Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium PT. Bumi Indah dengan merujuk


pada ketentuan – ketentuan atau spesifikasi – spesifikasi yang berlaku diantaranya :

a. Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar dan Halus (SNI 03 – 1986 – 1990)


b. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat kasar ( SNI 03 – 1969 –
2008)
c. Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus (SNI 03 – 1970 –
2008)
d. Pengujian keausan agregat kasar dengan mesin abrasi los angeles (SNI
03 – 2417 – 2008)
e. Spesifikasi Umum Tahun 2010 Revisi III.

4.2. Gradasi Agregat Kasar Dan Agregat Halus

Analisa pemeriksaan gradasi agregat kasar dan agregat halus yakni Batu Pecah ¾
“, BP. ½”, abu batu, pasir dan filler (semen) yang akan digunakan sebagai material
pencampur AC – WC. Gradasi atau distribusi partikel berdasarkan ukuran agregat
merupakan hal yang sangat menentukan, karena gradasi agregat mempengaruhi besarnya
rongga antar butir yang menentukan nilai stabilitas dan kemudahan dalam proses
pelaksanaan pencampuran dan penghamparan campuran aspal. Pemeriksaan agregat harus
memenuhi spesifikasi umum yang ada. Gradasi agregat menentukan besarnya rongga
atau pori yang mungkin terjadi dalam agregat campuran. Agregat campuran yang terdiri
dari agregat yang berukuran sama akan berongga atau berpori banyak.Gradasi agregat
diperoleh dari hasil analisa saringan dengan menggunakan 1 set saringan dimanasaringan
yang paling kasar diletakkan diatas dan yang paling halus terletak palingbawah. 1 set
saringan dimulai dari pan dan diakhiri dengan tutupHasil pengujian analisa saringan
terhadap material agregat batu pecah ¾”, ½”, Abu Batu, Pasir dan dapat dilihat pada
tabel 4.1 s/d tabel 4.5.
Tabel 4.1. Hasil pemeriksaan analisa saringan Agregat Kasar ( BP ¾”) sampel 1 dan
sampel 2.

U. saringan B. % % Rata - U. saringan Komulatif


Inch mm Tertahan Tertahan Lolos rata Inch mm B.Tertahan %Tertahan % Lolos
1½ 37,5 0 0,0 100,0 100,00 1½ 37,5 0 0,0 100,0
1 25,4 0 0,0 100,0 100,00 1 25,4 0 0,0 100,0
3/4 19,0 0 0,0 100,0 100,00 3/4 19,0 0 0,0 100,0
1/2 12,7 288,9 9,3 90,7 48,56 1/2 12,7 3553 93,5 6,5
3/8 9,8 3084,7 99,8 0,2 0,19 3/8 9,8 3791 99,8 0,2
No.4 4,75 No.4 4,75
No. 8 2,35 No. 8 2,35
No.16 1,18 No.16 1,18
No. 30 0,6 No. 30 0,6
No. 50 0,30 No. 50 0,30
N0.100 0,15 N0.100 0,15
No. 0,075 No. 0,075
200 200
B.contoh = B.contoh
3090,3 g 3798,5 g

Sumber : Hasil Hitungan Peneliti

Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Analisa Saringan Agregat Kasar (BP 1/2”) sampel 1 dan
sampel 2.

U.saringan Komulatif U. saringan Komulatif


Rata -
B. % % % %
Inch mm rata Inch mm B.Tertahan
Tertahan Tertahan Lolos Tertahan Lolos
1½ 37,5 0 0,0 100,0 100,00 1½ 37,5 0 0,0 100,0
1 25,4 0 0,0 100,0 100,00 1 25,4 0 0,0 100,0
3/4 19,0 0 0,0 100,0 100,00 3/4 19,0 0 0,0 100,0
1/2 12,7 0 0,0 100,0 100,00 1/2 12,7 0 0,0 100,0
3/8 9,8 42 2,5 97,5 97,93 3/8 9,8 27 1,7 98,3
No.4 4,75 1700,0 99,7 0,3 0,28 No.4 4,75 1630,5 99,7 0,3
No. 8 2,35 No. 8 2,35
No.16 1,18 No.16 1,18
No. 30 0,6 No. 30 0,6
No. 50 0,30 No. 50 0,30
N0.100 0,15 N0.100 0,15
No. No.
0,075 0,075
200 200
Berat contoh = 1705,3 Gram Berat contoh = 1634,6 Gram
Sumber:HasilPerhitunganPenel
Tabel 4.3 . Hasil pemeriksaan analisa saringan bahan pengisi (Abu batu) sampel 1 dan
Ukuran Ukuran
Komulatif Komulatif
saringan Rata - saringan
B. % % rata % %
Inch mm Inch mm B.Tertahan
Tertahan Tertahan Lolos Tertahan Lolos
1½ 37,5 0,0 100,0 100,00 1½ 37,5 0,0 100,0
25,4 0,0 100,0 100,00 25,4 0,00 0,0 100,0
1 - 1
19,0 0,0 100,0 100,00 19,0 0,00 0,0 100,0
¾ - 3/4
12,7 0,0 100,0 100,00 12,7 0,00 0,0 100,0
½ - 1/2
9,8 0,0 100,0 100,00 9,8 0,00 0,0 100,0
3/8 - 3/8
4,75 0,0 100,0 100,00 4,75 0,00 0,0 100,0
No.4 - No.4
No. 8 2,35 483,10 24,2 75,8 75,95 No. 8 2,35 477,30 23,9 76,1
No.16 1,18 761,90 38,2 61,8 62,17 No.16 1,18 748,80 37,4 62,6
No. 30 0,6 1088,90 54,6 45,4 46,43 No. 30 0,6 1050,50 52,5 47,5
No. 50 0,30 1323,90 66,4 33,6 35,13 No. 50 0,30 1266,90 63,3 36,7
N0.100 0,15 1490,00 74,7 25,3 27,37 N0.100 0,15 1410,70 70,5 29,5
No. No.
0,075 1612,90 80,9 19,1 21,63 0,075 1517,00 75,8 24,2
200 200
Berat contoh = 1993,7 gram Berat contoh = 2000,1 gram
sampel 2.

