Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu keperawatan didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses
keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan
professional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang
berdasarkan pada ilmu dan etika keperawatan. Keperawatan sebagai bagian
intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan
kesehatan.
Ilmu Keperawatan merupakan suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan
kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, social dan spiritual.
Pemenuhan dasar tersebut diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan
dalam praktik keperawatan profesional. Untuk tercapainya suatu keperawatan
professional diperlukan suatu pendekatan, yang disebut “Proses Keperawatan”
dan “Dokumentasi” keperawatan sebagai data tertulis yang menjelaskan tentang
penyampaian informasi (komunikasi), penerapan sesuai standart praktik, dan
pelaksanaan proses keperawatan.
Oleh karena itu, pada trigger “Terjatuh Setelah Mandi” kelompok kami akan
memberikan solusi yang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia
yang mengalami masalah pada trigger tersebut. Apa saja teori dan konsep
model keperawatan yang tepat untuk masalah pada trigger tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah teori model dan konsep keperawatan yang tepat untuk
mengatasi masalah berdasarkan trigger?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja teori model dan konsep keperawatan yang tepat
untuk mengatasi masalah berdasarkan trigger.

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Sehat-sakit
Sehat sakit merupakan konsep yang kompleks dan multiinterprestasi.
Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit. Pengertian sehat
sakit beragam. Setiap individu, keluarga, masyarakat, dan profesi kesehatan
mengartikan sehat sakit berbeda, tergantung pada paradigmanya.
a. Pengertian sehat
Berabad-abad lalu, sehat diartikan sebagai kondisi yang normal dan
alami. Oleh karena itu, segala sesuatu kondisi yang tidak normal dan
bertentangan dengan alam dianggap kondisi yang tidak sehat dan harus
dicegah. Sehat sendiri sifatnya dinamis yang sewaktu-waktu dapat berubah.
Keadaan mempengaruhi tingkat fungsi seseorang, baik secara fisiologis,
psikologis, dan dimensi sosiokultural. Kondisi sehat normal sendiri merupakan
hal yang sulit didefinisikan. Setiap orang maupun kelompok memiliki
pemahaman yang berbeda mengenai definisi sehat normal. Meski rumit dan
bervariasi, suatu keadaan yang bisa dikatakan normal atau sehat setelah
memenuhi perameter tertentu. Maka konsep umum suatu keadaan sehat atau
normal akan menggunakan nilai rata-rata parameter tersebut sebagai acuan.
Nilai rata-rata tersebut dikenal dengan nilai rata-rata normal. Sebagai contoh,
kadar natrium normal pada orang dewasa adalah 136-145mmol/i.
Secara umum, ada beberapa definisi sehat yang dapat dijadikan acuan:
1. Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
secara fisk, metal, dan sosial. Dan tidak hanya bebas dari suatu penyakit
dan kemakmuran saja.
2. Menurut Parson, sehat adalah kemampuan optimal individu untuk
menjalankan peran dan tugasnya secara efektif.
3. Munurut Undang-Undang Kesehatan RI No. 23 Tahun 1992. Sehat adalah
keadaan sejahtera tubuh, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

b. Pengertian Sakit
Sakit adalah keadaan tidak normal atau tidak sehat. secara
sederhana, sakit juga disebut sebuah penyakit. Penyakit merupakan suatu
bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal. Tolak ukur yang paling
mudah untuk menentukan kondisi sakit atau penyakit adalah jika terjadi
perubahan dari nilai rata-rata normal yang telah ditetapkan. Sebagai contoh,
bunyi paru-paru dalam keadaan normal biasanya adalah bronko vesikular.
Jika terdengar bunyi mengi, bisa dikatakan bahwa individu tersebut menderita
sakit. Keadaan sakit atau penyakit merupakan suatu hal yang sulit untuk
didefinisikan secara pasti.
Secara umum, ada beberapa definisi sakit yang bisa dijadikan suatu acuan :
1. Menurut Parson, sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh
manusia, termasuk jumlah sistem biologis dan kondisi penyusuaian.

2
2. Menurut Bauman, Bauman mengemukakan ada tiga kriteria sakit yaitu
adanya gejala, presepsi tentang keadaan sakit yang dirasakan, dan
kemampuan aktivitas sehari-hari yang menurun.
3. Menurut batasa Medis, Batasan Medis mengemukan bahwa ada dua
bukti keadaan sakit yaitu tanda dan gejala.
4. Menurut Perkins, sakit adalah suatu keadaan fisik yang tidak
menyenangkan yang menimpa seseorang yang sehingga menimbulkan
gangguan pada aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani maupun sosial.

