Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Bahan pakan yang diberikan kepada hewan merupakan zat nutrisi utama
yang akan digunakan oleh tubuh hewan untuk tumbuh dan berkembang serta
melakukan proses metabolisme yang berlangsung di dalam tubuh.Ketersediaannya
di dalam tubuh hewan baik jumlah maupun kualitasnya haruslah mencukupi
kebutuhan hewan tersebut.
Ketidaktersediaan salah satu zat nutrisi di dalam tubuh akan direspon tubuh
dengan cara menurunkan atau bahkan menghentikan metabolisme maupun
produktivitas tergantung tingkat atau berapa lamanya difisiensi nutrisi tersebut di
dalam tubuh. Ketidaktersediaan zat nutrisi ini dapat disebabkan oleh ketidaktepatan
dalam manajemen pemberian pakan, pemilihan pakan yang kurang tepat
atau penyimpanan pakan yang kurang baik sehingga menurunkan kadar nutrisi yang
ada dalam makanan tersebut. Oleh karena pemberian sumplemen sangat diperlukan
untuk melengkapi atau memenuhi kandungan zat nutrisi yang berkurang akibat
penanganan dan penyimpanan pakan yang kurang tepat.

Dalam penyusunan ransum, pakan sumber energi dan serat yang biasanya
dihasilkan di farm merupakan pakan basal. Pakan tersebut biasanya defisien protein
dan kemungkinan defisien satu atau lebih asam amino, mineral dan vitamin.

1.2.            Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diaatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:


1.      Apa yang dimaksud dengan Feed Additive ?
2.      Jelaskan macam – macam feed additive?
3.      Bagaimana cara pemberian feed additive?

1.3.            Tujuan Pembahasan

Tujuannya adalah agar dapat mengetahui pengertian dari feed additive,


macam-macam feed additive, dan pemberian feed additive.
BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Feed Additive


Additive adalah suatu bahan atau kombinasi bahan yang ditambahkan,
biasanya dalam kuantitas yang kecil, kedalam campuran makanan dasar atau bagian
dari padanya, untuk memenuhi kebutuhan khusus, contohnya additive bahan
konsentrat, additive bahan suplemen, additive bahan premix, additive bahan makanan
(Hartadi et. al., 1991).
Additive adalah susunan bahan atau kombinasi bahan tertentu yang sengaja
ditambahkan ke dalam ransum pakan ternak untuk menaikkan nilai gizi pakan guna
memenuhi kebutuhan khusus atau imbuhan yang umum digunakan dalam meramu
pakan ternak. Murwani et al., (2002) menyatakan bahwa additive adalah bahan pakan
tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan
produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Sedangkan menurut Murtidjo (1993),
additive adalah imbuhan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak.
Penambahan bahan biasanya hanya dalam jumlah yang sedikit, misalnya additive
bahan konsentrat, additive bahan suplemen dan additive bahan premix. Maksud dari
penambahan adalah untuk merangsang pertumbuhan atau merangsang produksi.
Macam-macam additive antara lain antibiotika, hormon, arsenikal, sulfaktan, dan
transquilizer.
Feed additive merupakan bahan makanan pelengkap yang dipakai sebagai
sumber penyedia vitamin-vitamin, mineral-mineral dan atau juga antibiotika
(Anggorodi, 1985). Fungsi feed additive adalah untuk menambah vitamin-vitamin,
mineral dan antibiotika dalam ransum, menjaga dan mempertahankan kesehatan
tubuh terhadap serangan penyakit dan pengaruh stress, merangsang pertumbuhan
badan (pertumbuhan daging menjadi baik) dan menambah nafsu makan,
meningkatkan produksi daging maupun telur.

B.  Macam-macam Feed Additive


Macam ragam pakan additive antara lain additive pada bahan pakan
(contohnya agensia antioksidan, agensia cita rasa), additive untuk manipulasi
pencernaan dan absorpsi nutrien (contohnya buffer, enzim), additive untuk kesehatan
ternak (contohnya obat cacing), additive melalui hormonal (contohnya hormon
pertumbuhan, hormon reproduksi), additive untuk meningkatkan kualitas produk
(contohnya agensi pewarna, agensi antiradikal).
Biasanya feed additive diberikan dalam ransum ternak untuk menghasilkan
pertumbuhan yang diinginkan. Beberapa feed additve yang diberikan antara lain :
1.    Flavoring agent, pemberi bau untuk meningkatkan palatabilitas pakan contoh
cairan sukrosa
2.    Enzim untuk memperbaiki daya cerna
3.    Vitamin, Sebagai sumber vitamin A dapat digunakan Vit. A palmitat, Vit. A
acetat dan minyak ikan. Sumber vitamin D2 digunakan Vit. D pada semua tanaman
yaitu hasil aktivasi sterol dalam tanaman oleh sinar ultraviolet. Sumber vitamin
D3 digunakan Vit. D pada hewan yang merupakan hasil aktivasi sterol pada hewan
oleh sinar ultraviolet misalnya minyak ikan. Sumber vitamin E digunakan senyawa
vit. E aktif, misalnya dl alpha tokoferil asetat.  Sumber vitamin K dapat
menggunakan MCBC dan MPB.
4.    Sumber mineral : Tepung tulang, Tepung kerang (CaCo3) , Garam (NaCl).
5.    Antibiotik, Antibiotik dalam dosis rendah diketahui efektif terhadap
pengontrolan infeksi subklinis dan merangsang pertumbuhan hewan bila
ditambahkan dalam air minum atau kedalam pakan.
6.    Sumber-sumber karotenid ditambahkan kedalam ransum untuk memperbaiki
pigmentasi dari broiler dan kuning telur.
7.    Hormon atau zat lain yang digunakan untuk memperbaiki proses metabolisme
dari ayam.
·         Estrogen dipergunakan untuk memperbaiki pertumbuhan dan memperbaiki
karkas ayam.
·         Senyawa thyroaktif (seperti casein yang mengandung iodium) kadang
digunakan untuk memperbaiki produksi telur, kualitas telur, dan mencegah
degenerasi lemak dibawah kondisi tertentu. Beberapa macam obat( termasuk
hormon) dipergunakan untuk menghentikan jatuh bulu (molting) atau untuk
mempercepat molting ayam yang sudah berproduksi lama.
8.    Asam amino adalah monomer dari protein. Sebagai bahan pakan tunggal asam
amino tidak tersedia di alam, namun tersedia secara buatan. Asam amino yang
biasanya kekurangan dalam pakan adalah asam amino metionin dan lisin. Oleh
karena itu, di pasaran asam amino yang tersedia adalah DL- metionin dan L-lisin
yang mempunyai kemurnian 99%.
Berbagai macam feed additive yang bersifat non nutritive menurut Wahyu
(1997) antara lain: (1) Makanan tambahan pelengkap untuk memperbaiki tekstur dan
kekuatan pakan pellet; (2) Flavoring agent yaitu zat pemberi bau enak yang
dipergunakan untuk meningkatkan palatabilitas pakan; (3) enzim-enzim yang
memperbaiki daya cerna di bawah kondisi tertentu; (4) Antibiotika, senyawa-
senyawa arsen dan nitrofurans dipergunakan pada tingkat rendah untuk melindungi
pakan dari serangan perusakan oleh mikroorganisme dan mencegah timbulnya
keracunan yang disebabkan oleh mikroflora dalam usus; (5) Antibiotika yang
mempunyai spektrum luas (broad spectrum) dan daya absorpsi yang baik
ditambahkan ke dalam pakan untuk memerangi penyakit khusus; (6) Senyawa-
senyawa kimia tertentu dipergunakan untuk meningkatkan daya penyembuhan dari
antibiotika terhadap penyakit; (7) Obat-obat pencegah cacing dalam saluran
pencernaan; (8) Antioksidan untuk mencegah kerusakan asam-asam lemak yang
tidak jenuh dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak karena proses peroksidasi;
(9) sumber-sumber karotenoid ditambahkan dalam pakan untuk memperbaiki
pigmentasi dari broiler dan kuning telur dan (10) Hormon-hormon yang digunakan
untuk memperbaiki metabolisme ayam.

C.      Pemberian Feed Additive


Penggunaan makanan tambahan pelengkap dalam penyunan ransum
terutama yang merupakan bahan tambahan bukan zat makanan dengan maksud
memperbaiki konsumsi, daya cerna, proteksi, absorbsi dan atau transportas zat-zat
makanan untuk memperbaiki nilai gizi ransum dan menurunkan biaya pakan dan
dalam produksi broiler atau telur.
Ransum ayam broiler dan ayam petelur disusun sedemikian rupa sehingga
mengandung konsentrasi zat-zat makanan maksimum yang dapat diperoleh dengan
harga layak untuk pertumbuhan, produksi dan efisiensi penggunaan ransum
maksimum. Untuk menjamin zat-zat makanan tersebut ditelan, dicerna, dilindungi
dari kerusakan, diserap dan diangkut dari sel-sel tubuh, maka pelengkap makanan tak
bergizi tertentu atau yang disebut additive dimasukkan ke dalam ransum sebagai
tambahan sampai terjadi suatu konsentrasi optimum dan keseimbangan zat-zat
makanan (Rasyaf, 1994).
Contoh Feed additive yang digunakan untuk ayam broiler antara lain
adalah Broiler Weight. Adapun keistimewaan dari bahan ini antara lain adalah: (1)
Tidak mengandung antibiotika dan senyawa arsen sehingga dapat diberikan setiap
hari tanpa menimbulkan efek samping; (2) Memperbaiki konversi pakan sehingga
mempercepat pertambahan berat badan dalam waktu singkat; (3) Tidak
mempengaruhi aroma atau cita rasa daging ayam broiler atau pedaging dan (4)
Mencegah penyakit defisiensi vitamin (penyakit karena kekurangan vitamin).
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas.PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

Hartadi, H., S. Reksodiprodjo dan A.D. Tillman. 1991. Tabel Komposisi Bahan


Makanan Ternak Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Orskov, E. R. 1992. Protein Nutrition in Ruminant. 2nd Ed. Academic Press,


Harcout Brace Jovanovich Publisher, London.

Foley, R.C., D.L. Bath, F.N. Dickinson., and H.A. Tucker. 1973. Dairy Cattle
Principles, Practices, Problem and Profits. Lea and Febiger, Philadelphia.

Cullison. A. E. 1979. Feeds and Feeding. 2nd Ed. Reston Publishing Co. Inc.


Reston, Virginia.

Ensminger, M. E. 1992. Animal Science. 6th Ed. The Interstate and Publisher, Inc.


Danville, Illinois.

Harold, D.H. and S.M. Darrel. 1972. Crop Production 2nd Ed. Macmilan Publising
Co., Inc., New York.
Murtidjo, A. G. 2003. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius, Yogyakarta.

Rasyaf, M. 1996. Seputar Makanan Ayam Kampung. Kanisius. Yogakarta.


 

Anda mungkin juga menyukai