Anda di halaman 1dari 12

Tugas Makalah Individu

SISTEM PERTANIAN PETERNAKAN TERPADU


“Penanaman Sistem Tiga Strata Dalam Meningkatkan
Pendapatan Petani-Peternak”

Oleh

NAMA : DHARMA SANJAYA


NIM : L1A1 17 036
KELAS : A

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan

Hidayah-Nya, serta sholawat dan salam tercurah kepada Nabi besar Muhammad

SAW. sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah pada mata kuliah

“Sistem Pertanian Peternakan Terpadu” dengan judul “Penanaman Sistem Tiga

Strata Dalam Meningkatkan Pendapatan Petani-Peternak”. Penulisan laporan ini

merupakan salah satu syarat untuk kelulusan mengikuti kegiatan perkuliahan di

Jurusan peternakan Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo, Kendari.

Ucapan terima kasih kepada Dosen Pengasuh mata kuliah, teman-teman

dan semua pihak yang telah terlibat dan memberikan bantuan dalam bentuk moril

maupun materil dalam proses penyusunan makalah ini, sehingga dapat selesai

tepat pada waktunya.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat dibutuhkan. Semoga laporan ini

dapat bermanfaat dan berguna serta bisa digunakan sebagaimana mestinya.

Kendari, Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ........................................................................................................................
B.     Tujuan dan Manfaat ................................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A.   Tanaman Pangan Sistem Tiga Strata (STS)..............................................................7
B.   Tanaman Pakan Sistem Tiga Strata (STS).................................................................8
C. Ternak........................................................................................................................................
D.   Kesejahtraan Peternak..............................................................................10
BAB III. PENUTUP
A.    Kesimpulan........................................………….......................................................................
B.     Saran ...........................................…………...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................

 
BAB I.    PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Sistem pertanian terpadu merupakan kegiatan memadukan pertanian dan

peternakan. Salah satu contoh dari sitem pertanian terpadu adalah Sistem Tiga

Strata (STS). Sistem tiga Strata merupakan suatu cara penanaman serta

pemangkasan rumput, leguminosa, semak, dan pohon sehingga hijauan tersedia

sepanjang tahun. Stratum pertama terdiri dari tanaman rumput potongan dan

legume herba/ menjalar (sentro, kalopo, arachis, dll.) yang disediakan bagi ternak

pada musim penghujan. Stratum kedua terdiri dari tanaman legume perdu/ semak

(alfalfa, stylosanthes, desmodium rensonii, dll.) yang disediakan bagi ternak

apabila rumput sudah mulai berkurang produksinya pada awal musim kemarau.

Bagian ini dibagi petak masing-masing 46 meter persegi ( lebar 5 m dan panjang 9

m ). Stratum tiga terdiri dari legume pohon (gamal, lamtoro, kaliandra, turi,

acasia, sengon, waru, dll.) yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi. Selain

untuk pakan pada musim kemarau panjang, tanaman tersebut juga dapat

digunakan sebagai tanaman pelindung dan pagar kebun hijauan makanan ternak

maupun kayu bakar.

Satu unit STS memerlukan 2.500 meter persegi yang terdiri dari tiga bagian.

Yaitu: Bagian inti yang berada di tengah-tengah dan ditanami tanaman

pangan/holtikultura (1.600 meter persegi). Bagian selimut terletak diantara bagian

inti dan tepi. Bagian selimut ditanami hijauan jenis rumput potong dan

leguminosa (900 meter persegi), Bagian tepi merupakan bagian yang paling luar
yang menjadi batas unit STS yang ditanami pagar hidup dari gamal dan lamtoro

jenis kayu (200 meter). Stratum satu berfungsi sebagai penyedia hijauan bagi

ternak. Stratum dua dan tiga berperan sebagai pagar hidup sehingga ternak tidak

mudah menganggu tanaman inti.

Sistem pertanian tiga strata umumnya diterapkan pada pertanian lahan

kering dengan curah hujan 1.500 mm per tahun dengan 8 bulan musim kering, dan

4 bulan musim hujan, dapat diterapkan pada pertanian lahan kering dengan

topografi yang datar atau miring. Tujuan pertanaman STS adalah menyediakan

hijauan pakan dan menjaga kelestarian ekosistem sepanjang tahun. Manfaat dari

pertanaman STS secara praktikal adalah meningkatkan ketersediaan dan mutu

hijauan, menyediakan hijauan sepanjang tahun, meningkatkan kesuburan tanah,

dan meningkatkan produktivitas ternak. Manfaat secara keilmuwan memberikan

informasi mengenai introduksi pertanaman STS. Manfaat secara Institusional

memberikan informasi kepada petani/peternak, peneliti bidang peternakan dan

pertanian untuk mengambil kebijakan pertanaman dengan sistem STS.

B.       Tujuan dan Manfaat

Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa

dapat mengetahui;

a) Tanaman Pangan STS

b) Tanaman Pakan STS

c) Ternak

d) Kesejatraan Peternak
Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah untuk

mahasiswa mengetahui;

a) Tanaman Pangan STS

b) Tanaman Pakan STS

c) Ternak

d) Kesejatraan Peternak
BAB II. PEMBAHASAN

A.      Tanaman Pangan Sistem Tiga Strata (STS)

Keterpaduan usaha ternak sapi dengan tanaman sayur-sayuran merupakan

salah satu upaya pemanfaatan produk samping/ikutan yang dipelihara di kawasan

sayur-sayuran atau pemanfaatan sisa-sisa sayuran yang sudah afkir dan tidak

layak dipasarkan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak sapi. Namun

pemanfaatan limbah sayuran potensinya sangat sedikit. Oleh karena itu pola

keterpaduan antara ternak sapi dengan areal tanaman sayur-sayuran dapat

dilakukan secara terpisah antara ternak dan areal tanaman sayuran atau merupakan

satu kesatuan. Agar tidak menggangu tanaman sayuran maka ternak sapi harus

dikandangkan.

Untuk memanfaatkan sisas-sisa rumput dari pembersihan tanaman, sisa

sayuran dan kotoran ternak sapi dibuat kompos dan pupuk organik. Hasil

pembuatan pupuk kompos maupun pupuk kandang diperlukan untuk tanaman

sayuran dalam rangka peningkatan produksi maupun mengurangi ketergantungan

pupuk buatan. Manfaat yang diperoleh bagi ternak sapi lebih ditujukan pada

pemanfaatan hijauan yang ditanam pada areal tanaman sayuran sebagai tanaman

penguat teras dan sebagai tanaman pelindung. Dalam rangka penyediaan pakan

hijauan ternak dilakukan dengan pola tiga strata yaitu tanaman sayuran,

rerumputan dan tanaman legum (Bagas, A, dkk, 2004)


B.       Tanaman Pakan Sistem Tiga Strata (STS)

Tanaman jagung setelah produk utamanya dipanen, hasil ikutannya berupa

daun, batang dan tongkol sebelum atau sesudah melalui proses pengolahan dapat

dimanfaatkan sebagai sumber bahan pakan ternak alternatif. Jumlah produk

ikutan jagung dapat dari satuan luas tanaman jagung antara 2,5-3,4 ton bahan

kering per hektar yang mampu menyediakan bahan baku sumber serat/pengganti

hijauan untuk satu satuan ternak (bobot hidup setara 250 kg dengan konsumsi

pakan kering 3 % bobot hidup) bdalam setahun. Produk ikutan tanaman jagung

sebelum digunakan sebagai bahan baku pakan dapat diolah menjadi silase baik

dengan atau tanpa proses fermentasi dan amoniasi. Pemberian dalam bentuk

segar atau sudah diolah disarankan sebaiknya dipotong-potong atau dicacah

terlebih daulu agar lebih memudahkan ternak untuk mengkonsumsi. Agar ternak

lebih menyukai dapat ditambahkan molases atau air garam . Kotoran ternak yang

telah diproses dapat digunakan sebagai sumber energi (biogas) dan pupuk

organik yang dapat digunakan untuk memperbaiki bstruktur tanah pada lahan

tanaman jagung (Bagas, A, dkk, 2004)

C.      Ternak

Pengembangan ternak sapi pada areal tanaman buah-buahan yaitu

pemanfaatan lahan yang ada di antara tanaman buah-buahan sebagai areal

penanaman rumput untuk pakan ternak. Sementara ternaknya dikandangkan di

areal tanaman buah-buahan dan rumput yang dihasilkan di areal tanaman buah-

buahan dipotong dan di bawa ke kandang sebagai pakan ternak. Selain itu di areal
tanaman buah-buahan yang cukup luas dapat dikembangkan sebagai ladang

pengembalaan ternak (ternak di ikat pada kawasan tertentu). Namun harus di

awasi agar ternak tidak merusak tanaman buah-buahan yang ada. Keuntungan

dari keterpaduan ini adalah tanaman buah-buahan dapat terawat, dihasilkan

beragam produk, tersedia pakan ternak dan pupuk organiki untuk kesuburan serta

konservasi sumber daya alam. Tanaman buah-buahan yang dapat di integrasikan

dengan ternak sapi di antaranya nanas dan pisang (Bagas, A, dkk, 2004)

Menurut Moningka dkk. (1993) sistem tumpangsari tumbuhan dan ternak

pada umumnya banyak dipraktekkan dengan tanaman perkebunan. Tujuan sistem

ini adalah untuk memanfaatkan lahan secara optimal. Di dalam sistem

tumpangsari ini tanaman perkebunan sebagai komponen utama dan tanaman

rumput dan ternak yang merumput di atasnya merupakan komponen kedua.

Selanjutnya dinyatakan bahwan keuntungan-keuntungan dari

sistem ini adalah :

1) Tersedianya tanaman peneduh bagi ternak sehingga dapat

mengurangi stres karena panas.

2) Meningkatnya kesuburan tanah melalui proses kembalinya air seni

dan feses ke dalam tanah,

3) Meningkatkan kualitas pakan ternak, membatasi pertumbuhan

gulma.

4) Mengurangi penggunaan herbisida.

5) Meningkatkan hasil tanaan perkebunan dan

6) Meningkatkan keuntungan ekonomis termasuk hasil ternaknya.


D.      Kesejahtraan Peternak

Athirah (2009) menyatakan pertanian terpadu secara deduktif akan

meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi berupa peningkatan hasil produksi

dan penurunan biaya produksi. Peningkatan hasil produksi karena semakin

banyak hasil produksi yang diperoleh. Hasil-hasil dari sistem pertanian terpadu

adalah hasil harian yaitu susu, telur dan biogas; hasil mingguan yaitu kompos, bio

urine, pakan ternak; hasil bulanan yaitu padi, daging; hasil tahunan yaitu anak

sapi, anak kambing dll.

Keuntungan langsung integrasi ternak sapi-tanaman pangan adalah

peningkatan pendapatan petani ternak dari hasil penjualan sapi dan jagung.

Keuntungan tidak langsung adalah membaiknya kualitas tanah akibat pemberian

pupuk kandang (Bamualin, et.al. 2004).

Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk organik pada sistem

komplememtasi tanaman-ternak terbukti telah mampu meningkatkan

produktivitas dan pendapatan petani serta mengurangi biaya produksi. Di sisi lain

produk pertanian organik mempunyai prosfek yang lebih cerah dibanding dengan

produk pertanian yang sarat dengan bahan anrganik. Oleh karena itu, sebaiknya

petani menerapkan sistem komplementasi tanaman-ternak.


BAB III. PENUTUP

A.      Kesimpulan

Sistem Tiga Strata (STS) adalah integrasi tanaman dan ternak berwawasan

lingkungan. Dengan STS produksi tanaman pakan, tanaman pangan, tanaman

perkebunan, produksi dan reproduksi ternak, kesuburan lahan dan kelestarian

lingkungan dapat ditingkatkan dan memfasilitasi program penghijauan dan

reboisasi. Introduksi STS sebagai alternatif penyedia hijauan pakan yang

berkesinambungan tanpa mengabaikan kualitas hijauan.

Peningkatan keterampilan dan efisiensi penggunaan lahan dalam

introduksi STS memiliki keuntungan. STS dapat memfasilitasi program

penghijauan dan reboisasi dan dapat menyediakan komoditi tanaman dan ternak

untuk kegiatan agroritual, agrowisata, wisataagro, agroindustri dan agrobisnis.

B.       Saran

Introduksi STS (sistem Pertanian Tiga Strata) layak dikembangkan sebagai

introduksi lahan pertanian. STS cocok dikembangkan untuk jenis tanah kering.
DAFTAR PUSTAKA

Bagas, A; Tarmisi; Uthruva,T. 2004. Sistem Pertanian Terpadu. www


academia.edu /8621874/Sistem pertanian terpadu.

Athira. 2015. Sistem Pertanian Terpadu. https//athira09. wordpress.com


/2011/10/15. Diakses tanggal 15 Oktober 2015.

Bamualim A., R.B. Wirdahayani, dan M.Boer. 2004. Status dan Peranan sapi
Lokal Pesisir di Sumatra Barat. Prosiding Seminar Sistem Kelembagaan
Usaha Tani Tanaman ternak. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai