Anda di halaman 1dari 18

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Disusun untuk memenuhi Tugas Keperawatan Maternitas


Dosen Pengampu : Ns.Siti Riskika,M.Kep

Oleh :

1. Ade Lendri Mertilas (18037141050 )


2. Ainun Faqih Habibullah ahmad (18037141052)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BONDOWOSO
2020
KATA PENGANTAR
Dengan memanjat kan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat serta
karunia–nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan dengan baik .Tugas ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas dengan baik.Tugas ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas yang menjadi salah satu
mata kuliah wajib di program studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.

Mata kuliah Keperawatan Maternitas merupakan mata kuliah yang mempelajari tentang
bagaimana memberikan asuhan keperawatan tentang Keperawatan Maternitas di dunia
keperawatn penulis yakin adanya bantuan dari semua pihak , maka tugas ini tidak akan dapat
selesai dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Yuana Agustin , SKM, M.kes sebagai Ketua Progaram Studi DIII Keperawatan
Universitas Bondowoso

2. Ibu Ns. Siti Riskika,M.Kep sebagai dosen pengampu mata kuliah Keperawatan
Maternitas

3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.

Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan dari
Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak untuk bahan perbaikan penulis makalah ini.

Bondowoso, 17 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi.......................................................................................................................
2.2 Etiologi.......................................................................................................................
2.3 Tanda dan gejala.........................................................................................................
2.4 Patofisiologi................................................................................................................
2.5 Pathway......................................................................................................................
2.6 Penatalaksanaan medis...............................................................................................
2.7 Penatalaksanaan keperawatan.....................................................................................
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................................
2.8.1Pengkajian...................................................................................................................
2.8.2 Diagnosis Keperawatan..............................................................................................
2.8.3 Intervensi....................................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kata pengantar


