Anda di halaman 1dari 13

PENERAPAN SISTEM TIGA STRATA (STS)

DISUSUN OLEH:

Ida Bagus Made Purnama Santika

1953121004

UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS PERTANIAN PRODI
PETERNAKAN

i
DENPASAR
2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Penerapan sistem tiga strata (STS)” ini.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah
penyediaan pakan dengan sts. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu kami selama pembuatan makalan ini berlangsung sehingga dapat
terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Denpasar, 18 januari 2022

Penyusun

ii
i
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan........................................................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan......................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Tiga Strata (STS)............................................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Sistem Tiga Strata.......................................................................................................................5
3.1.1 Pada Stratum Satu...................................................................................................5
3.1.2 Stratum dua dan tiga (pagar).................................................................................6
3.1.3 Bagian Inti..............................................................................................................6
3.2 Iklim............................................................................................................................................6
3.3 Kesuburan Lahan Pada Sistem Tiga Strata....................................................................7
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................................8
4.2 Saran...........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sisten pertanian terpadu merupakan kegiatan memadukan pertanian dan peternakan .Salah satu
contoh dari sistem pertanian terpadu adalah system tiga strata (STS).Sistem tiga strata merupakan suata
cara penanaman serta pemangkasan rumput ,leguminosa,semak,dan pohon sehingga hijauan tersedia
sepanjang tahun.Stratum pertama terdiri dari tanaman rumput potong dan legume herba/menjalar
(sentro,kalopo,arachis,dll.) yang disediakan bagi ternak pada musim penghujan .Stratum kedua terdiri
dari tanaman legume perdu/semak (alfalfa,stylosanthes,desmodium rensonii,dll.) yang disediakan bagi
ternak apabila rumput sudah mulai berkurang produksinya pada awal musim kemarau.Stratum tiga
terdiri dari legume pohon (gamal,lantoro,kaliandra,turi,acasia,sengon,waru,dll.)yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai fungsi.Selain untuk pakan ternak pada musim kemarau panjang ,tanaman
tersebut juga dapat digunakan sebagai tanaman pelindung dan pagar kebun hijauan makanan ternak
maupun kayu bakar.

Selama ini petani sebagai pelaku utama sektor pertanian, selalu menjadi objek dari kebijakan
pemerintah, kalangan pedagang, maupun oleh konsumen. Produksi yang dihasilkan juga sering lebih
bernilai sosial dari pada bernilai ekonomi yang menguntungkan petani. Salah satu upaya yang harus
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, adalah dengan memberdayakan petani dalam organisasi
sehingga petani mampu mengartikulasikan pandangan. Hal ini berarti bahwa, petani harus dibuatkan
suatu lembaga yang berupa “Kelompok Tani” sehingga lewat lembaga tersebut, petani dapat belajar
dan berpandangan luas tentang suatu teknologi baru yang lebih menguntungkan. Sesungguhnya
pemerintah telah berupaya untuk membina petani melalui kelompok, dengan salah satu proyeknya
yang dikenal dengan proyek “Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan Kecil, yang
disingkat dengan P4K”. Misi dari P4K antara lain: a) membangun kemampian petani agar memiliki
rasa percaya diri yang kuat untuk menghadapi kehidupan dan penghidupan; b) memberdayakan petani
dalam usaha meningkatkan pendapatan dan kesejahtraan keluarganya; c) mengupayakan tumbuh dan
berkembangnya iklim dan system pelayanan yang mendukung usaha produktif petani; d) memperkuat
kelembagaan petani untuk meningkatkan kemampuan kerjasama, posisi tawar, dan sekala ekonomi
usaha (Badan Pengembangan SDM Pertanian, 2006).

Ternak harus dikembangkan secara terpadu sehingga merupakan bagian dari “pertanian organik”.
Melalui pengolahan tanah yang baik, dapat diketahui kebutuhan hara tanaman serta kondisi
lingkungan
1
dan ekologi dapat diperbaiki dan dilindungi tanpa harus tergantung pada pupuk kimia dan peptisida.
Dengan demikian konsep sistem tiga strata dapat diuji dari sudut keamanannya terhadap manusia,
hewan, flora, dan fauna tanah. Meningkatkan keragaman semua kehidupan, tetapi tetap harmonis
dengan alam, tanpa harus melakukan eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Konsep di atas
sudah diterapkan dalam STS, yaitu (i) lahan yang diintegrasikan dengan STS adalah lahan yang kurang
subur. Kusuburan tanah dapat ditingkatkan dengan bintil-bintil nitrogen dari nodulasi akar tanaman
leguminosa, pupuk hijau, dan pupuk kandang. Karenanya, lahan yang subur dipakai untuk tanaman
pangan dan tanaman perkebunan; (ii) petani yang mempunyai lahan sempit tidak akan mau menanam
rumput, semak, dan pohon untuk makanan ternak. Karena itu, rumput, semak, dan pohon ditanam
sebagai pagar dari tanaman palawija ataupun tanaman perkebunan; (iii) integrasi dengan ternak, (iv)
STS dapat mengurangi erosi dan memperpanjang masa produktivitas lahan tersebut dengan daya
penyangganya untuk menahan erosi oleh air hujan, sinar matahari, dan angin; dan (v) dengan STS,
petani mempunyai waktu senggang untuk kegiatan diluar pertanian, sehingga pendapatan peternakan
dan pendapatan petani meningkat (Gaga et al., 2013)

1.2 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui penerapan sistem tiga strata (STS)

1.3 Manfaat Penulisan

Agar bisa mengetahui dan mengaplikasikan sistem tiga strata (STS)

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.I Sistem Tiga Strata (STS)

Sistem tiga strata adalah sistem penanaman dan pemotongan rumput, leguminosa, semak dan
pohon sehingga hijauan makanan ternak tersedia sepanjang tahun (Azmi dan gunawan, 2007). Sistem
ini pertama kali diperkenalkan oleh pakar Nutrisi Ternak dari Universitas Udayana bernama Prof. Dr.
I Made Nitis di Taman Nasional Bali Barat (TNBB). Sistem tiga strata merupakan suata cara
penanaman serta pemangkasan rumput ,leguminosa,semak,dan pohon sehingga hijauan tersedia
sepanjang tahun.Stratum pertama terdiri dari tanaman rumput potong dan legume herba/menjalar
(sentro,kalopo,arachis,dll.) yang disediakan bagi ternak pada musim penghujan .Stratum kedua terdiri
dari tanaman legume perdu/semak (alfalfa,stylosanthes,desmodium rensonii,dll.) yang disediakan bagi
ternak apabila rumput sudah mulai berkurang produksinya pada awal musim kemarau.Stratum tiga
terdiri dari legume pohon (gamal,lantoro,kaliandra,turi,acasia,sengon,waru,dll.)yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagai fungsi.Selain untuk pakan ternak pada musim kemarau panjang ,tanaman
tersebut juga dapat digunakan sebagai tanaman pelindung dan pagar kebun hijauan makanan ternak
maupun kayu bakar.

Satu unit STS memerlukan 2.500 meter persegi yang terdiri dari tiga bagian.Yaitu: Bagian inti
yang berada di tengah-tengah dan ditanami tanaman pangan/holtikultura (1.600 meter persegi). Bagian
selimut terletak diantara bagian inti dan tepi. Bagian selimut ditanami hijauan jenis rumput potong dan
leguminosa (900meter persegi), Bagian tepi merupakan bagian yang paling luar yang menjadi
batasunit STS yang ditanami pagar hidup dari gamal dan lamtoro jenis kayu (200 meter). Stratum satu
berfungsi sebagai penyedia hijauan bagi ternak. Stratum dua dan tiga berperan sebagai pagar hidup
sehingga ternak tidak mudah menganggu tanaman inti.

Sistem pertanian tiga strata umumnya diterapkan pada pertanian lahan kering dengan curah hujan
1.500 mm per tahun dengan 8 bulan musim kering, dan 4 bulan musim hujan, dapat diterapkan pada
pertanian lahan kering dengan topografi yang datar atau miring. Tujuan pertanaman STS adalah
menyediakan hijauan pakan dan menjaga kelestarian ekosistem sepanjang tahun. Manfaat dari
pertanaman STS secara praktikal adalah meningkatkan ketersediaan dan mutu hijauan, menyediakan
hijauan sepanjang tahun, meningkatkan kesuburan tanah, dan meningkatkan produktivitas ternak.
Manfaat secara keilmuwan memberikan informasi mengenai introduksi pertanaman STS. Manfaat

3
secara Institusional memberikan informasi kepada petani/peternak, peneliti bidang peternakan dan
pertanian untuk mengambil kebijakan pertanaman dengan sistem STS.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sistem Tiga Strata

