Anda di halaman 1dari 11

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
LABORATORIUM DASAR PANGAN
Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294 Telp. (031) 8782179
email : ft@upnjatim.ac.id faximile (031) 8782257 Laman : www.upnjatim.ac.id

LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA MAHASISWA: Ahmad Wahfi Nuris JUDUL MATERI PRAKTIKUM: Reaksi
Eko Prasojo Reduksi dan Oksidasi
NPM : 20033010085
TANGGAL PRAKT.: 09/11/2020 PEMBIMBING PRAKTIKUM :
Fesdila Putri N., S.TP, M.Sc

DASAR TEORI :
Elektrokimia adalah abang ilmu kimia yang berkenaan dengan interkonvensi energi listrik
menjadi energi kimia. Proses elektrokimia ini adalah reaksi reduksi oksidasi (redoks). dimana
dalam reaksi ini energy yang dapat dilepaskan oleh reaksi yang non
spontan dapat dikatakan terjadi pada reaksi tersebut. Salah satu pemanfaatan elektrokimia ini
adalah elektrokoagulasi yang merupakan metode koagulasi dengan menggunakan arus listrik
searah melalui peristiwa elektrokimia (Prabowo, 2012:352)
Potensial reduksi standar adalah ukuran kecenderungan suatu spesi kimia untuk memperoleh
elektron dan karenanya dapat tereduksi yang diukur pada keadaan standar atau dengan kata lain
potensial reduksi yang diukur dalam keadaan stadar. Kondisi standar yang dimaksud adalah
25◦C. 1 aktivitas untuk setiap ion yang berperan dalam reaksi, tekanan parsial 1 bar untuk setiap
gas gas yang terlibat dalam reaksi, dan logam dalam keadaan murninya. Dalam deret sel volta
semakin kecil potensial standar elektroda maka, logam semakin relative, logam merupakan
oksidator yang semakin kuat. Sebaliknya, semakin besar potensial standar maka logam semakin
kurang reaktif , kationnya merupakan oksidator yang semakin kuat. (Asnawi, Effendi, dan
Yahmin, 2017).
Salah satu contoh dari reaksi oksidasi reduksi yang dapat ditemui dialam yaitu di perairan teluk
manado yang bersifat garam-negative batang, yang umumnya ini dapat bersifat kemoorganotrof
dan beberapa diantaranya bersifat kemolitoautotrof. Isolat pseudomonnas yang bersifat
kemoorganotrof cenderung mampu melakukan reduksi pada ion-ion merkuri, dan yang bersifat
kemitoautotrof ini cenderung mengoksidasi merkuri, kecepatan reaksinya pada ion merkuri
sangat bergantung pada tipe isolatnya. Sehingga masih perlu diteliti lagit tentang pengaruh
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
LABORATORIUM DASAR PANGAN
Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294 Telp. (031) 8782179
email : ft@upnjatim.ac.id faximile (031) 8782257 Laman : www.upnjatim.ac.id

logam-logam lain terhadap pertumbuhan maupun laju reduksi maupun oksidasi (Ijong, 2012:71-
72)
Selain beberapa contoh diatas dalam reaksi redoks juga terdapat bahan pengoksida dan bahan
pereduksi. Bahan pengoksida dan bahan pereduksi ini biasa digunakan untuk mendeskripsikam
reaktan tertentu dalam reaksi redoks, seperti pada pernyataan “gas flourin adalah bahan
pengoksida kuat”, atau “logam
kalsium adalah bahan pereduksi yang baik. Pada reaksi redoks zat yang memungkinkan zat lain
teroksidasi disebut bahan pengoksidasi (oxidizing agent) atau oksidan (oxidant), atau oksidator.
Dalam melakukannya bahan pengoksidasi itu sendiri tereduksi. Sama saja zat lain yang
mengakibatkan zat lain tereduksi disebut bahan pereduksi (reducing agent), atau
reduktan (reductant), atau reduktor. Pada reaksi, bahan pereduksi itu sendiri teroksidasi. Atau
dengan kata lain, bahan pengoksidasi (oksidan) mengandung unsur dengan bilangan oksidasi
turun padareaksi redoks dan memperoleh elektron tereduksi. Sedangkan bahan pereduksi
(reduktan) mengandung unsur dengan bilangan oksidasi naik pada reaksi redoks dan melepaskan
elektron teroksidasi (Petrucci, 2011:158)
Redoks adalah suatu reaksi kimia dimana ada pemindahan elektron dari satu reaktan ke reaktan
yang lainnya. Contoh reaksi redoks:
1) Korosi
Korosi adalah reaksi redoks spontan yang mengakibatkan terjadinya
karat pada besi, perak sulfida dari perak, dan patina (tembaga karbonat) dari tembaga.
2) Elektrolisis
Elektrolisis ialah proses dimana energi listrik digunakan untuk mendorongagar reaksi redoks
berlangsung tidak spontan bisa terjadi.
3) Termodinamika Sel Galvanik
Voltase yang diukur dalam sel galvanik dapat dipecah menjadi potensial elektroda dari anoda
(tempat oksidasi) dan katoda (tempat reduksi).Voltase ini dapat dihubungkan dengan perubahan
energi bebas Gibbs dan konstanta kesetimbangan dari proses redoks. (Stoker, 2012)
Reaksi redoks spontan adalah reaksi redoks yang berlangsung serta merta dan disertai
pembebasan energi berupa panas yang ditandai dengan perubahan suhu (Salirawati, 2008).
Reaksi redoks non-spontan terjadi apabila harga E° sel negatif. Suatu reaksi kimia (termasuk
reaksi redoks) yang tidak spontan tidak terjadi apapun (Salirawati, 2008).
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
LABORATORIUM DASAR PANGAN
Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294 Telp. (031) 8782179
email : ft@upnjatim.ac.id faximile (031) 8782257 Laman : www.upnjatim.ac.id

