Anda di halaman 1dari 26

KEMENTRIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

TINGGIPOLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE


Jalan Medan-B.Aceh Km. 280,3 Buketrata Lhokseumawe, 24301
PO Box 90, telp: (0645) 42670, fax:0645–42785

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA


LABORATORIUM SATUAN PROSES & KIMIA TERAPAN

NAMA MAHASISWA : RENA FAJARNA

NIM : 1924301065

KELAS : 2A

KELOMPOK :H

JURUSAN : TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI : (D4) TEKNOLOGI REKAYASA

KIMIA INDUSTRI

POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE


TAHUN AJARAN 2020-2021
LAJU IODINISASI ASETON
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
RENA FAJARNA

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI
LEMBAR TUGAS

Judul Praktikum : Laju Iodinisasi Aseton

Nama : Rena Fajarna

Nim : 1924301065

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Saifuddin, M.T.

Nip : 19660930 199303 1 003

Ka. Laboratorium : Drs. Halim Zaini, ST.MT

Nip : 19600821 198903 1 003

Kelompok :H

Nama Anggota : Nurul Habsah

: Putri Destia Safitri

: Rena Fajarna

: Rizki Maulana

: Selly Munawaroh

:Rahmah Maghfirah

Buketrata ,

Mengetahui ,

Ka . Lab Kimia Fisika Dosen Pembimbing

Drs. Halim Zaini, ST.MT Dr. Ir. Saifuddin, M.T.

NIP. 19600821 198903 1 003 NIP. 19660930 199303 1 003


LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Laju iodinisasi Aseton

Nama : Rena Fajarna

Nim : 1924301065

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Saifuddin, M.T.

Nip : 19660930 199303 1 003

Ka. Laboratorium : Drs. Halim Zaini, ST.MT

Nip : 19600821 198903 1 003

Buketrata ,

Mengetahui ,

Ka . Lab Kimia Fisika Dosen Pembimbing

Drs. Halim Zaini, ST.MT Dr. Ir. Saifuddin, M.T.

NIP. 19600821 198903 1 003 NIP. 19660930 199303 1 003


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.TUJUAN
1. Menentukan orde reaksi
2. Menghitung energy aktivasi
3. Menghitung laju reaksi berdasarkan konsentrasi dan temperature dalam suasana asam

1.2. DASAR TEORI


2.1 Pengertian Laju reaksi
Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimia yang
berlangsung per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut dalam reaksi
yang dihasilkan tiap detik reaksi. Perkaratan besi merupakan contoh reaksi kimia lambat
yang dapat berlangsung selama beberapa tahun, sedangkan peledakan mesiu atau
kembang api adalah contoh reaksi yang cepat. Pada sebagian besar reaksi, laju reaksi
akan semakin berkurang seiring dengan berlangsungnya reaksi.
Laju reaksi dalam suatu reaksi kimia dibahas dalam pokok bahasan kinetika
kimia. Dalam eksperimen, diketahui bahwa laju reaksi bergantung pada
temperatur,tekanan, dan konsentrasi dari suatu larutan. Penambahan suatu katalisator juga
dapat memperbesar laju reaksi (Castellan, 1983).
Laju reaksi dapat didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu
(Dogra, 1984). Konstanta laju reaksi sangat bergantung pada suhu reaksi (Fogler, 1999).

persamaan reaksi secara umum berlangsung sebagai berikut:


aA+bBcC

Laju reaksi dipelajari oleh cabang ilmu kimia yang disebut kinetika kimia.

gambar 2.1 grafik laju reaksi antara waktu dengan konsentrasi produk dan reaktan

Dari reaksi kimia tersebut, dapat diketahui a, b, c, dan d adalah koefisien reaksi,
dan A, B, C, dan D adalah zat-zat yang terlibat dalam reaksi.

Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama, yaitu katalis homogen
dankatalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang fasenya berbeda dengan
rektan yangakan dikatalisnya. Katalis homogen adalah katalis yang memiliki fase yang
sama denganreaktan yang akan dikatalisnya.

