Anda di halaman 1dari 19

Bab 11.

FILSAFAT,
PRINSIP DAN
ETIKA
PENYULUHAN
PERTANIAN

Ia menyumbang untuk perbaikan perspektif dan


pemahaman tentang penyuluhan pertanian

1
Tujuan kompetensi
dan rangkuman isi Filsafat Prinsi Etika
p

1. Peserta mampu menerangkan dengan jitu dasar


filsafat yang berada dibelakang aktivitas penyuluhan
pertanian.
2. Peserta mampu menyusun daftar dan
mendiskusikan prinsip prinsip dasar penyuluhan
pertanian.
3. Peserta mampu menyajikan etika yang bekerja
bersamaan dengan penyuluhan pertanian.
Semuanya merupakan asumsi, premis dan paradigma tempat berangkat dan
koridor dimana penyuluhan pertanian bekerja

2
Agenda  90 menit saja !

 Filsafat yang mendasari penyuluhan


pertanian
 Prinsip dasar yang menjadi pegangan
penyuluhan pertanian bekerja
 Etika yang menjadi batasan dan koridor
penyuluhan pertanian berkinerja

3
Pengenalan dan pengantar
 Filsafat adalah sekumpulan prinsip yang bekerja
dan mengarahkan kegiatan manusia. Intinya, adalah
pemahaman tentang gagasan dimana penyuluh
memegangnya sebagai petunjuk yang mendasar
ketika mereka bekerja.
 Prinsip Penyuluhan berbeda sesuai dengan kondisi
masyarakat dimana penyuluhan berjalan.
 Nilai nilai moral (Etika) menentukan dalam
penunaian tugas dan kewajiban penyuluh (Alrøe
dan Kristensen 2000).
4
1. Filsafat
Penyuluhan menggunakan pendekatan demokratis dan dialogis
berbasis pada pem-belajar-an petani peternak.

 Dalam Penyuluhan tiap orang penting dan unik. Tiap kita berbeda
dari sisi tujuan dan nilai nilai yang kita anut.
 Tujuan dan target penyuluhan tidak statis. Ia bisa menyesuaikan
menurut perkembangan, waktu dan lokasi.
 Dia berangkat dari premis ‘membantu masyarakat petani buat
membantu dirinya sendiri – helping people to help themselves.
Kemudian, “Beri pancing, jangan ikan”. Sebab pancing bisa mengail
ikan guna melanjutkan kehidupan. Sedang ikan hanya buat sekali
makan.

5
1. Filsafat
 Penyuluhan pertanian bertolak dari filsafat dan cara pandang
bahwa petani peternak dan masyarakat pedesaan ‘cerdas, cakap
dan bertekad memperoleh informasi baru. Ketika penyuluh
meremehkan petani, dia cenderung bersikap tak acuh dan cuek.

 Penyuluh mesti memiliki pemahaman mendalam tentang masalah


masalah yang tengah merundungi petani. Di Amerika Serikat
menggunakan filsafat tiga T (teach, truth and trust – mendidik,
kebenaran dan kepercayaan).

 Filsafat penyuluhan di Sumatera Barat, misalnya ialah “alah bisa


karena biasa”. Sesuatu yang berpotensi merusak, sulit, susah
dan sukar akan terasa biasa dan mudah, ketika kerap dan
berulang-ulang dilakukan.

6
1. Filsafat
Mardikanto, (2009) menyatakan Ditengah budaya demokrasi, egaliter
dan upaya pembebasan dari kungkungan struktur yang mengikat,
penyuluhan hendaknya berorientasi kepada:
 Bekerjasama ‘dengan’ petani peternak dan bukan bekerja
‘buat’ mereka semua. Kehadiran penyuluh tidaklah memaksa dan
menentukan segala sesuatu, tetapi berupaya menumbuhkan dan
membina suasana yang cair dan fasilitatif. Sehinga partisipasi
petani peternak tumbuh, hidup dan bergerak serta terpelihara
sebagai modal sosial ditengah masyarakat.
 Mendorong munculnya kreatifitas petani peternak, bukan
justru meninabobokan dalam posisi ketergantungan dan
apatis. Mereka diupayakan merajut kemandirian, swadaya, percaya
diri dan merdeka, sebagai wujud daripada harapan masyarakat.
 Mendorong terbinanya upaya perbaikan kesejahteraan petani
peternak yang pada gilirannya juga meningkatkan keberdayaan
dan martabat mereka.

