Anda di halaman 1dari 55

1

BAB I

PENDAHULUAN

Industri perunggasan sudah memiliki kemajuan yang sangat pesat di

indonesia terbukti dengan banyaknya perusahaan unggas yang sudah modern baik

itu dibidang breeding, produksi pakan maupun pemeliharaannya. Faktor

penunjang keberhasilan usaha pembibitan ayam diantaranya pemilihan bibit

(breeding), pemberian pakan (feeding), tata laksana (managemen) serta

pengendalian kesehatan ayam terhadap penyakit merupakan beberapa hal yang

penting sebagai penentu keberhasilan usaha peternakan ayam sehingga diperlukan

dan diperhatikan bagaimana proses dan tata cara yang tepat dan benar untuk

memperoleh produksi yang tinggi.

Perusahaan pembibitan merupakan salah satu faktor penunjang

keberhasilan suatu usaha peternakan. Untuk menghasilkan bibit yang bermutu

maka diperlukan pengelolaan pembibitan ayam yang baik agar diperoleh telur

tetas dan DOC yang tinggi sehingga dalam menghasilkan bibit final stock dapat

berkualitas dan terpenuhi. PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk adalah

perusahaan terbesar di indonesia yang berskala industri. Perusahaan ini fokus

untuk mengembangkan di bidang agrobisnis yang mencakup poultry business,

dari memproduksi pakan ternak berkualitas, pembibitan ayam yang cepat tumbuh

dan tahan penyakit serta menghasilkan produk ayam olahan berkualitas tinggi.

Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah untuk meningkatkan

kemampuan mahasiswa dan memperluas pengetahuan tentang manajemen


2

perkandangan ayam pembibit (breeding) periode laying di PT. Charoen Pokphand

Jaya Farm Unit Sragen. Manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan Praktek

Kerja Lapangan (PKL) adalah dapat memberikan dan menambah pengetahuan

serta ketrampilan dalam pemeliharaan khususnya perkandangan, menambah

wawasan tentang kerja di sektor industri perunggasan di PT. Charoen Pokphand

Jaya Farm Unit Sragen.


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Pembibit Pedaging

Dalam peternakan unggas terdapat beberapa jenis silsilah ayam ras

pedaging yaitu Pure Line (PL), Grand Parent Stock (GPS), Parent Stock (PS) dan

Final Stock (FS) (Setyono dan Ulfah, 2011). Ayam jenis strain Cobb memiliki

tingkat fertilitas yang tinggi disesuaikan dengan body weight apabila sudah

mencapai umurnya (Rahayu dkk., 2011). Pembibitan ayam broiler atau ayam

pedaging adalah jenis ayam ras unggul yang diciptakan dari hasil seleksi,

perkawinan silang maupun rekayasa genetika (Tamalludin, 2012).

2.2 Lokasi dan Tata Letak Kandang

Lokasi peternakan yang baik adalah harus jauh dari pemukiman penduduk

dan harus tersedia persediaan sumber air yang cukup terutama pada saat musim

kemarau (Fadilah dkk., 2007). Arah kandang yang baik yaitu membentang dari

barat ke timur atau sesuai dengan perputaran sinar matahari (Nuroso, 2010). Arah

kandang disesuaikan dengan arah angin sehingga intensitas cahaya matahari tidak

terlalu tinggi baik pada pagi maupun sore hari serta menekan seminimal mungkin

penularan penyakit lewat hembusan angin (Suprijatna dkk., 2008).


4

2.3 Kontruksi Kandang

Konstruksi kandang meliputi atap, dinding, lantai dan sistem ventilasi

kandang (Fadilah dkk., 2007). Sistem kandang closed house atau kandang tertutup

memiliki dinding yang tertutup seluruhnya kecuali pada kedua ujung kandang

yang dipasang inlet dan outlet (Nuroso, 2010).

2.3.1 Atap Kandang

Bahan untuk kandang sebaiknya digunakan yang ringan dan tidak

menghantarkan panas hal tersebut ditujukan pada kenyamanan ternak

(Rasyaf, 2008). Atap kandang berfungsi untuk menaungi ayam dari sinar matahari

dan hujan, selain itu untuk mempengaruhi suhu dan kelembapan di dalam

kandang (Sudarmono, 2003). Menurut (Winarto, 1985) bentuk atap kandang

dibedakan menjadi 3 yaitu 1) Monitor, atap terdiri dari dua sisi dan biasanya

dipakai pada bangunan yang luas, 2) Shade, atap terdiri dari dua sisi dan

digunakan pada bangunan yang sempit, 3) Gable, atap terdiri dari kedua sisi yang

terputus menyerupai gergaji dan digunakan pada bangunan yang memiliki tekstur

tanah yang tidak rata.

2.3.2 Dinding Kandang

Terdapat berbagai macam model dinding kandang yaitu sistem dinding

terbuka, semi terbuka dan tertutup (Fadilah, 2004). Pada kandang closed house

konstruksi dinding kandang dibuat tertutup umumnya berbahan ram kawat yang

ditutup dengan terpal plastik yang tebal (Sulityoningsih, 2003).


5

2.3.3 Lantai Kandang

Terdapat 3 macam lantai, yaitu lantai litter, lantai celah, dan lantai

kombinasi (Sudarmono, 2003). Lantai dalam kandang ada berbagai macam

jenisnya yaitu lantai yang bagian dasarnya terbuat dari tanah yang dilakukan

pemadatan, lantai yang bagian dasarnya campuran pasir dan semen, bambu, kayu,

kawat, slet (Sujionohadi dan Ade, 2016). Untuk lantai kandang litter, litter

diusahakan selalu bersih dan kering dan apabila kotor dapat mengotori sarang

maupun telur (Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).

2.3.4 Ventilasi Kandang

Ventilasi mempunyai fungsi untuk menjaga suhu ruangan, menjaga

kelembapan, menyediakan udara bersih, mengeluarkan udara kotor dari dalam

kandang serta amonia. (Sudarmono, 2003). Pada kandang tertutup biasanya

menggunakan model tunnel ventlation dan dibantu oleh blower di bagian

belakang kandang (Tamaludin, F. 2014). Blower berfungsi sebagai penyedot

angin, debu, kotoran dan bau amoniak yang dihasilkan melalui kotoran ternak

kemudian disaring dan dibawa keluar kandang sehingga suhu menjadi stabil dan

tidak lembab (Fadilah, 2005).

2.4 Peralatan Kandang

Peralatan pemeliharaan untuk pembibitan ayam yang sesuai dengan jumlah

dan kapasitas ayam yang dimiliki diantaranya adalah tempat pakan dan minum

sesuai dengan umur, sarang, tempat telur, alat penerangan, induk buatan
6

(brooder), timbangan, alat potong paruh (debeaker), alat peneropong telur

(Candling), alat sanitasi kandang (sprayer) dan alat pemberih kandang

(Tamaludin, F. 2014). Sebelum pakan dan minum diberikan, tempat pakan atau

minum harus bersih atau steril, jika terdapat sisa sisa makanan yang sudah busuk

akan menurunkan nafsu makan dari ayam dan menjadi sumber penyakit

(Kartasudjana dan Suprijatna, 2010).

2.4.1 Tempat Pakan

Tempat pakan jantan dan betina di pembibitan unggas sangat dibedakan

karena jenis dan tipe pakan antara jantan dan betina berbeda, selain itu posisi

tempat pakan jantan jauh lebih tinggi dari pada pakan betina karena jantan

memiliki leher yang sedikit bisa memanjang dan lebih tinggi (Nuroso, 2010).

Tempat pakan yang dipilih dari jenis chains dan berwarna terang, selain itu

pemilihan wadah pakan memperhatikan faktor ekonomi, keselamatan, kemudahan

jangkauan, kerataan kesebaran pakan, mudah diisi dan dibersihkan.

(Sunarti dan Wahono, 1997). Syarat memilih tempat pakan yang lainnya adalah

sesuai dengan umur ayam dan tidak menganggu tata laksana pemeliharaan

(Priyatno, 1999).

2.4.2 Tempat Minum

Menurut (Hartono, 1997) dalam pembuatan tempat minum harus

memperhatikan beberapa hal diantaranya mudah dibersihkan, mudah diisi, dan

mempunyai ketahanan. Pada kandang – kandang besar menggunakan sistem


7

otomatis dengan memperhatikan faktor ekonomi, kesehatan dan teknis. Jenis

tempat minum yang digunakan adalah niple dan drink cup karena lebih menjamin

kebersihan air minum dari pada jenis yang lainnya (Sunarti dan Wahono, 1977).

2.4.3 Sangkar

Nest box merupakan kumpulan dari sarang tempat ayam bertelur yang

terbuat dari bahan seng berbentuk rumah (Santoso dan Sudaryani, 2003). Satu

sarang disediakan untuk 4 ekor betina dan lebar sarang pada ayam tipe pedaging

lebih besar dibandingkan dengan tipe ayam petelur (Kartasudjana dan Suprijatna,

2010).

2.5 Kepadatan Kandang

Kepadatan kandang diatur dengan cara melebarkan sekat pembatas yang

bertujuan untuk mengurangi heat stress, mengurangi peraingan pakan, menjaga

kualitas litter dan mengurangi amoniak dalam kandang. (Tamaludin, 2014).

Kebutuhan ruang untuk standart ternak ayam bergantung pada jenis ternak,

periode kelompok umur dan sistem kandang yang dipilih (Priyatno, 1999).

2.6 Pencahayaan

Pencahayaan memiliki fungsi dalam memberikan rangsangan kepada

ayam betina agar memproduksi telur. Pemberian rangsangan ke otak erat

kaitannya dengan pencahayaan. (Anwar dkk., 2014). Lama pencahayaan periode


8

layer di kandang jenis close house selama 14-16 jam (Rasyaf, 2003).

Pencahayaan untuk parent stock umur > 25 minggu selama 14 jam (Cobb, 2013).

Cahaya biru-hijau menstimulasi pertumbuhan anak ayam, sedangkan orange-

merah menstimulasi reproduksi (Sulistyoningsih, 2009).

2.7 Biosecurity dan Sanitasi Kandang

Sanitasi dan biosecurity kandang merupakan kegiatan yang meliputi

penjagaan serta pemeliharaan kandang dan sekitarnya, peralatan kandang,

kendaraan serta orang atau pegawai yang keluar masuk area kandang

(Suprijatna dkk., 2008). Sanitasi dan biosecurity di dalam usaha peternakan

bertujuan untuk melindungi ternak dari kontaminasi bakteri atau virus yang dapat

mempengaruhi produktivitas ternak (Suta, 2007).

2.8 Produktivitas

Produktivitas pada ayam petelur dalam satu siklus pemeliharaan

tergantung pada performa pullet selama periode pertumbuhan

(Fadilah dan Fatkhuroji, 2013). Faktor faktor yang mempengaruhi produktivitas

ayam petelur adalah manajemen kesehatan, manajemen pemeliharaan dan

manajemen perkandangan ternak (Suprijatna dkk., 2008).

2.9 Mortalitas

Mortalitas sangat berpengaruh terhadap produksi telur sehingga saat

mortalitas tinggi maka jumlah ayam produktif menurun dan telur tetas akan
9

menurun (Ustomo, 2016). Morbiditas dan mortalitas bervariasi dan tergantung

pada umur, virus, unggas, lingkungan (kadar amoniak, ventilasi) dan adanya

infeksi sekunder (Tabbu, 2008)


10

BAB III

MATERI DAN METODE

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) mengenai Manajemen

Perkandangan Ayam Pembibit Fase Laying dilaksanakan pada hari Rabu tanggal

27 Desember 2017 sampai dengan hari Sabtu tanggal 27 Januari 2017, bertempat

di PT Charoen Pokphand Jaya Farm Breeding Sragen, Jawa Tengah.

3.1 Materi

Materi yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)

adalah unit pembibitan PT Charoen Pokphand Jaya Farm Breeding Sragen, Jawa

Tengah. PT. Charoen Pokphand dipilih sebagai tempat PKL karena merupakan

perusahaan peternakan yang sudah memenuhi standart nasional di Indonesia dan

sebagai mitra kerjasama dengan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas

Diponegoro.

3.2 Metode

Metode yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan adalah

partisipasi aktif dengan melakukan kegiatan rutin perusahaan dan mencatat data di

PT Charoen Pokphand Jaya Farm Breeding Sragen, Jawa Tengah. Melakukan

pengumpulan data primer dengan mewawancarai langsung karyawan perusahaan

berdasarkan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. Mengolah data yang telah
11

diperoleh, kemudian menganalisis dan dibandingkan dengan pustaka. Menyusun

laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL).


12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Perusahaan

PT. Charoen Pokphand Jaya Farm merupakan anak perusahaan dari PT.

Charoen Pokphand Indonesia yang fokus dan bergerak dibidang pembibitan ayam.

Lokasinya tersebar di seluruh wilayah Indonesia diantaranya yaitu Charoen

Pokphand Jaya Farm area semarang 1, Sragen yang didirikan pada 1 februari 2011

yang berlokasi di Desa Jirapan, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa

Tengah. Peta Desa Jirapan ada pada (lampiran 2).

PT. Charoen Pokphand Jaya Farm memiliki luas lahan 20 ha. Sebelah

barat berbatasan dengan lahan jagung, sebelah timur dengan pemukiman, sebelah

utara dengan lahan jagung dan sebelah selatan dengan pemukiman. Jarak dengan

pemukiman ± 100 m dan dibatasi dengan pagar pembatas sehingga aktivitas

peternakan tidak menganggu penduduk sekitar. Jarak dengan pusat kota sragen

dapat ditempuh dengan waktu ± 2 jam. Perusahaan ini memiliki 20 bangunan

kandang tipe closed house yang dibagi menjadi 4 flock dengan didukung beberapa

bangunan penunjang yang meliputi pos satpam, tempat parkir, mas staff dan

karyawan, mushola, kantin, kantor, tempat celup tray, lapangan olahraa, car spray,

shower family, washer room, ruang genset, workshop, ruang tangki solar, tempat

pembakaran bangkai, gudang pakan, gudang peralatan, holding room, gudang


13

sekam. Jalan akses disekitar perusahaan yang menuju ke pusat kota baik, sehingga

proses distribusi pakan maupun pengiriman telur mudah.

4.2 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Sragen dapat dilihat

pada ilustrasi sebagai berikut :

Bu Head

Genaral Manager

Chief Manager PGA Unit Statisttik


Mekanik

Mekanik Supervisor Superviso Guardman Admin Godown


Flock 1 r Flock 2 SAP
Kantin Driver
Supervisor Superviso
Trush Washed
Flock 3 r Flock 4
Bird
Care Gardener
Taker

Ilustrasi 1. Bagan Struktur Organisasi

PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit Sragen dipimpin oleh seorang

manajer farm bapak Diaby Al Kautsar dan dibantu oleh staf-staf lainnya seperti

Supervisor, PGA, Statistik dan Forman. Struktur Organisasi Perusahaan PT.