Berikut ini adalah skema umum reaksi katalitik :

A + C → AC

B + AC → AB + C

C adalah katalis, meskipun katalis C termakan pada tahap reaksi 2, namun selanjutnya
dihasilkan kembali oleh reaksi 3, sehingga untuk reaksi keseluruhan menjadi :
A + B + C → AB + C
Katalis homogen terdiri dari katalis asam dan basa, contohnya HCl, H2SO4,
NaOH,KOH. Katalis ini umumnya digunakan pada skala laboratorium, karena sulit
diakukan secara komersil, operasi pada fase cair dibatasi pada kondisi suh dan tekanan,
sehingga peralatan lebih kompleks dan diperlukan pemisahan antara produk dan katalis
(Engel, Dkk,2013).
Dalam praktikum ini kita pelajari kinetika reaksi iod dan aseton dalam suasan asam.

Selain itu pada konsentrasi aseton dan iod,laju reaksi bergantung pada konsentrasi
ion hydrogen (H+),dengan menggunakan persamaan laju (1),laju reaksi iodinisasi aseton
adalah:
Laju reaksi = k [Aseton]m [I2]n [H+]p
Dimana m orde reaksi terhadap aseton,n orde reaksi terhadap ion,dan p orde
reaksi terhadap asam. k merupakan konstanta laju reaksi,dimana laju reaksi dapat
dinyatakan dengan perubahan konsentrasi reaktan atau produk terhadap waktu.
d[Iod] d[Aseton]
Laju = − =−
dt dt

Tanda minus menandakan pereaksi berkurang dan untuk membuat nilai laju reaksi
positif,karena perubahan iod dan aseton negative.
Karena itu laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi ion, maka kita dapat
menggunakan Iod sebagai reagen pembatas dengan jumlah aseton dan ion hidrogen
berlebih. Kita dapat mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mereaksikan seluruh iod
yang ada dalam larutan.Bila konsentrasi dari aseton dan ion hidrogen jauh dari
konsentrasi iod, Maka konsentrasi mereka tidak akan jauh berubah selama reaksi dan laju
reaksi akan tetap sampai seluruh iod habis bereaksi. kemudian Reaksi akan berhenti bila
waktu reaksi yang dibutuhkan kan untuk mereaksikan semua iod (warna iod hilang)
adalah t detik,menit maka persamaan laju reaksi menjadi :
[Iod]
Laju =
t

Walaupun laju reaksi tetap pada kondisi yang kita atur,kita dapat mengubah-ubah
konsentrasi aseton dan ion hidrogen .Bila konsentrasi ion hidrogen dibuat tetap
sama,seperti pada campuran awal.Sedangkan konsentrasi aseton dibuat dua kali
konsentrasi semula,maka persamaan laju menjadi:
Laju 2 = k[2A]m [Iod]n [H+]p
Laju 1 = k [A]m [Iod]n [H+]p

2.2 Faktor yang mempengaruhi laju reaksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (Dogradandogra, 1990) :

1. Keadaan pereaksi dan luas permukaan

Pada umumnya, makin kecil partikel reaksi makin besar permukaan pereaksi yang
bersentuhan dalam reaksi, sehingga reaksinya makin cepat.Luas permukaan sentuh
memiliki peranan yang sangat penting, sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat.
Begitu juga, apabila semakin kecil luas permukaan bidang sentuh, maka semakin kecil
tumbukan yang terjadi antar partikel, sehingga laju reaksi pun semakin kecil.
Karakteristik kepingan yang direaksikan juga turut berpengaruh, yaitu semakin halus
kepingan itu, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi; sedangkan
semakin kasar kepingan itu, maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi.

2. Konsentrasi

Makin besar konsentrasi makin cepat laju meskipun tidak selalu demikian.Reaksi
yang berbeda, konsentrasinya dapat mempengaruhi laju reaksi tertentu dengan cara yang
berbeda.

