Anda di halaman 1dari 16

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Dasar Dengan Judul “Reaksi Reduksi


Oksidasi” disusun oleh:
nama : Edi Pamungkas
NIM : 230111501008
kelas/kelompok : Pendidikan IPA Reguler B/III (Tiga)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten/Koordinator Asisten dan dinyatakan
diterima.

Makassar, Oktober 2023


Koordinator Asisten Asisten

Ahmad Aliansyah Afirudin W Nur Syakinah Atuti


NIM. 2101055010023 NIM. 1913441015

Mengetahui,
Dosen Penanggung jawab

Fandi Ahmad, S. Pd., M. Si


NIP. 198906052023211026
ABSTRAK

Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari reaksi-reaksi reduksi oksidasi.


Percobaan ini dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober 2023, bertempat di
Laboratirium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Makassar. Pengujian reaksi redoks pada percobaan ini
dilakukan dengan memasukkan masing-masing larutan kalium permanganat dan
asam sulfat ke dalam tiga buah tabung reaksi, kemudian ketiga buah tabung reaksi
tersebut diberi perlauan yang berbeda. Melalui percobaan ini dapat dipelajari
setiap reaksi-reaksi reduksi dan oksidasi pada suatu larutan dan diperoleh hasil
bahwa kalium permanganat merupakan oksidator kuat dan jika direaksikan
dengan ferro sulfat dan asam oksalat bertindak sebagai oksidator, sedangkan ferro
sulfat, natrium tiosulfat, dan asam oksalat bertindak sebagai reduktor.
Kata kunci: Reaksi redoks, Oksidasi, Reduksi, Kalium permanganat
ABSTRACT