B. Konsep Stress-adaptasi
Setiap orang mengalami stress dari waktu ke waktu dan umumnya seseorang
dapat mengadaptasi stress jangka panjang atau menghadapi stress jangka
pendek sampai stress tersebut berlalu. Stres dapat menimbulkan tuntutan yang
besar pada seseorang ,dan jika orang tersebut tidak dapat mengadaptasi ,maka
dapat terjadi penyakit. Stres adalah segala situasi di mana tuntutan nonspesifik
mengharuskan seorang individu untuk berespons atau melakukan tindakan.
Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis. Stres dapat
menyebabkan perasaan negative atau yang berlawanan dengan apa yang
diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional. Stres dapat mengganggu
cara seseorang dalam mencerap realitas ,menyelesaikan masalah ,berfikir
secara umum;dan hubungan seseorang dan rasa memiliki. Selain itu , stress
dapat mengganggu pandangan umum seseorang terhadap hidup ,sikap yang
ditunujukkan pada orang yang disayangi ,dan status kesehatan. Persepsi atau
pengalaman individu terhadap perubahan besar menimbulkan stress. Stimuli
yang mengawali atau mencetuskan perubahan disebut stressor. Stresor secara
umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (mis. demam,kondisi
seperti kehamilan atau menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa
berasalah).
2. Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang (mis. perubahan makna
dalam suhu lingkungan ,perubahan dalam peran keluarga atau social,atau
tekanan dari pasangan).

a) Manifestasi Stress
Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/jiwa dan realitas kehidupan
setiap hari yang tidak dapat dihindari perubahan yang memerlukan
penyesuaian Sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif yang
dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang yag
dicintai, putus cinta Perubahan positif juga dapat menimbulkan stress,
seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta.

b) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stress


1) Intensitas

3
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada dasarnya tubuh
atau jiwa manusia mempunyai ketahanan atau kekuatan yang berasal dari
dalam. Tingkat kekuatan ini dinilai sebagai kunci kepribadian dalam
menghadapi stress. Kepribadian ini memungkinkan seseorang untuk
menjadikan stressor sebagai suatu yang positif sehinggan memberikanm
respon yang positif pula terhadap stressor tertentu. Suatu stressor yang
bersifat negatif dan menjadikan stress bagi seseorang dapat merupakan
sumber kekuatan bagi orang lain. Selain itu stressor juga dapat
memberikan mekanisme untuk memperingatkan seseorang agar dapat
mengumpulkan seluruh kekuatan yang dimilikinya dalam rangka melawan
stress itu sendiri. Tak selamanya stress merupakan hal yang negatif. Pada
tingkatan tertentu stress dapat menjadi motivator bagi seseorang. Hal ini
berhubungan dengan keinginan untuk mencapai suatu tujuan dan stress
disini berguna untuk mencegah timbulnya rasa bosan. Stress juga
berguna pada keadaan yang penting dimana seseorang memerlukan
kekuatan emosional dan mobilisasi fisik sebagai kekuatan pertahanan
individu.
2) Sifat
Sifat dari stressor juga memperngaruhi respon. Ada beberapa stressor
yang bersifat positif dan yang lainnya bersifat negatif. Stressor yang
bersifat positif akan menimbulkan respon yang positif, sedangkan stressor
yang bersifat negatif akan menyebabkan respon yang negatif pula baik
secara fisikmaupun psikis. Secara negatif stress dapat menghasilkan
perubahan yang pada akhirnya akan menimbulkan kesakitan.
3) Durasi
Lamanya atau jangka waktu berlangsungnya pemaparan stressor atau
kejasian dari stressor sampai menjadikan seseorang mengalami stress.
Frekwensi perubahan-perubahan dari suatu kejadian yang pada akhirnya
mempengaruhi seseorang hingga merasakan stress.
4) Jumlah
Mengandung pengertian stressor yang harus dihadapi dalam satu
waktu. Banyaknya perubahan-perubahan dan kejadian yang dialami
seseorang dalam suatu periode waktu tertentu lebih sering menyebabkan
perkembangannya stress yang pada akhirnya dapat menyebabkan
kesakitan.
5) Pengalaman
Bagaimana seseorang memberikan respon terhadap stressor juga
dipengaruhi oleh pengalaman. Pengalaman ini bisa di dapat dari diri
sendiri maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman yang
menyenangkan atau tidak menyenangkan yang ditemui dalam kehidupan
akan memberikan pelajaran dan kekuatan untuk menghadapi stressor dan
menghadapi stress.
6) Tingkat Perkembangan

4
Di dalam setiap perkembangan akan terjadi perubahan-perubahan
pada setiap individu. Tingkat perkembangan ini juga berpengaruh
terhadap bagaimana seseorang maupun stressor. Karena perkembangan
cukup menentukan kematangan seseorang dalam menghadapi
kematangan.

