keuntungan dengan melakukan pemeriksaan


5.
payudara sendiri.

Barrier (Cronbach alpha = 0,76)

1. Memalukan bagi saya untuk melakukan pemeriksaan payudara bulanan.

Keluarga saya akan menertawakan saya jika saya melakukan pemeriksaan


2.
payudara sendiri.

3. Pemeriksaan payudara sendiri memakan waktu.

4. Pemeriksaan payudara sendiri bisa jadi menyakitkan.

Agar saya melakukan ujian payudara bulanan, saya harus mengorbankan


5.
watu saya sedikit.
15

Meskipun ada beberapa kesulitan dengan analisis Champion

(1984), makalah ini memberikan contoh praktik yang baik dalam desain

studi yang menerapkan HBM. Champion dengan tepat membandingkan

studinya sendiri dengan penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa

validitas dan reliabilitas tindakan HBM jarang diuji, bahwa langkah-

langkah multi-item tidak dilakukan secara rutin, bahwa definisi

operasional berbeda di setiap penelitian, dan bahwa penggunaan opsi

tanggapan yang menghasilkan data nominal atau ordinal (sebagai lawan

interval) membatasi eksplorasi statistik hubungan antar ukuran (Conner,

2015).

B. Konsep Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia

atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang

dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu

penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh

intensitas perhatiandan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang

sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indra penglihatan

(Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat

erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan

semakinluas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah


16

tidak mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak

mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh

dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung

dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif (Notoatmojo, 2014).

Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin

banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan

sikap semakin positif terhadap objek tertentu (Notoatmojo, 2014).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mempunyai intensitas atau

tingkatan yang berbeda. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat

pengetahuan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh

bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu

disisni merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja yang

digunakan untuk mengukur orang yang tahu tentang apa yang dipelajari

yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2014).

b. Memahami (Comprehention)

Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek

tersebut, dan juga tidak sekedar menyebutkan, tetapi orang tersebut dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya. Orang


17

yang telah memahami objek dan materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menarik kesimpulan, meramalkan terhadap suatu

objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2014).

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan ataupun mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi juga

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip,

rencana program dalam situasi yang lain (Notoatmodjo, 2014).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan atau

memisahkan, lalu kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen dalam suatu objek atau masalah yang diketahui. Indikasi bahwa

pengetahuan seseorang telah sampai pada tingkatan ini adalah jika orang

tersebut dapat membedakan, memisahkan, mengelompokkan, membuat

bagan (diagram) terhadap pengetahuan objek tersebut (Notoatmodjo,

2014).

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam merangkum atau

meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan

yang sudah dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada sebelumnya

(Notoatmodjo, 2014).
18

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku

dimasyarakat (Notoatmodjo, 2014).

3. Proses Perilaku Tahu

Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo mengungkapkan proses

adopsi perilaku yakni sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru di

dalam diri orang tersebut terjadi beberapa proses, diantaranya:

a. Awareness ataupun kesadaran yakni apda tahap ini individu sudah

menyadari ada stimulus atau rangsangan yang datang padanya.

b. Interest atau merasa tertarik yakni individu mulai tertarik pada stimulus

tersebut.

c. Evaluation atau menimbang-nimbang dimana individu akan

mempertimbangkan baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

Inilah yang menyebabkan sikap individu menjadi lebih baik.

d. Trial atau percobaanyaitu dimana individu mulai mencoba perilaku

baru.

e. Adaption atau pengangkatan yaitu individu telah memiliki perilaku baru

sesuai dengan penegtahuan,, sikap dan kesadarannya terhadap stimulus

(Notoatmodjo, 2014).
19

4. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2014) pengetahuan seseorang dapat

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

a. Pengetahuan Baik : 76 - 100 % dari jawaban benar.

b. Pengetahuan Cukup : 56 - 75 % dari jawaban benar.

c. Pengetahuan Kurang : < 56 % dari jawaban benar.

C. Karies Gigi

1. Pengertian Karies Gigi

Karies gigi atau gigi berlubang adalah suatu penyakit pada jaringan

keras gigi yang ditandai oleh rusaknya email dan dentin disebabkan oleh

aktivitas metabolisme bakteri dalam plak yang menyebabkan terjadinya

demineralisasi akibat interaksi antar produk-produk mikroorganisme,

saliva dan bagian bagian yang berasal dari makanan dan email

(Ramayanti, 2013).

Penghancuran pada gigi melalui proses dekalsifikasi lapisan email

gigi. Proses perusakan yang menyebabkan dekalsifikasi email gigi dan

berlanjut menjadi kerusakan email serta dentin, dan pembentukan lubang

pada gigi (Dorland, 2010).

2. Etiologi Karies Gigi

Proses terjadinya karies pada gigi melibatkan beberapa faktor yang

tidak berdiri sendiri tetapi saling bekerja sama. Ada 4 faktor penting yang

saling berinteraksi dalam pembentukan karies gigi, yaitu:


20

a. Mikroorganisme

Mikroorganisme sangat berperan menyebabkan karies. Streptococcus

mutans dan Lactobacillus merupakan 2 dari 500 bakteri yang terdapat

pada plak gigi dan merupakan bakteri utama penyebab terjadinya karies.

Plak adalah suatu massa padat yang merupakan kumpulan bakteri yang

tidak terkalsifikasi, melekat erat pada permukaan gigi, tahan terhadap

pelepasan dengan berkumur atau gerakan fisiologis jaringan lunak. Plak

akan terbentuk pada semua permukaan gigi dan tumpatan.

Perkembangannya paling baik pada daerah yang sulit untuk dibersihkan,

seperti daerah tepi gingival, pada permukaan proksimal, dan di dalam

fisur. Bakteri yang kariogenik tersebut akan memfermentasi sukrosa

menjadi asam laktat yang sangat kuat sehingga mampu menyebabkan

demineralisasi (Ramayanti, 2013).

b. Gigi (Host)

Morfologi setiap gigi manusia berbeda-beda, permukaan oklusal gigi

memiliki lekuk dan fisur yang bermacam-macam dengan kedalaman

yang berbeda pula. Gigi dengan lekukan yang dalam merupakan daerah

yang sulit dibersihkan dari sisa-sisa makanan yang melekat sehingga plak

akan mudah berkembang dan dapat menyebabkan terjadinya karies gigi.

Karies gigi sering terjadi pada permukaan gigi yang spesifik baik pada

gigi susu maupun gigi permanen. Gigi susu akan mudah mengalami

karies pada permukaan yang halus sedangkan karies pada gigi permanen

ditemukan dipermukaan pit dan fisur (Ramayanti, 2013).


21

c. Makanan

Peran makanan dalam menyebabkan karies bersifat lokal, derajat

kariogenik makanan tergantung dari komponennya. Sisa-sisa makanan

dalam mulut (karbohidrat) merupakan substrat yag difermentasikan oleh

bakteri untuk mendapatkan energi. Sukrosa dan gluosa di

metabolismekan sedemikian rupa sehingga terbentuk polisakarida

intraseldanekstrasel sehingga bakteri melekat pada permukaan gigi.

Selain itu sukrosa juga menyediakan cadangan energi bagi metabolisme

kariogenik. Sukrosa oleh bakteri kariogenik dipecah menjadi glukosa dan

fruktosa, lebih lanjut glukosa ini dimetabolismekan menjadi asam laktat,

asam format, asam sitrat dan dekstran (Ramayanti, 2013).

d. Waktu

Karies merupakan penyakit yang berkembangnya lambat dan

keaktifannya berjalan bertahap serta merupakan proses dinamis yang

ditandai oleh periode demineralisasi dan remineralisasi. Kecepatan karies

anak-anak lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan kerusakan gigi

orang dewasa (Ramayanti, 2013).


22

Gambar II.1. Diagram etiologi karies gigi (Meyer, 2013)

3. Proses Terjadinya Karies Gigi

Proses terjadinya karies diawali adanya plak pada permukaan gigi.

Plak pada gigi terbentuk dari saliva seperti, sisa-sisa sel jaringan mulut,

leukosit, limposit, dan sisa makanan. Plak ini menjadi tempat

bertumbuhnya bakteri (Suryawati, 2010).