Sumber : Hasil Hitungan Peneliti

Tabel 4.4 . Hasil pemeriksaan analisa saringan Agregat Halus (Pasir) sampel 1 dan
sampel 2.

Ukuran Ukuran
Komulatif Komulatif
saringan Rata - saringan
B. % % rata % %
Inch Mm Inch mm B.Tertahan
Tertahan Tertahan Lolos Tertahan Lolos
1½ 37,5 0,0 100,00 100,00 1½ 37,5 0,0 100,00
1 25,4 0,00 0,0 100,00 100,00 1 25,4 0,00 0,0 100,00
¾ 19,0 0,00 0,0 100,00 100,00 3/4 19,0 0,00 0,0 100,00
½ 12,7 0,00 0,0 100,00 100,00 1/2 12,7 0,00 0,0 100,00
3/8 9,8 0,00 0,0 100,00 100,00 3/8 9,8 0,00 0,0 100,00
No.4 4,75 0,00 0,0 100,00 100,00 No.4 4,75 0,00 0,0 100,00
No. 8 2,35 611,70 28,7 71,30 69,30 No. 8 2,35 635,20 32,7 67,30
No.16 1,18 904,50 42,4 57,56 55,31 No.16 1,18 912,10 47,0 53,05
No. 30 0,6 1341,40 62,9 37,06 35,19 No. 30 0,6 1295,50 66,7 33,31
No. 50 0,30 1688,20 79,2 20,79 19,44 No. 50 0,30 1591,30 81,9 18,09
N0.100 0,15 1855,40 87,1 12,95 11,84 N0.100 0,15 1734,10 89,3 10,74
No. No.
0,075 1920,90 90,1 9,88 8,80 0,075 1792,80 92,3 7,72
200 200
Berat contoh = 2131,4 Gram Berat contoh = 1942,7 gram
Sumber : Hasil Perhitungan Peneliti
Tabel 4.5 . Hasil pemeriksaan analisa saringan Filler (semen) sampel 1 dan sampel 2.

Ukuran Ukuran
Komulatif Komulatif
saringan Rata - saringan
B. % % rata % %
Inch mm Inch mm B.Tertahan
Tertahan Tertahan Lolos Tertahan Lolos
1½ 37,5 0 0,0 100,00 100,00 1½ 37,5 0 0,0 100,00
1 25,4 0 0,0 100,00 100,00 1 25,4 0 0,0 100,00
¾ 19,0 0 0,0 100,00 100,00 3/4 19,0 0 0,0 100,00
½ 12,7 0 0,0 100,00 100,00 1/2 12,7 0 0,0 100,00
3/8 9,8 0 0,0 100,00 100,00 3/8 9,8 0 0,0 100,00
No.4 4,75 0 0,0 100,00 100,00 No.4 4,75 0 0,0 100,00
No. 8 2,35 0 0,0 100,00 100,00 No. 8 2,35 0 0,0 100,00
No.16 1,18 0 0,0 100,00 100,00 No.16 1,18 0 0,0 100,00
No. 30 0,6 0 0,0 100,00 100,00 No. 30 0,6 0 0,0 100,00
No. 50 0,30 12 1,3 98,75 98,81 No. 50 0,30 9 1,1 98,88
N0.100 0,15 21 2,2 97,81 97,97 N0.100 0,15 15 1,9 98,14
No. No.
0,075 48 5,0 94,99 95,38 0,075 34 4,2 95,78
200 200
Berat contoh = 958 Gram Berat contoh = 805 gram
Sumber : Hasil Perhitungan Peneliti