3. Suhu

Suhu juga turut berperan dalam mempengaruhi laju reaksi. Apabila suhu pada
suatu reaksi yang berlangsung dinaikkan, maka menyebabkan partikel semakin aktif
bergerak, sehingga tumbukan yang terjadi semakin sering, menyebabkan laju reaksi
semakin besar. Sebaliknya, apabila suhu diturunkan, maka partikel semakin tak aktif,
sehingga laju reaksi semakin kecil.

Suhu merupakan properti fisik dari materi yang kuantitatif mengungkapkan


gagasan umum dari panas dan dingin.
4. Katalis

Katalis dapat mempengaruhi laju reaksi.Biasanya katalis mempercepat laju reaksi,


namun ada katalis yang dapat memperlambat reaksi.Katalis adalah suatu zat yang
mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau
terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis berperan dalam reaksi tetapi bukan sebagai
pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau
memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap
pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih
rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.

2.3 Persamaan Yang di gunakan dalam perhitungan

Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi persatuan waktu. Satuan


yang umum digunakan adalah mol dm-3. Umumnya laju reaksi meningkat dengan
meningkatnya konsentrasi.
[Iod]
Laju =
t

d[Iod] d[Aseton]
Laju = − = −
dt dt

Laju 2 = k[2A]m [Iod]n [H+]p


Laju 1 = k [A]m [Iod]n [H+]p
laju 1 [2A]m
= = 2m
laju 2 [A]m

Setelah menghitung laju 2 dan laju 1 dengan menggunakan persamaan laju [Iod]
t

maka kita memperoleh angka yang mempunyai harga sama dengan 2m berarti kita dapat
memperoleh harga melalui logaritma dimana m orde reaksi aseton.
log laju 2
laju 2
log = Log 2 m = m log 2 , dimana m= loglaju 1
laju 1 log 2

Dengan cara yang sama kita dapat memperoleh orde reaksi terhadap ion
Hidrogen.Setelah masing-masing orde reaksi diketahui ,kita dapat menghitung k.
laju
K= [A]m[Iod]n[H]p

Laju reaksi = k [Aseton ]m [I2]n [H+]p


d[Iod] d [Aseton]
Laju = − =−

dt dt

Tanda minus menandakan pereaksi berkurang dan untuk membuat nilai laju reaksi
positif,karena perubahan iod dan aseton negative.
Sebagai pengembangan lebih lanjut dari percobaan ini adalah melakukan reaksi
pada temperature yang berbeda-beda untuk mengetahui enegy aktivasi.Percobaan yang
dilakukan disini adalah menentukan laju reaksi pada temperature di atas temperature
ruang.Dengan mengetahui laju reaksi dan harga k pada temperature yang berbeda-beda
tersebut,kita dapat menentukan nilai enegry aktivasi (Ea) melalui kurva laju versus -
1/T.Kemiringan (slope)dari kurva yang merupakan garis lurus adalah sama dengan –
Ea/2,303 = nilai slope ata Ea=(nilai slope)×(2,303 R).
Konstanta laju didefinisikan sebagai laju reaksi bila konsentrasi dari masing-
masing jenis adalah satu –satuannya tergantung pada orde reaksi. Setiap reaksi yang
merupakan proses atau tahap disebut reaksi dasar. Orde dari suatu reaksi menggambarkan
bentuk matematik dimana hasil percobaan dapat ditunjukkan. Orde reaksi hanya dapat
dihitung secara eksperimen dan hanya diramalkan jika suatu mekanisme reaksi-reaksi
diketahui keseluruhan orde reaksi yang dapat ditentukan sebagai jumlah dari eksponen
untuk masing-masing reaktan. Sedangkan harga eksponen untuk masing-masing reaktan
dikenal sebagai orde reaksi untuk komponen itu(dogra dan dogra, 1990).
Menurut Arrhenius suhu mempengaruhi konstanta laju reaksi (k), dengan
persamaan sebagai berikut:
kA (T) = A. e-E/RT
dimana,
A = faktor tumbukan
E = energi aktivasi (J/mol)
R = konstanta gas ( 8,314J/mol.K)
T = suhu reaksi (K)

