Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PNEUMONIA

Di Susun Oleh :

Aris Budiyono
Della Puspitasari
Faidhotun Hasanah
Kristinawati

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


Program DIII Keperawatan
2014/2015
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-nya penulis
telah berhasil menyusun makalah tentang etika keperawatan. Makalah ini di buat untuk
menunjang proses pembelajaran keperawatan. Sesuai dengan kurikulum terbaru program DIII
keperawatan, yaitu pembelajaran berbasis kompetensi. Maka makalah ini sudah mengarahkan
mahasiswa untuk belajar dengann kurikulum terbaru sehingga lebih memudahkan mahasiswa
untuk mempelajari makalah ini.
Pada penulisan makalah ini kami menggunakan bahasa sederhana dan mudah
dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan di ambil intisari dari materi
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Makalah ini juga di harapkan dapat digunakan oleh mahasiswa DIII keperawatan
karena kami telah berusaha melengkapi materi makalah sesuai dengan kebutuhan materi
pembelajaran yang di sempurnakan.
Demikian kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai
suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang etika keperawatan.

i
Daftar Isi

Kata pengantar ........................................................................................................... i


Daftar isi..................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan ..................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan masalah ........................................................................................ 1
Bab II Pembahasan .................................................................................................... 2
2.1 Model proses pengambilan keputusan etik .............................................. 2
2.2 Otonomi pasien ........................................................................................ 4
2.3 Sikap terhadap kematian .......................................................................... 5
2.4 Kajian biotekhnologi ................................................................................ 6
2.5 Penerapan beberapa pengambilan keputusan keperawatan secara etik .... 7
2.6 Skenario ................................................................................................... 9
2.7 Soal........................................................................................................... 11
Bab III Penutup .......................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 12
3.2 Saran ......................................................................................................... 12
Daftar pustaka ............................................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu
tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu kondisi dimana setiap
alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini,sukar untuk menentukan
mana yang benar atau salah serta dapat menimbulkan stress pada perawat karena perawat
tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik
biasa timbul akibat nilai-nilai perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif
sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Pada saat berhadapan dengan
dilema etik terdapat juga dampak emosional seperti rasa marah, frustrasi, dan takut saat
proses pengambilan keputusan rasional yang harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan
interaksi dan komunikasi yang baik dari seorang perawat.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang
terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering
menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-
anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi
kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan
kematian pada anak
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit pneukomia
2. Penyebab pneukomia
3. Gejala pneukomia
C. Tujuan dan mamfaat
1. Mengetahui defenisi dari Pneumonia.
2. Mengetahui penyebab dari Pneumonia.
3. Mengetahui gejala atau manifestasi klinis dari Pneumonia.
4. Mengetahui komplikasi dan bagaimana cara penatalaksanaan (therapy)
dari Pneumonia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MODEL PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Model pengambilan keputusan menurut Herbert A. Simon sebagai dasar menjelaskan
proses pengambilan keputusan terdiri dari tiga tahap pokok (Gambar 7-a}, yaitu:
1. Penyelidikan (Inteligence). Mempelajari lingkungan untuk menentukan kondisi
keputusan. Data mentah diperoleh, diolah, dan disajikan untuk dijadikan petunjuk
yang dapat mengidentifikasi persoalan.
2. Perancangan (Design). Mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan
yang mungkin. Hal ini meliputi proses-proses untuk memahami persoalan,
menghasilkan pemecahan, dan menguji kelayakan pemecahan tersebut.
3. Pemilihan (Choice). Memilih arah tindakan tertentu dari semua yang ada. Pilihan
ditentukan dan dilaksanakan.

Model pengambilan keputusan menurut Rubenstein dan Haberstroh, mengemukakan


langkah-langkah berikut:
1. Pengenalan Masalah atau kebutuhan untuk pengambilan keputusan
2. Analisis dan laporan alternatif
3. Pemilihan diantara alternatif
4. Komunikasi dan pelaksanaan keputusan
5. Langkah lanjutan dan umpan balik hasil keputusan.

