Anda di halaman 1dari 6

Nama Asisten : Laksmi Putri

Tanggal Praktikum : 18 Januari 2021


Tanggal Pengumpulan : 25 Januari 2021

PRAKTIKUM ANALISIS KADAR LEMAK


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

Fadhilah Nurdiana (240210180083)

Departemen Teknologi Industri Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor


Jalan Raya Bandung-Sumedang Km. 21, Jatinangor, Sumedang 40600 Telp. (022) 7798844,
779570 Fax. (022) 7795780 Email: fadilahnrdna99@gmail.com

ABSTRACT

Fat is a food component that is important for maintaining the health of human body. Fat
are substances that can affect the nutritional value of the food. Fats can determine the physical
characteristics of foodstuffs. Therefore, practicum is aimed to determine and understand the fat
content of several foodstuff with soxhlet method. The soxhlet method can only be used for dry
sample. The sample used were baso aci, kukis frou-frou, and mochi. The results showed that the
highest average fat content was found in kukis frou-frou 21,45%%, followed by mochi 9,375%,
and the lowest was baso aci 0,93%.

Keywords: dry sampel, fat content, soxhlet method.

PENDAHULUAN dalam pelarut organik yang bersifat non


polar seperti aseton, alkohol, eter, benzene,
Lemak merupakan salah satu kloroform, dan sebagainya (Sri, 2013).
komponen pangan yang penting untuk Lemak merupakan sekelompok
menjaga kesehatan tubuh manusia besar molekul-molekul alam yang terdiri
(Hermanto, Muawanah, dan Wardhani, atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan
2010). Lemak juga berperan sebagai sumber oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol,
energi yang efektif dibandingkan dengan vitamin-vitamin yang larut di dalam lemak
karbohidrat dan protein. 1 gram lemak dapat (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida,
memberikan 9 kkal atau dua kali lebih besar digliserida, fosfolemak, glikolemak,
dari karbohidrat dan protein yang hanya terpenoid (termasuk didalamnya getah dan
menghasilkan 4 kkal per gram (Almatsier, steroid) dan lain-lain.
2016). Menurut Buckle (1987), Lemak
Selain berperan sebagai sumber dalam tubuh mempunyai peranan yang
energi, lemak juga berfungsi sebagai sumber penting. Lipid terdiri atas lemak dan minyak
asam lemak esensial, sebagai pelumas untuk yang banyak dihasilkan hewan dan tanaman.
membantu pengeluaran sisa pencernaan, Lipid umumnya berupa trigliserida yang
pelindung organ-organ tubuh seperti merupakan ester asam lemak dan gliserol
jantung, hati, ginjal, serta sebagai pelarut maupun gugus senyawa lain/komponen non
vitamin A, D, E, dan K (Setiadji, 2007). lipid lain. Lipid memiliki sifat kimia dan
Lemak merupakan cadangan makanan sifat fisik yang berbeda-beda, yaitu:
dalam tubuh dengan cara mengubah 1. Sifat fisik:
karbohidrat berlebih menjadi lemak yang Berwujud padat pada suhu kamar,
disimpan dalam jaringan adiposa (Winarno, lemak padat berwarna putih kekuningan,
2004). dapat membentuk kristal lemak, tidak larut
Lemak merupakan bagian dari lipid dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik
yang mengandung asam lemak jenuh non polar seperti eter, alkohol, aseton,
bersifat padat. Lemak bersifat nonpolar khloroform, benzene. Lemak besifat plastis,
sehingga tidak larut dalam pelarut polar lipid jenuh (sedikit ikatan rangkap) memiliki
seperti air dan larutan asam, tetapi larut titik lebur tinggi, lipid tidak jenuh (banyak
ikatan rangkap) memiliki titik lebur rendah, Prosedur
dan dapat melarutkan beberapa jenis Pertama-tama labu lemak
vitamin, yaitu vitamin A, D, E, dan K. dipanaskan didalam oven pada suhu 105oC
2. Sifat kimia: selama 30 menit. Setelah itu, didinginkan
Lipid tersusun atas rantai dalam desikatror selama 30 menit. Labu
hidrokarbon panjang berantai lurus, lemak ditimbang dengan menggunakan
bercabang, atau berbentuk siklis, terdiri atas neraca analitik dan dicatat beratnya.
ester asam lemak dengan gliserol atau Prosedur tersebut diulangi hingga didapat
dengan gugus senyawa lain, lemak banyak berat labu yang konstan. Setelah konstan,
mengandung asam lemak jenuh (memiliki sampel ditimbang untuk dihidrolisis dan
sedikit ikatan rangkap), reaksi dengan alkali dimasukkan batu didih. Dipipet aquades dan
akan menghasilkan asam lemak dan gliserol, HCl 25% ke dalam labu yang berisi sampel
sehingga mudah teroksidasi. dan ditutup dengan kaca arloji. Kemudian
Analisis kadar lemak kasar dibagi dipanaskan di atas hotplate selama 15 menit
menjadi dua, yaitu cara kering dan basah. setelah mendidih. Setelah dididihkan,
Salah satu analisis lemak dengan cara kering larutan tersebut disaring dalam keadaan
yaitu menggunakan metode soxhlet (Slamet panas menggunakan kertas saring.
Sudarmadji, Bambang Haryono, 2007). Kemudian disiram dengan aquades panas
Metode Soxhlet adalah suatu metode hingga pHnya netral.
ekstraksi bahan secara kontinyu. Lemak Selanjutnya kertas saring dan isinya
dapat diisolasi dengan mengekstraksinya dipindahkan ke cawan alumunium dan
menggunakan pelarut nonpolar, sedangkan dipanaskan menggunakan oven dengan suhu
sampel kering yang akan diisolasi lemaknya 100-105oC selama 24 jam hingga kering.
dibungkus dengan kertas saring. Lalu kertas saring dimasukkan ke dalam
Prinsip penetapan kadar lemak kasar hull. Sampel yang tidak dihidrolisis dapat
yaitu lemak diekstrak dengan pelarut langsung ditimbang ke dalam hull.
nonpolar seperti heksana, dietil eter, atau Kemudian hull dimasukkan ke dalam unit
kloroform, dimana lemak akan mengalami soxhlet dan ditambahkan heksana sampai
hidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak menetes dan diekstraksi selama 3 jam.
sehingga asam lemak dapat berikatan Setelah 3 jam, labu lemak dipanaskan dalam
dengan pelarut non-polar membentuk ikatan oven dengan suhu 105oC selama 30 menit.
Van der Waals dikarenakan sifat lemak yang Setelah itu, didinginkan dalam desikator
hidrofobik. selama 30 menit. Labu lemak ditimbang
Praktikum analisis kadar lemak ini menggnakan neraca analitik dan dicatat
bertujuan untuk mengetahui dan memahami beratnya. Prosedur tersebut diulangi hingga
cara analisis kadar lemak serta mengetahui didapat berat yang konstan. Kemudian
kadar lemak dari beberapa bahan pangan dihitung kadar lemak dari masing-masing
seperti baso aci, kukis frou-frou, dan mochi. sampel tersebut.