c) Adaptasi Stress
1) Adaptasi Fisologis
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi
dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator
ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang
mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut individunya.
Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan
tidak mampu untuk beristirahat berkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul
sepanjang tahap stress. Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung
berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator
fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang
stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.
Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi
pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat
mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit
infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan
antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi
yang meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan
angka kematian.
Indikator fisiologi stress :
 kenaikan tekanan darah,
 peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung,
 peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan,
 telapak tangan berkeringat,
 tangan dan kaki dingin,
 postur tubuh yang tidak tegap,
 keletihan,
 sakit kepala,
 dll.
2) Adaptasi Psikologis
Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan
mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional
dalam berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan
yang kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang
berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor
klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme
koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan

5
ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian
yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini
adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap
aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan sebagai suatu
kesempatan untuk pertumbuhan.
Indikator emosional / psikologi dan perilaku stress :
 ansietas,
 depresi,
 kepenatan,
 peningkatan penggunaan bahan kimia,
 perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas,
 kelelahan mental,
 perasaan tidak adekuat,
 kehilangan,
 dll.
3) Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan,
seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan
karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang
berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran
menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang
ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis
pendewasaan.
Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah. Jika
diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu
mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons
koping adaptif yang sehat. Anak-anak usia sekolah biasanya
mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai mnyedari bahwa
akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu
mereka mencapai tujuan, dan harga diri berkembang melalui hubungan
berteman dan saling berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress
ditunjukkan oleh ketidakmampuan atau ketidakinginan untuk
mengembangkan hubungan berteman. Remaja biasanya
mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang
bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remaja dengan sistem
pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan
untuk menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem
pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial.
Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke
tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara
tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara
harapan dan realitas. Usia setengah baya biasanya terlibat dalam

6
membangun keluarga, menciptakan karier yang stabil dan kemungkinan
merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan
dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-
anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka. Namun demikian dapat
timbul stress, jika mereka merasa terlalu banyak tanggung jawab yang
membebani mereka.
Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahan dalam
keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman
hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan
penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan
seperti memasuki masa pension juga menegangkan.
4) Adaptasi Sosial Budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup
penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari
interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek
disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan.
Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respon
stress atau mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika
mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan sosial dari anggota
keluarga ketimbang dari bantuan professional.
5) Adaptasi Spritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress
dalam banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi
spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada
Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman.
Stresor seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi
dapat mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan
depresi. Ketika perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual,
perawat tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan
klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah
berubah.

C. Teori Virginia Henderson


a) Konsep Utama Dan Teori Virginia Henderson
Dalam tulisan Virginia Henderson edisi ke-6 dengan judul 'The
Principles and Practice of Nursing', ia mengutip beberapa definisi dari sumber
termasuk satu dari piagam WHO. Dia memandang kesehatan dalam kaitan
dengan kemampuan pasien untuk memenuhi 14 komponen kebutuhan dasar
hidup untuk memandirikan pasien.
14 komponen kebutuhan dasar hidup tersebut meliputi:
1. bernapas dengan normal,
2. makan dan minum dengan cukup,
3. membuang sampah tubuh,
4. bergerak dan mempertahankan posisi yang diinginkan,

7
5. tidur dan istirahat,
6. memilih pakaian yang pantas,
7. mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal dengan menyesuaikan
pakaian dan memodifikasi lingkungan,
8. memelihara kebersihan tubuh dan berpakaian rapi untuk melindungi kulit,
9. menghindari bahaya di lingkungan dan menghindari mencederai orang lain,
10. berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,
kebutuhan, ketakutan, dan opini,
11. beribadah sesuai dengan keyakinan yang dianut,
12. bekerja sesuai dengan keinginan untuk memenuhi aktualisasi diri,
13. bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk hiburan,
14. dan belajar, menemukan, atau memuaskan keingintahuan yang akan
membimbing ke arah perkembangan normal dan kesehatan, dan
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia.

Menurut Henderson, ke-14 kebutuhan dasar yang harus menjadi fokus


tersebut dipengaruhi oleh:
1. usia,
2. kondisi emosional (mood & temperamen),
3. latar belakang sosial dan budaya,
4. dan kondisi fisik dan mental, termasuk berat badan, kemampuan dan
ketidakmampuan sensorik, kemampuan dan ketidakmampuan lakomotif,
dan status mental.

Henderson juga menekankan pada pentingnya merencanakan asuhan


keperawatan. Didalam modelnya ia menggambarkan rencana keperawatan,
metode skematik untuk pengawasan asuhan. Perencanaan yang cermat akan
mengklarifikasikan hal-hal berikut:
1. urutanaktivitas yang harus dilakukan,
2. aktivitas perawat yang harus dan tidak boleh dilakukan,
3. dan perubahan-perubahan yang telah dibuat.
Sebagai ringkasannya, prinsip-prinsip dasar dari model Henderson adalah
sebagai berikut:
1. fungsi unik dari perawat,
2. upaya pasien kearah kemandirian,
3. asuhan keperawatan dasar berdasarkan kebutuhan dasar manusia,
4. dan perencanaan yang akan diberikan.