4.3. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar dan Agregat Halus

Pengukuran volume agregat dalam proses penentuan berat jenis agregat


dilakukan dengan menggunakan hukum Archimedes, yaitu berat benda dalam air akan
berkurang sebanyak zat cair yang dipindahkan, dengan mengasumsikan berat jenis dan
berat volume air adalah selalu sama dengan satu, maka volume agregat sama dengan
berat zat cair yang dipindahkan. Besarnya berat jenis agregat sangat penting dalam
perancangan campuran aspal khususnya campuran Laston AC – WC, karena pada
umumnya perancangan campuran berdasarkan perbandingan berat dan juga menentukan
banyak pori agregat dengan berat jenis yang kecil mempunyai volume yang besar,
sehingga dengan berat yang sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak dan
juga agregat dengan kadar pori yang besar juga membutuhkan aspal yang banyak. Berat
jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan berat volume air.
Agregat dengan berat jenis yang kecil memiliki volume yang besar atau berat yang
ringan.

4.3.1. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar (BP ¾”, BP ½”)

Hasil pemeriksaan dan perhitungan masing – masing komponen agregat dapat


dilihat pada tabel 4.6 dan tabel 4.7.
4.6. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar (BP ¾ “)

Rata
NOMOR CONTOH 1 2 Spesifikasi
– rata
Berat contoh kering
Bj Gram 5221 5645
Permukaan Jenuh
Berat benda Uji Dalam
Ba Gram 3247 3516
Air
Berat benda uji kering
Bk Gram 5134 5552
Oven
Bk
Berat Jenis Bulk Gr/cc 2,601 2,608 2,604 -
Bj - Ba
Bj
Berat Jenis SSD Gr/cc 2,645 2,651 2,648 -
Bj - Ba
Bk
Berat Jenis Aparent Gr/cc 2,721 2,727 2,724 -
Bk - Ba
Bj -
X
Penyerapan Bk % 1,695 1,675 1,685
100%
Bk
Sumber : Perhitngan Peneliti

Tabel 4.7. Hasil Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar (BP 1/2 “)

Rata
NOMOR CONTOH 1 2 Spesifikasi
– rata
Berat benda uji Kering
Bj Gram 5877 5881
Permukaan Jenuh
Berat benda uji di
Ba Gram 3651 3651
dalam Air
Berat benda uji kering
Bk Gram 5773 5774
Oven

Berat Jenis Bulk Bk Gr/cc 2,593 2,589 2,591 -


Bj - Ba

Berat Jenis SSD Bj Gr/cc 2,640 2,637 2,639 -


Bj - Ba
Bk
Berat Jenis Aparent Gr/cc 2,721 2,720 2,720 -
Bk - Ba
Bj -
X
Penyerapan Bk % 1,801 1,853 1,827
100%
Bk
Sumber : Perhitungan Peneliti
4.3.2. Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus (Pasir, Abu Batu, Filler)

Tabel 4.8. Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus ( Pasir)

Rata –
NOMOR CONTOH 1 2 Spec
rata
Berat contoh Kering
500 Gram 500,00 500,00
Permukaan Jenuh
Berat piknometer + Air B Gram 682,83 677,67
Berat piknometeter + air
Bt 991,07 985,46
+ Benda Uji
Berat benda uji kering oven
Bk Gram 486,25 486,08
(Bk)
Bk
Berat Jenis Bulk Gr/cc 2,536 2,529 2,532 -
B + 500 - Bt
500
Berat Jenis SSD Gr/cc 2,607 2,601 2,604 -
B + 500 - Bt
Bk
Berat Jenis Aparent Gr/cc 2,732 2,726 2,729 -
B + Bk - Bt
500 -
X Max.
Penyerapan Bk % 2,828 2,864 2,846
100% 3
Bk
Sumber : Perhitungan Peneliti

Tabel 4.9. Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus ( Abu Batu)

AGREGAT HALUS
HOTBIN II
Rata –
NOMOR CONTOH 1 2 Spec
rata
Berat contoh Kering Permukaan
500 Gram 500.00 500.00
Jenuh
Berat piknometer + Air B Gram 681.37 677.42
Berat piknometeter + air + Benda
Bt 991.36 988.35
Uji
Berat benda uji kering oven (Bk) Bk Gram 486.45 487.07
Bk
Berat Jenis Bulk Gr/cc 2.560 2.576 2.568 -
B + 500 - Bt
500
Berat Jenis SSD Gr/cc 2.631 2.645 2.638 -
B + 500 - Bt
Bk
Berat Jenis Aparent Gr/cc 2.757 2.765 2.761 -
B + Bk - Bt
500 -
Bk X Max.
Penyerapan % 2.785 2.655 2.720
100% 3
Bk
Sumber : Perhitungan Peneliti

Tabel 4.10. Perhitungan Berat Jenis dan Penyerapan air Agregat Halus ( Filler)