This experiment aims to study oxidation-reduction reactions. This


experiment was conducted on October 2, 2023, at the Chemistry Laboratory,
Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Makassar State University. Testing
of redox reactions in this experiment was carried out by putting each solution of
potassium permanganate and sulfuric acid into three test tubes, then the three test
tubes were given different needs. Through this experiment can be studied every
reactions of reduction and oxidation in a solution and the results obtained that
potassium permanganate is a strong oxidizer and when reacted with ferrous
sulfate and oxalic acid acts as an oxidizer, while ferrous sulfate, sodium
thiosulfate, and oxalic acid act as reductant.
Keywords: Redox Reaction, Oxidation, Reduction, Potassium permanganate
A. LATAR BELAKANG
Redoks merupakan kependekan dari reduksi (red) dan oksidasi (oks). Reaksi
redoks adalah reaksi dimana suatu spesies dari atom, ion atau molekul
mengalami perubahan bilangan oksidasi. Reaksi ini penting untuk sejumlah
aplikasi, diantaranya devais penyimpan energi (bateral) dan pengolahan
fotografi. Reduksi adalah suatu proses dimana atom memperoleh elektron
sehingga bilangan oksidasi atom menurun. Sebaliknya, oksidasi adalah suatu
proses dimana atom kehilangan elektron sehingga bilangan oksidasi atom
bertambah (Akram, 2018: 182).
Percobaan reaksi redoks menggunakan larutan adalah salah satu cara praktis
untuk mengamati dan memahami konsep dasar reaksi redoks. Dalam percobaan
reaksi redoks, digunakan larutan yang mengandung berbagai zat kimia yang
dapat mengalami oksidasi atau reduksi saat bereaksi dengan zat lain dalam
larutan. Dengan cara tersebut, dapat terlihat perubahan warna, pembentukan
endapan, atau perubahan lain yang menunjukkan terjadinya reaksi redoks.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami memahami reaksi-reaksi
reduksi oksidasi, peran penggunaan larutan dalam percobaan untuk
mengidentifikasi reaksi reduksi oksidasi dan mengetahui dampak perubahan
oksidasi-reduksi terhadap sifat dan perilaku larutan kimia yang terlibat dalam
reaksi tersebut. Selain itu, percobaan ini akan memberikan pengalaman praktis
dalam melakukan percobaan kimia, mengamati perubahan kimia, melaporkan
hasil percobaan secara sistematis, menerapkan konsep reaksi redoks dalam
analisis kimia, menggunakan peralatan laboratorium, meningkatkan kesadaran
tentang keselamatan dalam penggunaan zat kimia.
Pemahaman yang baik tentang reaksi redoks dapat menjadi dasar yang kuat
dalam menerapkan konsep reaksi redoks dalam analisis kimia. Percobaan ini
juga menambah pemahaman dalam mengukur volume dan konsentrasi larutan
secara akurat. Selain itu, melalui percobaan reaksi redoks pemahaman terkait
reaksi kimia yang lebih kompleks dan aplikasinya dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan, seperti kimia organik, kimia anorganik, dan kimia fisik akan
menjadi lebih akurat.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana mempelajari reaksi-reaksi reduksi oksidasi?
C. TUJUAN
Mempelajari reaksi-reaksi reduksi oksidasi
D. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kurniasari, dkk, (2019: 32), Elektrokimia merupakan salah satu
cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai perpindahan elektron yang
terjadi pada media pengantar listrik (elektroda). Elektroda terdiri dari elektroda
positif dan elektroda negatif. Konsep elektrokimia didasari oleh reaksi reduksi-
oksidasi (redoks) dan larutan elektrolit
Menurut Riswiyanto (2009: 108), Dalam kimia organik, reaksi oksidasi
biasanya diartikan sebagai penambahan oksigen ke dalam molekul atau lepasnya
hidrogen dari molekul, sedangkan reaksi reduksi diartikan sebagai masuknya
hidrogen ke dalam molekul organik atau keluarnya oksigen dari dalam molekul
organik. Batasan yang lebih umum dari reaksi oksidasi-reduksi adalah
berdasarkan pemakaian bilangan oksidasi pada atom karbon dengan cara
memasukkan bilangan oksidasi pada keempat ikatannya Contohnya, atom H
yang berikatan dengan C mempunyai bilangan oksidasi -1; atom C berikatan
dengan atom C mempunyai bilangan oksidasi 0; dan atom C mempunyai
bilangan oksidasi +1 jika berikatan tunggal pada heteroatom seperti oksigen,
nitrogen, atau sultur.
Redoks merupakan kependekan dari reduksi (red) dan oksidasi (oks). Reaksi
redoks adalah reaksi dimana suatu spesies dari atom, ion atau molekul
mengalami perubahan bilangan oksidasi. Reaksi ini penting untuk sejumlah
aplikasi, diantaranya devais penyimpan energi (bateral) dan pengolahan
fotografi. Reduksi adalah suatu proses dimana atom memperoleh elektron
sehingga bilangan oksidasi atom menurun. Sebaliknya, oksidasi adalah suatu
proses dimana atom kehilangan elektron sehingga bilangan oksidasi atom
bertambah (Akram, 2018: 182)
Menurut Siswandono (2016: 219), Reaksi redoks adalah perpindahan
elektron dari satu atom ke atom molekul yang lain. Tiap reaksi pada organisme
hidup terjadi pada potensial redoks optimum, dengan kisaran yang bervariasi,
sehingga diperkirakan bahwa potensial redoks senyawa terten- tu berhubungan
dengan aktivitas biologisnya.