Sekitar 50-90% perempuan hamil mengalami keluhan mual dan muntah.
Keluhan ini biasanya disertai dengan hipersalivasi, sakit kepala, perut kembung,
dan rasa lemah pada badan. Keluhan-keluhan ini secara umum dikenal sebagai
“morning sickness.” Istilah ini sebenarnya kurang tepat karena 80% perempuan
hamil mengalami mual dan muntah sepanjang hari.
Apabila mual dan muntah yang dialami mengganggu aktivitas sehari-hari
atau menimbulkan komplikasi, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan
penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5% berat badan.
Mual dan muntah pada kehamilan biasanya dimulai pada kehamilan
minggu ke-9 sampai ke-10, memberat pada minggu ke-11 sampai ke-13 dan
berakhir pada minggu ke-12 sampai ke-14. Hanya pada 1-10% kehamilan gejala
berlanjut melewati minggu ke-20 sampai ke-22. Pada 0,3-2% kehamilan terjadi
hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditata laksana dengan rawat
inap.
Hiperemesis gravidarum jarang menyebabkan kematian, tetapi angka
kejadiannya masih cukup tinggi. Hampir 25% pasien hiperemesis gravidarum
dirawat inap lebih dari sekali. Terkadang, kondisi hiperemesis yang terjadi terus-
menerus dan sulit sembuh membuat pasien depresi. Pada kasus-kasus ekstrim, ibu
hamil bahkan dapat merasa ingin melakukan terminasi kehamilan.
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum
antara lain hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya, berat badan
berlebih, kehamilan multipel, penyakit trofoblastik, nuliparitas dan merokok.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud hyperemesis gravidarum ?
2. Jelaskan etiologi hyperemesis gravidarum ?
3. Sebutkan tanda dan gejala hyperemesis gravidarum ?
4. Jelaskan patofisiologi hyperemesis gravidarum ?
5. Jelaskan pathway hyperemesis gravidarum ?
6. Jelaskan penatalaksanaan hyperemesis gravidarum ?
7. Jelaskan konsep asuhan keperawatan hyperemesis gravidarum ?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat dalam
kehamilan dan sukar dikendalikan. Hingga kini, penyebab pasti hiperemesis gravidarum
belum diketahui, meskipun peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (hCG)
tampaknya berperan besar. Dalam mendiagnosis hiperemesis gravidarum, penyebab-
penyebab lain mual dan muntah pada kehamilan harus disingkirkan terlebih dahulu. Tata
laksana yang komprehensif meliputi perubahan pola makan, resusitasi cairan, dan tata
laksana farmakologis. Keberhasilan dalam penatalaksanaan hiperemesis gravidarum
tergantung pada diagnosis yang tepat, deteksi komplikasi, serta penanganan kondisi-
kondisi yang menyertai seperti dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam-
basa, serta defisiensi nutrisi pada ibu hamil. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan
asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin berkurang sehingga tumbuh kembang
janin akan terganggu. J Indon Med Assoc.2011:61;458-64. Kata kunci: hiperemesis
gravidarum, mual, muntah, diagnosis, tata laksana.
2.2 Etiologi
1. Faktor Endokrin.
Faktor endokrin atau hormonal memiliki efek metabolik yang dapat
mengganggu metabolisme dan sistem pencernaan sehingga memperparah keadaan
mual muntah. 12 Studi prospektif tahun 1990 hingga 2005 meneliti hubungan
antara Hormon Chorionic Gonadhotropin (HCG) dan hiperemesis, merangkum
hasil bahwa secara signifikan peningkatkan nilai HCG ditemukan pada
hyperemesis gravidarum. 6 HCG secara struktural mirip dengan TSH (kedua α-
lengan identik. Sebelas dari 15 studi prospektif yang membandingkan nilai T4
pasien hiperemesis dengan pasien hamil normal, ditemukan peningkatan
signifikan nilai T4 dalam wanita dengan hiperemesis, dan ini juga kasus yang
berkaitan dengan nilai-nilai TSH. Hormon Progesteron juga diduga menyebabkan
mual dan muntah dengan cara menghambat motilitas lambung dan gelombang
kontraksi otot polos lambung. Hormon lain seperti kortisol yang tinggi dan
adanya keparahan keadaan stress atau gangguan psikologis menunjukan korelasi
positif, ketika stres muncul sumbu hipotalamus hipofisis adrenal akan memicu
reaksi psikologis seperti peningkatan kadar serum kortisol.
2. Faktor Metabolik
Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat
mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan. Pada hiperemesis gravidarum
terjadi abnormalitas saraf simpatik dan gangguan sekresi vasopressin sebagai
respon terhadap perubahan volume intravaskular. Hal tersebut akan
mempengaruhi peristaltik lambung sehingga menimbulkan gangguan motilitas
lambung.
3. Helycobacter Pylori
Bakteri gram negatif, dengan bentuk spiral melengkung dan berflagel
yang ditemukan hidup berkoloni pada lapisan mukosa lambung yang dapat
menyebabkan gangguan saluran pencernaan. Pada studi ilmiah ditemukan
sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum menunjukkan
hasil tes deteksi genom Helycobacter Pylori yang positif.
4. Imunologi
Hiperemesis gravidarum dikaitkan dengan aktivitas berlebihan saraf
simpatik dan peningkatan produksi Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF α).
Peningkatan kadar adenosin sehingga aktivasi saraf simpatik dan produksi sitokin
yang berlebihan. Imunoglobulin C3 dan C4 serta jumlah limfosit secara signifikan
lebih tinggi pada wanita dengan hiperemesis gravidarum. Keseimbangan Th1 atau
Th- 2 menurun pada wanita dengan hiperemesis gravidarum menghasilkan
peningkatan kekebalan humoral. Peningkatan Deoxiribonucleic Acid (DNA) janin
telah ditemukan dalam plasma ibu dari wanita dengan hiperemesis gravidarum.
Dengan demikian, hiperemesis gravidarum dapat dimediasi oleh penyimpangan
kekebalan tubuh ibu pada kehamilan.
5. Stres psikologis
Faktor psikososial sangat terlibat dalam etiologi hiperemesis gravidarum
dan tidak hanya mempengaruhi durasi lama periode mual dan muntah tetapi juga
keparahan gejala. Beberapa kasus hiperemesis gravidarum menunjukkan adanya
kelainan psikiatri termasuk Sindrom Munchausen, gangguan konversi, somatisasi
dan depresi berat. Hal ini mungkin terjadi dibawah situasi stres atau ambivalensi
pada kehamilan, namun demikian hiperemesis gravidarum dapat timbul tanpa
disertai adanya kelainan psikiatri 18, 19 Mengabaikan aspek psikosomatis pada
pasien hiperemesis gravidarum hanya akan mengobati kondisi gejala tanpa
menghilangkan penyebabnya.
2.3 Tanda dan Gejala
a. Tingkat I : Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita,
ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri
pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 permenit, tekanan darah sistolik
menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung. 16, 20
b. Tingkat II: Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun,
lidah mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang
naik dan mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi
turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau
pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
urin. 16, 21
c. Tingkat III : Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun
dari samnolen sampai koma, nadi menurun dan cepat, suhu meningkat dan tensi
menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
Encephalopathy Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan
mental. Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B
kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan adanya gangguan hati.
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis belum diketahui pasti, teori yang paling umum
digunakan karena adanya pengaruh berbagai hormon kehamilan. Namun dari
patofisiologi Mual dan muntah kita dapat mengetahui penyebab timbulnya muntah. 22
Muntah merupakan cara traktus gastrointestinal mengosongkan isinya, ketika semua
bagian atas gastrointestisinal teriritasi secara luas atau sangat terstimulasi menyebabkan
suatu rangsangan khusus yang kuat untuk muntah. Sinyal sensorik mual dan muntah
dikordinasikan di pusat muntah pada medula batang otak oleh saraf averen vagal dan
aferen simpatis mengenai hubungan persarafan pusat muntah yaitu : 1) Pusat vomitus di
bagian dorsal retikulum lateralis, 2) Kemoreseptor Trigger Zone di daerah postrema dasar
ventrikulus keempat. Setiap orang memiliki ambang yang sangat berbeda terhadap
berbagai stimulus pada pusat vomitusnya. Pusat muntah mengontrol dan mengintegrasi
kerja emesis. Pusat muntah ini menerima rangsangan aferen dari traktus gastrointestinal
dan bagian lain dari tubuh, dari batang otak yang lebih tinggi dan pusat korteks, terutama
aparatus labirintin, dan dari zona pencetus kemoreseptor. Chemoreceptor Trigger Zone
(CTZ) atau zona pencetus kemoreseptor dengan sendirinya tidak mampu menimbulkan
gerakan vomitus, aktivasi zona ini lebih memberikan impuls eferen pada pusat vomitus
medularis yang selanjutnya akan memulai emesis. CTZ merupakan kemoreseptor emetik
yang dapat diaktivasi oleh berbagai stimulus seperti penggunaan obat-obat tertentu
termasuk apomorfin dan morfin, toksin, bakteri, dan abnormalitas metabolik yang
merangsang.
2.5 Pathway Hiperemesis Gravidarum