Model pemecahan masalah (Megan, 1989)


Ada 5 langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema teik yaitu:
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melakasanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil

Kerangka pemecahan masalah dilema etik (Kozier, 1989)


a. Mengembangkan data dasar
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut

2
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan
yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan

Model murphy dan murphy


a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif yang mungkin dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah umum
untuk keperawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan informasi
tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya

Model curtin
a. Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan masalah
b. Mengidentifikasi bagian- bagian etik dari masalah pengambilan keputusan
c. Mengidentifikasi orang- orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasii semua kemungkinan pilihan dan hasil dari pilihan itu
e. Mengaplikasikan teori, prinsip dan peran etik yang relevan
f. Memecahkan dilema
g. Melaksanakan keputusan

Model Levine- Ariff Gron


a. Mendefinisikan dilema
b. Mengidentifikasi faktor- faktor pemberi pelayanan
c. Mengidentifikasi faktor bukan pemberi pelayanan
d. Memikirkan faktor- faktor tersebut satu per satu

3
e. Mengidentifikasi item- item kebutuhan sesuai klasifikasi
f. Mengidentifikasi pengambil keputusan
g. Mengkaji ulang pokok- pokok dari prinsip- prinsip etik
h. Mennetukan alternatif- alternatif
i. Menindaklanjuti

Langkah- langkah menurut Purtillodan Cassel (1981)


a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Menngidentifikasi dilemma
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan

Langkah- langkah menurut Thompson & Thompson (1981)


a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan,
komponen etis dan petunjuk individual
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi isu etik
d. Mengidentifiaski posisi moral dari petunuuk individual yang terkait
e. Mengidentifikasi konflik yang ada

2.2 OTONOMI PASIEN


Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri dan mengatur diri sendiri.
Menghargai otonomi berarti menghargai manusia sebagai seseorang yang mempunyai harga
diri dan martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Prinsip otonomi sangat
penting dalam keperawatan. Perawat harus menghargai harkat dan martabat manusia sebagai
individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya. Perawat harus melibatkan
klien untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan klien tersebut.
Autonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan
diri. Praktek professional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien
dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

4
2.3 SIKAP TERHADAP KEMATIAN
Menurut Kubler-Ross (dalam DiMatteo, 1991), penyesuaian diri pada pasien dengan penyakit
kronis dalam menghadapi kematian, dapat dijelaskan dengan pola yang berurutan, melalui 5
tahap.
Kelima tahap tersebut yaitu:
1. Denial
 Penyangkalan dari pasien mengenai diagnosa penyakit kronis
 Pasien menolak untuk mempercayai diagnosa penyakitnya
 Muncul karena merasa sangat cemas akan penyakitnya
 Berusaha keras mencegah kenyataan itu masuk ke kesadaran
 Bagi pasien yang mengetahui dan memahami kenyataan tersebut, mereka memilih
untuk tidak memikirkannya
 Tetap berusaha memperbaiki dan memperbesar kesempatan hidup dengan melakukan
tindakan yang dianggap positif
 Selama tahap denial, pasien mencari-cari cara coping sesuai dengan dirinya
 Denial kemudian akan menghilang setelah beberapa waktu dan berganti menjadi
anger
2. Anger
 Setelah denial, muncul anger atau kemarahan karena kecemasan yang belum hilang
 Pasien biasanya merasa marah dengan diagnosa yang diberikan dokter, sehingga
memutuskan untuk mencari pendapat dari dokter lain
 Kemarahan muncul karena adanya keinginan seseorang untuk tetap hidup
 Perlu diperhatikan bahwa ekspresi marah dapat menjauhkan pasien dari orang-orang
terdekatnya, seperti keluarga dan para perawat
3. Bargaining
 Beberapa pasien akhirnya menunjukkan usaha yang rasional untuk bertahan hidup
sehingga dapat memperbesar kesempatan untuk hidup
 Ada juga yang melakukan usaha namun usaha tersebut tidak memiliki efek langsung
terhadap penyakitnya
 Contohnya: pasien yang religius bisa saja mengucap janji kepada Tuhan untuk
berubah menjadi orang yang lebih baik dan akan menjalani hidup dengan sungguh-
sungguh jika diberikan kesempatan hidup lebih lama olehNya