METODOLOGI 𝑊2−𝑊1
% Lemak = × 100%
𝑊𝑠

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum HASIL DAN PEMBAHASAN
kali ini adalah bulb pipet, corong, desikator,
hull, kaca arloji, kasa, kertas saring, kompot Praktikum kali ini mengenai analisis
listrik, labu lemak, neraca analitik, oven, kadar lemak yang dilakukan pada beberapa
penyangga kawat, pipet volume, dan makanan, yaitu baso aci, kukis frou-frou,
soxhlet. dan mochi dengan menggunakan metode
Bahan yang digunakan pada soxhlet.
praktikum kali ini adalah akuades, baso aci, Komponen lemak memegang peran
HCl 25%, heksana, kukis frou-frou, dan yang penting dalam menentukan
mochi. karakteristik fisik pangan seperti aroma,
rasa, tekstur, dan penampilan. Jika lemak labu lemak yang konstan (bernilai tetap atau
dihilangkan, maka salah satu karakteristik selisih 0,0002 gram dengan berat labu
fisik menjadi hilang. sebelumnya).
Hampir semua bahan pangan Setelah berat labu konstan, sampel
mengandung lemak dengna kadar yang dimasukkan ke dalam labu dan ditimbang
berbeda-beda. Kadar lemak dalam suatu untuk dihidrolisis. Hidrolisis ini bertujuan
bahan pangan dapat diketahui dengan cara untuk memecah struktur matriks yang
mengekstraksi lemak. Beberapa faktor yang mengelilingi fraksi lemak dan
mempengaruhi proses ekstraksi yaitu mempermudah mengekstraksi lemak dari
perbedaan metode, pelarut, suhu, serta sampel. Hidrolisis dilakukan pada sampel
waktu ekstraksi. Menggunakan metode, yang mengandung kadar air cukup besar.
pelarut, dan waktu yang sesuai akan Ada beberapa sampel yang tidak perlu
menghasilkan rendemen serta kualitas perlakuan hidrolisis, yaitu sampel dengan
ekstrak yang maksimal (Xiao, dkk., 2010). kadar air yang rendah.
Kadar lemak dalam suatu bahan Selain itu, dimasukkan juga batu didih
pangan dapat dianalisis dengan berbagai ke dalam labu. Penambahan batu didih
metode. Beberapa metode analisis lemak bertujuan untuk meratakan panas pada labu.
diantaranya, metode Soxhlet, metode Selanjutnya ditambahkan aquades dan HCl
Goldgish, dan metode Babcock. Pada 25% ke dalam labu yang berisi sampel, lalu
praktikum analisis lemak kali ini dilakukan ditutup dengan kaca arloji. Pembuatan HCl
dengan metode Soxhlet. Metode Soxhlet 25% sebanyak 100 ml dari HCl pekat (rata-
lebih sesuai digunakan untuk menganalisis rata 37%) dengan menggunakan rumus
sampel dalam wujud padat, sedangkan pengenceran molaritas.
emtode Babcock lebih sesuai untuk analisis 𝑀1 𝑥 𝑉1 = 𝑀2 𝑥 𝑉2
lemak berwujud cair (Sudarmadji, dkk., 37 𝑥 𝑉1 = 25 𝑥 100
2010). 𝑉1 = 2500/37
Prinsip metode soxhlet yaitu 𝑉1 = 67,6 𝑚𝑙
penyaringan berulang sehingga didapat hasil Sehingga didapat volume HCl pekat yang
yang sempura dan pelarut yang digunakan dibutuhkan adalah 67,6 ml. Pembuatan HCl
relative sedikit. Pelarut yang digunakan 25% sebanyak 100 ml dilakukan dengan
adalah yang mudah menguap dan dapat mengisi labu takar dengan HCl pekat
mengeluarkan senyawa organik yang sebanyak 67,6 ml, lalu ditambahkan aquades
terdapat pada bahan pangan tersebut, tetapi secara perlahan hingga volumenya mencapai
tidak melarutkan zat padat yang tidak 100 ml.
diinginkan (Andarwulan, 2011). Penambahan HCl bertujuan untuk
Keuntungan dari metode soxhlet mendapatkan suasana asam sehingga
adalah metode ini dapat digunakan untuk membantu melepaskan atau membebaskan
sampel yang lunak dan tidak tahan terdapat lemak yang terkandung pada sampel.
pemanasan langsung, menggunakan pelarut Setelah itu, dipanaskan di atas hotplate
yang lebih sedikit, dan pemanasan dapat selama 15 menit setelah mendidih. Setelah
diatur sederhana dan mempunyai ketepatan dididihkan, larutan tersebut disaring dalam
yang baik (Harper et al., 1979). Kekurangan keadaan panas menggunakan kertas saring.
dari metode ini yaitu tidak cocok digunakan Kemudian disiram dengan aquades panas
untuk pelarut dengan titik didih yang terlalu hingga pHnya netral.