Karbohidrat pada makanan seperti glukosa dan sukrosa terfermentasi

oleh bakteri membentuk asam, asam tersebut menurunkan pH mulut

menjadi rendah (kurang dari 5) (Kidd, 2016). Hal ini menyebabkan

demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi. Penurunan pH yang

berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi

permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun dimulai dari permukaan

gigi (pits, fissure dan daerah interproksimal) meluas ke arah pulpa

(Suryawati, 2010).
23

4. Karies Gigi pada Anak

Pemeliharaan gigi dan mulut pada anak perlu mendapat perhatian.

Anak rawan mengalami penyakit gigi dan mulut seperti misalnya karies

(Mamengko dkk., 2016). Karies gigi pada anak menjadi permasalahan

kesehatan dikarenakan prevalensi dan morbiditasnya tinggi, serta

karakternya yang berkembang sangat cepat sehingga menyebabkan

kerusakan pada gigi (Utami, 2018). Seperti misalnya pada TK Tunas

Wijaya , Denpasar Utara dari 81 orang sebagai sampel, 19 orang

diantaranya mengalami karies (Astuti dkk., 2017). Sedangkan pada anak-

anak usia 3-6 tahun di Kota Yogyakarta mencapai 84,1 % (Utami, 2018).

Terdapat faktor-faktor yang terbukti memengaruhi karies pada gigi

anak. Diantara faktor-faktor tersebut adalah kebiasaan memberi makanan

manis, lengket dan minum susu (Widayati, 2014). Orang tua berperan

penting dalam membentuk perilaku kesehatan gigi mulut pada anak

terutama dalam membentuk kebiasaan menyikat gigi dan memberikan

kontrol diet. Kesadaran terhadap frekuensi menyikat gigi merupakan

faktor yang paling berperan menentukan tingkat resiko karies anak (Utami,

2018).

5. Status Karies Gigi

Sebanyak 57,6% dari penduduk Indonesia mengalami karies. Dan

hanya 10,2% yang mendapatkan pelayanan dari tenaga medis (Kemenkes

RI, 2018). Diperlukan sebuah alat ukur untuk mengetahui status karies

yang dialami oleh penduduk dunia.


24

Status kesehatan gigi dan mulut (termasuk karies) dapat dinilai

menggunakan nilai indeks. Indeks dinyatakan dengan angka untuk

mengukur derajat tingkatan keparahan dari suatu penyakit. Indeks karies

digunakan untuk mendapatkan data tentang status karies seseorang agar

penilaian yang diberikan dapat seragam (Yohana, 2017).

6. Indeks Karies Gigi

Indeks def-t (Decay Exfoliate Filled-Teeth) merupakan indeks yang

digunakan untuk mengukur status karies gigi susu (Yohana, 2017). Nilai

pada indeks def-t menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada individu

atau kelompok. Angka d (decay) memiliki arti jumlah gigi yang berlubang

yang diakibatkan karena karies. Angka e (exfoliate) adalah jumlah gigi

yang dicabut yang disebabkan oleh kasus karies gigi. Sedangkan angka f

(filled) menunjukkan jumlah gigi yang ditambal yang disebabkan karies

dan dalam keadaan baik (Amaniah, 2009).

def-t merupakan hasil dari penjumlahan d + e + f. Menurut (WHO,

2013) subyek dari def-t Indeks adalah anak yang berusia 12 tahun. Rumus

yang digunakan untuk menghitung def-t :

def-t = d + e + f

def-t rata-rata = Jumlah d + e + f/ Jumlah orang yang diperiksa

Kategori def-t menurut WHO :

0,0 – 1,1 = sangat rendah

1,2 – 2,6 = rendah

2,7 – 4,4 = sedang


25

4,5 – 6,5 = tinggi

6,6 > = sangat tinggi (Amaniah, 2009).

7. Pencegahan Karies Gigi

Karies gigi sebenarnya dapat dicegah. Pencegahan pada karies

meliputi tindakan-tindakan preventif yang dilakukan oleh dokter gigi,

individu dan kelompok yang memiliki pengaruh terhadap kesehatan mulut.

Maka dari itu, pelayanan pencegahan medis berfokus pada fase pre-

patogenesis dan patogenesis (Fitri, 2015). Klasifikasi pelayanan

pencegahan karies sendiri terdiri atas 3 jenis yaitu pencegahan primer,

sekunder dan tersier (Sitompul, 2010).

a. Pencegahan Primer

Pencegahan pada tahap pre-patogenesis adalah pencegahan primer.

Pencegahan primer berfokus untuk atau pelayanan untuk mencegah

timbulnya penyakit. Upaya yang dilakukan seperti misalnya pemberian

informasi mengenai cara menyingkirkan plak, cara menyikat gigi yang

benar, atau cara menggunakan benang gigi (Sitompul, 2010).

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan pada tahap awal patogenesis.

Tujuan pencegahan sekunder untuk menghambat atau mencegah penyakit

agar tidak berkembang atau kambuh lagi. Kegiatan pencegahan sekunder

diantaranya diagnosa dini dan pengobatan yang tepat misalnya dengan

melakukan penambalan pada lesi karies kecil (Sitompul, 2010).


26

c. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah pelayanan akhir dari patogenesis

bertujuan menghindari hilangnya fungsi dari gigi seperti pemasangan gigi

tiruan dan implant gigi (Sitompul, 2010).

D. Anak Usia Sekolah

Anak sekolah adalah anak yang memiliki usia 6 sampai 12 tahun yang

masih duduk di sekolah dasar dari kelas 1 sampai kelas 6 dan perkembangan

sesuai usianya (Santrock, 2011).

1. Karakteristik Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah memiliki usia 6 sampai 12 tahun, anak kelas 4-6

memiliki kisaran usia 9-12 tahun yang merupakan usia transisi pada masa

kelas rendah ke masa kelas tinggi. Pada anak usia 9-12 tahun memiliki

perkembangan sikap individualis, sebagai tahap lanjut dari usia 6-9 tahun

dengan perkembangan yang pesat. Anak usia 9 tahun termasuk pada fase

terkahir dari masa kelas rendah dan anak usia 10 tahun termasuk fase awal

dari kelas tinggi. Ada beberapa karakteristik anak masa kelas rendah yaitu,

suka meremahkan orang lain, suka memuji diri sendiri, suka membandingkan

dirinya dengan orang lain, dan lain-lain. Anak masa kelas tinggi memiliki

beberapa karakteristik yaitu memiliki rasa ingin tahu, ingin belajar, realistis,

timbul minat terhadap sesuatu, dan lain- lain (Partini S., 2008).

Pada tahap ini, anak usia 9-10 tahun memerlukan bimbingan agar bisa

beradaptasi dengan lingkungannya. Salah satu hal yang memerlukan

bimbingan adalah proses belajar, karena belajar merupakan aktivitas manusia


27

untuk melakukan perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar

untuk mencapai berbagai kompetensi, keterampilan, dan sikap (Idris dkk.,

2014). Anak usia sekolah yang sedang dalam pertumbuhan biasanya akan

mengkonsumsi segala jenis makanan agar asupan energi yang dibutuhkan

sesuai dengan energi yang dikeluarkan. Hal tersebut baik, namun harus sangat

diperhatikan perawatan kesehatan gigi pada anak setelah ia mengkonsumsi

berbagai makanan tersebut (Allen dan Lynn, 2010)

2. Karakteristik Gigi Anak Usia Sekolah

Secara fisiologis anak usia sekolah dimulai dengan tanggalnya gigi

susu yang pertama dan diakhiri dengan masa pubertas dan tumbuhnya gigi

permanen, kecuali geraham belakang. Gigi permanen yang tumbuh pada anak

usia sekolah harus diperhatikan kebersihannya karena transisi dari gigi susu

menuju gigi permanen memiliki resiko tinggi terkena karies gigi. Pada usia 6

sampai 7 tahun, gigi yang tumbuh antara lain gigi seri tengah dan gigi

geraham pertama. Usia 7 sampai 8 tahun tumbuh gigi seri tengah dan gigi seri

lateral. Usia 9 sampai 10 tahun tumbuh gigi taring mandibula. Usia 10 sampai

12 tahun tumbuh gigi geraham kecil pertama, gigi taring bagian maksila, dan

gigi geraham kecil kedua (Achmad, 2015)

E. Hubungan Health Belief Model dengan Karies Gigi

Penelitian yang dilakukan oleh Dick Hurry Maulana (2015) mengatakan

bahwa dalam aplikasi Health Belief Model jika individu memiliki keyakinan

bahwa kemampuan yang ada dalam diri sendiri (self-affiacy) tanpa merasa
28

terbebani, maka dapat membawa perubahan kesehatan yang lebih baik

(Maulana, 2015).