5
 Usaha seperti itu membuat pasien merasa lebih baik dari sisi emosional, namun
menghalangi usaha-usaha untuk meningkatkan kesempatan hidup
4. Depression
 Depresi bisa terjadi seketika ataupun beberapa lama setelah bargaining
 Pasien yang gagal dalam berusaha menjadi depresi karena usahanya tidak membuat
mereka sembuh
 Depresi muncul ketika pasien merasa waktu hidupnya akan segera habis
 Merasa tidak memiliki harapan
 Muncul penyesalan akan apa yang terjadi di masa lalu dan akan hal-hal yang akan
mereka lewati di masa mendatang
 Depresi dapat berlangsung cukup lama dan rentang waktunya berbeda-beda di setiap
pasien
 Depresi merupakan reaksi awal dari seorang pasien yang telah menyerah tanpa
berusaha terlebih dahulu
 Pasien yang depresi tidak lagi berusaha bertahan hidup dan melewatkan kesempatan
untuk menjalani hidup sebaik mungkin
5. Acceptance
 Setelah depresi, pasien biasanya menerima kondisinya (acceptance) yang akan
berakhir pada kematian
 Dalam tahap ini mereka sudah paham bahwa kematian tidak dapat dihindari
 Pasien berusaha menghadapi kematian dengan tenang
 Pasien cenderung berusaha sebaik mungkin untuk memahami arti hidup yang telah
dijalani
 Ada kalanya ketika pasien sudah mengalami rasa sakit berkepanjangan dan kelelahan
akibat usaha-usaha yang dilakukan untuk hidup, mereka menilai bahwa kematian
merupakan suatu kelegaan / pembebasan dari terminal illness

2.4 KAJIAN BIOTEKHNOLOGI


1. Menurut Bull et al. (1982), bioteknologi merupakan penerapan asas-asas sains (ilmu
pengetahuan alam) dan rekayasa (teknologi) untuk pengolahan suatu bahan dengan
melibatkan aktivitas jasad hidup untuk menghasilkan barang dan/atau jasa.
2. Menurut Primrose (1987), bioteknologi merupakan eksploitasi komersial organisme
hidup atau komponennya seperti: sel, enzim.

6
3. Menurut OECD (1982), Bioteknologi merupakan penerapan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan dan kerekayasaan untuk penanganan dan pengolahan bahan dengan
bantuan agen biologis untuk menghasilkan bahan dan jasa.
4. Menurut OTA-US (1982), Bioteknologi adalah teknik pendayagunaan organisme
hidup atau bagian organisme untuk membuat atau memodivikasi suatu produk dan
meningkatkan/memperbaiki sifat tanaman atau hewan atau mengembangkan
mikroorganisme untuk penggunaan khusus.

2.5 PENERAPAN BEBERAPA PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEPERAWATAN


SECARA ETIK DALAM BIDANG KESEHATAN
Terdiri dari :
a. Ciri-ciri keputusan yang etis
 Mempunyai pertimbangan benar salah
 Sering menyangkut pilihan yang sukar
 Tidak mungkin dielakkan
 Dipengaruhi norma,situasi,iman,lingkungan social

DEFINISI
 Menurut Mahmud, 2006 menyebutkan bahwa pneumonia adalah terjadinya
peradangan pada salah satu atau kedua organ paru yang di sebabkan oleh infeksi.
Peradangan tersebut mengakibatkan jaringan pada paru terisi oleh cairan dan tak
jarang menjadi mati dan timbul abses (Prabu, 1996:37). Penyakit ini umunya terjadi
pada anak anak dengan ciri ciri adanya demam, batuk di sertai napas cepat (takipnea)
atau napas sesak. Defenisi kasus tersebut hingga kini digunakan dalam program
pemberantasan dan penanggulangan ISPA oleh Departemen Kesehatan RI setelah
sebelumnya di perkenalkan oleh WHO pada tahun 1989.

