PEMBAHASAN
IV.1 Perkandangan
Fadilah (2004) menyatakan bahwa kandang sistem tertutup (closed house)
banyak diterapkan di daerah yang beriklim panas yang sering mengalami
perubahan cuaca yang tidak menentu. Semua bentuk kandang yang dibuat
ditujukan agar ayam bisa nyaman dengan lingkungan sehingga ayam dapat
berproduksi dengan maksimal. Peternakan unggas yang menggunakan sistem
kandang tertutup (close house system) memiliki beberapa keuntungan dari segi
manajemennya. Keuntungan dari penerapan sistem kandang tertutup yaitu ,
pemberian pakan, minum, tenaga kerja, dan pengelolaan kesehatan (Cahyadi dkk.
2011). kandang tipe closed house milik Nathalia Chandra sangat cocok didaerah
Jember karena kabupaten Jember memiliki cuaca yang cenderung berubah
terutama pada saat masuk bulan Mei sampai dengan Juni yang diantaranya terjadi
angin kencang, panas, dan hujan.
Peraturan Menteri Pertanian (2011) bahwa jarak minimal lokasi peternakan
dengan pemukiman penduduk yaitu 500 m. Oleh sebab itu, hendaknya pendirian
lokasi farm minimal 500 m dari pemukiman penduduk untuk mencegah penularan
bibit penyakit baik pada lokasi peternakan maupun pemukiman penduduk. Jarak
kandang dengan pemukiman penduduk sekitar 50 sampai 100 m atau berada tepat
dibelakang kandang. Secara biosecurity hal ini sangat bertentangan dengan
penerapan biosecurity konseptual, yaitu pengendalian yang berhubungan dengan
tata letak lokasi peternakan sebagai upaya untuk mencegah kontak dengan pihak
luar farm. Menurut Mulyantono dan Isman (2008) kandang yang baik adalah
kandang yang dibangun memenuhi persyaratan teknis, sehingga kandang tersebut
bisa berfungsi untuk melindungi ternak terhadap sumber penularan penyakit dan
binatang buas, serta mempermudah tata laksana pemeliharaan. prinsip biosekuriti
yang tepat pada manajemen peternakan diantaranya yaitu melakukan kontrol dan
pembatasan terhadap kontaminasi antara unggas, manusia, dan jenis hewan
lainnya, melaksanakan program sanitasi dan desinfeksi dengan melakukan
program kebersihan secara rutin untuk menciptakan lingkungan kandang yang
bersih, bebas dari hama penyakit, dan melaksanakan program vaksinasi secara
tepat serta akurat dalam upaya pencegahan.
15
16
Konstruksi kandang adalah closed house sistem dua lantai yang membujur dari
timur ke barat. Kelebihan kandang dua lantai adalah minimalisasi lahan untuk
mendapatkan hasil semaksimal mungkin. Kandang dengan sistem ini secara
otomatis akan menyebabkan perbedaan suhu dan kelembaban antara lantai atas
dan bawah. Jumlah oksigen yang berada dilantai atas tentunya lebih besar
daripada oksigen di lantai bawah. Menurut Sudaryani dan Santoso (2002) kadar
ammonia pada kandang dengan litter langsung ke tanah akan menyebabkan
tingginya suhu dan kelembaban dalam kandang. Sedangkan kontruksi kandang
yang membujur dari timur ke barat sesuai dengan pernyataan Jahja dan Prayitno
dalam Rahmadi (2009) bahwa untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup dan
untuk menghindari panas matahari secara langsung baik pada pagi hari maupun
tengah hari, maka sebaiknya kandang dibangun membujur dari arah timur ke
barat.
IV.2 Manajemen Pakan
4.2.1 Gudang pakan
Penyimpanan pakan perlu diperhatikan agar pakan tidak lembab atau rusak.
Tempat penyimpanan pakan diusahakan bebas dari hama, baik serangga maupun
tikus. Gudang pakan harus didesinfeksi serta kondisi ruangan harus kering
(Rusman dan Siarah, 2005). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penyimpanan
pakan di gudang antara lain: lokasi gudang harus bebas dari genangan air, tidak
boleh ada kebocoran atap, dan dilengkapi ventilasi cukup untuk mencegah
kelembaban terlalu tinggi; lantai dilengkapi alas dari kayu atau bahan lainnya
yang memiliki rongga agar tidak terjadi kontak langsung antara lantai dan karung
pakan. Pakan tidak boleh disimpan lebih dari 1 minggu, dan pakan yang
didatangkan lebih dulu ke gudang adalah yang digunakan terlebih dahulu (CJ
Feed Indonesia, 2008).