Rata -
NOMOR CONTOH 1 2
rata
Berat contoh Kering A Gram 485 486
Berat contoh kering
B Gram 500 500
permukaan
Berat contoh dalam Air C Gram 346 307
A
Beratb Jenis Bulk Gr/cc 3,152 2,518 3,152
B - C
B
Berat Jenis SSD Gr/cc 3,249 2,591 3,249
B - C
A
Berat Jenis Apparent Gr/cc 3,490 2,715 3,490
A - C
B -
A X
Penyerapan % 3,072 2,881 3,072
100%
A
Sumber : Perhitungan Peneliti
4.4. Keausan Agregat Kasar

Daya tahan agregat merupakan ketahanan agregat terhadap adanya penurunan


mutu akibat proses mekanis dan kimiawi. Agregat dapat mengalami degradasi yaitu
perubahan gradasi, akibat pecahan butir – butir agregat. Kehancuran agregat dapat
disebabkan oleh proses mekanis, seperti gaya – gaya yang terjadi selama proses
pelaksanaan perkerasan jalan ( penimbunan, penghamparan, pemadatan) pelayanan
terhadap beban lalulintas dan proses kimiawi seperti pengaruh kelembaban, kepanasan,
dan perubahan suhu sepanjang hari. Factor – faktor yang mempengaruhi tingkat
degradasi yang terjadi sangat ditentukan oleh jenis agregat, gradasi campuran, ukuran
partikel bentuk agregat, dan besarnya energy yang dialami oleh agregat tersebut. Daya
tahan agregat terhadap beban mekanis diperiksa dengan melakukan pengujian abrasi
dengan menggunakan alat abrasi Los Angeles sesuai dengan (SNI 03 – 2147 – 2008).
Gaya mekanis pada pemeriksaan dengan alat abrasi Los Angeles diperoleh dari bola –
bola baja yang dimasukkan dengan agregat yang hendak diuji. Hasil dari pemeriksaan
pengujian Keausan agregat kasar dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11. Hasil Pemeriksaan Keausan Agregat Kasar Menggunakan Alat Abrasi Los
Angeles.

UKURAN SARINGAN I II
Berat Berat Satuan
Lolos Tertahan (a) (a)
50,8 (2") 36,1 (1 1/2")
36,1 (1 1/2") 25,4 (1")
25,4 (1") 19,1 (3/4") 2500 Gram
19,1 (3/4") 12,7 (1/2") 2500 Gram
12,7 (1/2") 9,52 (3/8)
9,52 (3/8) 6,35 (1/4")
6,35 (1/4") 4,75 (No.4)
4,75 (No.4) 2,36 (No.8)
JUMLAH BERAT (A) 5000 Gram
Berat tertahan saringan No.12 setelah Gram
3695
percobaan (B)
Keausan Agregat ((A – B)/ A)x 100%) 26,1 %
Spesifikasi Keausan Agregat Max. 40 %
Sumber : Perhitungan Peneliti

Dari hasil pengujian, tingkat abrasi yang didapatkan adalah 26,1 % hasil ini
menunjukkan bahwa material yang bersumber dari quarry Batu Kodok Aesesa
memenuhi syarat (spesifikasi 2010 revisi 3 tabel 6.3.2; 1a) karena tingkat abrasinya lebih
kcil dari 40 %.

4.5. Rancangan Benda Uji AC – WC

Rancangan benda uji AC- WC meliputi : rancangan proporsi agregat gabungan,


rancangan campuran kadar aspal, dan rancangan variasi kadar aspal.

4.5.1. Rancangan Proporsi Agregat Gabungan

Rancangan proporsi agregat dibuat dengan metode persamaan linear dan variabel
dari tiga variabel. Karena material terdiri dari 4 fraksi maka langkah pertama adalah
menggabungkan agregat batu pecah ¾ “ dan ½” menjadi fraksi kasar terlebih dahulu
dengan menggunakan persamaan linear dua variabel. Dari spesifikasi 2010 revisi III,
persentase untuk bahan pengisi / filler (semen) diambil 1% dari nilai persentase abu batu.

4.5.2 Rancangan Campuran Kadar Aspal

Perencanaan campuran diperlukan untuk mendapatkan resep campuran yang


memenuhi spesifikasi, menghasilkan campuran yang memenui kinerja yang baik dari
agregat yang tersedia. Dengan kata lain harus direncanakan campurannya meliputi
gradasi agregat ( dengan memperhatikan mutu agregat) dan kadar aspal sehingga
dihasilkan lapisan perkerasan yang memnuhi spesifikasi. Setelah mendapat proporsi
agregat gabungan kemudian agregat dibagi dalam 3 fraksi, yaitu fraksi kasar (CA), fraksi
halus (FA), dan fraksi bahan pengisi /filler (FF), untuk perhitungan kadar aspal rencana.
Untuk perhitungan masing – masing agregat adalah sebagai berikut :

Fraksi Kasar (CA) = % lolos saringan ¾ “ - % lolos saringan no. 4

= 100% - 56,09%

= 43,91 %

Fraksi Halus (FA) = CA - % lolos saringan no.200

= 43,91 % - 8,15 %

= 35,76%

Fraksi Filler (FF) = % lolos saringan no.200

= 8,15 %
Setelah dibagi dalam 3 fraksi kemudian dihitung perkiraan kadar aspal rencana.
Hasil perhitungan pembagian fraksi agregat dan perkiraan kadar aspal dapat dilihat pada
tabel 4.13.