Persamaan laju dari suatu reaksi antara dua senyawa A dan B ditulis seperti dibawah ini:
Laju= k[A]a[B]b
Dimana: k = tetapan laju reaksi
A, B = konsentrasi (mol dm-3)
a = orde reaksi terhadap A
b = orde reaksi terhadap B

Persamaan laju menunjukkan pengaruh dari perubahan konsentrasi reaktan


terhadap laju reaksi. Seluruh faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi seperti suhu
dan katalis termasuk didalamnya tetapan laju, dimana sebenarnya tetap bila kita hanya
mengubah konsentrasi dari reaktan. Ketika kita mengubah suhu suhu maupun katalis,
sebagai contoh tetapan laju akan berubah. Perubahan ini digambarkan secara matematis
oleh persamaan Arrhenius:

E
− a

k=Ae RT

Dimana : K = Konstanta laju reaksi

A = Faktor frekuensi

Ea = Energi aktivasi

Persamaan Arrhenius dapat dikalikan kedua sisinya dengan “ln” sehinggamenjadi


persamaan:

ln k= ln A- Ea
RT

Dimana: T = suhu (K)

R = tetapan gas
Ea =energi aktivasi (J/mol)
K = konstanta
A = faktor frekuensi

Contoh yang sederhana reaksi eksotermal yang di gambarkan di bawah ini:


Energi Aktivasi (Ea)

Energi
Panas
Reaksi
Produk

Laju Reaksi

Gambar 2.2 Kurva EA (Energi Aktivasi)

Menurut Arrhenius, pengaruh temperatur terhadap k dapat dinyatakan sebagai berikut:


d ln k ∆Eo
=
dt RT2

Kalau molekul bereaksi, mula-mula molekul ini bertumbukan terlebihdahulu.


Jadi, kecepatan reaksi sebanding dengan jumlah tumbukan molekul. Darihitungan
ternyata jumlah tumbukan molekul yang diperoleh dari percobaan lebihkecil daripada
teori. Ini berarti bahwa setiap tumbukan molekul menghasilkanmolekul baru untuk dapat
bereaksi, molekul-molekul harus mempunyai tenagatertentu. Kalau A = tenaga rata-rata
pereaksi, dan C = tenaga rata-rata hasil reaksi,maka agar A dapat menjadi C, molekul-
molekulnya harus melewati tenaga penghalang ΔE1°. Tenaga ini disebut tenaga aktivasi
untuk reaksi ke kanan.Untuk reaksi ke kiri dibutuhkan tenaga aktivasi ΔE2°.

Selisih keduanya merupakan selisih tenaga dalam atau panas reaksi pada Vtetap.
ΔE = ΔE1o – ΔE2o

= (EB– EA) – (EB– EC)


= EC– EA [7]
Konsentrasi A pada waktu t1 dinyatakan sebagai [A1] dan konsentrasi pada t1 sebagai
[A2], dengan tanda kurung siku berarti konsentrasi dalam mol/liter.
Laju rata-rata berkurangnya konsentrasi A dinyatakan sebagai
[A]2-[A]1 [A]
Laju rata-rata berkurangnya [A] = =∆
t2-t1 ∆t

Laju rata-rata bertambahnya konsentrasi B dan C dinyatakan sebagai:


Laju rata-rata bertambahnya,
[B]2-[B]1 [C]2-[C]1
[B] atau [C] = = ∆[B] ∆[C]
= =
t2-t1 t2-t1 ∆t ∆t