tinggi (Amelia, dkk., 2005). Kertas saring dan isinya dipindahkan
Pertama-tama labu lemak harus ke cawan alumunium dan dipanaskan
dikonstankan dengan cara dipanaskan menggunakan oven dengan suhu 100-105oC
menggunakan oven pada suhu 105oC selama selama 24 jam hingga kering. Lalu kertas
30 menit. Setelah dipanaskan, labu saring dimasukkan ke dalam hull atau
didinginkan dalam desikator selama 30 selongsong tempat sampel yang ada pada
menit. Labu ditimbang menggunakan neraca perangkat soxhlet. Sampel yang tidak
analitik dan dicatat beratnya. Prosedur dihidrolisis dapat langsung ditimbang ke
tersebut diulangi terus hingga didapat berat dalam hull. Kemudian ditambahkan heksana
dan diekstraksi selama 3 jam. Heksana sehingga kadar lemak baso aci lebih rendah
merupakan bagian dari pelarut anhydrous. dibandingkan dengan bakso daging.
Pelarut anhydrous adalah pelarut yang Hasil pengamatan menunjukkan
benar-benar bebas air. Hal ini bertujuan agar rata-rata kadar lemak kukis frou-frou adalah
bahan-bahan yang larut air tidak terekstrak 21,45%. Menurut SNI 01-2973-1992, batas
dan terhitung sebagai lemak serta keatifan syarat minimum kadar lemak kukis adalah
pelarut tersebut tidak berkurang (Winarno, 9,5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
1997). hasil analisis sampel memenuhi syarat mutu.
Pelarut kemudian dipanaskan atau Tingginya kadar lemak pada kukis dapat
dididihkan, uapnya akan naik melewati disebabkan karena margarin yang digunakan
soxhlet menuju pipa pendingin. Air yang sebagai salah satu bahan pembuatannya,
dialirkan melewati bagian luar kondensor karena margarin mengandung lemak yang
sehingga mengembunkan uap, dan akan cukup tinggi.
menetes ke dalam hull soxhlet. Tetesan uap Menurut Hui (1996), total kadar
tersebut akan mengenai sampel, dan pelarut lemak pada margarin mencapai 80-81%.
akan melarutkan lemak. Setelah itu, pelarut Margarin mengandung sejumlah besar lipid
diuapkan dengan cara dioven dalam suhu dan sebagin dari lipid tersebut terikat
105oC selama 30 menit. Lemak kemudian sebagai lipoprotein. Selain itu, menurut
dapat ditimbang dengan neraca analitik dan Matz (1987), apabila suatu adonan
dihitung persentasenya. Prosedur tersebut ditambahkan margarin, maka adonan
diulang hingga didapat berat yang konstan. tersebut akan memiliki kandungan kadar
Berikut hasil analisis kadar lemak pada lemak yang tinggi juga.
beberapa sampel makanan disajikan pada Hasil pengamatan menunjukkan
tabel 1. rata-rata kadar lemak mochi adalah 9,375%.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Analisis Mochi merupakan makanan atau camilan
Kadar Lemak sejenis kue basah yang berbahan dasar
Sampel W W cawan W c+s Kadar tepung ketan. Hasil analisis sampel untuk
sampel (g) (g) lemak
(g) (%) kadar lemak mochi telah memenuhi SNI kue
Baso aci 2,0008 104,4737 104,4931 0,97 cake untuk produk semi basah dengan syarat
2,0004 104,9185 104,9363 0,89 maksimal 25% (BSN, 1995). Kandungan
Kukis 2,0007 104,4756 104,9045 21,44
frou-frou 2,0009 104,9187 105,3482 21,46
lemak pada mochi salah satunya berasal dari
Mochi 2,0003 103,8117 104,0003 9,43 kandungan lemak pada beras ketan.
2,0002 106,3951 106,5815 9,32 Kandungan lemak pada beras ketan sendiri
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021) mencapai 1,10%.
Berdasarkan hasil pengamatan pada
tabel diatas, rata-rata kadar lemak yang KESIMPULAN
terkandung pada sampel baso aci sebesar
0,93%. Menurut SNI 01-3818-1995, bakso Berdasarkan hasil pengamatan dari
adalah suatu produk olahan daging dengan praktikum yang dilakukan, rata-rata kadar
kadar daging tidak kurang dari 50% yang lemak tertinggi terdapat pada sampel kukis
umumnya berbentuk bulat dan dicampur frou-frou yaitu 21,45%, diikuti dengan
dengan pati atau serealia. Menurut Standar mochi 9,375%%, dan yang terendah baso aci
Nasional Indonesia (SNI) tahun (1995), 0,93%.