Tabel 4.13 Rancangan Campuran Kadar Aspal.

URAIAN NILAI SATUAN


Proporsi Fraksi Kasar CA 43,9 %
Proporsi Fraksi Halus FA 47,9 %
Proporsi Bahan Pengisi FF 8,15 %
Nilai Konstanta K 0,75 %
Perkiraan Kadar Aspal Pb 5,91 %
Rumus Perkiraan Kadar Pb = 0,035 x (CA)+0,045x (FA)+0,18x
Aspal (Pb) : (FF)+ Konstanta

Pada percobaan ini nilai K yang digunakan adalah 1. Menurut spesifikasi ukuran
nilai K berkisaran antara 0,5 % - 1 % dengan menggunakan nilai K = 1 didapat nilai Pb
= 5,91

4.5.3. Rancangan Campuran Variasi Kadar Aspal

Setelah mendapatkan perkiraan kadar aspal (Pb) yaitu 5 % kemudian divariasi


menjadi 5 variasi kadar aspal yaitu 2 variasi dibawah dan 2 variasi diatas kadar aspal
perkiraan yaitu 4 %, 4,5 %, 5 %, 5,5 %, 6 %. Dengan cara yang sama persentase agregat
pada variasi kadar aspal yang lainnya ditentukan. Hasil perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 4.14. setelah didapat rancangan campuran dengan lima variasi kadar
aspal selanjutnya dibuat variasi proporsi campuran masing –masing variasi kadar aspal
dengan hasil seperti pada tabel 4.15 dan 4.16. dari hasil perhitungan berat timbangan
kumulatif dipakai untuk membuat benda uji (briket) masing – masing kadar aspal yang
selanjutnya digunakan untuk pengujian marshall. Pada pembuatan benda uji (briket) dari
setiap kadar aspal dibuat 2 benda uji sehingga total benda uji adalah 10 benda uji. Tujuan
membuat 2 benda uji dari setiap kadar aspal adalah agar nilai dari setiap kadar aspal yang
didapat dari pengujian marshall lebih akurat dan potensi kesalahan semakin kecil.

Tabel 4. 14. Rancangan campuran lima variasi kadar aspal

URAIAN NILAI SATUAN


Proporsi Fraksi Kasar (CA 43,9 %
Proporsi Fraksi Halus (FA 47,9 %
Proporsi Bahan Pengisi (FF 8,15 %
Konstanta (K 0,75 %
Perkiraan Kadar Aspal (Pb 5,91 %
Rumus Perkiraan Kadar Aspal Pb = 0,035x (CA+ 0,045 x (FA+0,18 x (FF+ K
Sumber : Perhitungan Peneliti

Tabel 4. 15 Proporsi Campuran Lima Variasi Kadar Aspal

Komposisi campuran Kadar Komposisi Berat Timbangan


Aspal Rencana Agregat
4,5 5 5,5 6 6,5
PASIR 15.00% 171,9 171,0 170,1 169,2 168,3
ABU BATU 40.00% 458,4 456,0 453,6 451,2 448,8
AG. ¾” 32.00% 366,7 364,8 362,9 361,0 359,0
AG. ½” 12.00% 137,5 136,8 136,1 135,4 134,6
FILLER 1.00% 11,5 11,4 11,3 11,3 11,2
Berat AgregatCampuran (Gr 1146 1140 1134 1128 1122
Berat Aspal 54 60 66 72 78
Berat Rencana Total Aspal 1200 1200 1200 1200 1200
Sumber : Perhitungan Peneliti

Tabel 4.16. Proporsi Campuran Lima Variasi Kadar Aspal Kumulatif

KOMPOSISI CAMPURAN KOMPOSISI BERAT TIMBANGAN


KADAR ASPAL RENCANA AGREGAT ( %) 4.5 5 5.5 6 6.5
A PASIR 15.00% 171.9 171.0 170.1 169.2 168.3
B ABU BATU 40.00% 458.4 456.0 453.6 451.2 448.8
C AG. ¾” 32.00% 366.7 364.8 362.9 361.0 359.0
D AG. ½” 12.00% 137.5 136.8 136.1 135.4 134.6
E FILLER 1.00% 11.5 11.4 11.3 11.3 11.2
Berat Aggregat campuran(gr) 1146 1140 1134 1128 1122
Berat Aspal (gr) 54 60 66 72 78
Berat rencana total campuran (g 1200 1200 1200 1200 1200
Sumber : Perhitungan Peneliti