Dalam pernyataan untuk laju rata-rata berkurangnya [A], kuantitas (Δ[A]/Δt)


adalah negatif karena [A2] lebih besar daripada [A2]. Karena laju dinyatakan sebagai
berharga positif menurut perjanjian, maka ditaruh tanda minus didepan kuantitas ini
sehingga –(–) = +.
Hubungan satu sama lain ketiga rumus itu adalah:

∆[A] ∆[B] ∆[C]


= Type equation here.
-( ) = ∆t ∆t
∆t

Hukum Laju adalah hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi yang dapat
diperolehdari data eksperimen. Hukum laju diperoleh secara eksperimen dan tidak
bergantung padastokiometri. Hukum laju dapat dinyatakan sebagai :Dalam suatu reaksi A
→ B, laju reaksinya adalah :

V=k[A]X

Dalam suatu reaksi A+ B → C, laju reaksinya adalah :

V=k[A]X[B]Y

dimana : k = tetapan Laju Reaksi x , y = orde reaksi

2.4 Pengertian orde reaksi

2.4.1 Orde Reaksi

orde reaksi suatu substansi adalah banyaknya faktor konsentrasi yang


mempengaruhi kecepatan reaksi. Untuk persamaan laju reaksi, Orde reaksi terhadap suatu
komponen merupakan pangkat dari konsentrasi komponen itu dalam hukum laju.Orde
reaksi tidak dapat dituliskan dari persamaan reaksi, melainkan harus data eksperimen.
Beberapa orde reaksi yang umum terdapat dalam persamaan reaksi kimia yaitu:

2.4.2 Reaksi Orde nol


Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu satu pereaksinya
apabila perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi.
Persamaan laju reaksi yang berorde 0 yaitu v = k [A]0 (Syukri,1999)

Untuk reaksi orde nol, laju reaksinya dapat ditulis sebagai berikut:

Laju = k [A]0

[A]0 [A]
k=
t

Persamaan di atas juga menyatakan bahwa laju reaksi orde nol tidak bergantung
pada konsentrasi reaktan. Gambar 1 menunjukkan grafik hubungan antara pengurangan
konsentrasi reaktan A terhadap waktu, dimana slope k merupakan nilai konstanta dari
orde nol.

2.4.3 Reaksi Orde satu

Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika laju
reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi tersebut. Jika konsentrasi pereaksi
tersebut dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau tiga kalinya. Persamaan
laju reaksi yaitu v = k [A] (Syukri,1999).
2.4.4 Reaksi Orde dua

Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju
reaksimerupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentasi zat
itudilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih
besar(Syukri,1999).

2.5 Energy aktivasi


Energi aktivasi atau energi pengaktifan adalah energi kinetik minimum yang harus
dimiliki oleh molekul – molekul pereaksi agar menghasilkan reaksi ketika saling
bertumbukan. Energi aktivasi besar bila reaksi memiliki molekul pereaksi dengan banyak
ikatan yang perlu diputuskan. Sedangkan jika hanya sedikit ikatan yang perlu diputuskan
maka energi aktivasinya pun kecil.Ditunjukkan dengan persamaan:

ln k = ln A – E/R (1/T)

Dari Persamaan di atas dapat diuraikan bahwa dengan membuat grafik hubungan ln
k terhadap 1/T, maka nilai -E/R dapat ditentukan.
Hubungan antara energi aktivasi dan laju reaksi digambarkan pada grafik reaksi
eksoterm dan reaksi endoterm. Melalui energi aktivasi ini dapat diketahui mengapa
konsentrasi, suhu, luas permukaan bidang sentuh dan katalis mempengaruhi laju
reaksi.

1.3. ALAT DAN BAHAN


I. Alat dan Bahan
Alat Alat Bahan
Gelas kimia 150 ml Termometer 100C Aseton 4 m 250 ml
Erlenmeyer 125 ml Pendingin (es) HCl 1 M 250 ml
Pipet seukuran 10 ml Larutan iod 0,005 M 250
ml
Pipet seukuran 5 ml Alkohol(untuk
melarutkan iod) 10 ml
Pipet seukuran 25 ml
Stopwatch
Penangas air

1.4. KESELAMATAN KERJA


1. Menggunakan baju praktikum selama praktikum berlangsung,
2. Menggunakan sarung tangan ketika mengambil bahan asam pekat, dan
3. Menggunakan masker dan peralatan K3 lainnya.

1.5. CARA KERJA


Penentuan Orde reaksi

tempatkan 100 ml Aseton 4 M,100 ml HCl 1 M dan 100 ml larutan iod 0,005 M ke
dalam masing-masing gelas kimia 150 ml yang bersih dan kering,tutup dengan kaca
arloji.Untuk aseton sebaiknya ditempatkan dalam botol bertutup.
percobaan a :
1. Pipet 10 ml Aseton 4 M masukkan ke dalam Erlenmeyer
2. Pipet 10 ml HCl 1 M masukkan kedalam erlenmeyer yang berisi Aseton
tersebut di atas.
3. Tambahkan 20 ml air demineral ke dalam camuran tersebut.
4. Siapkan stopwatch.
5. Pipet 10 ml larutan iodium dengan menggunakan ppet kering dan bersih.jaga
jangan sampai Iodium menetes pada bagian tangan dan pakaian.
6. Masukkan larutan iodium tersebuut ke dalam campuran Aseton dan HCl dan
secara serentak dengan mengidupkan stopwatch.
7. setelah warna iodium hilang,segera matikan syopwatch.
8. ukur temperature campuran dengan menggunakan
termometer.
Percobaan b :

ulangi percobaan a dengan mengubah konsentrasi Aseton yaitu dengan mamasukkan 5 ml


aseton ke dalam erlenmeyer dan ditambah 25 ml air demineral.konsentrasi aseton
dengan iodium tetap.

percobaan c :
ulangi percobaan a dengan mengubah konsentrasi HCl yaitu dengan memasukkan 5 ml HCl 1
M ke dalam erlenmeyer dan ditambah 25 ml air demineral.Konsentrasi Aseton,larutan
Iodium tetap.

percobaan d :
Ulangi percobaan a dengan mengubah konsentrasi Iodium yaitu dengan mamasukkan 5 ml
iodium 1 M ke dalam erlenmeyer dan diambah 25 l air demineral.Konsentrasi
Aseton,dan HCl tetap.

Percobaan e :
Ulangi percobaan a dengan mengubah konsentrasi Iodium yaitu dengan mamasukkan 10 ml
iodium 1 M ke dalam erlenmeyer dan diambah 25 l air demineral.Konsentrasi
Aseton,dan HCl tetap.

Penentuan energy aktivasi


Lakukan percobaan a masingmasing pada temperature yang berbeda yaitu
pada temperature 10 ० C dan 40 ० C.Tentukan tetapan laju reaksi dan energi
pengaktifan.
BAB II
DATA PENGAMATAN

Penentuan orde reaksi

Percobaan Volume Volume Volume Volume T awal T akhir Hilang


Aseton HCl (ml) air (ml) yodium (℃) (℃) warna
(ml) (ml) iod, t
(detik)
a 10 10 20 10 30 30 345
b 5 10 25 10 30 30 298
c 10 5 25 10 30 30 247
d 10 10 25 5 30 30 159
e 10 10 25 10 30 30 146

Penentuan energy aktivasi

Percobaan Volume aseton


Volume HCl Volume air Volume awalT akhir (oC)
Hilang warna
(ml) (ml) (ml) yodium o
( C) iod, t
(ml) (detik)