Sedangkan Agus Muliadi Manurung (2008) di kota pematang siantar telah

melakukan penelitian di kota Pematang Siantar menghasilkan gambaran

prevalensi karies gigi dan Indeks Karies pada semua kelompok umur adalah

97,2% dan 6,43. Dari angka yang didapat ternyata terdapat hubungan kuat

antara perceived need, evaluated need, pengetahuan, persepsi, sikap,

kepemilikan asuransi, dan pendapatan dengan pemanfaatan pelayanan

kesehatan gigi (Manurung, 2008).

Menurut Lidia Septianingtias Setiari pada tahun 2017, dia melakukan

observasi aplikasi teori Health Belief Model terhadap tindakan pencegahan

karies gigi pada siswa sekolah dasar dengan sampel siswa kelas 5 di SDN

Kedurus 1 Surabaya. Menyatakan bahwa perceived susceptibility merupakan

faktor yang paling memengaruhi tindakan dalam mencegah karies gigi

(Setiari dan Sulistyowati, 2017).


29

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Health Belief Model

Susceptibility Severity Benefit Barriers Self-Efficacy

Percaya bahwa Percaya bahwa Percaya bahwa Percaya bahwa Yakin bahwa
dirinya rentan suatu kondisi / dirinya mendapat dirinya mendapat dirinya mampu
terhadap suatu penyakit itu manfaat dalam hambatan dalam melakukan
melakukan
kondisi/ merupakan hal melakukan suatu
pencegahan
penyakit yang serius pencegahan pencegahan

Cues to Action

Melakukan tindakan Tidak melakukan tindakan


pencegahan karies pencegahan karies

Angka Kejadian Angka Kejadian


Karies rendah Karies tinggi

Gambar III.1

29
30

B. Penjelasan Kerangka Konsep

Teori Health Belief Model (HBM) merupakan suatu bentuk model teori

yang digunakan untuk memberikan dorongan kepada masyarakat untuk

melakukan tindakan kesehatan yang positif salah satunya adalah tindakan

pencegahan penyakit karies gigi. Teori ini menyatakan bahwa individu dalam

mengambil tindakan pencegahan penyakit atau untuk berperilaku sehat

dipengaruhi oleh Perceived Susceptibility merupakan kepercayaan individu

mengenai kerentanan terhadap suatu kondisi, Perceived Severity merupakan

keyakinan tentang seberapa serius suatu kondisi, Percieved Benefit

merupakan keyakinan akan tindakan yang disarankan untuk mengurangi

resiko pada suatu kondisi, Self-Efficacy merupakan komponen yang terkait

dengan kepercayaan dari individu tersebut akan kemampuannya dalam

melakukan suatu tindakan, Percieved Barrier merupakan hambatan yang

akan terjadi saat individu melakukan pencegahan atau pengobatan.

Dari komponen Health Belief Model (HBM) diatas, apabila individu

percaya bahwa dia rentan, kondisi tersebut serius apabila menyerang dirinya,

percaya bahwa terdapat manfaat dari pencegahan, percaya bahwa terdapat

juga hambatan dari pencegahan dan yakin bahwa dirinya mampu melakukan

suatu pencegahan, individu tersebut akan mempunyai isyarat untuk bertindak

(cues to action).

Apabila individu tersebut telah mempunyai isyarat untuk bertindak (cues

to action) dia akan akan melakukan suatu tindakan. Jika dia melakukan
31

tindakan pencegahan karies tingkat karies akan rendah, sedangkan jika dia

tidak melakukan tindakan pencegahan karies tingkat karies akan tinggi.

C. Hipotesa

Terdapat perbedaan tingkat kejadian karies dengan tingkat pemahaman

Health Belief Model (HBM) pada anak usia 6-12 tahun di Desa Duyungan

Kabupaten Bojonegoro.
32

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan rancangan

penelitian cross sectional. Cross sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan

pada waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

dilakukan pada variabel terikat dan variabel bebas. Pendekatan ini digunakan

untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya

(Notoatmodjo, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan Desa Duyungan, Kecamatan Sukosewu, Kabupaten

Bojonegoro, Jawa Timur.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada 17-18 Januari 2020.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 6-12 tahun di Desa Duyungan,

Kabupaten Bojonegoro, yang berjumlah 171 anak.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia 6-12 tahun di Desa Duyungan

Kabupaten Bojonegoro yang memenuhi kriteria sampel.

32
33

a. Besar Sampel

Dalam menentukan besar sampel, dapat ditentukan dengan rumus besar

sampel Slovin, yaitu:

n : Besar sampel penelitian

N : Populasi sampel penelitian

d2 : Presisi yang ditetapkan

N
n = N d

7
n = 7 5

7
n = 7 5

7
n =

n = 119,78

n = 120

b. Kriteria Sampel

Kriteria sampel adalah sebagai berikut:

1) Anak usia 6-12 tahun di Desa Duyungan.

2) Bersedia untuk diperiksa atau diteliti.

3) Siswa berada di lokasi penelitian saat dilakukan penelitian.

4) Sehat jasmani dan rohani.


34

3. Teknik Sampling Penelitian

Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dimana

setiap anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil

sebagai sampel.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pemahaman teori Health

Belief Model.

2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat dalam penelitian yang dilakukan adalah tingkat kejadian

karies gigi.

E. Definisi Operasional (DO) Variabel Penelitian

1. Tingkat pemahaman teori Health Belief Model

a. Definisi

Health Belief Model merupakan suatu bentuk teori yang digunakan

untuk memberikan dorongan kepada masyarakat untuk melakukan

tindakan kesehatan yang positif dengan komponen Health Belief Model

yang berjumlah 6 komponen.

1) Perceived susceptibility

2) Perceived severity

3) Perceived benefits

4) Perceived barriers

5) Self Efficacy
35

6) Cues to Action

b. Alat Ukur

Kuesioner

c. Cara Ukur

Pengukuran pemahaman Health Belief Model (HBM) dilakukan

dengan wawancara, atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden.

d. Hasil Ukur

Tingkatan yang digunakan adalah:

1) Baik: bila skor 76-100% dari jawaban benar.

2) Cukup: bila skor 56-75% dari jawaban benar.

3) Kurang: bila skor < 56% dari jawaban benar.

e. Skala Data

Interval

2. Tingkat kejadian karies gigi

a. Definisi

Karies merupakan suatu proses patologis yang dimulai pada bagian

luar gigi, terbatas pada suatu tempat, terjadi setelah erupsi gigi dan

menyebabkan penghancuran dari gigi sehingga terbentuknya lubang.

b. Alat Ukur

Indeks def-t
36

c. Cara Ukur

1) Dilakukan pemeriksaan langsung terhadap obyek penelitian pada saat

penelitian

2) Dilakukan pemeriksaan pada gigi anak dengan indeks def-t

d = decay (Gigi susu yang mengalami karies gigi, Gigi susu yang di

tambal dengan karies sekunder)

e = exfoliate (Gigi susu dicabut karena karies)

f = filing (Gigi susu dengan tumpatan tanpa karies)

3) Perhitungan indeks def-t

Rumus: def-t rata-rata =

d. Hasil Ukur

1) Nilai rata-rata 0,0-1,1 termasuk dalam kategori sangat rendah.

2) Nilai rata-rata 1,2-2,6 termasuk dalam kategori rendah.

3) Nilai rata-rata 2,7-4,4 termasuk dalam kategori sedang.

4) Nilai rata-rata 4,5-6,5 termasuk dalam kategori tinggi.

5) Nilai rata-rata > 6,6 termasuk dalam kategori sangat tinggi.

Dalam penelitian ini menggunakan tiga kategori indeks def-t yaitu:

Kategori Rendah : bila tingkat skor angka karies ≤ 6

Kategori Sedang : bila tingkat skor angka karies 2,7 – 4,4

Kategori Tinggi : bila tingkat skor angka karies ≥ 4 5

e. Skala Data

Ordinal
37

F. Instrumen Penelitian

1. Alat Penelitian

a. Sonde

b. Kaca mulut

c. Pinset

d. Masker

e. Handscoon

f. Kuesioner

g. Informed consent

h. Lembar pemeriksaan indeks def-t

2. Bahan Penelitian

a. Alkohol 70%

b. Kapas

c. Cotton pellet

d. Tisu

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Persiapan Penelitian

a. Persiapan observasi dan untuk mendapatkan data anak usia 6-12 tahun di

Desa Duyungan Kabupaten Bojonegoro.

b. Perizinan untuk melakukan penelitian kepada pihak Desa Duyungan

Kabupaten Bojonegoro.

c. Menyiapkan informed consent untuk diisi.

d. Persiapan alat dan bahan.