Pada pencampuran untuk membuat benda uji, diperlukan berat timbangan


kumulatif untuk mendapatkan persen dari tiap – tiap fraksi dengan masing – masing
kadar aspal rencana, agar mendapatkan berat rencana total agregat, yaitu 1200 gram.
4.6. Pembahasan Hasil Pengujian Marshall

Kinerja campuran aspal beton dapat diperiksa menggunakanpengujian alat


Marshall. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui ketahanan stabilitas terhadap
kelelehan plastis flow dari campuran aspal dan agregat khususnya ampuran aspal AC –
WC. Dari proses persiapan benda uji sampai pemeriksaaan dengan alat Marshall, akan
diperoleh data – data sebagai berikut ꞉

1. Stabilitas
2. Kelelehan
3. Rongga dalam campuran (VIM)
4. Rongga dalam agregat (VMA)
5. Rongga terisi aspal (VFA)
6. Hasil bagi Marshall (Marshall Quetiont)
7. Rongga dalam campuran membal (VIM – PRD)
8. Kadar Aspal Optimum
Hubungan parameter campuran beton aspal dan kadar aspal dapat dilihat
pada gambar 4.2 s/d 4.8 kecendrungan bentuk lengkung hubungan antara
kadar aspal dan parameter marshall adalah ꞉
1. Stabilitas akan menigkat jika kadar aspal bertambah
2. Kelelehan akan meningkat dengan meningkatnya kadar aspal
3. VIM akan menurun dengan bertambahnya kadar aspal sampai secara
ultimit mencapai nilai minimum
4. Lengkungan VMA akan menurun sampai mencapai nilai minimum
kemudian bertambah dengan bertambahnya kadar aspal

Hasil pengujian dan analisis hasil pengujian campuran AC – WC dengan menggunakan


alat Marshall dapat dilihat pada tabel 4.17.

4.6.1. Hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas


Salah satu parameter Marshall yang harus dimiliki oleh setiap
campuran Laston adalah Stabilitas, setiap campuran. Laston harus
mampu menerima beban lalulintas tanpa terjadi perubahan betuk
tetap seperti: gelombang, alur, ataupun blending.
Kadar Aspal >< Stabilitas
3500

3000

2500

2000

1500

1000
4.5 5 5.5 6 6.5

Gambar 4.2. Kurva Hubungan Kadar Aspal Rencana dan Stabilitas

Ket : : Spek stabilitas


----------------------- :

Gambar: Kurva Hubungan Kadar Aspal Rencana dan Stabilitas

Hasil pengujian Marshall untuk nilai stabilitas dari masing – masing


kadar aspal adalah : 1875,01 s/d 1968,09 (Spesifikasi umum Tahun
2010 revisi iii, menentukan nilai stabilitas untuk campuran laston
minimum adalah 800 kg, semua kadar aspal memenuhi spesifikasi.
4.6.2. Hubungan Kadar Aspal dengan Kelelehan
Kelelehan adalah besarnya perubahan bentuk plastis dari beton aspal
padat akibat adanya beban sampai batas keruntuhan.
Kadar Aspal >< Flow
7.00

6.00

5.00

4.00

3.00

2.00
4.5 5 5.5 6 6.5
1.00

Gambar 4.3. Kurva hubungan Kadar Aspal Rencana dan Kelelehan


Hasil pengujian Marshall untuk setiap kadar aspal, nilai kelelhan
benda dengan spek maksimum dan spek minimum kelelehan yaitu,
kadar aspal yaitu kadar aspal 4,5 % = 2,75 mm, 5,0% = 3,35mm,
5,5% = 3,80 mm, 6,0 % = 4,20 mm, 6,5 % = 4,35 mm.
Spesifikasi umum Tahun 2010 revisi III, menentukan nilai kelelehan
untuk campuran laston minimum 2 mm dan maksimum 4 mm. dari
hasil yang didapat maka dapat disimpulkan nilai kelelehan tidak
memenuhi persyaratan pada kadar aspal 6,5 % = 4,35 mm melebihi
batas maksimum 4 mm.
4.6.3 Hubungan Kadar Aspal dengan Rongga Dalam Agregat (VMA
Volume pori dalam agregat campuran (voids in the mineral agregat
adalah banyaknya pori diantara butir – butir agregat didalam beton
aspal padat, dinyatakan dalam persentase. Dari hasil pengujian
diharapkan persentase VMA memenuhi persyaratan yang ditentukan
pada spesifikasi umum tahun 2010 revisi III.