Menurut Oxtoby, dkk (2001: 163), Dalam reaksi oksidasi-reduksi, elektron
berpindah di antara spesies-spesies yang bereaksi sewaktu mereka berkombinasi
membentuk produk. Pertukaran ini sebagai perubahan biloks reaktan: bilangan
oksidasi spesies yang memberikan elektron meningkat, sedangkan spesies yang
menerima elektron menurun.
Menurut Siswandono (2016: 219), Pengaruh potensial redoks tidak dapat
diamati secara langsung karena hanya berlaku untuk sistem keseimbangan ion
tunggal yang bersifat reversibel, sedang reaksi pada sel hidup merupakan reaksi
yang serentak, termasuk oksidasi ion dan non ion, ada yang bersifat reversibel
adapula yang ireversibel. Hubungan potensial redoks dengan aktivitas biologis
secara umum hanya terjadi pada senyawa dengan struktur dan sifat fisik yang
hampir sama. Pada sistem interaksi obat secara redoks, pengaruh sistem
distribusi dan faktor sterik sangat kecil.
Istilah oksidasi dan reduksi sebenarnya dapat didefinisikan dalam dua
pengertian yang berbeda: cara pertama menurut perolehan atau kehilangan
elektron atau cara kedua menurut kenaikan atau penurunan bilangan oksidasi.
Oksidasi merupakan hilangnya elektron atau peningkatan bilangan oksidasi.
Reduksi merupakan penambahan elektron atau penurunan bilangan oksidasi
Mengatakan bahwa suatu zat telah teroksidasi berarti zat tersebut memiliki
elektron yang hilang. Mengatakan bahwa suatu zat telah direduksi berarti zat
tersebut telah memperoleh elektron (Handayani, 2022: 142-143).
Oksidasi merupakan penangkapan oksigenvoleh suatu zat atau suaatu unsur
yang akan membentuk suatu oksida. Reduksi merupakan pelepasan oksigen oleh
suatu zat atau suatu unsur dalam reaksi redoks. Metode ion elektron oksidasi
merupakan proses pelepasan elektron oleh suatu zat atau senyaawa, sedangkan
reduksi adalah prosses penangkapan elektron oleh suatu zart atau senyawa
( Bukhari, 2018: 253).
Menurut Sukmawati, (2020: 30), Zat yang teroksidasi disebut
reduktor/pereduksi, karena elektron yang dilepaskan dari zat tersebut
menyebabkan zat lain (pasangannya) menangkap elektron tersebut dan menjadi
tereduksi. Zat yang tereduksi disebut oksidator/pengoksidasi, karena
kecenderungan zat ini untuk menangkap elektron menyebabkan zat lain
(pasangannya) melepaskan elektron yang diinginkan zat ini dan zat yang
melepas elektron tersebut menjadi teroksidasi.
Titrasi redoks adalah titrasi yang melibatkan proses oksidasi dan reduksi.
Kedua proses ini selalu terjadi secaraan, bersama dan merupakan bagian yang
sangat penting di dalam ilmu kimia. Segala sesuatunya, mulai dari reaksi ionik
yang sederhana hingga pada proses pembentukan energi di dalam mitokondria
manusia, bergantung pada kedua proses ini. Oksidasi didefinisikan sebagai
hilangnya hidrogen, atau perolehan oksigen, atau hilangnya elektron. Reduksi
didefinisikan sebagai perolehan hidrogen, atau hilangnya oksigen, atau
perolehan elektron (Cairns, 2004: 139).
Menurut Oxtoby, dkk, (2001: 164), Titrasi redoks memiliki keuntungan
khusus karena tajamnya spesies berwarna pada titik akhir titrasi. Misalnya, MnO
berwarna ungu tua, sedangkan Mn tidak berwarna. Jadi, bila MnO ditambahkan
pada Fe2+ dengan sedikit berlebih, maka warna larutan berubah menjadi ungu
secara permanen.
Dalam titrasi redoks, persamaan reaksinya disetarakan bukan dengan
menghitung jumlah mol atom yang bereaksi, tetapi dengan menhitung jumlah
mol elektron yang dipindahkan di dalam proses. Hal ini dapat digambarkan
dengan memerhatikan standardisasi regen umum, larutan kalium permanganat,
dengan standar primer, asam oksalat. Senyawa alami ini dapat diperoleh dengan
kemurnian tinggi, dan terkenal dalam farmakognosi sebagai konstituen beracun
yang terdapat pada daun rhubarb (kelembak) (Cairns, 2009: 139).
Menurut Penelitian Zhan, dkk, (2023: 3), Konsentrasi oksigen sebagai
oksidator di bawah permukaan berkisar antara 2 hingga 8 mg per liter atau ppm
pada kedalaman 100 hingga 1000 M. Dalam penelitian ini, kami menggunakan
5,5 ppm sebagai kelarutan media kandungan oksigen. Selain itu, untuk
mengungkap dampak ekstrem reaksi redoks terhadap hilangnya hidrogen,
rentang kandungan oksigen terlarut yang lebih luas (5,5 hingga 5500 ppm) juga
dipertimbangkan dalam model termodinamika statis. Selanjutnya dipilih empat
jenis mineral dalam penelitian ini, antara lain kalsit, kuarsa, pirit, dan siderit
yang mewakili reservoir karst, reservoir karbonat, dan reservoir batupasir
dengan bahan sementasi/filling karbonat. Kami tidak menguji cadangan mineral
lempung (misalnya ilit, smektit, klorit, dan kaolinit) karena mineral tersebut
tidak sensitif terhadap hidrogen, terutama dalam proses redoks meskipun
mineral ini masih terlibat dalam redoks melalui reaksi asam dan basa.
Berdasarkan penelitianyang dilakukan oleh Atolaiye, et al (2019: 1310)
studi stokiometri metode rasio mol digunakan untuk menentukan stokiometri
benzaldhida. Menjaga konsentrasi benzaldehida tetap konstan dan mevariasi
konsentrasi dikromat (oksidan). Antara rasio mol 1:0,1-1:0,7, yaitu menjaga
ArCHO. Pada konssentrasi konstan 9x10 mol dm dan mevariasi konsentrasi
Cr20, berkisar dari 0,5x10 hingga 6,0x10 mol dm3.
E. ALAT DAN BAHAN
1. Alat