38

2. Prosedur Penelitian

a. Pemeriksaan dilakukan pagi hingga siang hari, dengan pencahayaan yang

cukup.

b. Sampel pada penelitian ini berjumlah 120 sampel.

c. Pengisian informed consent dengan menggunakan alat tulis.

d. Dilakukan pemeriksaan gigi pada sampel, dengan menggunakan indeks

karies gigi def-t.

e. Pencatatan hasil pemeriksaan dan penghitungan def-t

f. Setelah itu dilakukan pengisian kuesioner dengan menggunakan alat tulis

untuk mengetahui tingkat pemahaman Health Belief Model subyek.

g. Data yang didapat dari kuesioner diperiksa, diberi kode, dan diberi skoring

seperti teori yang dikemukakan oleh Arikunto (2006).

h. Cara pemberian skoring terhadap item - item yang perlu diberi skor

sebagai berikut: Untuk item pertanyaan variabel kesadaran Health Belief

Model menggunakan skala guttman apabila menjawab jawaban “iya” akan

mendapat nilai dan apabila menjawab jawaban “tidak” akan mendapat

nilai 0.

i. Kuesioner telah dilakukan uji validitas dengan jumlah responenden

sebanyak 30 responden, sehingga: Nilai r product momen N = 30 sebesar

= 0,316, dan uji reliabilitas dengan angka korelasinya diatas 0,60 yaitu

nilai Cronbach’s Alpha = 0,948.

j. Selanjutnya data akan dihitung dan diolah.


39

H. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambil data

langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono,

2008). Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari hasil kuesioner

tentang tingkat pemahaman Health Belief Model (HBM) dan hasil

pemeriksaan karies.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak

diperoleh langsung dari subjek penelitiannya (Saryono, 2008). Dalam

penelitian ini, peneliti memperoleh data sekunder dari bidan desa

Duyungan.

I. Analisis Data

Data penelitian yang diperoleh, dilakukan analisis data menggunakan

SPSS 20, untuk melihat apakah data berdistribusi nomal atau tidak dilakukan

uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov Smirnov. Apabila berdistribusi

normal maka dilanjutkan dengan uji parametrik yaitu uji T tidak berpasangan

(Independent T test), tetapi apabila data tidak berdistribusi normal maka

digunakan uji non parametrik yaitu uji Man Whitney untuk mengetahui

perbedaan tingkat kejadian karies dengan tingkat pemahaman Health Belief

Model (HBM).
40

J. Kerangka Kerja
Survei pendahuluan untuk mendapatkan data anak usia 6-12 tahun di Desa Duyungan
Kabupaten Bojonegoro.

Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian kepada pihak Desa Duyungan

Menyiapkan Informed Consent untuk diisi

Menyiapkan alat dan bahan

Melaksanakan prosedur kerja

Melakukan pengisian Informed Consent

Melakukan pemeriksaan terhadap karies gigi

Menghitung indeks karies gigi dengan indeks DMF-T

Melakukan pengisian kuesioner untuk mendapatkan data tingkat pemahaman Health


Belief Model (HBM)

Pengolahan data dan analisis data

Kesimpulan

Gambar IV.1 Kerangka Kerja


41

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Hasil Penelitian

Penelitian mengenai perbedaan tingkat kejadian karies terhadap tingkat

pemahaman Health Belief Model (HBM) telah dilakukan di Desa Duyungan,

Kabupaten Bojonegoro, pada bulan Januari 2020. Penelitian melibatkan 120

responden berusia 6-12 tahun, yang merupakan warga desa Duyungan.

Tingkat kejadian karies diukur menggunakan indeks def-t dan dikategorikan

menjadi tingkat karies rendah, sedang, dan tinggi. Sedangkan tingkat

pemahaman Health Belief Model (HBM) diukur menggunakan skor kuesioner

dan dikategorikan menjadi tiga kelompok kurang, cukup, dan baik. Hasil

penelitian dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

1. Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden

a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Tabel V.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase


Laki-Laki 52 43,3
Perempuan 68 56,7
Total 120 100,0

Tabel V.1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin perempuan berjumlah 68 responden (56,7%).

41
42

b. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden

Tabel V.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Responden

Usia Frekuensi Presentase


6 8 6,7
7 12 10
8 20 16,7
9 26 21,7
10 24 20
11 21 17,5
12 9 7,5
Total 120 100,0

Tabel V.2 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 9

tahun berjumlah 26 responden (21,7%).

2. Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pemahaman Health Belief Model

(HBM) dan Tingkat Kejadian Karies

Tabel V.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pemahaman Health Belief Model

(HBM)

Kategori Frekuensi Presentase


Kurang 42 35,0
Cukup 34 28,3
Baik 44 36,7
Total 120 100,0

Tabel V.3 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

tingkat pemahaman Health Belief Model (HBM) yang baik berjumlah 44

responden (36,7%).
43

Tabel V.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kejadian Karies

Kategori Frekuensi Presentase


Rendah 52 43,3
Sedang 22 17,5
Tinggi 47 39,2
Total 120 100,0

Tabel V.4 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

tingkat kejadian karies yang rendah berjumlah 52 responden (43,3%).

3. Tabel Distribusi Tingkat Pemahaman Health Belief Model (HBM)

Tabel V.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pemahaman Health Belief Model

(HBM) Berdasarkan Jenis Kelamin

Pemahaman HBM
Jenis Total
Kurang Cukup Baik
Kelamin
n % N % n % n %
Laki-Laki 22 18,3% 14 11,7% 16 13,3% 52 43,3%
Perempuan 20 16,7% 20 16,7% 28 23,3% 68 56,7%
Total 42 35,0% 34 28,3% 44 36,7% 120 100,0%

Tabel V.5 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden laki-laki

memiliki tingkat pemahaman Health Belief Model (HBM) kurang berjumlah

22 responden (18,3%) dan perempuan memiliki tingkat pemahaman Health

Belief Model (HBM) baik berjumlah 28 responden (23,3%)


44

Tabel V.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pemahaman Health Belief Model

(HBM) Berdasarkan Usia Responden

Pemahaman HBM
Usia Total
(Tahun) Kurang Cukup Baik
n % N % N % n %
6 7 5,8% 1 0,8% 0 0% 8 6,7%
7 11 9,2% 1 0,8% 0 0% 12 10,0%
8 12 10,0% 8 6,7% 0 0% 20 16,7%
9 9 7,5% 10 8,3% 7 5,8% 26 21,7%
10 2 1,7% 7 5,8% 15 12,5% 24 20,0%
11 1 0,8% 6 5,0% 14 11,7% 21 17,5%
12 0 0% 1 0,8% 8 6,7% 9 7,5%
Total 42 35,0% 34 28,3% 44 36,7% 120 100,0%

Tabel V.6 diatas menunjukkan bahwa responden berusia 6-8 tahun tidak

memiliki tingkat pemahaman Health Belief Model (HBM) yang baik

berjumlah 0 responden (0%), responden berusia 9 tahun sebagian besar

memiliki tingkat pemahaman Health Belief Model (HBM) cukup berjumlah

10 responden (8,3%). Sedangkan sebagian besar responden berusia 10-12

tahun memiliki tingkat pemahaman Health Belief Model (HBM) baik.

4. Tabel Distribusi Tingkat Kejadian Karies

Tabel V.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Kejadian Karies Berdasarkan Jenis

Kelamin Responden

Tingkat Kejadian Karies


Jenis Total
Rendah Sedang Tinggi
Kelamin
n % N % N % n %
Laki-Laki 23 19,2% 5 4,2% 24 20,0% 52 43,3%
Perempuan 29 24,2% 16 13,3% 23 19,2% 68 56,7%
Total 52 43,3% 21 17,5% 47 39,2% 120 100,0%

Tabel V.7 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden laki-laki

memiliki tinggkat kejadian karies tinggi berjumlah 24 responden (20,0%) dan


45

perempuan memiliki tingkat kejadian rendah berjumlah 29 responden

(29,2%).