Charoen Pokphand Jaya Farm Sragen dapat dilihat pada ilustrasi 1. CPJF unit

sragen dibagi menjadi 4 flock kandang dengan setiap flock dipimpin seorang
14

supervisor. Dalam satu flock yang terdiri dari 5-6 unit kandang terdapat chief lock

(asisten supervisor) serta 2 anak kandang di tiap kandang, anak kandang bertugas

memberi pakan ternak, mengambil telur secara manual, fumigasi dan grading

telur. Staf statistik bertugas mengolah data di farm, mulai dari jumlah persediaan

pakan, produksi telur, jumlah ayam yang mati ataupun culling. PGA yang akan

bertanggung jawab terhadap semua administrasi perusahaan peternakan serta

bagian Foreman yang bertugas menangani kegiatan vaksinasi ataupun pemberian

vitamin pada ternak. Daftar karyawan PT. Charoen Pokphand Jaya Farm unit

Sragen dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Standar Tenaga Kerja Perusahaan

Jabatan Jumlah Orang Pendidikan


BU Head (Bussines Unit Head) 1 Sarjana
General Manager 1 Sarjana
Manager 1 Sarjana
Statistik 1 Sarjana
PGA (Personalia and General
Affair) 1 SMA
Forman 2 D3
Supervisor 4 Sarjana
Korlap 1 SMA
Chief Lock 4 SMA dan SMP
Caretaker 40 SMA dan SMP
Godown 1 SMA
Keamanan 10 SMA
Kantin 1 SMP
Pengganti Libur 7 SMA
Washer dan Kebersihan 3 SMP
Sopir 3 SMA
Guardman 3 SMP
Harian HE 5 SMP

Jumlah 93
15

4.3 Lokasi dan Tata Letak Kandang

PT. Charoen Pokphand Jaya Farm area Farm Semarang 1 (Sragen) di Jl.

Raya Grompol-Jambangan Km 6,5 Dusun Jatirejo, Desa Jirapan, Kecamatan

Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Lokasi kandang berada pada

ketinggian ± 300 mdpl dengan suhu lingkungan antara 24oC – 31oC, keembapan

75 % dan curah hujan rata rata setiap tahun sekitar 2500-3000 mm. Batas wilayah

desa jirapan sebelah barat adalah Desa Jatirejo, sebelah timur berbatasan dengan

Desa Selamat, Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tembok dan sebelah

Selatan berbatasan dengan Desa Kedung Jeruk. Lingkungan yang sesuai untuk

pertumbuhan ayam terdiri dari beberapa kondisi. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat Permentan (2011) yang menyatakan bahwa lokasi sebaiknya terbuka dan

luas sehingga udaranya segar, lokasi tidak berdekatan dengan keramaian, lokasi

harus bersih dan tidak berdekatan dengan bangunan-bangunan tinggi agar sinar

matahari dapat masuk kandang, lokasi harus tinggi dari sekitarnya sehingga

pergerakan udara dapat bebas melewati sela sela kandang. Kebutuhan air di

peternakan tersebut sudah tercukupi, karena lokasinya terdapat sumber air yang

berperan untuk memenuhi kebutuhan air. Pemilihan lokasi tersebut sesuai dengan

pendapat Fadhillah dkk., (2007) yang menyatakan bahwa lokasi kandang ayam

harus berada pada sumber air yang mencukupi.

Jarak antar kandang di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Sragen yaitu 12

m, jarak antara kandang tersebut sama dengan ukuran lebar kandang.

Diasumsikan dengan jarak kandang tersebut akan meminimalisir penularan

penyakit dari kandang satu ke kandang lainnya. Hal tersebut sesuai dengan
16

pendapat Permentan (2011) yang menyatakan bahwa kandang yang satu dengan

kandang yang lainnya. Bangunan kantor dan mess karyawan terpisah dari

kandang dan dibatasi dengan pagar rapat. Bangunan kandang dan bangunan

lainnya tertata dengan baik, sehingga aliran air, saluran pembuangan limbah,

udara dari penghantar lain tidak menimbulkan penyakit. Posisi kandang membujur

dari barat ke timur atau sebaliknya untuk mengurangi sinar matahari langsung.

Hal ini sesuai dengan pendapat Nuroso (2010) yang menyatakn bahwa arah

kandang yang baik yaitu membentang dari barat ke timur atau sesuai dengan

perputaran sinar matahari.

4.4 Konstruksi Kandang

PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Farm Semarang 1, Sragen

menggunakan kandang tipe closed house tunnel system untuk memelihara ayam

memiliki ukuran 120 m x 12 m yang terbagi menjadi 4 dan 5 pen yang berbeda

beda dan ukurannya di setiap kandang, selain itu di dalam kandang terdapat

ruangan penunjang yaitu gudang pakan, ruang fumigasi dan ruang grading telur.

Konstruksi kerangka bangunan kandang adalah baja ringan dengan merek astino

dari Malaysia dan tembok, pada bagian atap berbahan atap seng 2 lapis yang

ditengahnya terdapat busa, dinding dibuat tertutup dengan bahan kawat ram yang

dilapisi dengan tirai, terdapat lantai kombinasi pada kandang ayam yaitu lantai

slat plastik dengan ukuran 1 m x 0,5 m dan lantai litter. Menurut pendapat

(Nuroso, 2010) bahwa sistem kandang closed house atau kandang tertutup

memiliki dinding yang tertutup seluruhnya kecuali pada kedua ujung kandang
17

yang dipasang inlet dan outlet. Kontruksi semua kandang di PT. Charoen

Pokphand Jaya Farm Sragen sudah menggunakan bahan bangunan batu bata dan

kerangka yang terbuat dari besi, sehingga bangunan kokoh dan aman. Hal ini

sesuai dengan pendapat Permentan (2011) yang menyatakan bahwa konstruksi

kandang harus memperlihatkan faktor keselamatan kerja, keamanan dan

kenyamanan bagi peternak dan ternak. Perkandangan merupakan salah satu aspek

yang didalamnya terdapat kandang maupun alat alat perlengkapan kandang yang

bersifat mendukung suatu aktivitas dalam peternakan. Perkandangan di PT.

Charoen Pokphand Jaya Farm Sragen terdapat kandang isolasi untuk

meminimalisir ayam yang tertular penyakit. Hal tersebut sesuai dengn pendapat

Zainuddin (2014) yang menyatakan bahwa perkandangan merupakan suatu aspek

yang harus dilengkapi peternakan yang meliputi kandang, tempat isolasi ayam

yang terkena penyakit dan peralatan. Kandang tipe closed house PT. Charoen

Pokphand Jaya Farm Unit Sragen dapat dilihat pada Ilustrasi 3.

Ilustasi 3. Kandang Tampak Depan


18

4.4.1 Atap Kandang

Bahan atap kandang yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm

adalah solid wall, bahan solid wall (seng, busa, seng) yang dinilai mampu

menyerap panas dan dingin udara luar sehingga tidak mempengaruhi suhu di

dalam kandang. Jenis atap kandang adalah gable roof yaitu atap memiliki 2 sisi

yang berbentuk seperti huruf A. Hal ini sesuai dengan pendapat Utomo (2012)

yang menyatakan bahwa terdapat 3 macam jenis atap yaitu gable, shape dan

monitor. Ditambah dengan pendapat (Rasyaf, 2008) bahwa bahan untuk kandang

sebaiknya digunakan yang ringan dan tidak menghantarkan panas hal tersebut

ditujukan pada kenyamanan ternak. Atap kandang di PT. Charoen Pokphand Jaya

Farm unit Sragen dapat dilihat pada Ilustrasi 4.