Prinsip-prinsip dasar tersebut menandai era baru bagi keperawatan.


Perawat menyadari fungsi dan keunikannya, dan kesadaran ini menandai era
baru ketika profesi keperawatan mulai menelaah sifat aktual dari kerja
keperawatan secara lebih kritis dari sebelumnya. Komitmen menuju
kemandirian dan autonomi pada pasien juga menandai era tersebut.
Sebelumnya, terdapat kecenderungan bagi perawat untuk mencoba

8
melakukan semuanya bagi pasien. Secara umum,aktivitas keperawatan harus
didukung atau ditentukan oleh tindakan terpeautik dokter.

b) Asumsi - Asumsi Pada Teori Virginia Henderson


 Keperawatan (nursing):
1. perawat mempunyai keunikan untuk membantu individu sehat atau sakit,
2. fungsi perawat adalah sebagai salah satu tim medis,
3. fungsi perawat adalah mandiri, terpisah dari dokter, tetapi mendukung
program-program dokter,
4. perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup baik dari segi atau
sosial,
5. perawat harus dapat mengkaji kebutuhan dasar manusia,
6. dan keempat belas komponen dasar kebutuhan manusia harus dapat
tercover semua oleh fungsi perawat.
 Pasien / person (pasien):
1. pasien harus mampu mempertahankan keseimbangan fisiologis dan
emosional,
2. perasaan dan tubuh pasien adalah sesuatu yang tidak dapat
terpisahkan,
3. pasien harus dibantu agar dapat mandiri,
4. pasien dan keluarga adalah satu kesatuan,
5. dan kebutuhan pasien harus dapat terpenuhi dengan ke-14 komponen
dari keperawatan.
 Kesehatan (health):
1. kesehatan adalah kualitas dari kehidupan,
2. kesehatan adalah dasar dari fungsi manusia,
3. kesehatan diperlukan secara mandiri dan saling menggantungkan,
4. peningkatan kesehatan lebih penting dari perawatan orang sakit,
5. dan seseorang dapat memperoleh kesehatan jika dia mempunyai
kekuatan, kemauan, dan pengetahuan.
 Lingkungan (environment):
1. individu yang sehat mampu mengontrol lingkungannya, tetapi penyakit
akan menurunkan kemampuan untuk mempengaruhi lingkungan,
2. perawat harus mampu memberikan pendidikan kesehatan,
3. perawat harus melindungi pasien dari kecelakaan akibat lingkungan,
4. perawat harus mampu mencegah terjadinya kecelakaan melalui
rekomendasi terkait dengan konstruksi bangunan dan penempatan alat,
5. dokter menggunakan hasil kerja perawat untuk menentukan tindakan
terbaik dalam mencegah kecacatan,
6. dan perawat harus mengetahui tentang sosial budaya dan praktek
keagamaan pasien.

c) Theoretical Assertions

9
a. Hubungan Perawat dengan Pasien
1. Perawat sebagai pengganti pasien (substitute)
Pada saat sakit perawat menggantikan kebutuhan pasien yang
diakibatkan oleh karena kehilangan kekuatan fisik, ketidakmauan dan
kurangnya pengetahuan. Henderson mengungkapkan hal ini
statementnya bahwa 'Perawat, kesadaran bagi ketidaksadaran,
kehidupan dari kematian, tangan dari orang yang teramputasi, mata bagi
orang buta, pemberi kehangatan bagi bayi, juru bicara bagi orang bisu,
dan sebagainya’.
2. Perawat sebagai pembantu pasien (helper)
Selama kondisi tidak sadar, perawat membantu pasien menemukan
kemandiriannya. Henderson mengatakan 'Kemandirian adalah suatu hal
yang relatif, tidak satupun kita tidak bergantung pada orang lain, tetapi
kita mencoba memberi kemandirian dalam kesehatan, bukan
ketergantungan dalam kesakitan'.
3. Perawat sebagai teman pasien (partner)
Sebagai partner, pasien dan perawat bersama-sama memformulasikan
rencana keperawatan kebutuhan dasar yang didiagnosis. Juga
dimodifikasi sesuai kondisi, usia, temperamen, emosi, status sosial,
kebudayaan, dan kapasitas intelektual pasien. Perawat juga harus dapat
mengatur lingkungan sekitar bila diperlukan. Henderson percaya,
perawat yang tahu reaksi fisiologis dan patologis dari perubahan
temperatur, pencahayaan, tekanan gas, bau, kebisingan, bau zat kimia,
dan organisme akan mengorganisasikan lingkungan dan
memaksimalkan fungsi fasilitas yang ada. Perawat dan pasien harus
selalu bekerja sama untuk mencapai tujuan, baik dalam mencapai
kemandirian atau kematian yang tenang. Salah satu tujuan perawat
adalah menjaga aktivitas sehari-hari pasien senormal mungkin.
Peningkatan status kesehatan adl tujuan penting dari perawatan.
Menurut Henderson, lebih penting membantu seseorang bagaimana
menjadi sehat daripada mengobati ketika sakit.
4. Hubungan perawat dengan dokter
Henderson menyatakan bahwa perawat mempunyai fungsi yang unik,
berbeda dengan dokter, dimana keperawatan, diatur oleh perawat dan
pasien bersama-sama saling mendukung dengan rencana atau program
therapy dokter. Henderson menekankan, Perawat tidak hanya mengikuti
perintah dokter. Suatu pertanyaan 'Mengapa dokter selalu memberi
perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lain?'. Bahkan perawat
mampu membantu pasien ketika dokter tidak ada. Henderson juga
menyatakan bahwa perawat ataupun dokter sangat melebihi batas.
5. Perawat sebagai anggota Team Kesehatan
Perawat bekerja saling bergantung pada tenaga kesehatan yang lain.
Perawat dan tenaga kesehatan lain membantu menjalankan seluruh
program perawatan pasien. Henderson mengingatkan bahwa diantara