Tabel V.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Kejadian Karies Berdasarkan Usia

Responden

Tingkat Kejadian Karies


Usia Total
(Tahun) Rendah Sedang Tinggi
n % N % N % n %
6 0 0% 1 0,8% 7 5,8% 8 6,7%
7 0 0% 1 0,8% 11 9,2% 12 10,0%
8 2 1,7% 2 1,7% 16 13,3% 20 16,7%
9 3 2,5% 11 9,2% 12 10,0% 26 21,7%
10 17 14,2% 6 5,0% 1 0,8% 24 20,0%
11 21 13,3% 0 0% 0 0% 21 17,5%
12 9 7,5%% 0 0% 0 0% 9 7,5%
Total 52 43,3% 21 17,5% 47 39,2% 120 100,0%

Tabel V.8 diatas menunjukkan responden berusia 6-9 tahun memiliki tingkat

kejadian karies tinggi, sedangkan sebagian besar responden berusia 10-12

memiliki tingkat kejadian karies rendah.

5. Tabel Indeks Rerata def-t

Tabel V.9 Rerata Indeks def-t Responden

Jenis
N d e f def-t Rerata Kategori
Kelamin
Laki-Laki 52 176 0 1 177 3,40 Sedang
Perempuan 68 220 0 3 223 3,27 Sedang
Total 120 396 0 4 400 3,33 Sedang

Tabel V.9 diatas menunjukkan bahwa nilai rerata indeks def-t pada anak laki-

laki lebih tinggi daripada anak perempuan meskipun sama-sama dalam

kategori sedang.
46

6. Tabel Tabulasi Silang

Tabel V.10 Tabulasi Silang Tingkat Pemahaman Health Belief Model (HBM)

Dengan Tingkat Kejadian Karies Berdasarkan Jenis Kelamin.

Tingkat
Pemahaman Tingkat Kejadian Karies
Jenis HBM Total
Kelamin Kategori Rendah Sedang Tinggi
n n n n
Kurang 2 2 18 22
Laki-Laki Cukup 8 0 6 14
Baik 13 3 0 16
Total 23 5 24 52
Kurang 0 2 18 20
Perempuan Cukup 6 10 4 20
Baik 23 4 1 28
Total 29 16 23 62

Tabel V.10 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pada responden laki-

laki yang memiliki tingkat pemahaman HBM kurang memiliki tingkat

kejadian karies tinggi dengan jumlah 18 anak, sedangkan pada responden

perempuan sebagian besar yang memiliki tingkat pemahaman HBM baik

memiliki tingkat kejadian karies rendah dengan jumlah 23 anak.

Tabel V.11 Tabulasi Silang Tingkat Pemahaman Health Belief Model (HBM)

Dengan Tingkat Kejadian Karies Berdasarkan Usia.

Tingkat
Pemahaman Tingkat Kejadian Karies
HBM Total
Usia
Kategori Rendah Sedang Tinggi
n n N n
6 Kurang 0 0 7 7
47

Cukup 0 1 0 1
Baik 0 0 0 0
0 1 0 8
Kurang 0 0 11 11
7 Cukup 0 1 0 1
Baik 0 0 0 0
0 1 11 12
Kurang 0 2 10 12
8 Cukup 2 0 6 8
Baik 0 0 0 0
2 2 16 20
Kurang 0 2 7 18
9 Cukup 2 4 4 9
Baik 1 5 1 10
3 11 12 26
Kurang 1 0 1 2
10 Cukup 3 4 0 7
Baik 13 2 0 15
17 6 1 24
Kurang 1 0 0 1
11 Cukup 6 0 0 6
Baik 14 0 0 14
21 0 0 21
Kurang 0 0 0 0
12 Cukup 1 0 0 1
Baik 8 0 0 8
9 0 0 9

Tabel V.11 diatas menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa sebagian besar

responden berusia 6- 9 tahun memiliki tingkat pemahaman HBM kurang dan

memiliki tingkat kejadian karies tinggi. Sedangkan responden berusia 10- 12


48

tahun sebagian besar yang memiliki tingkat pemahaman HBM baik dan

memiliki tingkat kejadian karies rendah.

B. Analisis Data

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov

Smirnov, sebagai berikut:

Tabel V.12 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov

Kolmogorov Smirnov Test


def-t HBM
Statistic ,287 ,243
Significant (2-tailed) .000 .000

Berdasarkan tabel V.12 di atas, hasil uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat

bahwa nilai signifikansi untuk data def-t tidak berdistribusi normal karena

nilai sig. yang dihasilkan lebih kecil daripada tingkat kesalahan penelitian ( )

yang digunakan yaitu sebesar 5% (0,05).

Tabel V.13 Hasil Uji Hipotesis Mann-Whitney

def-t
Mann-Whitney U 294,000
Significant (2-tailed) ,000

Berdasarkan tabel V.13 di atas, hasil uji hipotesis Mann-Whitney

menunjukkan nilai sig= 0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan bermakna tingkat kejadian karies menggunakan indeks

def-t dengan tingkat pemahaman Health Belief Model (HBM) pada anak usia

6-12 tahun di Desa Duyungan Kabupaten Bojonegoro.


49

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian mengenai perbedaan tingkat kejadian karies terhadap tingkat

pemahaman Health Belief Model (HBM) pada anak usia 6-12 tahun di Desa

Duyungan Kabupaten Bojonegoro dilakukan pada 120 responden berusia 6-12

tahun. Penelitian dilakukan dalam waktu dua hari pada bulan Januari 2020.

Pemeriksaan karies pada responden dilakukan dokter gigi puskesmas.

Perbedaan tingkat kejadian karies terhadap tingkat pemahaman Health

Belief Model (HBM) pada anak usia 6-12 tahun di Desa Duyungan Kabupaten

Bojonegoro diketahui dengan melakukan penelitian obsevasional cross sectional,

untuk melihat perbedaan tingkat kejadian karies dan tingkat pemahaman Health

Belief Model (HBM). Pada penelitian ini data yang terkumpul selanjutnya diolah

menggunakan SPSS, dilakukan uji normalitas dan uji hipotesis.

Pada penelitian ini didapatkan responden berjenis kelamin laki-laki lebih

banyak daripada responden berjenis kelamin perempuan (tabel V.1), dengan

jumlah responden laki-laki sebanyak 52 responden dan jumlah reponden

perempuan sebanyak 68 responden. Distribusi frekuensi responden menurut usia

menunjukkan bahwa responden berusia 9 tahun memiliki jumlah paling banyak

daripada kelompok usia lainnya (tabel V.2).

Sasaran penelitian ini adalah anak berusia 6-12 tahun. Penelitian yang

dilakukan oleh Sutjipto et al (2013) mengungkapkan bahwa usia 6-12 tahun

berada pada periode gigi campuran, sehingga diperlukan tindakan yang baik untuk

49
50

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Pada periode ini juga anak sudah

menunjukkan kepekaan untuk belajar sesuai dengan rasa ingin tahunya, termasuk

menyikat gigi.

Sebagian besar responden memiliki pemahaman Health Belief Model

(HBM) kategori baik (tabel V.3). Hal ini mungkin dikarenakan adanya

penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar di wilayah

kerja puskesmas Sukosewu salah satunya di desa Duyungan, menurut pernyataan

dokter puskesmas kegiatan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut

dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun.

Pada penelitian ini sebagian besar responden memiliki tingkat kejadian

karies kategori rendah (tabel V.4). Pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan

mulut merupakan faktor predisposisi dari perilaku kesehatan yang mengarah

kepada timbulnya penyakit. Pengetahuan ini erat kaitannya dengan sikap

seseorang tentang penyakit dan upaya pencegahan (Yusuf, 2011). Pengetahuan

anak dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk menjaga

kebersihan rongga mulut dan mencegah terjadinya karies. Peran orang tua dan

guru sangat dibutuhkan dalam mendidik dan membina anak memelihara

kesehatan giginya (Widi, 2003).

Sebagian besar responden laki-laki memiliki tingkat pemahaman Health

Belief Model (HBM) yang rendah dibandingkan dengan responden perempuan.

(tabel V.5). Mandita (2014) mengungkapkan bahwa sikap dan perilaku anak yang

baik dalam kesehatan gigi dan mulutnya maka akan berdampak baik juga pada
51

keadaan gigi dan mulutnya. Sikap seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan yang

dimilikinya, ketika anak tersebut memiliki pengetahuan yang baik maka

kecenderungan untuk bersikap positif akan meningkat.