Ilustrasi 4. Atap Kandang

Kemiringan atap pada kandang tersebut yaitu 21,80o. Kemiringan atap tersebut

sudah memnuhi standar untuk atap bahan seng, karena dengan kemiringan tersbut

air hujan sudah dapat mengalir dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
19

Permentan (2011) yang menyatakan bahwa setiap jenis material penutup atap

memiliki batas kemiringan yang diijinkan seperti atap polimerbutimen 1,5o,

aluminium 3o, seng 10o, pelat semen berserat 8,5o, genting beton 17,5o, genting

pres 30o, sirap bambu 30o, genting biasa 40o, rumbia minimal sudut kemiringan

40o dan sirap kayu 30o.

4.4.2 Dinding Kandang

Dinding yang digunakan pada kandang ayam pembibit pedaging di PT.

Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Farm Sragen adalah dinding yang tertutup

karena menggunakan sistem kandang closed house. Dinding kandang terdiri dari

beton dengan tinggi 90 cm dan kawat ram memiliki tinggi 200 cm. Dinding

kandang juga dilengkapi dengan barrier yang berjarak 1 m dari dinding beton dan

tingginya sejajar dengan dinding beton, sehingga ayam aman dan tidak dapat

keluar dari kandang. Hal ini sesuai dengan pendapat Priyatno (1996) yang

menyatakan bahwa dinding kandang berperan sebagai pelindung ayam agar tidak

mendapat gangguan dari luar ayam dan ayam tetep berada di dalam kandang.

Konstruksi dinding kandang yaitu kawat ram yang ditutup atau dilapisi dengan

tirai putih dari terpal plastik. Penggunaan dinding kandang yang tertutup

menggunakan model tirai murni bertujuan untuk efisiensi pencahayaan yang

masuk di dalam kandang pada siang hari sehingga dapat mempengaruhi

produktivitas ternak. Menurut pendapat Fadilah (2004) bahwa terdapat berbagai

macam model dinding kandang yaitu sistem dinding terbuka, semi terbuka dan
20

tertutup. Didukung oleh pendapat Murni (2009) yang menyatakan bahwa dinding

kandang tidak boleh terlalu rapat, hal ini bertujuan agar terdapat ruang sirkulasi

udara di kandang dan untuk meminimalisir hewan lain agar tidak masuk ke dalam

kandang. Tirai yang digunakan pada periode layer berwarna putih. Tirai warna

putih berperan dalam membantu penerangan didalam kandang. Dinding kandang

di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sragen dapat dilihat pada Ilustrasi 5.

Dinding Tampak Luar Dinding Tampak Dalam

Ilustrasi 5. Dinding Kandang

4.4.3 Lantai Kandang

Lantai yang digunakan untuk kandang ayam pembibit pedaging di PT.

Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sragen adalah lantai kombinasi slat dan litter.

Lantai slat terletak pada bagian kanan dan kiri atas masing masing selebar 4 m

dan dibagian tengah bawah terdapat lantai litter selebar 4 m dengan inggi

pembatas antara slat dan litter yaitu 30 cm. Lantai slat terbuat dari plastik keras,

kaku dan berlubang. Lantai slat memiliki kedalaman 1 meter yang berfungsi untuk
21

mempermudah dalam pengumpulan ekskreta ayam pada saat tiba di fase afkir.

Lantai litter berbahan sekam padi yang sebelumnya dilakukan fumigasi terlebih

dahulu dengan ketinggian ± 30 cm. Sujionohadi dan Ade (2016) menyatakan

bahawa lantai dalam kandang ada berbagai macam jenisnya yaitu lantai yang

bagian dasarnya terbuat dari tanah yang dilakukan pemadatan, lantai yang bagian

dasarnya campuran pasir dan semen, bambu, kayu, kawat, slet. Menurut pendapat

Kartasudjana dan Suprijatna (2010) menyatakan bahwa ayam pembibit pedaging

biasanya dipelihara dalam kandang dengan sistem lantai berupa litter atau slat dan

litter, untuk kandang litter diharapkan selalu bersih dan kering agar ayam lebih

sehat dan mencegah agar kaki ayam tidak kotor dan apabila kotor dapat mengotori

sarang ataupun telur di dalam sarang. Tipe lantai kandang di PT. Charoen

Pokphand Jaya Farm Unit Sragen dapat dilihat pada Ilustrasi 6.

Lantai Slet Lantai Litter


Ilustrasi 6. Lantai Kandang
22

4.5 Kepadatan Kandang

Luas ruang kandang ayam parent stock di PT. Charoen Pokphand Jaya

Farm adalah 120 x 12 m = 1440 m2, dengan kapasitas ayam parent stock sebanyak

10.000 ekor ayam. Kapasitas kandang yaitu 6,9 ekor/m2, yang berarti setiap 1 ekor

ternak membutuhkan ruangan sebanyak 6,9 ekor/m2. Secara prinsip, luas kandang

harus sebanding dengan jumlah ayam yang dipelihara, apabila terlalu penuh atau

sesak akan menganggu perkembangan dan pertumbuhan ayam dan dapat

menyebabkan ayam stress. Selain kepadatan kandang yang perlu ditentukan

berdasarkan luas lantai, perlu dilihat dan dipertimbangkan mengenai jumlah

tempat pakan dan minum ternak. Hal tersebut didukung oleh pendapat Rasyaf

(2002) yang menyatakan bahwa persaingan ayam yang rendah dikarenakan

kepadatan ayam yang rendah. Jika kandang terlalu padat akan menyebabkan

kompetisi dalam mendapatkan air minum, pakan dan oksigen. Kepadatan kandang

di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sragen dapat dilihat pada Ilustrasi 7.

Ilustrasi 7. Kepadatan Kandang


23

4.6 Peralatan Kandang

Peralatan yang bergerak dibidang pembibitan ayam harus didukung oleh

peralatan kandang yang meliputi tempat pakan, tempat minum, sangkar dan

ventilasi.

4.6.1 Tempat Pakan

Tempat pakan yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm

Sragen menggunakan hanging feeder untuk ayam jantan dan chain feeder untuk

ayam betina. Male Feeder (Hanging Feeder) di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm

Unit Sragen dapat dilihat pada Ilustrasi 8.

Ilustrasi 8. Male Feeder (Hanging Feeder)

Hanging feeder adalah tempat pakan ayam jantan. Jarak antara male feeder

adalah 1 m. Jumlah hanging feeder perkandang adalah 112 buah dan hanya
24

terdapat satu lajur yang terletak dibagian tengah kandang. Bagian bagian male

feeder antara lain, insulator, penggantung ougar, shocker, ougar, adjuster, pan

feeder, saklar, motor penggerak, katrol dan hover. Penggantung ougar berfungsi

untuk menggantung ougar, shocker berfungsi untuk mencegah agar ayam tidak

bertengger diatas tempat pakan, sehingga dapat meminimalisir kerusakan. Ougar

berfungsi sebagai lintasan pendistribusian pakan dari hover utama ke seluruh pan

feeder. Adjuster berfungsi sebagai pengatur kapasitas pakan di pan feeder. Pan

feeder berfungsi sebagai tempat pakan untuk ayam. Saklar, motor penggerak dan

katrol merupakan satu kesatuan yang berpe berperan untuk menaikkan dan

menurunkan hanging feeder. Pakan ayam pejantan diberikan pada hanging feeder

yang digantung agar proporsi pakan yang diberikan pada ayam pejantan tidak

dimakan oleh ayam betina. Ketinggian hanging feeder dari litter ± 35 cm,

sehingga ayam tidak dapat mencari pakan yang terdapat di hanging feeder. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Nuroso (2010) yang menyatakan bahwa umur 1-

15 hari tempat pakan yang digunakan berupa nampan, umur 16 hari sampai

dewasa menggunakan tempat pakan yang digantungkan (hanging feeder). Rasio

hanging feeder dengan ayam pejantan yaitu 7 ekor/hanging feeder, sehingga akan

meminimalisir kompetisi. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna dkk., (2008)

yang menyatakan bahwa ayam yang dipelihara dengan sistem litter dan dipelihara

dengan cara berkelompok, kualitas dan kuantitas peralatan yang digunakan harus

memadai.