10
team kesehatan mempunyai sumbangsih yang sama dalam perawatan
pasien. Tak ada yang lebih besar, masing-masing mempunyai fungsi
unik sendiri- sendiri.

D. Teori Calista Roy


Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy
(1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi
seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah:
1. manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus
berinteraksi dengan lingkungan,
2. manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-
perubahan biopsikososial,
3. setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan
untuk beradaptasi. pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap
semua rangsangan baik positif maupun negatif,
4. kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia
mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun
negatif,
5. dan sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari
dari kehidupan manusia.
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan
keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang
sebagai “Holistic adaptif system” dalam segala aspek yang merupakan satu
kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai
kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap
bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan
balik (Roy, 1991), dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan
kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat
menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal,
kontekstual dan stimulus residual.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme
koping yang digunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
kognator yang merupakan subsistem.
a) Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen: input-proses
dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter
regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah
respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai

11
perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat
dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
b) Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal.
Perilaku output dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan
balik untuk kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan
dengan fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi.
Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal dalam
memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan
proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang
mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan adalah
proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi
adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan
penilaian dan kasih sayang.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat diamati, diukur
atau secara subjektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari
luar. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan
output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-
adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang
secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu
melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup,
perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal
adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan
proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme
koping diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih)
sebagai sistem pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh.
Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik
untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan
yang unik yaitu mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan
mekanisme tersebut merupakan bagian sub sistem adaptasi.
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan
konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa
pandangan atau keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya:
a. manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu
berinteraksi dengan lingkungannya,
b. untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus
beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi,
c. dan terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh
roy, diantaranya:
1. focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan
seseorang dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang
individu,

12
2. kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang,
dan baik stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi,
kemudian dapat dilakukan observasi, diukur secara subjektif,
3. dan residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri
tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses
penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan observasi.
d. Sistem adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
1. fungsi fisiologis, komponen sistem adaptasi ini yang adaptasi fisiologis
diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat,
integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi
endokrin,
2. konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang
mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang
lain,
3. fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial
dalam berhubungan dengan orang lain,
4. interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola
tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara
interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok,
5. dan dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi
agar mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan,
perkembangan, reproduksi dan keunggulan sehingga proses ini memiliki
tujuan meningkatkan respon adaptasi.

Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat


beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal dan eksternal. Seluruh
individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
1. pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar,
2. pengembangan konsep diri positif,
3. penampilan peran sosial,
4. dan pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan.
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah
bagi klien dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut.
Kemudian asuhan keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu
klien beradaptasi. Menurut Roy terdapat empat objek utama dalam ilmu
keperawatan, yaitu:
1. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif.
Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik
sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, kontrol, output dan proses
umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang
dimanifestasikan dengan cara-cara adaptasi. Lebih spesifik manusia
didefinisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan

13
regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi
yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah
karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling
berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit
fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu
sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar
dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk
variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat
dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang
mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia
yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses
kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping.
Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu: subsistem regulator
dan subsistem kognator.
2. Keperawatan
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan
respon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon adaptasi.
Perubahan internal dan eksternal dan stimulus input tergantung dari kondisi
koping individu. Kondisi koping seseorang atau keadaan koping seseorang
merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang akan
ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah
suatu respon yang diberikan secara langsung terhadap ancaman/input
yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnya tergantung tingkat
perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus kontekstual
adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun eksternal yang
mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif
disampaikan oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat
dari seseorang yang ada dan timbul relevan dengan situasi yang dihadapi
tetapi sulit diukur secara objektif.
3. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal
sampai tingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan
suatu keadaan dan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara
terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan sosial. Integritas adaptasi
individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi tujuan
mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk
beradapatasi terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar
individu. Kondisi sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh
individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping) tergantung
dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan
mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia,
budaya dan lain-lain.