Pada anak usia 6-9 tahun sebagaian besar memiliki pemahaman Health

Belief Model (HBM) rendah dibandingkan dengan anak berusia 10-12 tahun yang

memiliki pemahaman Health Belief Model (HBM) cukup hingga baik (tabel V.6).

Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat dari Hurlock (2007) menyatakan

bahwa usia seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan, semakin lanjut usia

seseorang kemungkinan semakin meningkat pengetahuan dan pengalaman yang

dimilikinya.

Sebagian besar responden laki-laki memiliki tingkat kejadian karies yang

tinggi dibandingkan dengan responden perempuan yang cenderung memiliki

tingkat kejadian karies yang rendah (tabel V.7). Kondisi ini mungkin disebabkan

oleh anak laki-laki kurang memperhatikan kesehatan diri sendiri. Ningsih (2015)

mengemukakan bahwa kebersihan rongga mulut anak laki-laki lebih rendah

dibandingkan anak perempuan, karena anak laki-laki memiliki perilaku buruk

dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut, dan juga faktor psikologis bahwa anak

laki-laki cenderung tidak memperhatikan diri sendiri termasuk dalam memelihara

kesehatan gigi dan mulutnya, sehingga lebih rentan terkena karies.

Pada responden usia 6-9 tahun sebagian besar memiliki tingkat kejadian

karies yang tinggi, sedangkan responden dengan usia 10-12 tahun cenderung

memiliki tingkat kejadian karies yang rendah (tabel V.8) Menurut Kiswaluyo
52

(2010) Tingginya angka karies gigi pada anak usia 6-9 tahun dikarenakan

beberapa faktor, pola makan murid Sekolah Dasar yang lebih menyukai makanan

yang manis-manis (permen, coklat, dll) dibandingkan dengan murid sekolah yang

memiliki usia lebih tinggi. Anak seusia tersebut biasanya masih sangat tergantung

pada orang tua.

Pada penelitian ini didapatkan bahwa uji hipotesis menggunakan Mann

Whitney mendapatkan hasil yang signifikan (tabel V.13). Hal ini menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan, antara tingkat kejadian karies dan tingkat

pemahaman Health Belief Model (HBM) karena pada anak usia lebih muda

cenderung memiliki pengetahuan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak

usia lanjut, rendahnya pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut

merupakan faktor predisposisi dari perilaku kesehatan yang mengarah kepada

timbulnya penyakit, pengetahuan erat kaitannya dengan sikap seseorang terhadap

penyakit dan upaya pencegahannya dan anak-anak memiliki kebiasaan

mengkonsumsi makanan manis dan lengket sehingga menyebabkan karies tinggi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan tingkat pemahaman

Health Belief Model (HBM) dengan tingkat kejadian karies pada anak usia 6-12

tahun di Desa Duyungan Kabupaten Bojonegoro. Hasil penelitian ini sesuai

dengan hipotesis, yaitu terdapat perbedaan tingkat kejadian karies dengan tingkat

pemahaman Health Belief Model (HBM) pada anak usia 6-12 tahun di Desa

Duyungan Kabupaten Bojonegoro.


53

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian adalah:

1. Terdapat perbedaan tingkat kejadian karies dengan tingkat pemahaman

Health Belief Model (HBM) pada anak usia 6-12 tahun di Desa Duyungan

Kabupaten Bojonegoro.

2. Tingkat pemahaman Health Belief Model (HBM) pada anak usia 6-12

tahun di Desa Duyungan Kabupaten Bojonegoro kategori baik.

3. Tingkat kejadian karies anak usia 6-12 tahun di Desa Duyungan

Kabupaten Bojonegoro kategori rendah.

B. Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pemahaman mengenai Health

Belief Model (HBM) berdasarkan komponen barriers pada anak di Desa

Duyungan Kabupaten Bojonegoro.

53
54

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Muh. 2015. Buku Saku Karies dan Perawatan Pulpa pada Gigi Anak.
Jakarta: Sagung Seto.

Allen, K. E. Dan Lym, R. M. 2010. Profil Perkembangan Anak Pra Kelahiran


Hingga Usia 12 Tahun. Jakarta: Indeks.

Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Amaniah, N. 2009. Hubungan Faktor Manajemen dan Tenaga Pelaksana UKGS


dengan Cakupan Pelayanan UKGS serta Status Kesehatan Gigi dan Mulut
Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2009. Medan:
Universitas Sumatera Utara.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.


Rineka Cipta.

Carpenter, J. C. . “A Meta-Analysis of The Effectiveness of Health Belief


Model Variables in Predicting Behavior”. Health Communication, 25(8)

Conner, M., dan Norman, P. 2015. Predicting Health Behaviour: Research and
Practice with Social Cognition Models 3th edition. New York: McGraw-
Hill Education.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur Tahun 2017.

Dorland, N. 2010. Kamus Kedokteran Dorlan Edisi 31. Jakarta: EGC.

Fitri, K. Y. 2015. Perbedaan Kasus Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar yang
Memiliki Kegiatan UKGS dan Tidak Memiliki Kegiatan UKGS di
Kecamatan Enggal Bandar Lampung. Bandar Lampung: Universitas
Lampung.

Glanz, K., Rimer, B., dan Viswanath, K. 2008. Health Behaviour and Health
Education: Theory, Research and Practice 4th edition. San Fransisco:
Jossey-Bass.

Hayden, J. 2009. Introduction to Health Behaviour Theory. Burlington: Jones and


Barlett Learning.

Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika.
55

Hurlock E. B. 2007. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Idris, Marno. 2014. Strategi, Model, Metode, dan Teknik Mengajar. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.

Jeihooni A. K, Hidarnia, A , Hossein K. M. 2015. “The Effect of an Educational


Program Based on Health Belief Model on preventing Osteoporosis in
Women”. International Journal of Preventive Medicine

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Kidd, E. 2016. Essentials of Dental Caries 4th edition. Oxford: Oxford University
Press.

Kiswaluyo . 2010. “Hubungan Karies Gigi Dengan Umur dan Jenis Kelamin
Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates dan
Puskesmas Wuluhan Kabupaten Jember”. Stomatognatic (J.K.G. Unej) Vol.
7 No. 1: 26-30

Mamengko W. Kawengian S. E. dan Siagian K. V. 6. “Gambaran


Konsumsi Jajanan dan Status Karies pada Anak Usia 3-5 Tahun di
Kelurahan Rinegetan Kecamatan Tondano Barat”. Jurnal e-Gigi. Vol. 4(1)

Mandita S. 2014. “Hubungan Sikap Masyarakat Terhadap Pemeliharaan dan


Perawatan Kesehatan Gigi dan Mulut di Kota Denpasar”. Universitas
Mahasaraswati

Manurung, A. M. 2008. Hubungan Perceived dan Evaluated Need Perawatan


Karies Gigi dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi pada
Masyarakat di Kota Pematang Siantar. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Maulana, D. H. 2015. Pengaruh Dukungan Sosial dan Health Belief Model


Terhadap Perilaku Diet Sehat pada Wanita Dewasa Awal. Tangerang:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulllah.

Meyer, Lueckel, Hendrick. 2013. Caries Management-Science and Clinical


Practice. Stuttgart: Thieme Medical Publisher.

Ningsih D. S. 2015. “Hubungan Jenis Kelamin Terhadap Kebersihan Rongga


Mulut Anak Panti Asuhan”. ODONTO Dental Journal. Vol. 2 (1)

Notoadmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


56

Notoadmodjo. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Partini, S. 2008. Perkembangan Masa Kanak-Kanak Akhir. Yogyakarta: UNY


Press

Pintauli, S., dan Hamada, T. 2008. Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Medan: USU
Press.

Putri, D. 2016. Gambaran Health Belief Model pada Penderita Kanker yang
Memilih dan Menjalani Pengobatan Alternatif. Surbaya: Digital Library
UIN Sunan Ampel.

Putri, M. H., Herijulianti, E., dan Nurjannah, N. 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit
Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC.

Ramayanti S. dan Purnakarya I. 3. “Peran Makanan Terhadap Kejadian


Karies Gigi”. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 7(2)

Santrock, J. 2011. Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika.