 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya reaksi redoks(Oxtoby, 2004)


Energi ionisasi
Semakin eletropositif elemen maka akan lebih mudah untuk melepaskan elektronnya, atau
energi ionisasinya semakin rendah sehingga potensial oksidasinya berkurang sedangkan
potensial reduksinya akan naik.
Afinitas elektron
Semakain eletronegatif elemen maka afinitas elektron juga akan bertambah sehingga potensial
reduksinya juga naik.
Energi atomisasi
Potensial standar reduksi diukur dalam keadaan atomik sehingga energi atomisasi juga turut
menentukan besaran potensial standar reduksi.
Energi solvasi
Jika proses redoks dilakukan pada fase cair maka energi solvasi juga mempengaruhi besaran
potensial reduksi standard.
Energi ikat kovalen
Energi ikat kovalen yang besar mendukung kespontanan reaksi; potensial standard reduksi
sebanding dengan energi ikat kovalen.
Oksigen
Sesuai dengan prinsip reaksi redoks dimana juga terjadi penambahan dan pengurangan oksigen
di dalam senyawa.
Faktor yang mempercepat jalannya reaksi redoks antara lain
• Konsentrasi Dengan menaikkan konsentrasi reaktan, maka naik pula kecepatan reaksinya.
• Suhu Apabila suhu dinaikkan maka partikel akan semakin aktif bergerak dan tumbukan akan
sering terjadi sehingga mempercepat reaksi.
• Luas permukaan Apabila semakin besar luas permukaan bidang sentuh, maka semakin besar
tumbukan yang terjadi antar partikel, begitu juga sebaliknya.
• Katalis Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat reaksi kimia.
• Molaritas Hubungannya dalam hal ini, bahwa semakin besar molaritas suatu zat, maka semakin
cepat suatu reaksi berlangsung (Rosa, 2017).
Reaksi redoks spontan adalah reaksi kimia atau biologis yang terjadi tanpa pengaruh factor
eksternal, murni. Reaksi redoks spontan dapat langsung terjadi, disertai pembebasan suhu dan
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
LABORATORIUM DASAR PANGAN
Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294 Telp. (031) 8782179
email : ft@upnjatim.ac.id faximile (031) 8782257 Laman : www.upnjatim.ac.id

potensial sel yang dihasilkan bertanda posistif. Kesetimbangan adalah keadaan dimana seiring
dengan berjalannya waktu, tidak terjadi perubahan konsentrasi baik pada reaktan maupun
produk meskipun reaksi masih tetap berlangsung. Reaksi setimbang berarti energi potensial sel
(E◦ sel) bernilai nol. Kesetimbangan bersifat dinamis tanpa henti. Sedangkan reaksi non spontan
adalah reaksi yang tidak dapat mereduksi unsur-unsur disebelah kanannya dan potensial sel yang
dihasilkan bertanda negatif (Bukhari, 2017).

TUJUAN : Untuk mengetahui persamaan reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi pada logam
seng dengan larutan CuSO4 dan logam tembaga dengan AgNO3
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
LABORATORIUM DASAR PANGAN
Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294 Telp. (031) 8782179
email : ft@upnjatim.ac.id faximile (031) 8782257 Laman : www.upnjatim.ac.id

CARA KERJA

2.1 Alat dan Bahan


Alat
1. Gelas beaker 100 mL
2. Pipet ukur 10 mL
3. Penjepit
4. Bulp

Bahan
1. Logam seng
2. Logam tembaga
3. Larutan AgNO3 1 M
4. Larutan CuSO4 1 M

2.2 Cara Kerja


A. Seng dengan larutan CuSO4 1 M

Menyiapkan larutan CuSO4 1 M dan gelas beaker

Memasukkan 10 mL larutan CuSO4 1 M ke dalam gelas beaker

Memasukkan logam seng kedalam larutan CuSO4

Mengamati reaksi yang terjadi pada gelas beaker

B. Tembaga dengan larutan AgNO3

Menyiapkan larutan AgNO3 1 M dan gelas beaker


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
LABORATORIUM DASAR PANGAN
Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294 Telp. (031) 8782179
email : ft@upnjatim.ac.id faximile (031) 8782257 Laman : www.upnjatim.ac.id

Memasukkan 10 mL larutan AgNO3 1 M ke dalam gelas beaker

Memasukkan logam tembaga ke dalam larutan AgNO3

Mengamati reaksi yang terjadi pada gelas beaker


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
LABORATORIUM DASAR PANGAN
Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294 Telp. (031) 8782179
email : ft@upnjatim.ac.id faximile (031) 8782257 Laman : www.upnjatim.ac.id

HASIL PENGAMATAN

Bahan Larutan Hasil Pengamatan

Logam seng yang dimasukkan


Logam Zn (Seng) CuSO4 1 M kedalam larutan CuSO4 1 M
terjadi perubahan yang pada
awalnya berwarna abu-abu
berubah menjadi berwarna hitam
dan banyak terdapat gelembung
yang menempel pada logam
seng. Sementara itu larutan
CuSO4 tidak terjadi perubahan
warna yang semula berwarna
biru tetap berwarna biru pada
akhir reaksi.

Logam tembaga yang


Logam Cu (Tembaga) AgNO3 1 M dimasukkan kedalam larutan
AgNO3 1 M terjadi perubahan
yang pada awalnya berwarna
merah bata berubah menjadi
berwarna abu-abu dan banyak
terdapat gelembung yang
menempel pada logam tembaga.
Larutan AgNO3 juga terjadi
perubahan warna yang semula
berwarna bening menjadi biru.

Zn + CuSO4 → ZnSO4 + Cu
0 +2 +2 0
Oksidasi = +2, Reduksi = -2
Sebelum Reaksi : Setelah Reaksi :
Zn = 0 Karena tidak bermuatan Zn + SO4 = 0
Cu + SO4 = 0 Zn + (-2) = 0
Cu + (-2) = 0 Zn = +2
Cu = +2 Cu = 0
Oksidasi : Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e-
Reduksi : Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
LABORATORIUM DASAR PANGAN
Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294 Telp. (031) 8782179
email : ft@upnjatim.ac.id faximile (031) 8782257 Laman : www.upnjatim.ac.id

Zn(s) + Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)

Cu + 2AgNO3 → Cu(NO3)2 + 2Ag


0 +1 +2 0
Oksidasi = +2, Reduksi = -1
Sebelum Reaksi : Setelah Reaksi :
Cu = 0 Karena tidak bermuatan 2Ag = 0
2Ag + 2NO3 = 0 Cu + 2(NO3) = 0
2Ag + 2(-1) = 0 Cu + 2(-1) = 0
2Ag = +2 Cu = +2
Ag = +1
Oksidasi : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e-
Reduksi : 2Ag+(aq) + 2e- →2Ag(s)
Cu(s) + 2Ag+(aq) → Cu2+(aq) + 2Ag(s)

PEMBAHASAN :
Logam Zn berwarna silver yaitu saat menit pertamawarna logam Zn berubah menjadi hitam, warna larutan
CuSO4 biru muda pekat, dan masih belum terjadi perubahan. Pada menit ketiga, warna larutan CuSO4
masih tetap biru bening dan mulai muncul gelembung di pinggiran logam. Pada menit kelima, gelembung
semakin banyak. Pada menit ketujuh, serbuk dipinggiran logam dan logam Zn mulai terkikis dan
berjatuhan. Dan yang terakhir pada menit kesepuluh, logam Zn semakin terkikis. Percobaan inisesuai
dengan literatur, bahwa larutan yang memudar ini disebabkan olehkadar logam Zn yang semakin
berkurang pada larutan CuSO4, sedangkan logam Zn mengalami oksidasi sehingga mereduksi larutan.
Sedangkan, endapan yang terbentuk seharusnya berwarna merah (Ijong, 2012).
Logam Cu dengan larutan AgNO3, logam Cu berwarna emas tembaga dan larutan AgNO3 berwarna
bening. Pada menit pertama, logam Cu bereaksidengan larutan AgNO3 warna logam menjadi berwarna
hitam, larutan berwarna bening dan ada sedikit serbuk yang menempel pada Cu. Pada menit ketiga warna
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
LABORATORIUM DASAR PANGAN
Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294 Telp. (031) 8782179
email : ft@upnjatim.ac.id faximile (031) 8782257 Laman : www.upnjatim.ac.id

logam menjadi abu-abu, larutan masih berwarna bening, dan lapisan Cu mulai sedikit mengelupas. Pada
menit kelima, endapan semakin banyak dan warna larutan mulai membiru. Pada menit ketujuh, logam Cu
masih warna larutan menjadi bening sedikit biru muda, dan lapisan Cu semakin mengelupas. Pada menit
kesepuluh, warna larutan semakin bening dan lapisan Cu mengelupas sempurna. Larutan menjadi
berwarna sedikit biru dikarenakan adanya luruhan logam Cu yang bercampur dengan larutan AgNO3.
Selama direaksikan dengan larutan AgNO3 dihasilkan perubahan warna pada logam Cu, yang awalnya
warna emas tembaga menjadi abu-abu. Adanya gelembung saat percobaan, meluruhnya logam Cu dalam
larutan AgNO3. Perubahan warna larutan yang semula bening menjadi kebiruan karena tercampurnya
endapan atau luruhan logam Cu pada larutan. Logam Cu mengalami oksidasi dalam percobaan kali ini,
sedangkan ion Ag dalam larutan mengalami reaksireduksi. Hasil yang didapatkan dari percobaan kali ini
sesuai dengan literatur (Yahmin, 2017).
Reaksi Cu dengan AgNO3
Cu(s) + 2AgNO3(aq) → Cu(NO3)2(aq) + 2Ag(s)
0 +1 -1 +2 2(-1) 0
Biloks pada Cu = 0 oksidasi dengan biloks pada Cu(NO3)2 = +2, dan biloks pada AgNO3= +1 reduksi
dengan biloks Ag = 0
Reaksi Zn dengan CuSO4 (Reaksi spontan)
Zn(s) + CuSO4(aq) → ZnSO4(aq) + Cu(s)
0 +2 -2 +2 -2 0
Biloks pada CuSO4 = +2 reduksi dengan biloks Cu = 0, dan biloks pada Zn = 0 oksidasi dengan biloks
ZnSO4 = +2
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
LABORATORIUM DASAR PANGAN
Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294 Telp. (031) 8782179
email : ft@upnjatim.ac.id faximile (031) 8782257 Laman : www.upnjatim.ac.id

KESIMPULAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu agar praktikan mampu mempelajari rekasi reduksi dan mampu
mempelajari reaksi oksidasi. Pada praktikum ini praktikan melakukan percobaan dan mempelajari
mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada reaksi reduksi oksidasi seperti perubahan yang terjadi
pada reaksi Zn dengan CuSO4 dan perubahan yang terjadi pada reaksi Cu dan AgNO3 . Perubahan-
perubahan yang terjadi dalam percobaan-percobaan reaksi tersebut antara lain perubahan biloks, warna
logam, warna larutan, ada tidaknya gelembung, dan terbentuknya endapan.
Pada reaksi redoks Zn dengan CuSO4 terjadi perubahan bilangan oksidasi. Biloks pada CuSO4 = +2
reduksi dengan biloks Cu = 0, dan biloks pada Zn = 0 oksidasi dengan biloks ZnSO4 = +2. Zn merupakan
reduktor, dan CuSO4 merupakan oksidator. Kemudian pada reaksi redoks Cu dan AgNO3 juga terjadi
perubahan biloks. Biloks pada Cu = 0 oksodasi dengan biloks pada Cu(NO3)2 = +2, dan biloks pada
AgNO3= +1 reduksi dengan biloks Ag = 0. Dalam hal ini Cu berperan sebagai reduktor terhadap
Cu(NO3)2, dan AgNO3 berperan sebagai oksidator terhadap Ag.

DAFTAR PUSTAKA :
Hono, Agus., Suyono, dan Yuanita. 2017. Penerapan Model Learning Cycle 7E Untuk
Memprevensi Terjadinya Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Reaksi Redoks. Jurnal
Penelitian Pendidikan Sains. Vol. 3, No 2 : (354-360).
Bukhari, Bukhari. 2017. Pendekatan Ilmu Fisika dan Matematika Dalam Memahami Konsep
Reaksi Oksidasi Reduksi (Redoks). Jurnal Dedikasi Pemdidikan. Vol. 1, No. 2 : ( 252-
256).
Asnawi, Risa., Effendi, dan Yahmin. 2017. Kemampuan Berpikir Ilmiah Siswa dan Miskonsepsi
Pada Materi Elektrokimia. Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol. 23, No. 1 : (25- 33).
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
LABORATORIUM DASAR PANGAN
Jalan Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya 60294 Telp. (031) 8782179
email : ft@upnjatim.ac.id faximile (031) 8782257 Laman : www.upnjatim.ac.id

Anda mungkin juga menyukai