20.00
Kadar Aspal >< VMA
19.00
18.00
17.00
16.00
15.00
14.00
13.00
12.00
4.5 5 5.5 6 6.5

Gambar 4.4. Kurva Hubungan Kadar Aspal Rencana dan VMA


Hasil pengujian menentukan persen VMA dari setiap kadar aspal
adalah 4,5 % = 16,21%, 5% = 16,45%, 5,5 % = 16,66%, 6% = 17,39
%, dan 6,5 % = 18,03%. Spesifikasi umum 2010 revisi III
menentukan persen minimum untuk VMA adalah 15 % sehingga dari
hasil yang didapat pada kadar aspal 4,5 s/d 6,5 memenuhi syarat.
4.6.3. Hubungan Kadar Aspal dengan persen rongga dalam campuran
(VIM
Banyaknya pori yang berada dalam beton aspal padat (VIM adalah
banyaknya pori diantara butir – butir agregat yang diselimuti aspal.
VIM dinyatakan dalam persentase terhadap volume beton aspal
padat.

9.00
Kadas Aspa >< VIM
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
4.5 5 5.5 6 6.5

Gambar 4.5. Kurva Hubungan Kadar Aspal rencana dan VIM


Hasil pengujian Marshall menentukan persen VIM dari setiap kadar
aspal adalah 4,5 %= 7,18 %, 5,0 %= 6,28 %, 5,5 % = 5,35%, 6,0 %
= 5,02 %, dan 6,5 % = 4,50 %. Spesifikasi umum Tahun 2010 revisi
III menentukan persen minimum untuk VIM = 3 % dan persen
maksimum = 5 %. Berdasarkan hasil pengujian untuk kadar aspal
yang memenuhi persyaratan semua memenuhi persyaratan.
4.6.4. Hubungan Kadar Aspal dengan Rongga Terisi Aspal (VFA
(Voids Filled with Asphalt  adalah banyak pori diantara butir – butir
agregat di dalam beton aspal padat (VMA  yang terisi aspal, tidak
termasuk didalamnya aspal yang terarbsopsi. Oleh masing – masing
butir agregat.

80 Kadar Aspal >< VFA


75

70

65

60

55

50
4.5 5 5.5 6 6.5

Gambar 4.6. Kurva Hubungan Kadar Aspal Rencana dan VFA


Hasil pengujian Marshall menentukan persen VFA dari setiap kadar
aspal adalah 4,5 % = 55,74 %, 5 % = 61,79 %, 5,5 % = 67,84 %, 6,0
% =71,15 %, dan 6,5 % = 74,52 %.. spesifikasi umum Tahun 2010
revisi III menentukan persen minimum untuk VFA adalah 65 %.
Berdasarkan hasil pengujian kadar aspal yang memenuhi persyaratan
ada pada kadar aspal 5,5 %, 6,0 %, dan 6,5 %, sedangkan pada kadar
aspal 4,5 % tidak memenuhi spesifikasi.
4.6.5. Hubungan Kadar Aspal dengan Marshall Quetient (MQ
Marshall Quetient (MQ adalah hasil bagi marshall yang didapat dari
perbandingan antara stabilitas dan kelelehan dan dinyatakan dalam
kg/mm, merupakan indicator kelenturan potensial terhadap
keretakan.

Kadar Aspal >< MQ


750
700
650
600
550
500
450
400
350
300
250

Gambar 4.7. Kurva Hubungan Kadar Aspal rencana dan MQ


Pada spesifikasi umum tahun 2010 revisi III, untuk batasan nilai
Marshall Quetient (MQ tidak ada ketentuan, namun pada spesifikasi
umum tahun 2010 revisi I menentukan nilai minimum untuk MQ
adalah 250 kg/mm. hasil pengujian Marshall menentukan nilai MQ
dari setiap kadar aspal adalah 4,5 % = 686,17 kg/mm, 5,0 % =
604,94 kg/mm, 5,5 % = 593,60, 6,0 % = 540, 10 kg /mm, 6,5 % =
453,18 kg /mm. berdasarkan hasil pengujian semuanya memenuhi
persyaratan.
4.6.6. Hubungan Kadar Aspal dan Rongga dalam Campuran Membal
(VIM - PRD 
Pengujian rongga dalam campuran pada kepadatan mutlak (VIM -
PRD dilakukan untuk mengetahui kepadatan campuran AC – WC
setelah jalan tersebut dilalui oleh kendaraan (telah menerima beban
lalulintas . Hubungan Kadar aspal rencana dan VIM – PRD dapat
dilihat pada gambar 4.7.
Pengujian VIM – PRD hanya menggunakan kadar aspal berdasarkan
hasil dari perancangan komposisi untuk pengujian VIM - PRD yaitu
4,77%,5,27%, 5,77%. Hasil pengujian menentukan persen VIM –
PRD dari setiap kadar aspal adalah 4,77 % = 5,14 %, 5,27 % = 4,21
%, 5,77% = 3,24 %. Spesifikasi umum Tahun 2010 revisi III
menentukan persen minimum untuk VIM – PRD adalah 2 %.
Berdasarkan hasil pengujian semua kadar aspal memenuhi
spesifikasi.
Kadar Aspal >< VIM - Rd
7
6
5
4
3
2
1
4.5 5 5.5 6 6.5