7
2. Prinsip prinsip
 Pendekatan penyuluhan terhadap pembangunan usaha ekonomi
dan kesejahteraan bertumpu pada; pengembangan potensi
petani peternak, maka  mereka akan mengembangbiakan
lahan, tanaman, ternak, lembaga pendidikan dan wisata,
pelayanan umum dan segala sesuatu sesuai kebutuhan.

 Karakter manajemen penyuluhan menjadi terdesentralisasi pada


tingkat kabupaten dan kota. Kemudian pendekatan pelaksanaan
lebih mengarah kepada cara kerja pasar. Peran kelompok yang
bermitra dengan swasta dan pemerintah menjadi sah. Tentu
dengan dorongan mekanisme pasar pula. Sehingga teknologi
dan inovasi yang sumbernya dari berbagai pihak – alih alih
memberdayakan – justru dihargai dengan uang. Akibatnya ia
memperlebar jurang perbedaan antara petani agresif yang kaya
dengan petani kecil dan tak berpunya (UU no 16/2006 dan
Swanson, 2008).
8
2. Prinsip prinsip
 Penyuluhan memulai pekerjaan dari tingkat
kompetensi petani, berupa pengetahuan, pengertian,
kepentingan dan derajat kesiapan mereka.
 Penyuluhan mesti bertolak dari kebutuhan dan
kepentingan petani peternak yang terkait erat dengan
upaya perbaikan usaha kehidupan mereka
 Penyuluh perlu membantu petani peternak
menentukan masalah mereka sendiri, menemukan
solusi dan mendorong mereka mengambil tindakan
 Seorang penyuluh tidak perlu berlama lama
membantu petani, kecuali mereka mau menolong diri
sendiri.

9
2. Prinsip prinsip
 Bekerjasama mesti berada dalam ranah yang masuk akal.
Sebab kegiatan terbaik – ukurannya bisa diterapkan - ialah buah
hasil kerja bareng petani peternak dengan penyuluh. Rencana
kegiatan, hasil kerja ’bersama’ petani adalah bagian penting
proses pembelajaran penyuluhan.
 Penyuluh pertanian hendaknya bekerjasama dengan seluruh
anggota keluarga. Karena keluarga dipandang sebagai satu
kesatuan, baik dirumah, ladang atau kandang. Karena itu pakai
kombinasi atau aneka cara dalam belajar penyuluhan.
 Partisipasi dalam penyuluhan mesti tidak dengan sebuah
keterpaksaan. Sehingga kegiatan penyuluhan harus bisa
memenuhi kebutuhan pribadi yang berbeda.
 Penyuluh perlu meracik dan merangkai kesempatan terbaik buat
petani peternak bekerja dalam program penyuluhan.
10
2. Prinsip prinsip
 Penyuluh pertanian seharusnya memetik keuntungan dari tiap tiap
kelompok tani ternak melalui keterlibatan dalam program
penyuluhan. Masyarakat pedesaan cenderung lebih ’mendengar’
pimpinannya ketimbang mempedulikan para penyuluh.
 Materi penyuluhan mesti khas dan jelas tujuan yang hendak
dicapainya. Ukuran kinerja penyuluhan disepakati dan harus logis,
sistematis serta bisa diukur. Karena itu materi penyuluhan harus
berdasarkan fakta dan ilmu pengetahuan.
 Konsistensi adanya monitor dan evaluasi terus menerus perlu
ditindaklanjuti, karena ia akan menentukan pencapaian tujuan.
 Penyuluh mesti bekerja tuntas dan profesional agar kegiatan
diterima petani peternak.
 Belajar dalam penyuluhan adalah proses keseharian yang
berlangsung seumur hayat. Akibatnya, bisa saja hasil belajar tidak
cepat keluar menampakan hasil. 11
3. Etika penyuluhan
Nilai nilai moral menentukan dalam penunaian tugas
dan kewajiban penyuluh, berupa upaya untuk mengajuk rasa
tanggungjawab agar terbina kehidupan masyarakat bermartabat.