ETIOLOGI
Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi melalui
mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdidi dari :
 Susunan anatomis dari rongga hidung
 Jaringan limfoid di naso faring

7
 Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret yang di
keluarkan oleh sel epitel tersebut
 Refleks batuk
 Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi
 Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional
 Fagositas, aksi enzimatik dan respon immunohumoral terutama dari IgA
Pembagian pneumonia menurut etiologis atau agen penyebab infeksinya adalah :
1. Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada orang dewasa) :
 Staphylococcus aureus
 Legionella
 Hemophillus influenzae
2. Virus
 Virus influenzae
 Chicken pox (cacar air)
3. Mycoplasma pneumoniae (organisme yang mirip bakteri)
4. Jamu
 Aspergilus
 Histoplasma
 koksidioidomikosis
Pada umumnya pneumonia terjadi akibat adanya infeksi bakteri pneumokokus (streptokokus
pneumoniae ). Beberapa penelitian menemukan bahwa kuman ini menyebabkan pneumonia
hampir pada semua kelompok umur dan paling banyak terjadi di negara negara berkembang.

GEJALA/MANIFESTASI KLINIS
Gejala pada pneumonia adalah antara lain :
 Kesulitan dan sakit pada saat bernapas : nyeri pleuritik, nafas dangkal dan
mendengkur,tachipnoe.
 Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi : mengecil, kemudian menjadi
hilang, ronchi
 Gerakan dada tidak simetris
 Menggigil dan demam 38,8’C sampai 41,1’C
 Diaforesis, Anoreksia, Malaise

8
 Batuk kental, produktif : sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
 Gelisah, Cyanosis
 Masalah masalah psikososial : disorientasi dan anxietas
Kejadian pneumonia pada balita diperlihatkan dengan adanya ciri ciri demam, batuk,
pilek, disertai sesak napas dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, serta
cyanosis pada infeksi yang berat. Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam terjadi
karena gerakan paru yang mengurang akibat infeksi pneumonia yang berat..

FAKTOR RESIKO PNEUMONIA


Faktor faktor resiko kesakitan (morbiditas) pneumonia adalah antara lain umur, jenis
kelamin, gizi kurang, riwayat BBLR, pemberian ASI yang kurang, defesiensi Vit A, status
imunisasi, polusi udara, ventilasi rumah dan pemberian makanan yang terlalu dini.

SKENARIO
Sdr. Budi , umur 20 tahun, mahasiswa semester 3 perguruan tinggi negeri di Jember. Karena
kecelakaan ia menderita kelumpuhan total (quadriplegia) dan harus bed rest dalam waktu
lama. Akibat dari bed rest, ia menderita pneumonia. Dokter menetapkan untuk pemasangan
infus dan pemberian antibiotik dosis tnggi. Pada waktu akan dilakukan tindakan pemasangan
infus dan injeksi antibiotik oleh perawat, klien meminta untuk tidak memberikan obat atau
melakukan tindakan apapun kepadanya. Klien menyatakan ingin meninggal dengan damai
dan bermartabat.
Dilema etik :
Masalah / konflik terjadinya terkait dengan hak klien untuk menentukan hal yang terbaik
untuk dirinya sendiri.
Apa yang sebaiknya perawat lakukan pada situasi tersebut ? Gunakan teori etika atau moral
dan tahapan proses pengambilan keputusan untuk penyelesaian dilema etis tersebut ?
Patofisiologi
Pneumonia adalah suatu peradangan paru-paru biasanya di sebabkan oleh virus bakterial
(staphylococcus, pnuemococcus, atau streptococcus) atau infeksi viral (respiratory syncytial
virus).