Gambar 4.8. Kurva Hubungan Kadar Aspal Rencana dan VIM –


PRD
4.6.7. Perancangan Komposisi Untuk Pengujian VIM – PRD.
Pengujian rongga dalam campuran pada kepadatan mutlak (VIM -
PRD dilakukan untuk mengetahui kepadatan campuran AC – WC
setelah jalan tersebut telah dilalui oleh kendaraan (telah menerima
beban lalulintas. Kadar aspal yang digunakan untuk membuat
benda uji VIM – PRD adalah nilai kadar aspal yang berpotongan
dengan nilai VIM 3,46 % pada kurva. Sehingga didapat kadar aspal
untuk VIM - PRD adalah 5,65 %. Kemudian diambil dua variasi
kadar aspal masing – masing satu kadar aspal diatas dan dibawah
nilai tersebut yaitu 4,77 % dan 5,77 %, sehingga diperoleh tiga
kadar aspal yaitu : 4,77 %, 5,27 %, 5,77% dengan 1 kadar aspal
dibuat 1 benda uji. Pengujian VIM – PRD berbeda dengan pemdatan
untuk pengujian Marshall yaitu tumbukan pada pemadatan VIM –
PRD adalah lebih banyak dibandingkan pemadatan untuk pengujian
Marshall.
Tabel. 4.17 Komposisi Campuran untuk VIM – PRD

Kadar Aspal Berat timbangan Kumulatif (Gr


Rencana (% 4,6 5,1 5,6 6,1 6,6
Pasir 171,7 170,82 169,92 169,02 168,12

Abu Batu 629,6 626,34 623,04 619,74 616,44

Ag. ½ “ 996,0 990,756 985,536 980,316 975,096

Ag.3/4” 1133,4 1127,41 1121,47 1115,53 1109,59

Filler 1144,8 1138,8 1132,86 1126,8 1120,8

Aspal 1200 1200 1200 1200 1200

Pengujian VIM – PRD bertujuan mengetahui persen rongga


terhadap campuran pada kepadtan mutlak. Hasil dan analisis
pengujian campuran AC – WC untuk mendapatkan kepadatan
mutlak (VIM – PRD) dapat dilihat pada tabel. 4.17 dan gambar 4.8.
4.7. Evaluasi Sifat – Sifat Campuran Aspal
Berdasarkan gambar 4.2, 4.3, 4.4,4.5,4.6,4.7,4.8 diperoleh evaluasi
sifat – sifat campuran dan kadar aspal yang memenuhi spesifikasi
seperti yanag ditunjukkan pada gambar 4.9 untuk mendapatkan nilai
kadar aspal optimum sebagai berikut :
Tabel 4.18. Evaluasi sifat – sifat campuran Laston AC – WC.

Kadar Aspal
Sifat – Sifat
4.5 5.0 5.5 6.0 6.5

Stabilitas Marshall

Rongga Dalam Agregat


(Vma)

Rongga Terisi
Aspal (Vfb)

Rongga Dalam
Campuran (Vim)

Rongga Pre Refusal


Density (Vim Prd)

Kelelehan (Flow)

Marshall Quitient (Mq)

5.70
Table 4.18 diperoleh nilai kadar aspal optimum yaitu 5,70 % merupakan kadar aspal
yang meghasilkan sifat campuran terbaik yang memenuhi semua spesifikasi.

4.8. Hubungan Parameter Aspal dengan Kadar Aspal


Dari hasil evaluasi sifat – sifat campuran aspal AC – WC, sehingga
didapat pada perhitungan hubungan parameter Masrshall dengan kadar
aspal dihitung dengan menggunakan rumus regresi yang terdapat dalam
kurva, dan spesifikasi yang mengacu pada spesifikasi umurm tahun
2010 revisi 3. Berdasarkan hasil perhitungan maka campuran Laston
AC – WC dengan menggunakan material yang bersumber dari quarry
Batu Kodok Kecamatan Aesesa kabupaten Nagekeo memenuhi
spesifikasi dan dapat digunakan dengan kadar aspal optimum 5,70 %.

Tabel 4.19. Hubungan Parameter Marshall dengan Kadar Aspal.

No SIFAT - SIFAT NILAI SATUAN SPESIFIKASI


1 Kadar Aspal Optimum 5.7 % -
2 Kepadatan 2.281 gr/cm3 -
Rongga dalam Agregat
3 16.98 % Min 14
(VMA)
Rongga Terisi Aspal
4 71.55 % Min 63
(VFB)
Rongga dalam
5 4.80 3-5
Campuran (VIM) %
Rongga dlm Campuran
6 3.467 Min 2
Membal (VIM PRD) %
7 Stabilitas 2263 Kg/mm Min 800
Marshall Quotient
8 567 Kg/mm Min 250
(MQ)
Kelelehan Marshall
9 3.95 mm 2-4
(Flow)

Anda mungkin juga menyukai