Peningkatan Hormon Psiokologis


Edrogen Dan Progresteron

Vili khoriales masuk


kesirkulasi maternal Alergi Stres kurang support
Peningkatan HCG

Penurunan peristaltic gaster

Peningkatan Tekanan Gaster

Mual Dan Muntah

Keilangan Cairan yang berlebihan Keterlambatan Pertumbuhaan


Nafsu Makan Menurun Intake Nutrisi Menurun
Dalam Kandungan

Penurunan Volume Cairan


Metabolisme Tubuh Menurun
MK:Ketidak Seimbangan
Nutrisi Kurang Dari Tubuh Kematian Janin

Dehidrasi Kelemahan

MK:Defisien volume cairan


MK:Intoleran Aktifitas
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan penghentian
makanan peroral. Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena dapat
dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Penatalaksanaan farmakologi emesis
gravidarum dapat juga diterapkan pada kasus hiperemesis gravidarum.
Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan
rehidrasi dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian
makanan per oral selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan.
Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, atau tiamin perlu
dipertimbangkan. Cairan dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien
dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa.
Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan
didapatkan perbaikan hasil laboratorium.
Jika muntah terus berlangsung (persisten) pada tata laksana yang maksimal, kita
harus kembali ke proses diagnosis dan mencari adanya penyebab lain seperti
gastroenteritis, kolesistitis, pankreatitis, hepatitis, ulkus peptikum, pielonefritis dan
perlemakan hati.2020 Nutrisi enteral harus dipikirkan jika terdapat muntah yang
berkepanjangan, namun harus diingat bahwa total parenteral nutrition (TPN) selama
kehamilan meningkatkan risiko sepsis dan steatohepatitis, terutama akibat penggunaan
emulsi lipid. Oleh karena itu, TPN sebaiknya hanya diberikan pada pasien dengan
penurunan berat badan signifikan (>5% berat badan) yang tidak respon dengan
antiemetik dan tidak dapat ditatalaksana dengan nutrisi enteral.
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan
2.7.1 Pengkajian
a. Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (>100
kali per menit)
b. Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan
persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
c. Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi berkemih
Urinalis ;peningkatan konsistensi urine.
d. Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri
epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane mukosa mulut iritasi
dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata
cekung dan lidah kering.
e. Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.
f. Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam koma
g. Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka
dilakukan abortus terapeutik.
h. Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran,
respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospotalisasi dan sakit,
system pendukung yang kurang.
i. Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan diminum di muntahkan,
apalagi kalau berlangsung lama, berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat
badab normal, turgor kulit, lidah kering, adanya aseton dalam urine.
2.7.2 Diangnosis Keperawatan
1. Defisien volume cairan b.d asupan cairan kurang d.d kelemahan
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d asupan diet kurang
d.d enggan makan
3. Intoleran aktivitas b.d fisik tidak bugar d.d kelemahan umum
2.7.3 Intervensi