14
4. Konsep lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal
dari internal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap
perkembangan dari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal
dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan
dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal
adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman,
kemampuan emosional, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel
maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Manifestasi yang
tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons.
Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu
perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi
resiko akibat dari lingkungan sekitar. Model adaptasi Roy memberikan
petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses keperawatan.
Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap
pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-
langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara umum.

E. Teori Peplau
Menurut Peplau, keperawatan adalah terapeutik yaitu satu
seni menyembuhkan, menolong individu yang sakit atau membutuhkan
pelayanan kesehatan. Keperawatan dapat dipandang sebagai satu proses
interpersonal karena melibatkan interaksi antara dua atau lebih individu dengan
tujuan yang sama. Dalam keperawatan tujuan bersama ini akan mendorong
kearah proses terapeutik dimana perawat dan pasien saling menghormati satu
dengan yang lain sebagai individu, kedua-duanya mereka belajar dan
berkembang sebagai hasil dari interaksi. Belajar menempatkan diri saat individu
mendapat stimulus dalam lingkungan dan berkembang penuh sebagai reaksi
kepada stimulus tersebut.
Teori Peplau memusatkan keperawatan sebagai hubungan antara pasien dan
perawat yang berasal dari hubungan interaktif. Tujuan dari teori Peplau adalah
membantu pasien dalam mencapai kematangan kepribadian. Dalam teori ini
peran perawat dapat dibedakan menjadi :
1. perawat sebagai narasumber,
2. perawat sebagai konselor,
3. dan perawat sebagai wali.
Untuk mencapai tujuan ini atau tujuan-tujuan yang lain di capai melalui
penggunaan serangkaian langkah-langkah dan pola yang pasti. Saat hubungan
perawat dan pasien berkembang pada pola terapeutik ini, ada cara yang
fleksibel dimana fungsi perawat dalam berpraktek – dengan membuat penilaian
– dengan keahlian yang didapatkan melalui ilmu pengetahuan, dengan
menggunakan kemampuan teknis dan peran asumsi.
Perawat dan klien bekerja sama dan hasilnya akan saling mengenal dan akan
matang secara proses. Peplau memandang keperawatan sebagai “ kekuatan

15
yang matang dan instrument yang mendidik”. Dia percaya bahwa keperawatan
adalah hasil pengalaman belajar mengenai diri sendiri dan orang lain yang
terlibat dalam hubungan interpersonal. Konsep ini didukung oleh Genevieve
Burton (1950) penulis lain tentang keperawatan mengatakan : “ tingkah laku
orang lain harus dimengerti agar dapat mengerti diri sendiri secara jelas”. Orang-
orang yang tersentuh dengan diri sendiri akan lebih sadar terhadap
berbagai ragam jenis reaksi bujukan individu yang lain.
Sebagai perawat ialah mengarahkan pasien untuk penyelesaian masalah
yang dihadapi setiap hari, sehingga metode dan prinsip-prinsip yang digunakan
dalam berpraktek secara professional akan meningkat secara efektif. Setiap
permasalahan akan mempengaruhi kepribadian perawat dan meningkatkan
professionalisme. Inilah ciri diri perawat yang memiliki perubahan langsung
dalam terapeutik, hubungan interpersonal.
Peplau mengidentifikasi empat tahapan hubungan interpersonal yang saling
berkaitan yaitu: (1) orientasi, (2) identifikasi, (3) eksploitasi, (4) resolusi
(pemecahan masalah). Setiap tahap saling melengkapi dan berhubungan
sebagai satu proses untuk penyelesaian masalah.

1. Teori Model Peplau


Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh peplau
menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang
lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4
komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah kecemasan yang terjadi
akibat sakit (sumber kesulitan), dan proses interpersonal.
a. Klien
Klien adalah sistem yang berkembang terdiri dari karakteristik
biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya
memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan belajar pengalaman.
b. Perawat
Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi
interpersonal dengan pasien yang bersifat pertisipatif, sedangkan pasien
mengendalikan isi yang menjadi tujuan.
Peran perawat :
 mitra kerja,
 nara sumber (resources person),
 pendidik (teacher),
 kepemimpinan (Leadership),
 pengasuh pengganti (surrogate),
 konselor (consellor).
c. Sumber Kesulitan/Masalah
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan
pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang. Ansietas
terjadi apabila komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan

16
psikologik (sakit jiwa) dan biologi individu. Dalam model peplau ansietas
merupakan konsep yang berperan penting karena berkaitan langsung
dengan kondisi sakit. Dalam keadaan sakit biasannya tingkat ansietas
meningkat. Oleh karena itu perawat pada saat ini harus mengkaji tingkat
ansietas klien. Berkurangnya ansietas menunjukkan bahwa kondisi klien
semakin membaik.
d. Hubungan Interpersonal
Dalam ilmu komunikasi, proses interpersonal didefinisikan sebagai
proses interaksi secara simultan dengan orang lain dan saling pengaruh-
mempengaruhi satu dengan yang lainnya, biasanya dengan tujuan untuk
membina suatu hubungan.
Hubungan interpersonal yang merupakan faktor utama model
keperawatan menurut Peplau mempunyai asumsi terhadap 4 konsep
utama yaitu:
1. Manusia atau individu dipandang sebagai suatu organisme yang
berjuang dengan caranya sendiri untuk mengurangi ketegangan yang
disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu merupakan makhluk yang
unik, mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah
terbentuk dan penting untuk proses interpersonal.
2. Masyarakat/lingkungan budaya dan adat istiadat merupakan faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi kehidupan.
3. Kesehatan didefinisikan sebagai perkembangan kepribadian dan
proses kemanusiaan yang berkesinambungan kearah kehidupan
yang kreatif, konstruktif dan produk.
4. Keperawatan dipandang sebagai proses interpersonal yang
bermakna. Proses interpersonal merupakan materina force dan alat
edukatif yang baik bagi perawat maupun klien. Pengetahuan diri
dalam konteks interaksi interpersonal merupakan hal yang penting
untuk memahami klien dan mencapai resolusi masalah.

Peplau memberikan variabel dalam situasi keperawatan sebagai


kebutuhan, frustrasi, konflik dan kecemasan. Variabel-variabel ini harus
ditangani untuk pertumbuhan yang terjadi, sebagai perawat memfasilitasi
perkembangan yang sehat dari kepribadian masing-masing. Hal ini mudah
dilihat bahwa Peplau dipengaruhi oleh beberapa teori waktu, terutama teori
Harry S. Sullivan interpersonal dan teori Sigmund Freud tentang
psikodinamika.
Dalam keperawatan saat ini, variabel seperti dinamika intrafamily,
kekuatan sosial ekonomi (misalnya, sumber daya keuangan), pertimbangan
ruang pribadi dan sumber daya pelayanan masyarakat sosial harus
diperhitungkan untuk setiap pasien. Variabel-variabel ini memberikan
perspektif yang lebih luas untuk melihat situasi keperawatan daripada faktor
pribadi Peplau dari kebutuhan, frustrasi, konflik dan kecemasan. Saat ini,

17
bahkan keluarga, kelompok atau komunitas dapat secara kolektif
didefinisikan sebagai pasien.
Perawatan juga telah memperluas perspektif dalam membantu pasien
mencapai potensi kesehatan lebih lengkap melalui penekanan lebih besar
pada pemeliharaan kesehatan dan promosi. Martha Rogers menyatakan,
"Pemeliharaan dan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosis
keperawatan, intervensi, dan rehabilitasi mencakup lingkup tujuan jompo".
Perawat secara aktif mencari untuk mengidentifikasi masalah kesehatan di
berbagai komunitas dan pengaturan kelembagaan ini.

2. Tujuan Teori Peplau


Untuk melatih dan mendidik pasien / klien beserta keluarganya dan
membantu pasien untuk mencapai kematangan kepribadian.

3. Kelebihan dan Kekurangan Teori Peplau


 Kelebihan :
a. Dapat meningkatkan kejiwaan pasien untuk lebih baik.
b. Dapat menurunkan kecemasan klien dalam teori keperawatan.
c. Dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik.
d. Dapat medorong pasien untuk lebih mandiri.
 Kekurangan :
a. Hanya berfokus pada kejiwaan pasien dalam penyembuhannya