9
Etiologi
Demam, dingin, batuk produktif atau kering, malaise, nyeri pleural, radang dispenia dan
hemoptitis, sel darah putih berubah (>10.000/mm3 atau <6.000/mm3)
Penyebab
 Aspirasi
 Infeksi bakteri atau virus
 Infeksi jamur atau protozoa
Identifikasi kasus
Kasus ini adalah suatu kasus di bidang etika topik etisnya adalah persetujuan pasien terhadap
tindakan perawat. Dalam kasus ini perawat menghadapi dilema moral : memenuhi
permintaan pasien atau melakukan tindakan tanpa persetujuannya
Pemecahan kasus dilema etik :
1. tidak menuruti keinginnan pasien untuk tidak melakukan tidakan pemasangan infus dan
injeksi antibiotik
Konsekuensi :
 Untuk memulihkan kondisi pasien
 Tidak mempercepat kematian pasien
 Pelanggaran terhadap hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri
 Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
2. membujuk pasien agar bersedia dilakukan pemasangan infus dan injeksi antibiotik
Konsekuensi :
 Untuk memulihkan kondisi pasien
 Tidak mempercepaat kematian pasien
 Agar pasien mengerti penyakit yang dideritanya
 Keinginan klien untuk menentukan nasibnya sendiri tidak terpenuhi
3. menuruti keinginan pasien untuk tidak dilakukan pemasangan infus dan injeksi antibiotik
Konsekuensi :
 Mempercepat kematian pasien
 Kondisi pasien semakin parah
 Hak klien sebagian dapat terpenuhi
 Keluarga dan pasien cemas dengan situasi tersebut
4. Mengkomunikasikan kepada keluarga pasien untuk tindakan selanjutnya, dan meminta
persetujuan pada keluarga pasien

10
Konsekuensi :
 Tidak mempercepat kematian pada pasien
 Memulihkan kondisi pasien
 Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
 Hak klien sebagian dapat terpenuhi
Kesimpulan :
Perawat melakukan tindakan dengan meminta persetujuan pada keluarga pasien, karena
apabia tidak dilakukan akan dapat memperparah kondisi pasien itu sediri.

SOAL
Sdr. Budi , umur 20 tahun, mahasiswa semester IV perguruan tinggi negeri di Jember. Karena
kecelakaan ia menderita kelumpuhan total (quadriplegia) dan harus bed rest dalam waktu
lama. Setelah sdr.budi bed rest di rumah sakit dengan cukup lama pasien tersebut mengalami
gejala Demam, dingin, batuk produktif atau kering, malaise, nyeri pleural, radang dispenia
dan hemoptitis.
Diagnosis apa yang terjadi pada kasus di atas ?..
a. tuberkulosis paru
b. pneumonia
c. abses paru
d. bronkhitis
e. nyeri dada

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim
paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3. Bronkopneumonia.
Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang
terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering
menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-
anak dan balita hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi
kurang dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan
angka kematian anak.
3.2 Saran
Penyakit pneumonia sebenarnya merupakan manifestasi dari rendahnya daya tahan tubuh
seseorang akibat adanya peningkatan kuman patogen seperti bakteri yang menyerang saluran
pernapasan.
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini
disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru
merupakan ketidak seimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat
berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Oleh karena itu sangat di perlukan menjaga daya tahan tubuh dengan memperhatikan nutrisi
dan kesehatan tubuh.

12
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta
: Salemba Medika
Bararah, Haqiyahdan M.J. (2013). Asuhan keperawatan panduan lengkap menjadi perawat
profesional, Jakarta : Prestasi pustaka
Barbara Engram. 1999. Rencana asuhan keperawatan medikal bedah. EGC, Jakarta
Carpenito lynda juall. 1999. Rencana asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan.
Jakarta : penerbit buku kedokteran. EGC.
Danusantoso, Halim. 2000. Buku saku ilmu penyakit paru.Jakarta : Hipokrates
Isnaina Koento & R. Koento.1981. Ilmu Pengetahuan dan Penelitian. Jakarta : Departemen
pendidikan dan kebudayyaan-CHS
Jan Tambayong, dr.2000. Patofisiologi untuk keperawatan. EGC, Jakarta
John. A Boswick. 19997. Perawattan Gawat darurar. EGC, Jakarta
Taufan, N. (2011).. Asuhan keperawatan komunitas, anak, bedah dan pennyakit dalam.
Yogyakarta : Nuha medika
Ma’rifin Husin. 1999. Pengembangan keperawatan sebagai profesi di Indonesia. Jakarta :
CHS.

13

Anda mungkin juga menyukai