No
Nama Alat Jumlah Fungsi Dalam Percobaan
.
Sebagai tempat mereaksikan dua
1. Tabung reaksi 3 Buah
larutan/ bahan kimia atau lebih.
Sebagai tempat diletakkannya tabung
2. Rak tabung reaksi 1 Buah dan penahan agar tabung reaksi tidak
jatuh.
Untuk memindahkan larutan dari
3. Pipet tetes 5 Buah suatu wadah ke wadah lain dengan
jumlah yang sangat sedikit.
Sebagai alat pengukur volume
4. Gelas ukur 10 mL 2 Buah
larutan/ cairan kimia.
Sebagai tempat penyimpanan
aquades yang akan disemprotkan
5. Botol semprot 1 Buah
pada alat kimia yang sudah digunkan
untuk dibilas dan dinetralisir.
Sebagai penjepit tabung reaksi ketika
Penjepit tabung
6. 1 Buah ada suatu bahan yang akan
reaksi
dipanaskan.
Sebagai alat untuk memanaskan
7. Pembakar spiritus 1 Buah
larutan pada percobaan ketiga.
Untuk mengeringkan alat-alat yang
8. Lap kasar 1 Buah
sudah dibilas.
2. Bahan

Rumus Jumlah
No. Nama Bahan Fungsi
Kimia (mL/mg)
Larutan Kalium Berperan sebagai
1. KMnO4 3 mL
Permanganat 0,1 M oksidator
Larutan Ferro Sulfat Berperan sebagai
2. FeSO4 0,35 mL
0,1 M reduktor
Larutan Asam Berperan sebagai
3. H2C2O4 1 mL
Oksalat 0,1 M reduktor
Larutan Natrium Berperan sebagai
4. Na2S2O3 0,25 mL
Tiosulfat 0,1 M reduktor
Berperan sebagai agen
oksidasi atau sebagai
Larutan Asam Sulfat
5. H2SO4 3 mL katalis untuk
Encer 0,1 M
mempercepat terjadinya
suatu reaksi.
Untuk mencuci/
6. Aquades H2O mensterilkan alat-alat
sebelum digunakan.
Untuk mengeringkan alat
7. Tissu 1 pack
percobaan setelah dibilas
Untuk menyalakan api
8. Korek Api 1 buah pada pembakar spiritus di
percobaan tiga.
F. PROSEDUR KERJA
1. Dituangkan masing-masing 1 mL kalium permanganat (KMnO4) 0,1 M
ke dalam tiga tabung reaksi yang sudah ditandai dan ditambahkan
masing- masing 1mL asam sulfat encer (H2SO4) 0,1 M.
2. Ditambahkan 7 tetes ferro sulfat (FeSO4) 0,1 M ke dalam tabung 1 lalu
diamati apa yang terjadi.
3. Ditambahkan 5 tetes natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 M ke dalam tabung
2 dan amati apa yang terjadi.
4. Ditambahkan 1 mL asam oksalat (H2C2O4) 0,1 M ke dalam tabung 3
kemudian dipanaskan perlahan menggunakan pembakar spiritus, lalu
amati apa yang terjadi.
G. HASIL PENGAMATAN

No
Percobaan Hasil
.
Pada pencampuran larutan KMnO4 dengan
larutan H2SO4 menghasilkan warna ungu
KMnO4 (1 mL) + H2SO4
1. pekat, kemudian ditambahkan FeSO4
(1 mL) + FeSO4 (7 tetes)
mengalami perubahan warna menjadi
warna ungu kehitaman.
Pada pencampuran larutan KMnO4 dengan
larutan H2SO4 menghasilkan warna ungu
KMnO4 (1 mL) + H2SO4 (1 pekat, kemudian ditambahkan Na2S2O4
2.
mL) + Na2S2O3(5 tetes) mengalami perubahan warna menjadi
warna ungu kecoklatan dan terdapat
endapan.
Pada pencampuran larutan KMnO4 dengan
larutan H2SO4 menghasilkan warna ungu
KMnO4 (1 mL) + H2SO4
pekat, kemudian diitambahkan H2C2O4
3. (1 mL) + H2C2O4 (1 mL)
mengalami perubahann warna menjadi
→ panaskan
warna ungu kehitaman tetapi sedikit lebih
terang.
H. PEMBAHASAN
Reaksi reduksi dan oksidasi atau yang lebih sering dikenal sebagai redoks
merujuk pada perubahan bilangan oksidasi sebab transfer elektron yang
sebenarnya tidak akan selalu terjadi. maka oksidasi dapat disebut
sebagaipeningkatan bilangan oksidasi dan reduksi sebagai penurunan bilangan
oksidasi. Transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun
terdapat beberapa reaksi yang termasuk redoks walau tidak terjadi transfer
elektron di dalam reaksinya.
Dalam redoks dikenal dengan istilah oksidator dan reduktor. Oksidator
merupakan senyawa yang memiliki kemampuan untuk menaikkan bilangan
oksidasi/mengoksidasi senyawa lainnya, dengan kata lain oksidator melepaskan
elektron dari senyawa lain sehingga mengalami reduksi. Reduktor merupakan
senyawa yang memiliki kemampuan untuk menurunkan biloks atau mereduksi
senyawa lainnya, dengan kata lain reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa
lain sehingga mengalami oksidasi.
Pada percobaan ini kita akan mempelajari reaksi reaksi reduksi oksidas
(redoks). dalam percobaan ini kita akan menyaksikan beberapa senyawa untuk
mengetahui perubahan bilangan oksidasinya (biloks). Senyawa yang dimaksud
berupa larutan KMnO4 (kalium permangatiat), H2SO4 (asam sulfat), FeSO4
(ferrosulfat), Na2S2O3 (Natrium tiosulfat), dan H2C2O4 (asam oksalat).
Pada awal percobaan ini dilakukan dengan pencampuran 1 ml KMnO4
(berwarna ungu) dan 1 ml H2SO4 (berwarna bening). Hasil pencampuran kedua
larutan tersebut adalah berwarna ungu pekat. Perlakuan ini akan digunakan
dalam tiga percobaan.
Percobaan ini diawali dengan memasukkan masing-masing 1 mL kalium
permanganat dan 1 mL asam sulfat encer ke dalam 3 buah tabung reaksi.
Dimana kalium permanganat berfungsi sebagai oksidator dan asam sulfat
berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat jalannya reaksi. Dari pencampuran
kalium permanganat dan asam sulfat encer diperoleh hasil larutan berwarna
ungu, kemudian ketiga tabung reaksi ini diberi perlakuan yang berbeda.
Percobaan pertama yaitu pada tabung pertama
larutan kalium permanganat dan asam sulfat
ditambahkan beberapa tetes larutan ferro sulfat yang
berfungsi sebagai reduktor. Larutan yang semula
berwarna ungu setelah ditambahkan beberapa larutan
ferro sulfat berubah warna menjadi keunguan dan
sedikit lebih gelap. Reaksi antara KMnO 4 dan FeSO4
dalam suasana asam merupakan salah satu reaksi
redoks, dimana ion besi dari FeSO4 teroksidasi dan Gambar H.1 Hasil larutan
ion mangan dari KMnO4 tereduksi. Penambahan KMnO4 + H2SO4+ FeSO4
(sumber: dokumentasi
besi sulfat pada larutan KMnO4 dan H2SO4 dapat pribadi)

menyebabkan perubahan warna karena terjadinya reaksi redoks antara Fe2+


(besi dalam bentuk ion dua positif) dan ion permanganat (MnO4-) dalam larutan.
Ini terkait dengan prinsip bahwa ion permanganat adalah agen oksidasi yang
kuat.
Selama reaksi ini, Fe2+ dioksigenasi oleh ion permanganat yang teroksidasi
menjadi ion besi tiga positif (Fe3+). Reaksi ini menyebabkan ion permanganat
menjadi ion mangan dua positif (Mn2+), yang memiliki warna yang berbeda dari
ion permanganat. Hal inilah yang menyebabkan perubahan warna larutan pada
percobaan pertama dari warna ungu menjadi keunguan sedikit hitam,
menunjukkan bahwa reaksi redoks telah terjadi. Adapun reaksi yang harusnya
terjadi pada percobaan ini yaitu :