Ketersediaan pakan sepanjang tahun dapat diatasi dengan menggunakan sistem tiga strata
(STS). Sistem Tiga Strata adalah cara penanaman rumput, leguminosa, semak dan pohon-pohon
sedemikian rupa sehingga hijauan pakan tersedia sepanjang tahun. Pertama kali sistem ini
dikembangkan oleh petani Bali dengan membagi lahan menjadi berlapis-lapis. Lapisan pertama terdiri
dari rumput dan legum yang dimaksudkan untuk menyediakan pakan awal musim penghujan, lapisan
kedua terdiri dari semak-semak yang dimaksudkan untuk menyediakan pakan pada pertengahan dan
akhir musim penghujan, lapis ketiga terdiri dari pepohonan dimaksudkan untuk menyediakan pakan
pada musim kemarau.

Dampak atau pengaruh positif STS adalah meningkatkan produksi palawija pada bahan inti
STS akibat kecenderungan peningkatan kesuburan tanah. Peningkatan kuantitas hijauan pakan 20%
untuk masing-masing stratum (lapisan) selain peningkatan kualitas hijauan pakan karena stelo, centro,
gamal dan lamtoro adalah tanaman legum yang daunnya mengandung 25-30% protein kasar.

3.1.1 Pada Stratum Satu

Bagian selimut dengan lebar 5 m sekeliling STSm ditanami rumput unggul dan leguminosa
unggul, sehingga lebar selimut sepanjang petak STSm adalah 5 m (Stratum 1). Selimut bagian luar,
ditanami rumput sehingga berasosiasi langsung dengan tanaman gamal. Berdasarkan hasil
penelitian Nitis (2007), produksi daun Gamal tertinggi diperoleh bila berasosiasi dengan tanaman
rumput (6% lebih tinggi daripada dengan legum dan 37% lebih tinggi bila Gamal berasosiasi
dengan pohon). Pada stratum 1 ini, selimut bagian dalam, tanaman yang dipilih adalah tanaman
pupuk hijau yang berakar dalam yang bertujuan untuk membantu dalam menaikkan kembali hara
yang telah terlindi ke lapisan di bawah permukaan. Jenis tanaman legum penutup tanah, antara
lain: Centrocema, Purearia, dan Crotalaria. Mengatur jarak tanam dan waktu pemangkasan,
produksi rumput, semak, dan pohon dapat ditingkatkan. Pada Gambar 3 tampak jelas petak STS,
yaitu paling kiri adalah bagian inti (palawija), bagian tengah adalah Stratum 1 (rumput dan legume
unggul), dan paling kanan adalah Stratum 2 dan 3 (pagar semak seperti gamal, lamtoro, waru, dan
bunut) (Gaga et al., 2013).

5
3.1.2 Stratum dua dan tiga (pagar)

Ditanami semak Gamal dan pohon. Gamal (stratum 2) ditanam dengan jarak 20-40 cm
sepanjang pinggir STSm sebagai pagar, dan setiap jarak 5 m ditanami pohon waru dan bunut
(stratum 3) sepanjang keliling petak STSm. Gamal sebagai stratum 1 dipercaya sebagai
tanaman multiguna yang paling banyak di budidayakan, kedua terbanyak Lamtoro (Leucaena
leucocephala) ditanam sebagai pembatas selimut dengan inti dengan jarak tanam 20 cm
(Stratum 2) (Gaga et al., 2013).

3.1.3 Bagian Inti

Bagian inti dengan luas 16 are ditanami tanaman pangan/palawija. Di bawah larikan
tanaman semusim, contohnya tanaman jagung disebar benih tanaman penutup tanah yang
mempunyai pertumbuhan rendah dan rapat, yaitu tanaman legominosa antara lain: Centrosema
pubescen, Pueraria phasoloides, dan Arachis prostrata. Larikan mulsa hidup dipotong pada saat
tanaman pangan akan ditanam. Dengan cara ini pengolahan tanah dapat dikurangi bahkan tidak
diperlukan (Gaga et al., 2013).