TGL/JAM DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN HASIL
Defisien volume Tujuan : Manajemen cairan
cairan Setelah dilakukan tindakan selama  Jaga intake/ asupan yang akurat dan
3x24 jam dengan kriteria hasil : catat output(pasien)
 060101 tekanan darah (5)  Monitor makanan/cairan yang
 060107 keseimbangan dikonsumsi dan hitung asupan
intake dan output dalam kalori harian
24 jam (5)  Berika terapi IV, seperti yang
 060109 berat badan ditentukan
stabil(5)  Konsultasi dengan dokter jika tanda
 060116 turgor kulit(5) tanda dan gejala kelebihan volume
cairan menetap atau memburuk

Ketidakseimbangan Tujuan : Manajemen nutrisi


nutrisi : kurang dari Setelah dilakukan tindakan selama  Anjurkan keluarga untuk membawa
kebutuhan tubuh 3x24 jam dengan kriteria hasil : makanan favorit pasien sementara
 100401 asupan gizi(5) (pasien) berada dirumah sakit atau
 100402 asupan fasilitas perawatan, yang sesuai
makanan(5)  Bantu pasien membuka kemasan
 100405 rasio berat makan, memotong makanan, dan
badan/tinggi badan (5) makan, jika diperlukan
 Anjurkan pasien untuk memantau
kalori dan intake
makanan(misalnya, bukunharian
makanan)
 Monitor kalori dan asupan makanan

Manajemen energy
Tujuan :  Ajarkan pasien mengenai pengelola
Intoleran Setelah dilakukan tindakan selama kegiatan dan teknik manajemen
aktifitas 3x24 jam dengan kriteria hasil : waktu mencegah kelelahan
 000101 melakukan  Anjurkan pasien untuk memilih
aktivitas rutin (5) aktivitas-aktivitas yag membangun
 000102 aktivitas fisik (5) ketahanan
 000109 pemulihan energi  Konsulkan dengan ahli gizi
setelah istirahat (5) mengenai cara meningkatkan
asupan energy dari makanan
 Evaluasi secara bertahap kenaikan
level aktivitas pasien
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diagnosis dan penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan yang
tepat dapat mencegah komplikasi hiperemesis gravidarum yang membahayakan
ibu dan janin. Ketepatan diagnosis sangat penting, karena terdapat sejumlah
kondisi lain yang dapat menyebabkan mual dan muntah dalam kehamilan. Tata
laksana komprehensif dimulai dari istirahat, modifikasi diet dan menjaga asupan
cairan. Jika terjadi komplikasi hiperemesis gravidarum, penata-laksanaan utama
adalah pemberian rehidrasi dan perbaikan elektrolit. Terapi farmakologi dapat
diberikan jika dibutuhkan, seperti piridoksin, doxylamine, prometazin, dan meto-
klopramin dengan memperhatikan kontraindikasi dan efek sampingnya. Beberapa
terapi alternatif sudah mulai diteliti untuk penatalaksanaan hiperemesis
gravidarum, seperti ekstrak jahe dan akupuntur, dengan hasil yang bervariasi.
3.2 Saran
Ibu hamil (khususnya untuk kelompok umur beresiko pada ibu hamil dan
primigravida) diharapkan untuk menganggap remeh emesisgravidarum sehingga
bisa menurunkan angka kejadian berat lahir rendah yang merupakan komplikasi
dari emesis gravidarum yang tidak di beritindakan.Ibu hamil yang mengalami
factor resiko terjadinya emesis gravidarum diharapkan memeriksa kehamilannya
secara teratur agar dapat segera mendeteksi komplikasi komplikasi yang
mungkin terjadi akibat dari emesis gravidarum dengan aktiv melakukan
penyuluhan penyuluhan agar dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai usia ibu yang aman untuk hamil.
Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai salah satu acuan
.Penelitian selanjutnya juga dapat mencari faktorlain yang mempengaruhi
terjadinya emesis gravidarum seperti pengetahuan mengenai emesis gravidarum
dan factor dukungan suami
DAFTAR PUSTAKA

 Herdman T.H.dkk.(2018). Buku diagnosis keperawatan definisi dan


klasifikasi (Nanda) 2018-2020. Jakarta: EGC.
 Elsevier.
(2018).NursingOutcomesClassification(NOC).Edisi5.Yogyakarta:Mocome
dia.
 Elsevier.(2018).NursingInterventionsClassifications(NIC).Edisi
6.Yogyakarta:Mocomedia
 https://pdfs.semanticscholar.org/902a/0b486ccd34bad69d6e7738107a2dcf
6bec33.pdf
 https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/56392014/jurnal_gem
eli.pdf
 https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/35349790/1068-
1161-1-PB.pdf

Anda mungkin juga menyukai