+1 +7 -8 +2 +6 -6 +2 +2
KMnO4 + H2SO4 + 2FeSO4→ Fe(SO4) + K2SO4 + MnSO4 + H2O
+1 +7 -2 +1 -2 +2 -2 +3 -2 +1 +2 +2 -2 +1

Reduksi
+7 +2
Oksidasi
2KMnO4+8H2SO4+10FeSO4 → 5Fe(SO4)+ K2SO4+2MnSO4+8H2O
Reduksi : KMnO4 → MnSO4
Oksidasi : FeSO4 → Fe(SO4)3
Percobaan kedua yaitu pada tabung kedua larutan
KMnO4 dan H2SO4 ditambahkan larutan natrium
tiosulfat. Larutan natrium tiosulfat ini berfungsi sebagai
zat yang mengalami oksidasi atau reduktor. Setelah
ditambahkan larutan natrium tiosulfat terjadi perubahan
warna dari ungu menjadi ungu kecoklatan. Perubahan
warna pada larutan kalium permanganat (KMnO4)
setelah ditambahkan asam sulfat encer (H2SO4) dan
Gambar H.2 Hasil larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) disebabkan oleh reaksi
KMnO4 + H2SO4+ Na2S2O3
(sumber: dokumentasi priadi)
redoks antara ion permanganat (MnO4-) dan natrium
tiosulfat.
Dalam reaksi ini, natrium tiosulfat bertindak sebagai agen reduktor,
mengoksidasi ion permanganat (MnO4-) menjadi ion mangan dua positif
(Mn2+). Perubahan warna tersebut adalah hasil dari perubahan oksidasi
(MnO4-) ke (Mn2+) yang memiliki warna ungu kecoklatan. Oleh karena itu,
perubahan warna dari ungu atau warna asli KMnO 4 menjadi ungu kecoklatan
adalah hasil dari reaksi oksidasi dan reduksi di mana ion permanganat
mengalami oksidasi, dan natrium tiosulfat adalah agen reduktor. Adapun reaksi
yang harusnya terjadi pada percobaan kedua, yaitu:
Oksidasi : 2S2O33- → S4O6 + 2e
Reduksi : MnO4 + 8H+ Se → Mn+2 + 4H2O
Oksidasi : 10S2O33- → 5S2O62- + 10e
Reduksi : 2MnO4- + 16H+ +10e →2Mn+2 + 8H2O
2MnO4- + 10S2O32- + 16H+ → 2Mn+2 + 5S4O62- + 8H2O
2KMnO4 + 8H2SO4 + 10S2O32- → K2SO4 + 2MnSO4 + 5Na2S2O6 + 8H2O
Reduksi
+7 +2
+1 Oksidasi +6