Setiari L. S. dan Sulistyowati M. 7. “Tindakan Pencegahan Karies Gigi pada


Siswa Sekolah Dasar Berdasarkan Teori Health Belief Model”. Jurnal
Promkes, Vol. 5(1)

Sitompul, H. S. 2010. Pencegahan Primer Terhadap Karies Gigi Anak. Medan:


USU Press.

Suryawati, N. P. 2010. 100 Pertanyaan Penting Gigi Anak. Jakarta: Dian Rakyat.

Sutjipto C. 2013.” Gambaran Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut


Anak Usia 10-12 Tahun di SD Kristen Eben Maesar 02 Manado”. Junal e-
Biomedik. 1(1)

Utami S. 8. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Karies Gigi


Anak Usia Prasekolah Kabupaten Sleman Tahun 5”. Mutiara Medika:
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, Vol. 18(2)

WHO. 2013. Oral Health Surveys Basic Methods. 5 th Edition.

Widayati, N. 4. “Faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi pada Anak


Usia 4-6 Tahun”. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2(2)
57

Widi E.R. 2003. “Hubungan Perilaku Membersihkan Gigi terhadap Tingkat


Kebersihan Mulut Siswa Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kerja Puskesmas
Gladak Pakem Kabupaten Jember”. JKGI; 10 (3): 10-13. 6.

Wong, D. I. 2012. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik edisi ke 4. Jakarta: EGC.

Yohana W. 7. “Gambaran Status Kesehatan Gigi DMF-T/DEF-T) dan Indeks


Masa Tubuh pada Anak Umur 6-11 Tahun pada SD Az-Zahra Bandung”.
Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Masyarakat: UNISBA.
58

Lampiran 1. Surat Keterangan Kelayak Etika Penelitian


59

Lampiran 2. Surat Pengantar Penelitian


60

Lampiran 3. Surat Pemberian Izin Penelitian


61

Lampiran 4. Informed Consent


62

Lampiran 5. Kuesioner Penelitian


63
64
65

Lampiran 6. Lembar Hasil Pemeriksaan


66

Lampiran 7. Data Penelitian

Jenis Nilai
No Usia Kategori d e f def-t Kategori
Kelamin HBM
1 2 12 23 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
2 2 12 22 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
3 2 12 24 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
4 2 12 23 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
5 2 12 21 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
6 1 12 21 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
7 1 12 24 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
8 1 12 22 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
9 1 12 16 CUKUP 0 0 0 0 RENDAH
10 2 11 20 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
11 2 11 20 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
12 2 11 20 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
13 2 11 20 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
14 2 11 20 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
15 2 11 19 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
16 2 11 20 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
17 2 11 19 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
18 2 11 18 CUKUP 0 0 0 0 RENDAH
19 2 11 14 CUKUP 0 0 0 0 RENDAH
20 1 11 21 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
21 1 11 21 BAIK 1 0 0 1 RENDAH
22 1 11 21 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
23 1 11 19 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
24 1 11 19 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
25 1 11 21 BAIK 0 0 0 0 RENDAH
26 1 11 18 CUKUP 0 0 0 0 RENDAH
27 1 11 17 CUKUP 1 0 0 1 RENDAH
28 1 11 18 CUKUP 0 0 0 0 RENDAH
29 1 11 15 CUKUP 0 0 0 0 RENDAH
30 1 11 13 KURANG 0 0 0 0 RENDAH
31 2 10 20 BAIK 2 0 0 2 RENDAH
32 2 10 19 BAIK 2 0 0 2 RENDAH
33 2 10 20 BAIK 2 0 0 2 RENDAH
34 2 10 22 BAIK 3 0 0 3 SEDANG
35 2 10 20 BAIK 2 0 0 2 RENDAH
36 2 10 21 BAIK 2 0 0 2 RENDAH
37 2 10 18 BAIK 2 0 0 2 RENDAH
38 2 10 18 BAIK 2 0 0 2 RENDAH
39 2 10 19 BAIK 2 0 0 2 RENDAH
40 2 10 19 BAIK 3 0 0 3 SEDANG
41 2 10 20 BAIK 2 0 0 2 RENDAH
67

42 2 10 16 CUKUP 2 0 0 2 RENDAH
43 2 10 15 CUKUP 3 0 0 3 SEDANG
44 2 10 17 CUKUP 3 0 0 3 SEDANG
45 2 10 14 CUKUP 3 0 0 3 SEDANG
46 2 10 14 CUKUP 4 0 0 4 SEDANG
47 1 10 19 BAIK 2 0 0 2 RENDAH
48 1 10 19 BAIK 1 0 0 1 RENDAH
49 1 10 19 BAIK 2 0 0 2 RENDAH
50 1 10 22 BAIK 2 0 0 2 RENDAH
51 1 10 18 CUKUP 2 0 0 2 RENDAH
52 1 10 17 CUKUP 2 0 0 2 RENDAH
53 1 10 13 KURANG 2 0 0 2 RENDAH
54 1 10 10 KURANG 5 0 0 5 TINGGI
55 2 9 19 BAIK 3 0 0 3 SEDANG
56 2 9 20 BAIK 3 0 0 3 SEDANG
57 2 9 20 BAIK 2 0 0 2 RENDAH
58 2 9 21 BAIK 6 0 0 6 TINGGI
59 2 9 17 CUKUP 4 0 0 4 SEDANG
60 2 9 16 CUKUP 5 0 0 5 TINGGI
61 2 9 17 CUKUP 6 0 0 6 TINGGI
62 2 9 14 CUKUP 4 0 0 4 SEDANG
63 2 9 15 CUKUP 3 0 0 3 SEDANG
64 2 9 15 CUKUP 2 0 0 2 RENDAH
65 2 9 16 CUKUP 3 0 0 3 SEDANG
66 2 9 12 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
67 2 9 12 KURANG 7 0 1 8 TINGGI
68 2 9 11 KURANG 4 0 0 4 SEDANG
69 1 9 21 BAIK 3 0 0 3 SEDANG
70 1 9 19 BAIK 2 0 0 2 RENDAH
71 1 9 22 BAIK 3 0 0 3 SEDANG
72 1 9 18 CUKUP 2 0 0 2 RENDAH
73 1 9 17 CUKUP 5 0 0 5 TINGGI
74 1 9 14 CUKUP 6 0 0 6 TINGGI
75 1 9 12 KURANG 4 0 0 4 SEDANG
76 1 9 13 KURANG 5 0 0 5 TINGGI
77 1 9 13 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
78 1 9 10 KURANG 7 0 1 8 TINGGI
79 1 9 10 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
80 1 9 13 KURANG 5 0 0 5 TINGGI
81 2 8 16 CUKUP 2 0 0 2 RENDAH
82 2 8 15 CUKUP 1 0 0 1 RENDAH
83 2 8 14 CUKUP 5 0 0 5 TINGGI
84 2 8 14 CUKUP 6 0 0 6 TINGGI
85 2 8 12 KURANG 7 0 0 7 TINGGI
68

86 2 8 10 KURANG 5 0 1 6 TINGGI
87 2 8 12 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
88 2 8 10 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
89 2 8 13 KURANG 7 0 0 7 TINGGI
90 2 8 12 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
91 2 8 13 KURANG 3 0 0 3 SEDANG
92 1 8 17 CUKUP 5 0 0 5 TINGGI
93 1 8 16 CUKUP 6 0 0 6 TINGGI
94 1 8 14 CUKUP 5 0 0 5 TINGGI
95 1 8 15 CUKUP 5 0 0 5 TINGGI
96 1 8 12 KURANG 4 0 0 4 SEDANG
97 1 8 10 KURANG 7 0 0 7 TINGGI
98 1 8 13 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
99 1 8 10 KURANG 7 0 0 7 TINGGI
100 1 8 12 KURANG 7 0 0 7 TINGGI
101 2 7 15 KURANG 3 0 0 3 TINGGI
102 2 7 11 KURANG 6 0 1 7 TINGGI
103 2 7 12 KURANG 5 0 0 5 TINGGI
104 2 7 13 KURANG 7 0 0 7 TINGGI
105 2 7 10 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
106 2 7 12 KURANG 7 0 0 7 TINGGI
107 2 7 12 KURANG 7 0 0 7 TINGGI
108 1 7 14 KURANG 5 0 0 5 TINGGI
109 1 7 12 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
110 1 7 10 KURANG 7 0 0 7 TINGGI
111 1 7 13 KURANG 7 0 0 7 TINGGI
112 1 7 11 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
113 2 6 14 KURANG 3 0 0 3 TINGGI
114 2 6 10 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
115 2 6 10 KURANG 7 0 0 7 TINGGI
116 2 6 11 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
117 2 6 10 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
118 1 6 10 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
119 1 6 11 KURANG 6 0 0 6 TINGGI
120 1 6 10 KURANG 7 0 0 7 TINGGI
69