3.2 Iklim

Iklim merupakan kebiasaan alam yang digerakkan oleh gabungan beberapa unsur yaitu, radiasi
matahari, temperatur, kelembapan awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara dan angin. Unsur-unsur
tersebut berbeda pada tempat yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu disebabkan karena adanya
faktor iklim atau yang disebut juga dengan pengendali iklim, yaitu:

1. ketinggian tempat
2. latitude atau garis lintang
3. daerah tekanan
4. arus laut
5. permukaan tanah

Pengaruh timbal balik antara faktor tersebut akan menentukan pola yang diperlihatkan oleh unsur.
Tetapi sebaliknya, unsur-unsur tersebut pada suatu batas tertentu akan mempengaruhi faktor juga di
dalam STS, sehingga keadaannya cenderung untuk melanjutkan proses timbal balik tadi. Batas pola
yang ditentukan umumnya stabil. Terjadinya penyimpangan tidak dapat dihindari pada proses tersebut.
Penyimpangan yang dimaksud sesungguhnya adalah pengecualian yang harus diperhatikan. Sebagai
contoh hal yang harus dikemukakan tersebut adalah sebagai berikut:

6
1. Musim kemarau yang panjang
2. Curah hujan yang terus-menerus selama beberapa hari serta demikian lebat.
3. Perubahan suhu yang lebih panas daripada biasanya.

3.3 Kesuburan Lahan Pada Sistem Tiga Strata

Sistem tiga strata integrasikan tanaman legum untuk perbaikan kesuburan tanah karena
sumbangan nitrogen dari nodul pada akar. Tanaman legum merupakan sumber bahan organik yang
murah dan berperan dalam membangun dan mempertahankan kesuburan tanah. Jumlah bahan organik
yang dikembalikan ke dalam tanah perlu diperhitungkan karena memiliki banyak manfaat. Bahan
organik mengandung lebih banyak unsur yang dalam bentuk tersedia bagi tanaman, hara yang
terkandung dilepaskan secara perlahan-lahan sehingga ketersediaan hara sesuai pertumbuhan tanaman
serta mempercepat penyerapan unsur tertentu serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Selanjutnya dikatakan bahwa bahan organik yang berasal dari pupuk hijau seperti legum dapat
mencegah proses pelindian unsur hara.
Kandungan bahan organik dari tanaman legum ini dapat bermanfaat bagi tanaman berikutnya.
bahan organik yang terdapat dalam tanah dapat menjamin kondisi tanah yang mendukung bagi
pertumbuhan tanaman. Selain itu dikatakan pula bahwa perakaran legum dapat meningkatkan daya
ikat tanah sehingga tidak terbawa oleh erosi dan dapat meningkatkan bahan organik tanah. Dengan
demikian kontribusi bahan organik dari tanaman legum memiliki peran yang cukup berarti bagi
pengembangan pertanian.

7
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Sistem tiga strata adalah sistem penanaman dan pemotongan rumput, legum, semak dan pohon
sehingga hijauan pakan ternak tersedia sepanjang tahun. Sistem tiga strata integrasikan tanaman legum
mampu memberikan kesuburan tanah karena sumbangan nitrogen dari nodul pada akar. Ketersediaan
pakan sepanjang tahun dapat diatasi dengan menggunakan sistem tiga strata. Pemberian pakan STS,
selain mampu menyediakan jumlah yang cukup juga kualitasnya sesuai dengan kebutuhan ternak
untuk aktivitas fisiologis berikutnya. Bobot lahir maupun bobot sapih yang lebih berat pada STS
menunjukkan bahwa kualitas pakan lebih baik pada STS.
4.2 Saran

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Azmi dan Gunawan. 2007. Usaha tanaman-ternak kambing melalui sistem integrasi.Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Bengkulu, Bengkulu. Seminar NasionalTeknologi Peternakan dan Veteriner.
Hal:523-531.BPTP. 2011. Budidaya Hijauan Makanan Ternak. Lembang, Jawa Barat.

Gaga P, Candrawati, Sudiastra W, Kusumawati, Kayana N, 2013. Penerapan Sistem Tiga Strata (Sts)
Untuk Mengatasi Masalah Hijauan Makanan Ternak Pada Petani Ternak Sapi Di Desa
Pengotan,
Kabupaten Bangli. Udayana Mengabdi 12 (2): 73 - 76

http://www.academia.edu/3882335/Pertanian_Sitem_Tiga_Strata

http://harumishma.blogspot.com/2014/06/pengembangan-sistem-tiga-strata.html

http://ustadzklimat.blogspot.com/2009/06/hubungan-antara-iklim-dan-tanaman.html

Anda mungkin juga menyukai