Reduksi : KMnO4 → MnSO4


Oksidasi : Na2S2O3 → Na2SO9
Percobaan ketiga pada larutan KMnO4 dan H2SO4
ditambahkan beberapa tetes asam oksalat yang
berfungsi sebagai reduktor atau zat yang mengalami
oksidasi dan dipanaskan. Tujuan dipanaskan yaitu
untuk mempercepat reaksi, karena asam oksalat
sukar bereaksi pada suhu rendah. Hasil akhir yang
diperoleh adalah larutan tidak berwarna atau bening.
Perubahan ini menandakan telah terjadi reaksi
reduksi dan oksidasi antara larutan. Hal ini terjadi Gambar H.3 Proses pemanasan
larutan
karena kalium permanganat (KMnO4) adalah (sumber: dokumentasi pribadi)
oksidator yang kuat, sedangkan asam oksalat adalah reduktor yang lemah.
Ketika asam oksalat ditambahkan ke dalam
larutan KMnO4, akan direduksi oleh KMnO4
menjadi ion karbonat (CO32-) dan ion mangan
(Mn2+). Asam oksalat juga mengalami oksidasi
dan menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan air
(H2O). Ion mangan (Mn2+) kemudian bereaksi
dengan KMnO4 yang tersisa, mengoksidasi
(Mn2+) menjadi (Mn3+) dan menghasilkan ion
oksalat (C2O42-). Ion mangan (Mn3+)
Gambar H.4 Larutan setelah
dipanaskan
(sumber: dokumentasi pribadi)
kemudian bereaksi dengan ion mangan (Mn2+) yang tersisa, menghasilkan ion
mangan (Mn4+) dan ion oksalat.
Ion mangan (Mn4+) kemudian bereaksi dengan ion mangan (Mn3+) yang
tersisa, menghasilkan ion mangan (Mn2+) dan ion oksalat. Reaksi ini terus
berlanjut hingga semua ion mangan (Mn2+) habis teroksidasi menjadi ion
mangan (Mn4+). Hasil akhir berupa larutan berwarna ungu pekat bening
menandakan bahwa ion MnO4- telah gagal dioksidasi. Selain itu pada saat
percobaan ketika larutan dipanaskan terdapat gelembung dan uap di dinding
tabung, gelembung ini diakibatkan oleh terbentuknya gas karbon dioksida,
sedangkan adanya uap pada dinding tabung ini diakibatkan oleh air yang
terbentuk menguap saat dipanaskan. Adapun reaksi yang harusnya terjadi pada
percobaan ini yaitu:

+1 +7 -6 +2 +2 +3 -8 +2 +2 +6 -8 +4 +2
KMnO4 + H2SO4 + H2C2O4 → K2SO4 + MnSO4 + CO2 + H2O
+1 +7 -2 +1 -2 +1 + 6 -2 +1 -2 +2 +6 -2 -2 +1-2
2
Reduksi
Oksidasi

2KmnO4 + 5H2C2O4 + 3H2SO4 → K2SO4 + 2MnSO4 + 10CO2 + 8H2O


Reduksi: KMnO4 → MnSO4
Oksidasi : 5H2C2O4 → CO2

I. KESIMPULAN
Reaksi reduksi dan oksidasi mengacu pada perubahan bilangan oksidasi
karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan terjadi. Transfer elektron
akan selalu mengubah bilangan oksidasi, tetapi ada beberapa reaksi yang bersifat
redoks, tetai tidak mengalami transfer elektron dalam reaksinya. Cara yang dapat
dilakukan adalah dengan mereaksikan komponen tertentu untuk mengetahui
perubahan bilangan oksidasinya.
J. SARAN
Untuk praktikan berikutnya, disarankan sebelum melakukan praktikum agar
semua alat dicuci dengan bersih menggunakan aquades. Selain itu, lebih berhati-
hati dalam pencampuran larutan, serta lebih teliti dalam pengidentifikasian
warna campuran larutan hasil reaksi. Jangan lupa untuk tetap disiplin dalam
melakukan praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Cairns, D. (2009). Intisari Kimia Farmasi Jilid 2. Jakarta: Kedokteran EGC.


Handayani, E. T., (2022). Kimia Dasar. Banten: Pascal Books.
Kurniasari, D., Simponi, N. I., & Haqiqi, A. K. (2019). Integrasi nilai-nilai
keislaman pada reaksi redoks dan elektrokimia terhadap rahasia kekuatan
benteng besi zulkarnain. Walisongo Journal of Chemistry, 2(1), 26-39.

Oxtoby, D. W., Gillis, H. P., Nachtrieb, N. H. (2001). Prinsip- prinsip Kimia


Modern, Edisi keempat Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Riswiyanto. (2009). Kimia Organik Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Siswandono. ( 2016). Kima Medisinal 1. Surabaya: Airlangga University Press.

Sukmawati. (2020). Redoks Dan Elektrokimia. Bintang Pustaka Madani.

Zhan, S., Zeng, L., Al-Yaseri, A., Sarmadivaleh, M., & Xie, Q.
(2023). Pemodelan geokimia tentang peran reaksi redoks selama
penyimpanan bawah tanah hidrogen dalam media berpori. Jurnal
Internasional Energi Hidrogen .

Anda mungkin juga menyukai