Lampiran 8. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

1. Hasil Uji Validitas

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Jumlah responden sebanyak 30, sehingga:

Nilai r product moment N = 30 sebesar = 0,316

No. Item rhitung rtabel Keterangan


Soal_1 0,616** 0,361 Valid
Soal_2 0,682** 0,361 Valid
Soal_3 0,447* 0,361 Valid
Soal_4 0,715** 0,361 Valid
Soal_5 0,780** 0,361 Valid
Soal_6 0,846** 0,361 Valid
Soal_7 0,846** 0,361 Valid
Soal_8 0,364* 0,361 Valid
Soal_9 0,672** 0,361 Valid
Soal_10 0,784** 0,361 Valid
Soal_11 0,732** 0,361 Valid
Soal_12 0,710** 0,361 Valid
Soal_13 0,784** 0,361 Valid
Soal_14 0,814** 0,361 Valid
Soal_15 0,846** 0,361 Valid
Soal_16 0,563** 0,361 Valid
Soal_17 0,612** 0,361 Valid
Soal_18 0,672** 0,361 Valid
Soal_19 0,397* 0,361 Valid
Soal_20 0,702** 0,361 Valid
Soal_21 0,762** 0,361 Valid
70

Soal_22 0,857** 0,361 Valid


Soal_23 0,553** 0,361 Valid
Soal_24 0,391* 0,361 Valid

Keterangan:
Keputusan valid atau tidak valid dilihat dari kolom rhitung. Bila angka
korelasi di bawah 0,361 (di bawah rtabel dengan taraf signifikan 5%) atau
bertanda negatif (-) akan dinyatakan tidak valid (gugur). Sebaliknya bila
angka korelasinya di atas 0,361 maka dinyatakan valid. Sehingga dari
sebanyak 24 item soal dinyatakan valid.

2. Hasil Uji Reliabilitas

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.948 24

Keterangan:
Keputusa reliabel/tidak reliabel dilihat dari kolom Cronbach’s Alpha. Bila
angka korelasi di bawah 0,60 dinyatakan tidak reliabel. Sebaliknya bila
angka korelasinya di atas 0,60 maka dinyatakan reliabel. Nilai Cronbach’s
Alpha = 0,948, maka alat ukur tersebut sudah reliabel.
71

Lampiran 9. Hasil Uji SPSS

Tabel Frekuensi

LP

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid LAKI-LAKI 52 43,3 43,3 43,3

PEREMPUAN 68 56,7 56,7 100,0

Total 120 100,0 100,0

USIA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 6,00 8 6,7 6,7 6,7

7,00 12 10,0 10,0 16,7

8,00 20 16,7 16,7 33,3

9,00 26 21,7 21,7 55,0

10,00 24 20,0 20,0 75,0

11,00 21 17,5 17,5 92,5

12,00 9 7,5 7,5 100,0

Total 120 100,0 100,0

HBM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
72

Valid KURANG 42 35,0 35,0 35,0

CUKUP 34 28,3 28,3 63,3

BAIK 44 36,7 36,7 100,0

Total 120 100,0 100,0

deft

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid RENDAH 52 43,3 43,3 43,3

SEDANG 21 17,5 17,5 60,8

TINGGI 47 39,2 39,2 100,0

Total 120 100,0 100,0

Tabel Tabulasi Silang

LP * deft Crosstabulation

deft

RENDAH SEDANG TINGGI Total

LP LAKI-LAKI Count 23 5 24 52

% of Total 19,2% 4,2% 20,0% 43,3%


73

PEREMPUAN Count 29 16 23 68

% of Total 24,2% 13,3% 19,2% 56,7%

Total Count 52 21 47 120

% of Total 43,3% 17,5% 39,2% 100,0%

USIA * deft Crosstabulation

deft

RENDAH SEDANG TINGGI Total

USIA 6,00 Count 0 1 7 8

% of Total 0,0% 0,8% 5,8% 6,7%

7,00 Count 0 1 11 12

% of Total 0,0% 0,8% 9,2% 10,0%

8,00 Count 2 2 16 20

% of Total 1,7% 1,7% 13,3% 16,7%

9,00 Count 3 11 12 26

% of Total 2,5% 9,2% 10,0% 21,7%

10,00 Count 17 6 1 24

% of Total 14,2% 5,0% 0,8% 20,0%

11,00 Count 21 0 0 21

% of Total 17,5% 0,0% 0,0% 17,5%

12,00 Count 9 0 0 9

% of Total 7,5% 0,0% 0,0% 7,5%

Total Count 52 21 47 120


74

% of Total 43,3% 17,5% 39,2% 100,0%

LP * HBM Crosstabulation

HBM

KURANG CUKUP BAIK Total

LP LAKI-LAKI Count 22 14 16 52

% of Total 18,3% 11,7% 13,3% 43,3%

PEREMPUAN Count 20 20 28 68

% of Total 16,7% 16,7% 23,3% 56,7%

Total Count 42 34 44 120

% of Total 35,0% 28,3% 36,7% 100,0%

USIA * HBM Crosstabulation

HBM

KURANG CUKUP BAIK Total

USIA 6,00 Count 7 1 0 8

% of Total 5,8% 0,8% 0,0% 6,7%

7,00 Count 11 1 0 12

% of Total 9,2% 0,8% 0,0% 10,0%

8,00 Count 12 8 0 20

% of Total 10,0% 6,7% 0,0% 16,7%

9,00 Count 9 10 7 26

% of Total 7,5% 8,3% 5,8% 21,7%

10,00 Count 2 7 15 24
75

% of Total 1,7% 5,8% 12,5% 20,0%

11,00 Count 1 6 14 21

% of Total 0,8% 5,0% 11,7% 17,5%

12,00 Count 0 1 8 9

% of Total 0,0% 0,8% 6,7% 7,5%

Total Count 42 34 44 120

% of Total 35,0% 28,3% 36,7% 100,0%

deft * HBM * LP Crosstabulation

Count

HBM

LP KURANG CUKUP BAIK Total

LAKI-LAKI deft RENDAH 2 8 13 23

SEDANG 2 0 3 5

TINGGI 18 6 0 24

Total 22 14 16 52

PEREMPUAN deft RENDAH 0 6 23 29

SEDANG 2 10 4 16

TINGGI 18 4 1 23

Total 20 20 28 68

Total deft RENDAH 2 14 36 52

SEDANG 4 10 7 21

TINGGI 36 10 1 47
76

Total 42 34 44 120

deft * HBM * USIA Crosstabulation

Count

HBM

USIA KURANG CUKUP BAIK Total

6,00 deft SEDANG 0 1 1

TINGGI 7 0 7

Total 7 1 8

7,00 deft SEDANG 0 1 1

TINGGI 11 0 11

Total 11 1 12

8,00 deft RENDAH 0 2 2

SEDANG 2 0 2

TINGGI 10 6 16

Total 12 8 20

9,00 deft RENDAH 0 2 1 3

SEDANG 2 4 5 11

TINGGI 7 4 1 12

Total 9 10 7 26

10,00 deft RENDAH 1 3 13 17

SEDANG 0 4 2 6

TINGGI 1 0 0 1
77

Total 2 7 15 24

11,00 deft RENDAH 1 6 14 21

Total 1 6 14 21

12,00 deft RENDAH 1 8 9

Total 1 8 9

Total deft RENDAH 2 14 36 52

SEDANG 4 10 7 21

TINGGI 36 10 1 47

Total 42 34 44 120

Tabel Analisis Data

Tests of Normality

a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

HBM Statistic df Sig. Statistic df Sig.

deft KURANG ,504 42 ,000 ,427 42 ,000

CUKUP ,264 34 ,000 ,779 34 ,000

BAIK ,489 44 ,000 ,491 44 ,000

Test Statisticsa

deft

Mann-Whitney U 294,000

Wilcoxon W 889,000

Z -5,024

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000


78

Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian

Alat dan Bahan


79

Penjelasan tentang pengisian kuesioner


80

Pemeriksaan karies gigi oleh dokter gigi

Anda mungkin juga menyukai