17
59 minggu
< 85%
Production
Konsumsi
93 113 g
100 120 g
Kebutuhan 15,04 18,28% 13,96 16,75%
100 120 g
13,33 16%
99 119 g
13,03 15,66%
PK
Kebutuhan
2778 2867
2734 2867
2679 2867
2558 2833
EM
Kkal/kg
Kkal/kg
Kkal/kg
Kkal/kg
18
Protein pakan sebagian besar digunakan untuk produksi telur, hanya sebagian
kecil untuk hidup pokok. Semakin tinggi tingkat produksi maka kebutuhan protein
juga semakin tinggi (Suprijatna et al., 2005). Protein pakan harus mencukupi
kebutuhan asam-asam amino untuk menunjang produksi yang optimal (Leeson,
2008). Kebutuhan asam amino bagi ayam petelur fase layer dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Standar Kandungan Vitamin Ransum pada Fase Layer
Vitamin
Vitamin A (IU)
Vitamin D(IU)
Vitamin E (IU)
Vitamin K (mg)
Thiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Asam pantotenat (mg)
Niasin (mg)
Piridoksin (mg)
Biotin (mg)
Kolin (mg)
Vitamin B12 (mg)
Tabel 3. Kebutuhan Mineral Ayam Petelur Tipe Medium pada Fase Layer
Mineral
Kalsium (%)
Fosfor (total, %)
Natrium (mg/kg)
Mangan (mg/kg)
Seng (mg/kg)
Umur 21 40 minggu
3,00
0,50
0,15
110
50
19
20
antara
lain
untuk
Bronchitis (IB),Infectious
mencegah Newcastle
Bursal
Disease (IBD),
dan Avian
Encephalomyelitis (AE) . Teknik vaksinasi antara lain dengan metode tetes mata
(ocular), injeksi subcutan, air minum, maupun spray. Vaksin dengan metode tetes
mata misalnya vaksin ND IB untuk anak ayam berumur 3 hari. Metode injeksi
intramuskuler misalnya vaksin ND untuk ayam usia 16-17, 30 dan 50 minggu.
Metode wing web injection (tusuk sayap) misalnya vaksin fowl pox dan AE untuk
ayam usia 18 minggu. Metode pemberian vaksin dengan air minum misalnya
vaksin IBD (Gumboro) untuk ayam usia 32 dan 52 minggu serta vaksin ND La
Sota.
Metode
pemberian
vaksin
vaksin
coccidiosis live untuk DOC (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006; Spoolder, 2007).
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain fowl cholerae dan infectious
coryzae. Penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain fowl pox. Penyakit yang
21
disebabkan oleh protozoa antara lain leukosis. Penyakit parasit internal terutama
disebabkan oleh cacing. Penyakit parasit eksternal disebabkan oleh kutu dan
tungau (Blakely dan Bade, 1998). Fowl cholerae merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida yang ditandai dengan gejala diare,
dalam kondisi kronis menyebabkan jengger dan pial bengkak, diare berwarna
kuning hingga hijau, dan pembengkakan sendi. Pengobatannya yaitu dengan
injeksi sulfadoxin secara intramuskuler. Infectious coryza disebabkan oleh
bakteriHaemophilus gallinarum dengan gejala kesulitan bernafas, keluar lendir
dari nostril dan mata, dalam kondisi kronis muka dan sekitar mata membengkak
akibat
penggumpalan
eksudat.
Pengobatannya
yaitu
dengan
injeksi
Kualitas eksterior telur antara lain ditentukan oleh cangkangnya, yaitu meliputi
kebersihan, bentuk, tekstur, dan keutuhan. Pengambilan telur dalam satu hari
minimal empat kali supaya telur yang didapat bersih dan mengurangi resiko telur
pecah karena terinjak oleh ayam (Sudaryani dan Santosa, 2000). Penimbangan
telur dilakukan bersamaan dengan pengepakan dan tidak mengikutkan telur yang
pecah. Penimbangan diperlukan dalam suatu penjualan dari peternak ke pedagang
atau konsumen terakhir, satuan yang dipakai adalah berat dan di Indonesia
biasanya adalah kilogram (Adiwilaga, 1982).
Tujuan pengepakan telur konsumsi adalah untuk mencegah kebusukan dan
berperan dalam menjaga agar telur tetap bersih dan biasanya pembungkusan
dengan peti kayu (Winarno dan Jennie, 1983). Setiap perusahaan menyimpan
produknya sebelum terjual, dalam hal ini fungsi gudang diperlukan karena siklus
produksi dan konsumsi jarang sesuai, sehingga kelancaran dalam suatu pemasaran
dapat terjaga (Kotler, 1997).
4.2.7 Evaluasi Performa Ayam Petelur
4.2.7.1
Konsumsi pakan
22
Konsumsi pakan ayam layer pada fase starter yaitu 1,080,05 kg per ekor, pada
fase grower yaitu 4,14 0,11 kg per ekor, pada fase layer yaitu 31,2 1,12 kg per
ekor (Mussawar et al., 2004). Konsumsi pakan per hari pada Isa Brown rata-rata
sebesar 114 g. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh strain, umur, keseimbangan
nutrisi pakan, status kesehatan ayam, keterjangkauan pakan oleh ayam, dan
temperatur lingkungan (Iji, 2005).
4.2.7.2
Produksi telur
Untuk
menghitung
produksi
telur
dikenal
istilah hen
housed
production dan hen day production. Hen housed production merupakan ukuran
produksi telur yang didasarkan pada jumlah ayam mula-mula yang dimasukkan ke
dalam kandang (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Hen day production (HDP)
dihitung dari jumlah produksi telur hari itu dibagi dengan jumlah ayam produktif
hari itu dikalikan 100% (North, 1984; dikutip dalam Kabir dan Haque, 2010).
Puncak produksi strain Isa Brown yaitu 27 29 minggu dengan kisaran hen
day 9496% . Semakin lama periode bertelur, semakin rendah HDP (Mussawar et
al., 2004).
4.3
23
IV.3