18
BAB III
PEMBAHASAN DISKUSI

A. Penerapan Konsep Sehat-sakit

B. Penerapan Konsep Stress-adaptasi


C. PenerapanTeori Virginia Handerson
Dalam Teori Henderson terdapat 14 komponen kebutuhan dasar hidup
untuk memandirikan pasien, namun dalam kasus trigger dapat dianalisis bahwa
pasien tidak dapat memenuhi beberapa poin yaitu:
 Poin 4 (Bergerak dan mempertahankan posisi yang diinginkan)
Setelah terjatuh, pasien mengeluh nyeri pada kaki kanannya karena itulah
terjadi kemungkinan pasien kesulitan berdiri dan bergerak.
 Poin 12 (Bekerja sesuai dengan keinginan untuk memenuhi aktualisasi diri)
Sesuai dengan kasus pada trigger, pasien merupakan kepala keluarga,
pasien khawatir jika harus mendapat perawatan di rumah sakit karena tidak
bisa mencukupi keuangan keluarganya.
Dalam kasus ini, sesuai dengan Teori Henderson yang membahas
tentang peran unik seorang perawat, maka peran seorang perawat di sini adalah
sebagai helper, yaitu membantu pasien untuk mandiri walaupun pasien dalam
keadaan sakit sehingga tidak bergantung pada orang lain juga keluarganya.
Kemudian peran perawat selanjutnya adalah sebagai partner, yaitu seseorang
yang selalu berkomunikasi dengan pasien, mengondisikan keadaan pasien
senormal mungkin, dan membantu pasien menemukan cara untuk menjadi
sehat.

D. PenerapanTeori Calista Roy


Teori Roy menjelaskan tentang manusia sebagai sistem adaptif yang
harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Dalam teori juga disebutkan
bahwa setiap individu harus beradaptasi dengan beberapa cara, namun pasien
mengalami kesulitan, cara-cara beradaptasi tersebut yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
Pasien kesulitan memenuhi cara adaptasi ini karena setelah jatuh, pasien
mengeluh nyeri pada kaki kanan dan kepala pasien juga pusing. Dapat
dianalisis kemungkinan adanya masalah pada fungsi neurologis (saraf) pada
kaki dan kepala.
2. Pengembangan konsep diri positif
3. Penampilan peran sosial
Sesuai kasus pada trigger, sebagai kepala keluarga yang harus
mencukupi keuangan keluarganya, pasien merasa khawatir apabila harus
menjalani perawatan di rumah sakit.
4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan

19
Karena tidak bisa bergerak, membuat pasien tidak mampu melakukan
semuanya sendiri sehingga pasien masih bergantung pada keluarga dan
orang lain dalam pemenuhan kebutuhannya.
Peran perawat di sini adalah meningkatkan respon adaptasi (koping)
pasien dengan cara memperhatikan respon pasien terhadap dampak yang
dirasakan pasien setelah terjatuh (nyeri, pusing), juga keluhan pasien setelah
terjatuh. Dan perawat juga melakukan proses keperawatan sesuai Teori Roy
yang keberhasilannya ditandai dengan kemampuan pasien dalam beradaptasi
mengalami peningkatan.

E. Penerapan Teori Peplau


Teori model Peplau memusatkan keperawatan sebagai hubungan antara
pasien dan perawat yang berasal dari hubungan interaktif. Tujuan dari teori
Peplau adalah untuk melatih dan mendidik pasien / klien beserta keluarganya
dan membantu pasien untuk mencapai kematangan kepribadian. Dalam teori
model Peplau, peran perawat dapat dibedakan menjadi :
1. perawat sebagai narasumber,
2. perawat sebagai konselor,
3. dan perawat sebagai wali.
Analisa :
1. Perawat sebagai narasumber
Perawat memberikan informasi yang baik dan tepat yang dapat
dilakukan oleh pasien supaya pasien cepat pulih. Seperti memberikan
informasi jika terjatuh setelah mandi harus segera ditangani supaya
sakitnya tidak semakin parah dan menyakinkan pasien agar tidak cemas
dengan masalah keuangan yang dialminya.
2. Perawat sebagai konselor
Seorang laki-laki berusia 40 tahun akibat keadaan keuangan
keluarganya jika dirinya tidak bisa bekerja karena pasien terjatuh di kamar
mandi. Sehingga, pasien tidak dapat bergerak untuk melakukan aktivitas
sehari hari untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, perawat
sangat berperan untuk membantu menurunkan kecemasan yang dialami
pasien tersebut.
3. Perawat sebagai wali
Perawat dapat menciptakan suasana yang kondusif dan nyaman untuk
pasien agar pasien tidak terlalu cemas akibat masalah keuangan yang
dialaminya. Selain itu, perawat juga dapat membimbing pasien menggali

20
masalah dan solusi yang berasal dari diri pasien sendiri untuk lebih cepat
proses pemulihannya.

BAB IV
PENUTUP

21
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Konsep Dasar keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.


Basford, Lynn dan Slevin, Oliver. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan.Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Harmer, B., & Henderson, V. A. 1955. Buku dari prinsip dan praktik keperawatan.
New York:Macmillan.
Kusnanto. 2004. PengantarProfesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Makhfudli, Effendi dan Ferri. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Potter dan Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Yuningsih, Yuyun dan Asih, Yasmi. 2009. Proses Keperawatan: Aplikasi Model
Konseptual.Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
http://www.kapukonline.com/2012/02/konseptualkeperawatanvirginiahenderson.html

22

Anda mungkin juga menyukai