A 10 10 20 10 10 12 789
B 10 10 20 10 25 30 267
C 10 10 20 10 40 45 35
D 10 10 20 10 60 65 20
Perhitungan Laju reaksi
[Iod]
Laju =
t

a) Laju = [Iod] = 0,005 M/345 detik = 0,00001449 M/s


t

b) Laju = [Iod] = 0,005 M/298 detik = 0,00001678 M/s


t

c) Laju = [Iod] = 0,005 M/247 detik = 0,00002024 M/s


t

d) Laju = [Iod] = 0,005 M/159 detik = 0,00003145 M/s


t

e) Laju = [Iod] = 0,005 M/146 detik = 0,00003425 M/s


t

f) Laju = [Iod] = 0,005 M/789 detik = 0,00000634 M/s


t

g) Laju = [Iod] = 0,005 M/267 detik = 0,00001873 M/s


t

h) Laju = [Iod] = 0,005 M/35 detik = 0,00014 M/s


t

i) Laju = [Iod] = 0,005 M/20 detik = 0,00025 M/s


t

Penentuan Orde Reaksi


Harga m :
Laju 2
𝑚=
Laju 1

0,00001678
𝑚 =
0,00001449

𝑚 = 1,16
· Harga m :
m = m log 2
1,158 = m
0,301
m = 3,847
Jadi, orde reaksi aseton adalah 3,847 dibulatkan jadi 4
· Harga n :

Laju 3
𝑛=
Laju 1

0,00002024
𝑛 =
0,00001449

𝑛 = 1,4
Harga n :
n = m log 2
1,4 = m 0,301
n = 4,65
Jadi, orde reaksi HCl adalah 4,65 dibulatkan jadi 5

· Harga orde reaksi Iod (p)


Laju 4
𝑝=
Laju 1

0,00003145
𝑝 =
0,00001449

𝑝 = 2,17
Harga orde reaksi Iod (p) :
P = log
2 2,17 = p
0,301
p = 7,21
Jadi, orde reasksi Iod adalah 7,21 dibulatkan jadi 7
Harga m = 3,847 = 4
Harga n = 4,65 = 5

Harga p = 7,21 = 7

Perhitungan Tetapan Laju Reaksi


Dengan menggunakan rumus :
Laju = k [A]m [I2]n [H]p
Penentuan Energi Aktivasi
Temperatur
 T1 = 10C
T2 = 12C

T rata-rata = 11C

 T1 = 25C
T2 = 30C

T rata-rata = 27,5C

 T1 = 40C
T2 = 45C

T rata-rata = 42,5C

 T1 = 60C
T2 = 65C

T rata-rata = 62,5C

Waktu untuk reaksi pada suhu 10°C Waktu ; 789 dtk ; temp 11°C
untuk reaksi pada suhu 25°C ; 267 dtk ; temp 27,5°C
Waktu untuk reaksi pada suhu ; 35 dtk ; temp 42,5°C
40°C Waktu untuk reaksi pada ; 65 dtk ; temp 62,5°C
suhu 60°C
· Cara memperoleh (0K)
Cara memperoleh Log k
log k
Untuk 10°C = Log 2,1 x 1027 27,32
Untuk 25°C = Log 2,5 x 1027
Untuk 40°C = Log 3,1 x 1027
Untuk 60°C = Log 3,1 x 1027

Menentukan energy aktivasi


 Perhitungan dari grafik:

Slope = -1968
Ea = 37663 kj/kmol

 Perhitungan dengan menggunakan log k

k = Ae Ea/RT
dimana : k = konstanta laju reaksi
A = factor frekuensi
Ea = energy aktivasi
Persamaan di atas seringkali ditulis dalam bentuk logaritma seperti terlihat pada
persamaan berikut :
ln K = ln A - Ea/RT
ln K = - Ea/RT
log K = - Ea/RT
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