 Pertama, etika teleologis yang menggunakan prinsip utilitas ekonomi.


Kedua, etika berbasis tugas yang memusat kepada kewajiban untuk
memegang suatu norma dan menggunakan prinsip hak, keadilan dan
kesamaan. Ketiga, etika berbasis kualitas yang mempertimbangkan
prilaku bernilai etika dan karakter baik serta peduli pada para pihak
terkait.

 Kesetaraan akses antara laki-laki dan perempuan, menolak perbudakan


dan sentimen rasis serta prejudice lainnya. Misalnya mengenal orang
lain sebagai makhluk yang sama secara moral, pelaku yang serupa
dengan kita, hidup, merasa dan berkesadaran. Kemudian mengenal
lebih luas terhadap keluarga, masyarakat dan sistem ekologis, yang 12
saling terikat dan berkelanjutan.
3. Etika penyuluhan
Saat masyarakat konsumen semakin menyadari kualitas hasil
pertanian yang baik dan cenderung menurun tingkat
kepercayaannya pada proses yang terjadi – seperti kepedulian
pada aman, sehat, utuh dan halal  ASUH - maka prinsip
prinsip etika perlu berjalan.

 Disini Etika terkait dengan pangan, hewan, lingkungan, kebun


dan lahan, bioteknologi, pangan hasil rekayasa genetik,
pestisida, perdagangan, serta hak paten.
 Kemudian, etika dalam proses mengambil keputusan yang
mempengaruhi kepentingan umum, seperti; keterbukaan, peran
pihak terkait, kepedulian, prinsip penilaian resiko dan peringatan
dini. Ujung semua uraian diatas adalah kebutuhan pada etika
yang terkait erat dengan penyuluhan, termasuk etika penyuluhan
itu sendiri.

13
3. Etika penyuluhan

Faktor pendorong menggerakan penerapan etika penyuluhan pertanian dan


pangan, baik secara pribadi atau kelembagaan; (a) ekonomi, (b) sanksi
hukum dan (c) etika itu sendiri.

Konsumerisme; seperti promosi, kebijakan harga, kualitas


produk, keamanan, pelayanan dan penipuan. Alokasi
sumberdaya yang langka, tapi melalui iklan, tambahan dan
kelipatan jumlah kebutuhan tercipta, yang memicu kenaikan
pemakaian sumberdaya langka secara keliru dan tidak perlu.

 Pemakaian sumberdaya dan lingkungan berupa polusi dan


sisa buangan sumberdaya langka melalui penggunaan yang
tidak efisien.

 Tenaga kerja. Keamanan dari kecelakaan kerja, upah,


kesejahteraan karyawan dan pensiunan, keamanan dari 14
kejahatan dan pekerjaan yang bermakna.
3. Etika penyuluhan
 Kemiskinan dan ketidak-adilan sosial, termasuk
kemiskinan pedesaan dan perkotaan, lokasi dan
larangan bertanam serta meraih keuntungan.
 Penyimpangan tujuan kepentingan umum melalui
penyogokan, penipuan, pajak, alokasi sumberdaya
tidak tepat serta pembangunan yang boros dan
menguras.
 Masalah kesamaan kesempatan dan kompensasi
terkait dengan diskriminasi sosial berdasarkan suku,
jenis kelamin dan kepercayaan
15
Contoh Etika Kontes Peternakan

Perilaku; Peserta dilarang menunjukan kritik langsung atau bercengkrama dengan juri,
panitia, atau perwakilan perbibitan sepanjang waktu.

Kepemilikan; Peserta kontes mempunyai kwitansi penjualan, yang langsung menjadi


bukti kepemilikan. Bila peserta membawa ternaknya sendiri, maka bukti catatan
kelahiran juga perlu ditunjukan. Membeli ternak di dan dari pasar kontes dilarang.
Memperagakan ternak kepada peserta lain dengan mengaku sebagai pemilik agar dapat
kelas khusus juga dilarang.

Kesehatan. Pengelolaan yang adil mesti menyediakan hak untuk meminta sertifikat
3. kesehatan hewan. Untuk mencegah penyebaran penyakit, keadaan tidak baik buat hewan
Etika dan peserta, inspeksi kesehatan dan uji diagnosa mesti dilakukan sebelum dan sesudah
penyu hewan berada pada lokasi kontes. Ini dilakukan oleh petugas khusus.
luhan
Tindakan tidak beretika. Memberi makan dan menyapukan zat cair yang tidak biasa
buat ternak tidaklah berperikemanuasiaan. Obat penenang yang mempengaruhi fisik dan
psikologis hewan tidak dibenarkan, kecuali setelah melalui resep dokter hewan yang
terdaftar/akreditasi. Semua obat hewan mesti mendapat persetujuan petugas bagian obat
dan makanan.

Administrasi. Seorang dokter hewan teruji mesti mengatur semua pengobatan ternak
selama kontes. Menyuntikan bahan luar kebawah kulit ternak agar merubah struktur
alami hewan atau penampilannya tidak etis. Praktek berikut tidak beretika, memotong
ekor dan menggunakan alat listrik.

Sumber : 16
Ethical livestock management skills and behavior. Kerjasama the Calaveras County Fair, the UC
Davis Cooperative Extension Office and the Angels Camp Veterinary Hospital.
Kesimpulan & Ringkasan

 Filsafat penyuluhan pertanian yang tepat senantiasa menatap


masa depan. Sebab kita hidup ditengah perubahan waktu,
sehingga filsafat penyuluhan mesti mengakomodasikan
perubahan tersebut.

 Prinsip prinsip dasar tertentu melandasi pekerjaan penyuluhan.


Prinsip ini berbeda sesuai dengan kondisi masyarakat dimana
penyuluhan tengah berlangsung.

 Etika adalah pilihan aman menjamin keberlangsungan proses


penyuluhan dan produksi pertanian. Dimensi hukum dan
ekonomi memang bisa pula menyumbang buat penyuluhan,
tapi etika lebih jitu dalam jangka panjang

17
Pertanyaan

 Apa saja filsafat yang mendasari bekerjanya


penyuluhan pertanian.
 Apa arti suatu filsafat penyuluhan pertanian yang jitu.
 Apa saja prinsip prinsip penyuluhan pertanian.
 Sajikan sedikitnya lima prinsip penyuluhan pertanian
 Etika berperan dalam menyambung kelangsungan
hidup pertanian, ungkapkan peran etika dan contoh
penerapannya dalam penyuluhan pertanian

18
Daftar Bacaan
 -------------, 2000. Extension Manual. University of Kentucky Cooperative
Extension Service. A reference on policies and procedures for Extension
agents Cooperative Extension Service. University of Kentucky. College of
Agriculture
 Alrøe, Hugo Fjelsted and Erik Steen Kristensen, 2000. Research, values and
ethics in organic agriculture. Examples from sustainability, precaution, nature
quality and animal welfare. Danish Research Centre for Organic farming, P.O.
Box 50, DK-8830 Tjele. Email: hugo.alroe AT agrsci.dk
 Farrington, .J 1994. Public Sector Agricultural Extension: Is there Life After
Structural Adjustment ?. Number 2, November 1994. Natural Resources
Perspective. Overseas Development Institute. Brighton.
 Kirsten. J. 2003. A Theoretical Perspective on Agribusiness and Ethics in a
South African Context. Agrekon, Vol 42, No 4 (December 2003) Presidential
Address.
 Mardikanto, Totok, 2009. System Penyuluhan Pertanian. UNS Press.
Surakarta.
 Swanson, Burton. 2008. Global Review of Good Agricultural Extension and
Advisory Service Practices. University of Illinois at Urbana-Champaign.
Research and Extension Division and Technical Cooperation Department of
FAO. Rome.Other training sessions
19

Anda mungkin juga menyukai