Female Feeder adalah tempat pakan ayam betina yang terletak diatas slat

yang terdiri dari tiga lintasan. Prinsip kerja female feeder adalah menghantarkan
25

pakan dari hover utama dan hover tambahan keseluruh bagian through secara

merata. Bagian-bagian dari female feeder meliputi grill, chain, through, corner 12

buah, motor penggerak 3 buah, hover utama 3 buah dan hover tambahan 18 buah.

Grill berfungsi untuk mencegah kepala ayam pejantan agar tidak masuk ke dalam

hover lainnya di female feeder. Chain berfungsi untuk mengalirkan pakan dari

hover ke hover lainnya. Through berfungsi sebagai lintasan chain. Corner

berfungsi untuk membelokkan lintasan. Motor penggerak berperan untuk

menggerakan chain. Hover sebagai tempat penampungan pakan. Grill yang

terdapat di dalam kandang berjumlah 492 buah. Jumlah male feeder ada 3 jalur

dengan total panjangnya adalah 750 m dan berjumlah 250 buah/kandang sehingga

per meternya dapat menampung 12 ekor ternak. Letak female feeder selang seling

dengan nipple untuk mempermudah ayam dalam aktivitas makan atau minum. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Sudaryani dan Santoso (2000) yang menyatakan

bahwa jumlah tempat pakan dan air minum harus seimbang serta letaknya selang-

seling agar memudahkan ternak dalam aktivitas makan dan minumnya. Putar

pakan pada Female Feeder dilakukan dua kali yaitu putar pakan 1 dilakukan

dengan nyala 1 menit detik kemudian mati 20 menit dan menyala kembali pada

putar pakan yang ke dua selama 5 menit. Female Feeder di PT. Charoen

Pokphand Jaya Farm Unit Sragen dapat dilihat pada Ilustrasi 9.


26

Ilustrasi 9. Female Feeder

Hover utama memiliki ukuran panjang 120 cm, lebar 65 cm dan tinggi 60

cm, sedangkan hover tambahan memiliki ukuran diameter 50 cm dan tinggi 100

cm. Adanya tempat pakan otomatis, pekerjaan caretaker menjadi lebih efisien

serta tingkat stress dapat diminamilisir, karena kontak antara caretaker dengan

ternak tidak terlalu sering. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Suprijatna dkk., (2005) yang menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas peralatan

kandang dapat meminimalisir stres ternak. Hal tersebut di dukung oleh pendapat

Fadilah dan Fatkhuroji (2013) yang menyatakan bahwa perlengkapan kandang

yang sesuai dengan standar dapat memberikan kenyaman pada ternak, sehingga

tingkat stress ternak dapat terminimalisir.

4.6.2 Tempat Minum

Tempat minum yang digunakan sebagai di PT. Charoen Pokphand Jaya

Farm Sragen adalah jenis nipple. Penggunaan tempat air minum otomatis sangat
27

tepat untuk peternakan yang skala besar. Jika dibandingkan dengan tempat minum

manual, tempat minum jenis nipple lebih efisien dalam pengoperasiannya, karena

debit air dapat diatur sesuai dengan keinginan dan air secara otomatis mengalir

pada pipa nipple. Selain itu air juga tidak tumpah, karena dilengkapi dengan cup

nipple. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sudaryani dan Santoso (2000) yang

menyatakan bahwa kebersihan dan kesehatan air pada tempat minum jenis nipple

terjamin, sehingga tempat minum jenis nipple lebih efisien. Sistem nipple terdiri

dari beberapa bagian yang meliputi tower tangki sebagai tempat penampugan air

dari sumur yang nantinya dialirkan ke setiap kandang, drum air berfungsi sebagai

penampung air dari tangki tower yang kemudian dialirkan ke nipple, pompa air

berperan untuk mengalirkan air dari drum ke nipple, meteran berfungsi sebagai

monitor jumlah air yang digunakan, regulator berfungsi sebagai pengatur tekanan

pada nipple, katrol berfungsi untuk mengatur ketinggian nipple, shocker berfungsi

untuk mencegah ayam bertengger di atas nipple, pipa besi sebagai penggantung

pralon, pralon berfungsi sebagai lintasan air, puting nipple berfungsi sebagai jalan

keluarnya air dari nipple dan cup nipple berfungsi sebagai wadah agar air tidak

tumpah ke lantai kandang. Di dalam kandang terdapat 4 jalur nipple dengan

panjang masing-masing jalur 119 m dan total puting nipple dalam satu kandang

ada 1428 buah. Di kandang masing masing jalur memiliki 1 puting nipple, dapat

digunakan untuk 7 ekor. Ketinggian puting nipple dari slate ± 40 cm. Jumlah

tempat pakan dan minum dengan populasi ayam harus seimbang. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Halim dan Muis, (2007) yang menyatakan bahwa jumlah

tempat pakan dan air minum harus seimbang serta letaknya selang seling agar
28

aktivitas makanan dan minum dapat mudah. Tempat minum otomatis di PT.

Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sragen dapat dilihat pada Ilustrasi 10.

Ilustrasi 10. Tempat Minum Otomatis

4.6.3 Sangkar (Nest)

Sangkar yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Sragen jenis

sangkar normal. Sangkar memiliki ukuran panjang 150 cm, lebar 70 cm, tinggi

tengah 100 cm dan tinggi samping 75 cm. Sangkar dilengkapi tenggeran pada

kedua sisinya yang memiliki ukuran panjang 160 cm. Satu buah sangkar terdapat

24 hole. Hole memiliki ukuran panjang 35 cm, lebar 25 cm dan tinggi 15 cm. Di

kandang 15 terdapat 82 buah sangkar, satu buah sangkar memiliki 24 hole. Satu

kandang terdapat 1.968 hole. Jumlah sangkar cukup, karena tidak ada ayam yang

bertelur selain di sangkar. Satu hole dapat digunakan untuk 4 ekor ayam untuk

bertelur secara bergantian. Hal ini sesuai dengan pendapat Permentan (2011) yang
29

menyatakan bahwa 1 sangkar ekuivalen dengan 48-49 ekor, karena jumlah lubang

pada sangkar 12-24 buah dan 1 lubang untuk 4 ekor. Jumlah sekam dalam lubang

harus selalu dalam keadaan cukup, apabila kurang segera dilakukan penambahan

sekam yang bersih dan steril. Hal tersebut sesuai dengan pandapat

Rahayu dkk., (2011) yang menyatakan bahwa ayam nyaman untuk betelur di

dalam sangkar, maka dapat ditambahkan sekam atau kulit padi. Sangkar (Nest) di

PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sragen dapat dilihat pada Ilustrasi 11.

Ilustrasi 11. Sangkar (Nest)

4.6.4 Ventilasi

Ventilasi di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Sragen menggunakan

sistem inlet dan outlet. Sistem inlet berasal dari cooling pad dan outlet yang

berasal dari exhaust fan. Ventilasi adalah sebuah hal yang sangat penting dan

mutlak dibutuhkan dalam manajemen pemeliharaan sistem kandang tertutup


30

(Closed house). Fungsi ventilasi adalah untuk menyediakan oksigen yang cukup

di dalam kandang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sudaryani dan Samosir

(1997) yang menyatakan bahwa untuk menjaga kesegaran udara yang terdapat

dalam kandang, maka ventilasi mempunyai fungsi yang sangat penting untuk

kenyamanan dan pertukaran udara. Cooling pad adalah kumpulan dari cell pad

yang berguna untuk menyaring udara dari luar yang masuk ke dalam kandang dan

merubah udara tersebut menjadi dingin. Hal ini sesuai dengan pendapat Dewanti

dkk., (2014) yang menyatakan bahwa Cooling pad berfungsi untuk mengalirkan

udara bersih dari luar yang nantinya akan masuk ke dalam kandang. Cooling pad

setiap kandang terdapat 2 buah yang terletak di dinding kanan dan kiri kandang.

Cooling pad terdiri dari beberapa bagian antara lain, cellpad yang berjumlah 40

buah, pompa air, pipa dan bak penampung. Sistem kerja cooling pad adalah bak

penampung yang dialiri air dari tandon sampai penuh kemudian berhenti secara

otomatis, kemudian air dari bak penampung dipompa menuju pipa yang terletak

diatas. Air kemudian akan turun membasahi cell pad sehingga membuat udara

sejuk melalui tunnel. Cooling pad sudah di setting nyala jika suhu di dalam

kandang ≥ 29o C dengan durasi 1 menit nyala, kemudian 8 menit mati. Cooling

pad bisa dikatakan alat yang sangat berpengaruh pada kandang close house,

karena keperluan yang berhubungan dengan ventilasi dapat diatur. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Fadilah dan Fatkhuroji (2013) yang menyatakan bahwa

kelembapan udara, temperatur dan kecepatan angin dalam kandang dapat diatur

oleh cooling pad, sehingga keperluan yang berhubungan dengan ventilasi dapat
31

terpenuhi. Cooling pad di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sragen dapat

dilihat pada Ilustrasi 12.

Ilustrasi 12. Cooling pad

Sistem outlet yang digunakan adalah exhaust fan. Jumlah exhaust fan yang

digunakan adalah 8 buah tiap kandang dan memiliki diameter 130 cm. Exhaust

fan berfungsi untuk mengeluarkan debu dan gas amonia yang terdapat di dalam

kandang. Kualitas udara pada kandang ayam dipengaruhi oleh kadar gas yang ada

pada kandang. Gas amonia adalah gas yang ada pada kandang dan berbahaya bagi

ayam broiler. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dewanti dkk., (2014) yang

menyatakan bahwa exhaust fan berfungsi untuk mengurangi debu, menurunkan

kadar gas beracun di dalam kandang seperti gas amonia, karbondioksida maupun

karbonmonoksida. Suhu di dalam kandang berkisar antara 26 oC – 32 oC,

kelembapan 60-78 % dan kecepatan angin 372 ft/min atau 1,9 m/s. Jumlah

exhaust fan yang terdapat di dalam kandang berjumlah 8 buah. Kondisi cooling
32

pad masih baik, karena kecepatan angin termasuk kategori ideal. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Suharno (2012) yang menyatakan bahwa kecepatan angin

yang ideal di dalam kandang berkisar antara 1,7-2 m/s atau setara dengan 350-400

ft/min. Exhaust fan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sragen dapat dilihat

pada Ilustrasi 13.

Ilustrasi 13. Exhaust fan

4.7 Biosecurity dan Sanitasi

Biosecurity merupakan suatu usaha untuk mencegah masuknya bibit

penyakit pada area peternakan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Suprijatna dkk., (2008) bahwa sanitasi dan biosecurity kandang merupakan

kegiatan yang meliputi penjagaan serta pemeliharaan kandang dan sekitarnya,

peralatan kandang, kendaraan serta orang atau pegawai yang keluar masuk area

kandang. Biosecurity yang diterapkan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit
33

Sragen, Jawa Tengah sangat ketat karena pada sebuah kawasan peternakan

khusunya unggas sangat rentan untuk terkena penyakit sehingga biosecurity harus

diterapkan untuk mencegah masuknya bibit penyakit. Menurut pendapat

Suta, (2007) yang menyatakan bahwa sanitasi dan biosecurity di dalam usaha

peternakan bertujuan untuk melindungi ternak dari kontaminasi bakteri atau virus

yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Biosecurity yang ada pada

peternakan dimulai dari gerbang utama yang selalu tertutup untuk menghindari

aktivitas kendaraan yang keluar masuk. Kendaraan luar yang masuk ke kawasan

akan melewati penyemprotan bagian atas dan samping dan kemudian melalui

shower car sedangkan untuk pegawainya akan masuk ke shower room. Hal ini

sesuai dengan pendapat Sudaryani (2005) yang menyatakan bahwa kendaraan dari

luar peternakan, sebelum masuk harus melewati penyemprotan desinfektan

terlebih dahulu guna mencegah masuknya bibit penyakit. Sanitasi merupakan

suatu proses untuk mensterilisasi benda benda untuk mecegah masuknya bibit

penyakit pada ternak yang dikarenakan oleh beberapa faktor baik dari luar

maupun dalam. Sanitasi dilakukan pada lokasi di sekitar kandang, peralatan dan

perlengkapan. Ilustrasi 14. Menunjukkan kegiatan biosecurity dan sanitasi di PT.

Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sragen.


34

Biosecurity Mobil Sanitasi Tray

Ilustrasi 14. Biosecurity dan Sanitasi

4.8 Pencahayaan

Lama pencahayaan pada fase layer yang diterapkan di kandang 15 selama

13-14 jam. Pencahayaan menggunakan lampu di area cooling pad 13 jam yaitu

mulai pukul 06.00 – 19.00 WIB, karena di daerah cooling pad dindingnya

terdapat cooling pad sehingga cahaya matahari tidak dapat masuk ke daerah

cooling pad. Lampu selain di daerah cooling pad mulai dinyalakan pada pukul

06.00 – 07.00 WIB setelah itu dimatikan. Selain di daerah cooling pad cahaya

matahari dapat masuk ke kandang karena tirai kandang berwarna putih sehingga

pada pukul 07.00-17.00 WIB pencahayaan di dalam kandang memanfaatkan

cahaya matahari, kemudian lampu dinyalakan lagi pukul 17.00-19.00 WIB. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (2013) yang menyatakan bahwa lama

pencahayaan periode layer di kandang jenis close house selama 14-16 jam. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Cobb (2013) yang menyatakan bahwa

pencahayaan untuk parent stock umur ≥ 25 minggu selama 14 jam. Jumlah lampu
35

yang digunakan sebanyak 120 buah/kandang (24 buah di daerah cooling pad

dengan daya 23 watt dan 96 buah di bagian lainnya dengan daya 18 watt). Lampu

yang digunakan berwarna orange. Manajemen pencahayaan di fase layer sangat

penting, karena cahaya mempengaruhi sistem reproduksi khususnya dalam

membantu proses pembentukan telur. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Sulistyoningsih (2009) yang menyatakan bahwa cahaya biru-hijau menstimulasi

pertumbuhan anak ayam, sedangkan orange-merah menstimulasi reproduksi.

Cahaya berperan dalam proses pembentukan telur, karena penerimaan cahaya

merupakan awal dari pembentukan telur. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

Anwar dkk., (2014) yang menyatakan bahwa pemberian rangsangan sangat

berkaitan dengan pencahayaan. Pencahayaan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm

Unit Sragen dapat dilihat pada Ilustrasi 15.

Ilustrasi 15. Pencahayaan


36

4.9 Evaluasi Keberhasilan Manajemen Perkandangan

4.9.1 Produktivitas

Produksi telur tetas merupakan suatu hasil atau produk dari kegiatan

manajemen perkandangan ayam. Produksi telur yang tinggi belum tentu

menghasilkan telur tetas yang tinggi. Telur yang tidak masuk ke dalam standar

atau kriteria telur tetas akan masuk ke dalam telur komersil atau telur untuk dijual

di pasar.

Tabel Data Hasil Produksi Telur Tetas (27 Desember 2017 – 13 Januari 2018)
Minggu Production Hatching Hatching Culling Culling

ke- Egg (butir) Egg (butir) Egg (butir) Egg (butir) Egg (%)

I 48255 47028 97,46 730 1,65

II 47666 46672 97,91 673 1,44

III 47143 46263 97,82 625 1,41

IV 46514 46132 97,97 834 2,04

Sumber : PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Sragen, Jawa Tengah

Berdasarkan data diatas menunjukkan hasil produksi telur tetas di PT.

Charoen Pokphand Jaya Farm Sragen, Jawa Tengah yang dihasilkan dari ayam

strain Cobb. Rata-rata produksinya mencapai 97,46. Perusahaan ini menggunakan

ayam pembibit dengan strain Cobb karena strain Cobb dikenal mampu untuk

menghasilkan produksi yang baik, pada ayam strain Cobb memiliki nilai HE

optimalnya yaitu 98,11 %. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyantini (2010)

yang menyatakan bahwa nilai rata-rata hatching egg ayam strain Cobb lebih besar
37

yaitu sebesar 98,11%. Tinggi rendahnya nilai HE dapat dipengaruhi oleh faktor

umur ayam dan cara penanganan telur itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat

Hartono dan Isman (2013) yang menyatakan bahwa hatching egg (HE) dapat

dipengaruhi oleh umur dan cara penanganan telur, meliputi pengambilan telur,

fumigasi telur dan seleksi atau grading telur.

4.9.2 Mortalitas

Mortalitas merupakan angka yang menunjukkan kematian pada ternak. Hal

ini sesuai dengan pendapat Baisa (2011) yang menyatakan bahwa mortalitas

merupakan perbandingan antara jumlah dari keseluruhan ternak yang mati dengan

jumlah total dari ternak yang sedang dipelihara sebagai indikator keberhasilan

manajemen perkandangan. Data mortalitas dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel Data Mortalitas Ternak (27 Desember 2017 – 13 Januari 2018)


Minggu Jumlah Ayam Betina Jantan
ke- Betina Jantan Mortalitas % Mortalitas %
I 8444 797 12 0,14 6 0,87
II 8426 792 18 0,21 5 0,62
III 8411 784 15 0,18 8 1,01
IV 8375 777 35 0,43 7 0,89
Sumber : PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 5, 2018

Mortalitas di perusahaan ini tergolong rendah karena nilai mortalitas di tiap

minggunya sebesar 0,33 – 1,01 %. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2008)

yang menyatakan bahwa angka mortalitas dibawah 4 % tergolong rendah.

Mortalitas dapat disebabkan karena banyaknya ayam yang mengalami luka


38

sehingga mengeluarkan darah dan memancing ayam yang disekitarnya untuk

mematuk bagian tubuh yang terluka tersebut hingga mati.


39

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Simpulan

PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 1, Sragen merupakan

perusahaan pembibitan ayam pedaging dengan strain Cobb 500. Sistem kandan

yang digunakan adalah closed house tunnel system yang bertujuan untuk

meminimalkan penyebaran penyakit sehingga lebih mudah untuk mengontrol

kesehatan ayam. Konstruksi kandang yang digunakan sudah sangat baik dengan

memperhitungkan iklim lokasi farm serta kenyamanan ternak. Perusahaan ini

menerapkan sistem biosecurity yang sangat ketat dan kegiatan vaksinasi untuk

mengontrol kesehatan ayam. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa

manajemen perkandangan ayam pembibit pedaging fase layer yang terdapat pada

di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 1, Sragen sudah baik.

5.2 Saran

Manajemen Perkandangan ayam pembibit pedaging fase layer di PT.

Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 1 Brebes sudah baik. Perlu

dilakukan lagi pengontrolan peralatan kandang yang sudah tidak dipakai kembali

dan perawatan peralatan yang baru sehingga dapat mendukung aktivitas di dalam

perusahaan tersebut.
40

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. 2014. Pengaruh Penggunaan Litter Sekam, Serutan Kayu dan Jerami
Terhadap Performa Broiler di Close House. Universitas Lampung,
Lampung. (Skripsi Sarjana Peternakan).

Baisa, Y. H. 2011. Gambaran Kinerja Ayam Pedaging yang Divaksinasi dengan


Berbagai Tingkat Dosis Vaksin IBD Blend Strain Winterfield 2512.
Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi
Kedokteran Hewan).

Cobb. 2013. Broiler Management Guide, Cobb-Vantress Inc., Siloam Springs,


Arkansan.

Dewanti, A. C., P. E. Santosa dan K. Nova. 2014. Pengaruh berbagai jenis bahan
litter terhadap respon fisiologis broiler fase finisher di closed house. Jurnal
Ilmiah Peternakan Terpadu. 2 (3) : 81-87.

Fadilah, R. 2004. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Agro
Media Pustaka, Jakarta

Fadhilah, R. A., A. Polana dan E. Parwonto. 2007. Sukses Beternak Ayam


Broiler. Agromedia Pustaka, Jakarta

Hartono, A. H. S. 1997. Beternak Ayam Pedaging Super. CV Gunung Mas,


Pekalongan.

Halim, H. T. Salam dan M. Muis. 2007. Tata laksana pemeliharaan dan analisis
usaha peternakan rakyat ayam ras petelur fase layer. J. Agrisistem. 3 (1) : 44
– 53.

Kartasudjana, R dan E. Suprijatna. 2010. Manajemen Ternak Unggas. Penebar.


Swadaya, Jakarta.

Nuroso. 2010. Panen Ayam Pedaging Dengan Produksi 2x Lipat. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Permentan. 2011. Pedoman Pembibitan Ayam Ras yang Baik. No.


40/Permentan/OT.140/7/2011.

Priyanto, M. 1999. Membuat Kandang Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahayu, I., T. Sudaryani dan H. Santosa. 2011. Panduan Lengkap Ayam. Penebar
Swadaya, Jakarta.
41

Rasyaf, M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rasyaf. 2003. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Santoso, H. dan T. Sudaryani. 2014. Panduan Praktis Pembesaran Ayam


Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Setyono, D. J. dan M. Ulfah. 2011. 7 Jurus Sukses Menjadi Peternak Ayam Ras
Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sudarmono, A. S. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius :


Jakarta.

Suharno, B. 2012. Agribisnis Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sujionohadi, K dan Ade, I.S. 2016. Ayam Kampung Petelur. Penebar Swadaya,
Jakarta.

Sunarti, D dan W.E. Wahono. 1997. Manajemen Kandang Ayam Ras Pedaging.
Trubus Agriwidya, Ungaran.

Suprijatna. E., U. Atmomarsono, dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak


Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tabbu, C. R. 2008. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya – Volume 1. Penerbit


Kanisius, Yogyakarta.

Tamaludin, F. 2014. Bisnis Pembesaran Pullet. Penebar Swadaya, Jakarta.

Utomo, F. H. 2012. Manajemen Perkandangan pada Usaha Pembibitan Ayam


Broiler Periode Laying di PT. Super Unggas Jaya Kabupaten Pasuruan.
Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret, Surakarta. (Tugas Akhir
Ahli Madya Peternakan)

Ustomo, E. 2016. 99 % Gagal Beternak Ayam Petelur.Penebar Swadaya, Jakarta.

Wiharto. 1985. Petunjuk Beternak Ayam. Lembaga Penerbitan Universitas


Brawijaya, Malang
42

LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

1. Lokasi Peternakan
a. Alamat
b. Kemudahan dijangkau
c. Ketinggian dari permukaan laut
d. Curah hujan
e. Suhu : siang dan malam
f. Kelembapan : siang dan malam
g. Jarak dengan pemukiman penduduk
h. Jarak dengan tempat pembelian pakan
i. Jaran dengan tempat pemasaran
j. Jarak dengan jalan raya
k. Jarak kandang dengan pohon
l. Luas perusahaan
m. Unsur makroklimat
n. Unsur mikroklimat : (suhu kandang dan kelembapan kandang)
o. Jumlah karyawan

2. Perkandangan
a. Luas perkandangan
b. Luas kandang
c. Kapasitas kandang
d. Jumlah kandang
 Perkandangan
 Lay out
 Bentuk kandang
 Jumlah kandang
 Ukuran masing – masing kandang
 Posisi kandang menghadap ke
 Tipe kandang
 Kandang
 Konstruksi kandang
 Biaya pembuatan kandang
 Kapasitas tiap kandang
 Jenis kandang
 Bahan dinding
43

 Bahan atap
 Bahan lantai
 Peralatan penunjang
 Ventilasi
 Tempat pakan dan minum
 Cara penempatan ternak dan alasannya
 Jarak dengan pembuangan limbah
 Pengaruh kandang terhadap produksi
 Pencahayaan kandang
 Jarak antar kandang

3. Kontruksi Kandang
 Atap kandang (bahan, model, ukuran dan tingginya)
 Dinding kandang (bahan, model, ukuran)
 Ventilasi kandang (bahan, model, dan ukuran)
 Lantai kandang (bahan, model, dan ukuran)

4. Peralatan Kandang
 Tempat pakan (bahan, bentuk, tinggi dari lantai, jumlah, jarak antar
tempat pakan)
 Tempat minum (bahan, bentuk, tinggi dari lantai, jumlah, jarak
antar tempat minum)

5. Bangunan Pelengkap
 Kantor
 Gudang pakan
 Gudang peralatan
 Mes karyawan
 Mushola
 Pos keamanan

6. Indikator Keberhasilan Pembibitan Ayam Broiler Fase Layer


 Jumlah telur yang dihasilkan
 Jumlah telur yang gagal ditetaskan
 Jumlah telur yang berhasil ditetaskan

7. Data Pendukung
 Foto – foto
 Denah lokasi/perusahaan
 Denah kandang
44

Lampiran 2. Lay out Farm PT. Charoen Pokphand Jaya Farm


45

Lampiran 3. Lay out Kandang PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Sragen
46

Lampiran 4. Produksi Telur Tetas PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Sragen 2
Mingguan

FLOCK 3 HH : 15

Jumlah Betina ` : 8449


Umur : 33 minggu
Age Production` : 9 Week

Tabel 5. Data Hasil Produksi Telur Tetas 24 – 30 Desember 2017

GRADE HE
TGL ∑PE % PE A B ∑HE % HE ∑Kom
24-Des-17 7013 83,00 5911 908 6819 97,23 194
25-Des-17 6890 81,55 5712 1000 6712 97,42 178
26-Des-17 6855 82,40 6147 521 6668 97,27 187
27-Des-17 6864 81,24 6134 572 6706 97,70 158
28-Des-17 6867 81,28 5929 768 6697 97,52 170
29-Des-17 6878 81,41 6061 630 6691 97,28 187
30-Des-17 6888 81,52 6126 609 6735 97,78 153
TOTAL 48255 81,77 42020 5008 47028 97,46 1227
47

Lampiran 4. (Lanjutan)

FLOCK 3 HH : 15

Jumlah Betina ` : 8449


Umur : 34 minggu
Age Production` : 10 Week

Tabel 5. Data Hasil Produksi Telur Tetas 31 Desember 2017 – 6 Januari 2018

GRADE HE
TGL ∑PE % PE A B ∑HE % HE ∑Kom
31-Des-17 6892 81,69 6192 546 6738 97,77 154
01-Jan-18 6899 81,77 6314 428 6742 97,72 157
02-Jan-18 6899 81,77 6342 439 6781 98,29 118
03-Jan-18 6896 81,74 6265 489 6754 97,94 142
04-Jan-18 6797 80,56 6351 309 6660 97,98 137
05-Jan-18 6673 79,09 6032 486 6518 97,68 155
06-Jan-18 6610 78,35 6059 420 6479 98,02 131
TOTAL 47666 80,71 43555 3117 46672 97,91 994
48

Lampiran 4. (Lanjutan)

FLOCK 3 HH : 15

Jumlah Betina ` : 8449


Umur : 34 minggu
Age Production` : 10 Week

Tabel 5. Data Hasil Produksi Telur Tetas 7 – 13 Januari 2018

GRADE HE
TGL ∑PE % PE A B ∑HE % HE ∑Kom
07-Jan-18 6635 78,81 6070 414 6484 97,72 151
08-Jan-18 6676 79,30 5979 566 6545 98,04 131
09-Jan-18 6654 78,20 6102 533 6474 98,42 118
10-Jan-18 6675 79,25 6020 543 6352 97,23 142
11-Jan-18 6624 79,42 6024 553 6846 97,53 123
12-Jan-18 6658 79,21 6032 522 6575 97,41 134
13-Jan-18 6485 79,44 6012 516 6312 97,34 151
TOTAL 47143 79,32 43574 3542 46263 97,82 991
49

Lampiran 5. Data Mortalitas Ternak PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Sragen 2
Mingguan
50

Lampiran 6. Perhitungan Rasio Ayam dengan Chain Feeder

Diket : - Populasi betina 1 kandang = 8104 ekor

- Panjang grill = 756 m

Jumlah betina dalam 1 kandang


Feeder space betina =
Panjang lintasan - Panjang hoper

8104
=
756 - 21

= 12 ekor/meter
51

Lampiran 7. Perhitungan Jumlah Ayam per Hanging

Jumlah hanging 1 kandang = 112 buah

Jumlah jantan 1 kandang = 768 ekor

Jumlah jantan 1 kandang


Rasio jantan per hanging =
Jumlah hanging 1 kandang

768
=
112

= 7 ekor/hanging
52

Lampiran 8. Perhitungan Rasio Ayam per Nipple Air

Total panjang nipple = 119 m (Jarak 1 m ada 3 putting nipple)

Jumlah pipa nipple = 4 lajur

Jumlah nipple 1 kandang = 118 x 3 = 354

= 354 x 4 = 1416 buah

Jumlah ayam 1 kandang = 9657 ekor

Jumlah ayam 1 kandang


Rasio ayam per nipple air =
Jumlah nipple air dalam 1 kandang

9657
=
1416

= 7 ekor/putting nipple
53

Lampiran 9. Perhitungan Rasio Ayam Betina per Hole

Jumlah ayam betina 1 kandang = 8104

Jumlah nest dalam 1 kandang = 81 buah

Jumlah hole dalam 1 nest = 24 buah

Jumlah hole dalam 1 kandang = 24 x 81

= 1944 buah

Jumlah ayam betina dalam 1 kandang


Jumlah rasio ayam betina dalam 1 hole =
Jumlah hole dalam 1 kandang

8104
=
1944

= 4 ekor/hole
54

Lampiran 10. Surat Pernyataan


55

Lampiran 11. Form Penilaian Praktek Kerja Lapangan

Anda mungkin juga menyukai