persyaratan untuk jumlah kadar lemak bakso
maksimum 2%. DAFTAR PUSTAKA
Baso aci merupakan salah satu jenis
dari bakso, namun jumlah penambahan Almatsier, Sunita. 2016. Prinsip Dasar Ilmu
tapiokanya lebih banyak dibandingkan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
jumlah daging yang digunakan. Hasil Utama.
analisis kadar lemak baso aci yang didapat
kurang dari 2%, dikarenakan jumlah daging Amelia MR, Nina D, Trisno A, Julyanty W,
yang digunakan pada baso aci lebih sedikit, Rafika F, Yuni HA. 2005. Analisis
Kadar Lemak Metode Soxhlet
(AOAC 2005). Institut Pertanian Sudarmadji, Slamet, B. Haryono dan
Bogor. Suhardi. 2010. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty
Andarwulan, N., Kusnanda, F., Herawati, Yogyakarta, Yogyakarta.
2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat :
Jakarta. Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan
Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Badan Standardisasi Nasional 1992. SNI 01- Jakarta.
2973-1992: Syarat Mutu Kue Kering
(Cookies). Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan
Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI Jakarta.
01.3840-1995. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional. Xiao, Q., C., Qin, L., Fan, Z., 2005.
Microwave Assited Extraction of
Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI Polysaccharides From Solanum
01-3818-1995 ; Bakso daging. Badan Nigrum, Journal of Central and South
Standardisasi Nasional. Jakarta. University Technology, 12(5) : 556-
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan 560.
M. Wootton, 1987. Ilmu Pangan.
Jakarta : UI-Press.
Harper, H., V.M. Rodwell, dan P.A. Mayes.
1979. Biokimia. Terjemahan dari:
Harper’s Biochemistry. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Hermanto, S., Muawanah, A., & Wardhani,
P. (2010). Analisis tingkat kerusakan
lemak nabati dan lemak hewani
akibat proses pemanasan. Jurnal
Kimia Valensi, 1(6), 262–268.
Hui YH. 1996. Balley’s Industrial Oil and
Fat Products. Ed ke 5. Vol 5. New
York: J. Wiley.
Matz & Matz TD. 1987. Cooke & cracer
Tehnology. AVI.co.Inc, Westport.
Connecticut.
Setiadji. 2007. Kimia Oraganik. Jember :
FTP UNEJ.
Slamet Sudarmadji, Bambang Haryono, S.
(2007). Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty Yogyakarta
bekerjasama dengan Pusat Antar
Universitas Pangan dan Gizi
Universitas Gadjah Mada.
Sri, S. H. Dkk. 2013. Analisis Asam Lemak
Omega-3 dari Minyak Kepala Ikan
Sunglir (Elagatis bipinnulata) melalui
Esterifikasi Enzimatik. Jurnal Natur
Indonesia. 15 (2) : 75 – 83.
LAMPIRAN
Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Lemak
W sampel W cawan W c+s Kadar lemak
Sampel
(g) (g) (g) (%)
2,0008 104,4737 104,4931 0,97
Baso aci
2,0004 104,9185 104,9363 0,89
2,0007 104,4756 104,9045 21,44
Kukis frou-frou
2,0009 104,9187 105,3482 21,46
2,0003 103,8117 104,0003 9,43
Mochi
2,0002 106,3951 106,5815 9,32
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Perhitungan
1. Sampel baso aci
𝑊2−𝑊1 𝑊2−𝑊1
 % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝑊𝑠 𝑥 100  % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝑊𝑠
𝑥 100
104,4931−104,4737 104,9363−104,9185
= 𝑥 100 = 2,0004
𝑥 100
2,0008
0,0194 0,0178
= 2,0008 𝑥 100 = 2,0004 𝑥 100

= 0,97% = 0,89%

2. Sampel kukis frou-frou


𝑊2−𝑊1
 % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 =
𝑊2−𝑊1
𝑥 100  % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝑊𝑠
𝑥 100
𝑊𝑠
104,9045−104,4756 105,3482−104,9187
= 𝑥 100 = 2,0009
𝑥 100
2,0007
0,4289 0,4295
= 𝑥 100 = 2,0009 𝑥 100
2,0007

= 21,44% = 21,46%

3. Sampel mochi 𝑊2−𝑊1


𝑊2−𝑊1  % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝑥 100
 % 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑎𝑘 = 𝑊𝑠 𝑥 100 𝑊𝑠
106,5815−106,3951
104,0003−103,8117 = 𝑥 100
= 2,0003
𝑥 100 2,0002
0,1864
0,1886 = 2,0002 𝑥 100
= 2,0003 𝑥 100
= 9,32%
= 9,43%

Anda mungkin juga menyukai