3.1 PEMBAHASAN
Laju reaksi bergantung pula pada temperatur, sering terjadi bila temperatur naik 10°C
maka laju menjadi 2 kali lipat, tetapi pada data yang kami peroleh malahan laju reaksinya makin
turun.Semua data yang diperoleh didapat dari hasil literatur karena kami tidak bisa praktikum
dikarenakan pandemi covid-19.Makanya dalam perhitungan dan datanya kurang maksimal.
Didalam penambahan Iodium kita harus memakai pipet 10 Ml, karena dalam penambahan
Iodium harus dilakukan sekaligus, hal ini disebabkan Iodium akan langsung bereaksi dengan
Aseton dan HCl dengan tanda warna larutan Iodium akan berubah menjadi bening.
Reaksi iodinasi aseton mudah diamati karena : Iod berwarna, sehingga kita dapat mengamati
perubahan konsentrasi secara visual
Reaksi berorde nol terhadap Iod. Hal ini berarti bahwa laju reaksi tidak tergantung pada
[I2], [I2]0 = Oleh karena itu laju reaksi tidak tergantung pada Iod, maka kita dapat menggunakan
Iod sebagai reagent pembatas dengan jumlah aseton dan ion hidrogen berlebih. Kita dapat
mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mereaksikan seluruh Iod yang ada dalam larutan. Bila
konsentrasi dari aseton dan ion hidrogen jauh lebih besar dari pada konsentrasi Iod, maka
konsentrasi mereka tidak akan berubah selama reaksi dan laju reaksi akan tetap, sampai seluruh
Iod habis bereaksi. Kemudian reaksi akan berhenti. Bila waktu yang dibutuhkan untuk
mereaksikan semua Iod (warnanya hilang) adalah t.
Didalam melakukan percobaan, kita harus betul- betul teliti, dalam mengamati waktu
dan suhu,karna waktu dan suhu juga menentukan dalam penentuan laju reaksi. Karena Kenaikan
suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu energi kinetik partikel zat-zat
meningkat sehingga memungkinkan semakn banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan
perubahan.

3.2 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Orde Reaksi yang dihasilkan adalah
Harga m = 3,847 = 4
Harga n = 4,65 = 5
Harga p = 7,21 = 7

2. Laju Reaksi yang dihasilkan adalah


Laju 1 = 0,00001449 M/s
Laju 2 = 0,00001678 M/s
Laju 3 = 0,00002024 M/s
Laju 4 = 0,00003145 M/s
Laju 5 = 0,00003425 M/s
Pertanyaan
1. Jelaskan yang dimaksud dengan reaksi kimia
Jawab : Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan antarubahan
senyawa kimia. Senyawa ataupun senyawa-senyawa awal yang terlibat dalam reaksi
disebut sebagai reaktan

2. jelaskan yang dimaksud dengan persamaan reaksi ?


Jawab : persamaan reaksi atau persamaan kimia adalah penulisan simbolis dari sebuah
reaksi kimia. Rumus kimia pereaksi ditulis di sebelah kiri persamaan dan rumus kimia
produk dituliskan di sebelah kanan.

3. jelaskan yang dimaksud dengan laju reaksi


Jawab : Laju reaksi atau kecepatan reaksi menyatakan banyaknya reaksi kimia yang
berlangsung per satuan waktu. Laju reaksi menyatakan molaritas zat terlarut

dalam reaksi yang dihasilkan tiap detik reaksi.

4. jelaskan yang dimaksud dengan orde reaksi


Jawab : orde reaksi suatu substansi adalah banyaknya faktor konsentrasi yang
mempengaruhi kecepatan reaksi. Untuk persamaan laju reaksi

5. jelaskan yang dimaksud dengan energy aktivasi


Jawab: Energi aktivasi atau energi pengaktifan adalah energi kinetik minimum yang
harus dimiliki oleh molekul – molekul pereaksi agar menghasilkan reaksi ketika saling
bertumbukan.
DAFTAR PUSTAKA

Emil j. Slowinsky, Wayne wolsey, William L. Masterton, Chemical principle in the laboratory with
qualitatives analisis, Japan, Holt-saunders Int.ed.
http://wahyunijaris.blogspot.com/2011/05/laporan-praktiku-kation-dan-anion.htmldiakses tanggal 20
oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai