Anda di halaman 1dari 37

Disusun oleh:

Dr. drh. Yuli Purwandari Kristaningrum, MP.


Dr. drh. Bambang Sutrisno, MP.
Drh. Sitarina Widyarini, MP., PhD.
Drh. Sugiyono, Msi.
Prof. drh. Kurniasih, MVSc., PhD.
Prof. drh. R. Wasito, Msc., PhD.
Prof. drh. Charles Rangga Tabbu, Msc., PhD.

BAGIAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
Disusun oleh:
Dr. drh. Yuli Purwandari Kristaningrum, MP.
Dr. drh. Bambang Sutrisno, MP.
Drh. Sitarina Widyarini, MP., PhD.
Drh. Sugiyono, Msi.
Prof. drh. Kurniasih, MVSc., PhD.
Prof. drh. R. Wasito, Msc., PhD.
Prof. drh. Charles Rangga Tabbu, Msc., PhD.

Editor:
Triyana
Pilar Patria

BAGIAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah yang telah


memberikan rahmat berupa kesehatan, kesempatan
sehingga buku Petunjuk Praktikum Patologi Veteriner
dapat diselesaikan dengan baik. Buku ini dibuat bertujuan
untuk membantu mahasiswa agar dapat menyiapkan dalam
pelaksanaan praktikum mikroskopik yang diselenggarakan
oleh Laboratorium Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Gadjah Mada. Buku petunjuk ini merupakan
perbaikan dan tidak lepas dari petunjuk praktikum Patologi
yang telah dikeluarkan sebelumnnya oleh Laboratorium
Patologi FKH UGM.
Terima kasih diucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan buku
petunjuk praktikum ini, terutama kepada beliau drh. Darjono,
M.Sc., Ph.D. (Alm) dan drh. Sutjipto Nitisuwiryo, M.Si. Semoga
buku ini berguna bagi pembelajaran mata kuliah patologi
dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta, Januari 2015

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Gangguan Metabolisme 1
Degenerasi Ditandai Akumulasi Intraselular 1
Degenerasi Ditandai Akumulasi Ekstraselular 6
Nekrosis 8
Nekrosis Koagulasi 9
Nekrosis Kaseosa 10
Nekrosis Liquefaktif 11
Antrakosis 12
Gangguan Sirkulasi 13
Congesti 13
Hemorrhagi 14
Oedema 15
Thrombus 16
Infark 17
Radang 18
Radang Fibrinous 19
Radang Hemorrhagic 20
Radang Purulen 21
Radang Granulomatous 22
Radang Akut 23
Radang Kronis 24
Neoplasma 25
Papilloma 26
Squamus Cell Carcinoma 27
Fibroma 28
Fibrosarcoma 29
Adeno Carcinoma Mammae 30
Leiomyoma 31
Cholagio Carcinoma 32
ii
GANGGUAN METABOLISME SEL
Degenari yang ditandai oleh adanya AKUMULASI INTRASELULAR
A. AKUMULASI AIR
1. Kebengkakan sel akut (Degenerasi paranchymatosa, degenerasi albuminosa
degenerasi granuler):
Merupakan lesi awal dari sel akibat gangguan tertentu. Perubahannya
tidak spesifik dan sulit diamati dengan mikroskop biasa (cahaya).
Perubahan Makroskopik:
Tidak tersifat. Organ membesar dan berwarna lebih pucat.
Perubahan Mikroskopik:
Sel-sel tubuli renalis tampak membesar/ membengkak, lebih pucat, letaknya
berdesak-desakan menyebabkan penyempitan lumen. Sitoplasma terlihat
keruh, tersebar dan kadang-kadang vakuola.

b a

Gambar mikroskopik ginjal


a. Sel epitel tubuli membengkak
b. Tubuli ginjal
c. Pembuluh darah

Gangguan Metabolisme Sel 1


2. Degenerasi Hidropik (Degenerasi vakuoler, balloning degeneration)
Merupakan kebengkakan sel stadium lanjut.
Perubahan Makroskopik:
Tidak tersifat. Organ tampak membesar, lebih pucat dan konsistensi rapuh.
Perubahan Mikroskopik:
Terlihat adanya ruang kosong (vakuola) di dalam sitoplasma dari sel
di dekat/ di sekitar nuklei. Beberapa vakuola bersatu membentuk vakuola
yang lebih besar.

c
b

Gambar mikroskopik hati


a. Vakuola air pada sel hati;
b. Pembuluh darah hati;
c. Sel hepatosit hati.

2 Gangguan Metabolisme Sel


B. AKUMULASI LIPID
1. Degenerasi Melemak
Merupakan akumulasi lemak abnormal di dalam sitoplasma dari sel organ
yang berparenkim.
Perubahan Makroskopik:
Organ yang terkena berwarna kuning. Pada kasus berat: organ tampak
membesar, berwarna kuning merata, konsistensi rapuh dan bidang sayatan
berminyak.
Perubahan Mikroskopik:
Adanya vakuola dengan ukuran bervariasi, pada kasus berat akan
mendesak nukleus ke tepi dari sel.
Gambaran mikroskopik hati:

a. Vakuola lemak pada sel hati

Gambaran makroskopik dan mikroskopik ginjal:

b. Vakuola lemak pada epitel tubuli


ginjal

Gangguan Metabolisme Sel 3


C. AKUMULASI GLIKOGEN
1. Infiltrasi Glikogen
Merupakan timbunan yang abnormal dari glikogen di dalam sel.
Perubahan Makroskopik:
Tidak tersifat.
Perubahan Mikroskopik:
Sel-sel membengkak dan terlihat adanya vakuola yang jelas di dalam
sitoplasma. Timbunan glikogen ditemukan dalam sitoplasma.

Gambar mikroskopik ginjal


a. Akumulasi glikogen pada sitoplasma sel hati,
b. Vena sentralis hati.

4 Gangguan Metabolisme Sel


D BENDA INKLUSI (Inclusion body)
1. Infiltrasi Glikogen
Merupakan timbunan abnormal dari massa protein dalam sitoplasma atau
inti yang terjadi akibat infeksi virus tertentu.
Perubahan Makroskopik:
Tergantung agen penyebab terbentuknya badan inklusi tertentu.
Perubahan Mikroskopik:
Adanya timbunan benda asing dengan bentuk bervariasi di dalam
sitoplasma atau inti berwarna eosinofilik, basofilik atau amfofilik.

a. Badan inklusi intranuklear pada sel


otak

b. Badan inklusi intrasitoplasma pada


sel epitel kulit

Gangguan Metabolisme Sel 5


Degenari yang ditandai oleh adanya AKUMULASI EKSTRASELULAR
A. AMIYLOIDOSIS
Amyloid: Substansi amorf eosinofilik yang tergolong glikoprotein.
Pada keadaan tertentu substansi dapat tertimbun di luar sel terutama
membran basalis.Amiyloidosis: penyakit yang ditimbulkan adanya timbunan amorf.
Perubahan Makroskopik:
Tergantung dari penyebabnya.
Perubahan Mikroskopik:
Timbunan amyloid amorf dan eosinofilik di dalam glomeruli ginjal, di antara
sinusoid hati, di antara nodus lymphaticus dari limpa dan di sekitar/ di dalam
pembuluh darah berbagai organ.

Gambar amyloid pada glomerulus ginjal:


a. Timbunan amyloid pada glomerulus

6 Gangguan Metabolisme Sel


B. KALSIFIKASI
Ditandai adanya penimbunan garam-garam kalsium pada berbagai jaringan
lunak.
Perubahan Makroskopik:
Adanya timbunan granular berwarna putih kepucatan pada organ yang
terserang.
Perubahan Mikroskopik:
Kalsium terlihat sebagai agregat berwarna biru muda sampai biru tua pada
otot, tunika media dari arteri, membrana basalis dari ginjal, usus atau paru-
paru.

a c

Gambaran kalsifikasi pada ginjal:


a. Timbunan kalsium pada lumen tubuli ginjal,
b. Sel darah merah,
c. Tubuli ginjal.

Gangguan Metabolisme Sel 7


NEKROSIS
Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan yang terjadi pada individu yang masih
Bentuk-bentuk nekrosis adalah nekrosis koagulasi, nekrosis kaseosa, nekrosis liquefaksi,
nekrosis lemak, nekrosis Zenker, gangren dan infark.
Penyebab
Toksin kimiawi, kuman patogen atau tanaman, gangguan sirkulasi, gangguan
inervasi syaraf dan tekanan mekanik atau termis.
Perubahan Makroskopik:
Jaringan yang mengalami nekrosis terlihat pucat dan transparan jika
dibandingkan dengan normal.
Perubahan Mikroskopik:
Nukleus: Piknosis: nukleus terlihat bulat, ukuran lebih kecil dan lebih gelap.
Karioreksis: nukleus mengalami fragmentasi (pecah) menjadi bagian kecil.
Kariolisis: nukleus mengalami lisis (hancur). Jika terjadi sempurna, maka
nukleus hilang. Jika kariolisis tidak sempurna, maka nukleus terlihat sebagai
rongga kosong yang dibatasi oleh membran nukleus yang disebut “ghost”.
Sitoplasma: Sitoplasma berwarna asidofilik dan struktur bagian dalamnya tidak
jelas. Jika nekrosis melanjut tidak terlihat lagi adanya sitoplasma.

Sel normal Inti piknotik

Inti karioreksis Inti karyolisis

8 Nekrosis
NEKROSIS KOAGULASI
Nekrosis koagulasi sering terjadi mengikuti kejadian infark atau radang diptheric.
Perubahan Makroskopik:
Daerah nekrosis berwarna putih atau abu-abu, padat dan lebih rendah dari
permukaan di sekitarnya.
Perubahan Mikroskopik:
Struktur sel dan jaringan masih jelas. Inti sel mengalami piknotik dengan
sitolplasma lebih asidophilik.

Gambaran nekrosis pada hati:


a. Inti piknotik pada sel hati.

Nekrosis 9
NEKROSIS KASEOSA
Nekrosis kaseosa salah satu bentuk nekrosis yang lesinya menciri, terutama pada penyakit
tuberkulosis atau syphilis.
Perubahan Makroskopik:
Jaringan berwarna putih keabu-abuan atau kekuningan dan sedikit berlemak,
padat, tetapi tidak terletak erat pada jaringan di bawahnya sehingga mudah
dapat lepas.
Perubahan Mikroskopik:
Struktur sel sudah terlihat lagi dan membentuk masa bergranulasi halus
yang berwarna keabu-abuan dan dikelilingi jaringan granulasi epitelioid
dan limfosit serta neutrofil.

Gambaran radang granulomatosa


paru-paru:
a. Pusat nekrosis;
b. Daerah radang infiltrasi limfosit;
c. Proliferasi jaringan ikat.

10 Nekrosis
NEKROSIS LIQUEFAKTIF
Nekrosis liquefaktif sering dijumpai pada kerusakan otak atau abses.
Perubahan Makroskopik:
Adanya jendolan yang berisi cairan dikelilingi kapsula tipis dan irreguler.
Perubahan Mikroskopik:
Daerah nekrosis tampak sebagai ruang kosong dengan sisa kapsula yang
irreguler. Di samping itu terlihat sel debris, fibrin dan neutrofil disekitarnya.

Gambaran pyometra pada uterus:


a. Sel radang neutrofil;
b. Fibrin;
c. Sel debris.

Nekrosis 11
ANTRAKOSIS
Antrakosis merupakan keadaan patologik pada hewan ataupun manusia akibat adanya
partikel-partikel karbon berasal dari luar (eksogen). Partikel-partikel karbon terutama
pada paru-paru dan limfondus akan membentuk pigmen yang berwarna
kehitaman. Antrakosis dijumpai pada daerah yang terpolusi asap. Pertambangan terutama
tambang batubara.
Perubahan Makroskopik:
Organ paru-paru/limfonodus berwarna abu-abu kehitaman. Pada paru-paru,
antrakosis sering terjadi pada lobus ventralis daripada lobus dorsalis.
Perubahan Mikroskopik:
Partikel karbon pada paru-paru terlihat sebagai granula halus berwarna
kehitaman di antara sel atau di dalam sitoplasma, pada dinding alveoli/septa
jaringan ikat, kadangkala terdapat makrofag. Pada limfonodus, partikel karbon
terlihat sebagai granula berwarna kehitaman di antar sel-sel limfoid dan di
dalam makrofag.
Gambaran melanin pada organ kulit:

a. Pigmen melanin pada kulit


Gambaran karbon pada organ paru-paru:

b. Pigmen karbon pada alveoli paru


12 Antrakosis
GANGGUAN SIRKULASI
1. Congesti
Definisi: kenaikan jumlah darah di dalam pembuluh darah.
Perubahan Makroskopik:
Organ membengkak, warna merah tua, bidang sayatan berdarah.
Perubahan Mikroskopik:
Kapiler darah tampak melebar penuh terisi erythrocyt. Sinusoid hati
dan limpa terisi erythrocyt.

Gambaran congesti hati:


a. Erythrocyt pada pembuluh darah vena;
b. Erythrocyt pada ruang sinusoid hati.

Gangguan Sirkulasi 13
2. Hemorrhagi/Perdarahan
Definisi: Keluarnya darah dari pembuluh darah, baik keluar tubuh maupun
kedalam jaringan tubuh.
Perubahan Makroskopik:
Adanya bintik perdarahan (petechiae, ecchymosae) pada lapisan mukosa
atau serosa organ tubuh. Jika perdarahan meluas terjadi purpura
sedangkan perdarahan terbatas/lokal disebut hematoma.
Perubahan Mikroskopik:
Terlihat erythrocyt di luar pembuluh darah.

Gambaran hemorrhagi otak:


a. Erythrocyt di ruang Vircow Robin
b. Sel neuron otak.

14 Gangguan Sirkulasi
3. Oedema
Definisi: Penimbunan cairan yang berlebihan di ruang interselluler organ atau
rongga tubuh.
Perubahan Makroskopik:
Organ membengkak, lunak, warna pucat, bidang sayatan keluar dari cairan
kekuningan. Bila ditekan oleh jari maka cairan oedema akan berpindah ke
jaringan sekitarnya.
Perubahan Mikroskopik:
Cairan oedema akan hilang saat pembuatan preparat, akan terlihat sisa
protein sebagai massa homogen eosinophilik. Selain itu terlihat
erythrocyt, leucocyt atau fibrin di sekitar massa tersebut.

a
b

Gambaran oedema pulmonum:


a. Massa oedema pada lumen alveoli
b. Erythrocyt, leucocyt pada septa alveolaris.

Gangguan Sirkulasi 15
4. Thrombus
Definisi: Kumpulan thrombocyt dan fibrin dalam jumlah banyak dan berlapis-
lapis.
Perubahan Makroskopik:
Adanya jendolan dengan struktur berlapis-lapis pada dinding pembuluh
darah.
Perubahan Mikroskopik:
Adanya kumpulan fibrin dan erythrocyt yang melekat pada dinding
pembuluh darah.

Gambaran thrombus vena:


a. Kumpulan fibrin pada thrombus
b. Kumpulan erythrocyt dari thrombus

16 Gangguan Sirkulasi
5. Infark
Definisi: Kematian jaringan setempat yang disebabkan oleh kekurangan darah
yang hebat.
Perubahan Makroskopik:
Sebagian organ yang terkena berwarna merah dan bagian distalnya
berwarna pucat keputihan dan mengkerut.
Perubahan Mikroskopik:
Tampak zona anemi, zona sel radang dan zona hyperemi.

Gambaran infark anekmik pada ginjal:


a. Zona anemik;
b. Zona radang;
c. Zona hyperemi.

Gangguan Sirkulasi 17
RADANG
Definisi: Suatu reaksi vaskuler dan seluler jaringan hidup terhadap iritasi atau agen infeksi.
Untuk menunjukkan macam-macam sel yang ada pada daerah radang perlu diingat:
1. Tipe agen/etiologinya:
-Infeksi viral : sel-sel radang terutama mononuclear
-Infeksi bakterial : sel-sel radang terutama polymorphonuclear
-Infeksi jamur: sel-sel radang terutama polymorphonuclear
2. Derajat/lamanya proses radang:
-Radang akut: reaksi radang didominasi sel-sel radang polymorphonuclear
-Radang kronis: reaksi radang didominasi sel-sel radang mononuclear
3. Reaksi radang berhubungan dengan proses immunologi
-Delayed hypersensitivity : sel-sel radang terutama mononuclear
-Immediate hypersesitivity: sel-sel radang terutama polymorphonuclear.
Kllasifikasi radang berdasarkan:
1. Waktu : Per akut, Akut, Sub akut, Kronis
2. Distribusi : Fokal, Multifokal, Diffuse
3. Tipe eksudat/reaksi jaringan : Serous, Fibrinous, Supuratif/Purulen, Hemorrhagic

18 Radang
1. Radang Fibrinous
Definisi: Radang dengan komponen utama eksudat adalah fibrin. Eksudat ini
sering dijumpai pada keradangan membrana mukosa dan serosa dari traktus
digestivus.
Perubahan Makroskopik:
Terdapat lapisan fibrin dan organ hyperemi
Perubahan Mikroskopik:
Fibrin tampak sebagai massa homogen yang sangat eosinophilik dan
agak kotor.

b
a

Gambaran Pneumonia fibrinosa


a. Massa fibrin pada lumen alveoli;
b. Kumpulan sel radang neutrofil pada septa interalveolaris.

Radang 19
2. Radang Hemorrhagic
Definisi: Radang dengan komponen utama eksudat adalah erythrocyt.
Perubahan Makroskopik:
Organ berwarna merah dan pada permukaanya terdapat jendalan darah
Perubahan Mikroskopik:
Terdapat erythrocyt ekstravaskuler (di luar pembuluh darah)

Gambaran Enteritis Hemorrhagica


a. Erythrocyt di mukosa usus;
b. Sel radang netrofil.

20 Radang
3. Radang Purulen/Suppuratif
Definisi: Radang dengan komponen eksudat adalah neutrofil
Perubahan Makroskopik:
Adanya pus/nanah yaitu material cair atau setengah cair berwarna
atau kehijauan.
Perubahan Mikroskopik:
Ditemukan banyak sekali sel radang neutrophil dan hancuran
netrophil.

Gambaran Enteritis Hemorrhagica


a. Erythrocyt di mukosa usus;
b. Sel radang netrofil.

Radang 21
4. Radang Granulomatous
Definisi: Salah satu bentuk radang kronis yang dihasilkan oleh agen etiologi
tertentu, perbedaan dengan radang kronis lainnya oleh adanya 2 macam sel
yaitu epitheloid (macrophag) dan giant cell yang multinuclear. Nodulus
yang terbentuk disebut granuloma, sedang pada proses tuberkola disebut
tuberkel.
Agen etilogi yang infeksious:
- Beberapa macam bakteri seperti Mycobacterium, Staphylococcus,
Actinomyces, Actinobacillus, Brucella dan Nocardia.
- Beberapa macam jamur seperti Blastomyces, Histoplasma, Cryptococcus,
Coccidiosis, Aspergilus dan Mucor
- Parasit tertentu seperti Toxoplasma dan migrasi larva pada jaringan.
Agen etiologi yang non infeksious seperti duri, benda asing lain serta bahan
sintetik yang digunakan dalam operasi yang sudah cukup lama dalam jaringan
untuk dapat merangsang terjadinya radang granulomatosa.

Gambaran Acitinomycosis pada lidah:


a. Koloni bakteri;
b. Sel radang neutrofil

22 Radang
5. Radang Akut
Bentuk-bentuk radang akut:
- Vaskularisasi yang maksimal
- Reaksi sel polymorphonuclear yang dominan. Komponen utama proses
radang adalah cairan dan protein dan sel polymorphonuclear
- Proliferasi fibroblas minimal atau belum ada

Gambaran Glomerulonephritis akut:


a. Sel radang neutrofil pada daerah interstitial ginjal

Radang 23
6. Radang Kronis
Dua macam terjadinya keradangan kronis:
- Mula-mula terjadinya radang akut, kemudian berkembang menjadi kronis. Hal
ini sering terjadi pada keradangan suppuratif dan fibrinous
- Radang yang semula menunjukkan reaksi dari elemen radang kronis, radang
bentuk ini disebut granulomatous
Bentuk-bentuk dasar radang kronis:
- Vaksularisasi minimal
- Reaksi sel mononuclear yang dominan dan proliferasinya di daerah radang.
Komponen utama radang berupa cairan dan protein hampir tidak ada.
- Biasanya ada hubungan dengan proliferasi fibroblas

Gambaran Glomerulonephritis kronis:


a. Jaringan ikat pada gromelurus;
b. Sel radang lympocyt pada daerah interstitial

24 Radang
NEOPLASMA
Nama lain : Tumbuh ganda, pekung, tumor, cancer
Definisi : Jaringan abnormal yang pertumbuhannya tidak terkoodinasi dan melebihi
pertumbuhan jaringan yang normal. Jaringan neoplastik tidak memberikan
fungsi guna seperti biasanya pada tubuh.
Klasifikasi Beberapa Tumor Hewan Berdasarkan pada Histeogenesis dan Sifatnya
Asal Benigna Maligna
Epithelial
Permukaan nonglandular Papilloma Squamus cell carcinoma
Permukaan glandular Polyp Adenocarcinoma
Glandular Adenoma Adenocarcinoma
Mesenchymal
Jaringan ikat Fibroma Fibrosarcoma
Jaringan ikat mukoid Myxoma Myxosarcoma
Jaringan lemak Lipoma Liposarcoma
Tulang rawan Chondroma Chondrosarcoma
Tulang Osteoma Osteosarcoma
Pembuluh darah Hemangioma Hemangiosarcoma
Meninges Meningioma Meningiosarcoma
Pembuluh limfe Lymphangioma Lymphangiosarcoma
Otot polos Leiomyoma Leiomyosarcoma
Otot serat lintang Rhadomyoma Rhadomyosarcoma
Mast cell Mastocytoma Mast cell sarcoma
Hemopoitik
Limfosit Lymphoma Lymphosarcoma
Sel plasma - Myeloma
Granulosit - Myelogenous leukemia
Sel retikulum - Reticulum cell sarcoma
Syaraf
Astrosit Astocytoma Astrocytoma
Oligodendroglia Oligodendroglia Oligodendroglioma
Epedyma Ependymoma Ependymoma
Sel Schwann Neurofibroma Neurofibroma
Sel syaraf Neuroblastoma Malignant neuroblastoma
Ganglioneuroma Malignant Ganglioneuroma
Chromaffin paraganglia Pheochromocytoma Malignant Pheochromocytoma
Nonchromaffin Nonchromaffin Malignant Nonchromaffin
paraganglia paraganglioa paraganglioma
Lain-lain
Melanosit Melanoma Malignant melanoma
Embryonic-kidney Nephroblastoma Malignant nephorblastoma
-gonad Teratoma Malignant teratoma

Neoplasma 25
1. Papilloma
Papilloma adalah tumor benigna yang berasal dari epithel epidermis atau epitel
mukosa.
Perubahan Makroskopik:
Tumor berbentuk tonjolan pada permukaan kulit dan mempunyai
permukaan yang tidak rata. Bagian dasar dari tumor dapat lebih lebar atau
lebih sempit.
Perubahan Mikroskopik:
Terlihat sebagai penebalan epidermis dengan tonjolan-tonjolan
stratum germinativum yang mengalami proliferasi yang sebagian
masuk ke dalam dermis.

Gambaran papilloma kulit


a. Proliferasi sel germinativum pada epidermis kulit

26 Neoplasma
2. Squamus Cell Carcinoma (SCC)
Squamus cell carcinoma adalah tumor maligna yang berasal dari epithel
epidermis.
Perubahan Makroskopik:
Hampir menyerupai papilloma, tetapi bagian dasar jaringan tumor lebih
lebar dan sering mengalami perdarahan atau ulcerasi.
Perubahan Mikroskopik:
Jaringan tumor terlihat sebagai untaian-untaian sel dari stratum
germinativum yang menginfiltrasi dermis dan subcutis. Sel-selnya
terlihat aktif, mitosis, beberapa sel tumor membentuk lamina-lamina
keratin yang konsentrik disebut “mutiara carcinoma”. Batas antara
jaringan tumor dengan jaringan sekitarnya tidak jelas.

Gambaran SSC kulit


a. Mutiara carcinoma;
b. Sel epitel kulit;
c. Mitosis

Neoplasma 27
3. Fibroma
Fibroma adalah tumbuh ganda/tumor benigna yang berasal dari jaringan ikat
fibroma.
Perubahan Makroskopik:
Tumor berbentuk benjolan yang berbatas jelas, berwarna abu-abu
keputihan dan konsistensi agak keras.
Perubahan Mikroskopik:
Tumor ini mempunyai struktur menciri terdiri dari jalinan fibroblas
serta serabut kolagen. Sel tumor berbentuk kumparan atau fusiform
dan mempunyai nukleus yang besar.

Gambaran tumor jaringan ikat


a. Sel fibroblas;
b. Bentuk kumparan/fusiform

28 Neoplasma
4. Fibrosarcoma
Fibrosarcoma adalah tumbuh ganda maligna yang berasal dari jaringan ikat.
Perubahan Makroskopik:
Ukuran tidak menentu kadang-kadang ada yang sangat besar. Biasanya
berbentuk noduli, irreguler dan tidak berbatas jelas, tidak berkapsul,
berwarna putih keabu-abuan dan konsistensi keras, sering terlihat ada
perdarahan dan daerah nekrosis.
Perubahan Mikroskopik:
Terlihat banyak sel-sel muda/fibroblas yang membentuk jalinan tidak
beraturan, sedikit sekali serabut kolagen. Sel-sel tumor berbentuk
kumparan, fusiform/poligonal, nukleus oval dan hiperkromatik.
nukleoli lebih dari satu (2-5).

Gambaran tumor jaringan ikat:


a. Sel fibroblas muda;
b. inti oval dan besar

Neoplasma 29
5. Adeno Carcinoma Mammae
Adeno carcinoma mammae adalah tumbuh ganda maligna yang berasal dari
epithel kelenjar mammae.
Perubahan Makroskopik:
Jaringan tumor menempati dalam jaringan mammae, berbatas tidak jelas,
tak berkapsula. Bidang sayatan berwarna keputihan.
Perubahan Mikroskopik:
Terlihat proliferasi sel-sel epithel kelenjar dan terlihat tahap-tahap
pembelahan sel (mitosis). Stroma jaringan ikat disekitar sel-sel tumor.
Sel-sel tumor berinfiltrasi ke jaringan sekitar.

Gambaran tumor kelenjar mammae


a. Proliferasi sel epitel kelenjar mammae;
b. Mitosis

30 Neoplasma
6. Leiomyoma
Leiomyoma adalah tumbuh ganda benigna yang berasal dari otot polos.
Perubahan Makroskopik:
Tumbuh ganda berbentuk oval, berbatas jelas, konsistensi keras dan
kadang-kadang berkapsul. Warnanya putih keabu-abuan atau merah muda.
Perubahan Mikroskopik:
Terlihat banyak sel-sel yang membentuk seperti jalinan/anyaman yang
silang menyilang, inti berbentuk lonjong, tidak ada gambaran mitosis
atau jarang sekali terlihat.

Gambaran leiomyoma otot polos


a. Sel otot membentuk anyaman;
b. Bentuk inti oval

Neoplasma 31
7. Cholangio Carcinoma
Definisi: Tumor maligna dan epitel ductus beliverus
Perubahan Makroskopik:
Tampak noduli yang multiple dan bervariasi ukurannya.
Perubahan Mikroskopik:
Sel tumor membentuk ductus baru yang dilatasi dan berisi secret
mucin. Sel berbentuk columner dengan inti berbentuk oval dan
elogate.

Gambaran cholangio carcinoma hati


a. Duktus-duktus baru;
b. Secret mucin

32 Neoplasma
BAGIAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA

Anda mungkin juga menyukai