Anda di halaman 1dari 14

PRAKTIKUM

BIOLOGI
LAPORAN RESMI
LINGKUNGAN ABIOTIK

AHMAD WAHFI NURIS EKO PRASOJO


20033010085
F/B

PROGAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia hidup di bumi tidaklah sendirian, melainkan bersama mahkluk lain yaitu
tumbuhan, hewan dan jasad renik. Mahkluk hidup yang lain itu bukanlah sekedar kawan
hidup yang hidup bersama secara netral atau pasif terhadap manusia, melainkan hidup
manusia itu terkait erat pada mereka. Tanpa mereka manusia tidaklah dapat hidup.
Kenyataan ini dapat kita lihat dengan mengandaikan di bumi ini tidak ada hewan dan
tumbuhan. kita menyadari bahwa kitalah yang membutuhkan mahkluk hidup yang lain
untuk kelangsungan hidup kita dan bukannya mereka yang membutuhkan kita untuk
kelangsungan hidup mereka. Secara umum di masyarakat sering disebut istilah
“lingkungan hidup”.
Lingkungan hidup adalah suatu sistem komplek yang berada di luar individu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme.
Lingkungan hidup itu terdiri dari dua komponen yaitu komponen abiotik dan biotik :
a. Komponen abiotik, yaitu terdiri dari benda-benda mati seperti air, tanah, udara,
cahaya, matahari dan sebagainya
b. Komponen biotik, yaitu terdiri dari mahkluk hidup seperti hewan, tumbuhan dan
manusia.
Komponen-komponen yang ada di dalam lingkungan hidup merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk suatu sistem kehidupan yang disebut
ekosistem. Suatu ekosistem akan menjamin keberlangsungan kehidupan apabila
lingkungan itu dapat mencukupi kebutuhan minimum dari kebutuhan organisme.
Dalam praktikum ini kami akan mencoba untuk mengetahui betapa pentingnya
lingkungan abiotik pada kehidupan manusia.

1.2 Tujuan
i. Mengetahui fungsi lingkungan abiotik pada kehidupan mahluk hidup
ii. Mengetahui cara mengukur kelembaban nisbi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal
balik antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga bisa dikatakan
sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Komponen-komponen pembentuk
ekosisttem adalah komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik). Kedua
komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu
kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem akuarium, eksistem ini terdiri
dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai komponen biotik.
Sedangkan yang termasuk komponen abiotik dalah air, pasir, batu, mineral, dan oksigen
yang terlarut dalam air. Satuan mahluk hidup dalam ekosistem dapat berupa individu,
populasi, dan komunitas. (Cartono,2011)
Faktor abiotik memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan komponen
biotik. Berikut ini adalah beberapa contoh komponen abiotik :
1. Suhu dan Temperatur
Suhu sangat mempengaruhi lingkungan dan kehidupan mahluk hidup di lingkungan
tersebut. Mahluk hidup hanya dapat hidup pada temperatur tertentu, ada mahluk hidup
yang mampu hidup di lingkungan dengan suhu rendah, ada pula mahluk hidup yang
mampu hidup pada suhu tinggi. Suhu merupakan komponen yang sering menjadi
pembatas keragaman hayati dari sebuah ekosistem. Perbedaan suhu antar tempat
dipengaruhi banyak faktor seperti radiasi sinar matahari, garis lintang, dan ketinggian
tempat.
2. Kelembaban
Kelembaban merupakan salah sattu komponen abiotik di udara dan tanah.
Kelembaban di udara berarti kandungan uap air yang ada di udara, sedangkan
kelembaban di tanah berarti kandungan air dalam tanah. Kelembaban diperlukan oleh
mahluk hidup agar tubuhnya tidak cepat kering karena penguapan. (Handoko,2016)
Kelembaban nisbi merupakan perbandingan antara kelembaban aktual dengan
kapasitas udara untuk menampung uap air. Bila kelembaban aktual dinyatakan dengan
tekanan uap aktual (ea), maka kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut
merupakan tekanan uap jenuh (es). Sehingga kelembaban nisbi (RH) dapat dituliskan
dalam persentase (%). (Jasyono,2010)
3. Sinar Matahari
Cahaya matahari merupakan faktor abiotik yang terpenting untuk menunjang
kehhidupan di bumi. Cahaya matahai merupakan sumber energi bagi tumbuhan yang
diperlukan dalam proses fotosintesis. Cahaya mataharri juga memberikan rasa hangat
bagi semua mahluk hidup, keberadaan sinar matahari merupakan faktor penting dalam
ekosistem. Tanpa adanya sinar matahari, produsen atau tumbuhan juga tidak akan
dapat membuat makanan atau fotosintesis. (Holton,2012)
4. Air
Air terdiri dari molekul-molekul H2O. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Di alam
air dapat berbentuk gas berupa uap air, dan dalam bentuk cair dapat diserap tumbuhan
untuk melakukan fotosintesis. Dalam kehidupan air sangat diperlukan oleh mahluk hidup
karena sebagian besar tubuhnya terdiri dari air. Dan air juga merupakan zat penyusun
sel yang paling banyak.
5. Udara
Udara terdiri dari berbagai macam gas penyusun, dianataranya yaitu Nitrogen
(78,09%), Oksigen (20,93%), Karbon dioksida (0,03%), dan gas-gas lainnya. Nitrogen
diperlukan mahluuk hidup untuk mebuat protein, Oksigen diperlukan mahluk hidup untuk
bernapas, dan karbondioksida diperlukan tumbuhan untuk melakukan fotositesis.
(Purnomo,2010)
6. Tanah
Tanah merupakan sebuah benda yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan induk
akibat aktivitas iklim dan organisme serta materi organik hasil dari proses dekomposisi
dari mahluk hidup yang sudah mati yang mampu mendukung kehidupan. Komponen
penyusun tanah terdiri dari partikel mineral, bahan organik, air, dan udara.
Pada ekosistem terestrial, tanah merupakan faktor lingkungan yang sangat penting.
Tanah merupakan substrat alami bagi tumbuhan, dan habitat bagi detriuora dan
mikroba. Didalamnya terdapat mineral dan zat organik yang terkumpul. Akan tetapi hal
tersebut tidak termanfaatkan bila kondisi fisika dan kimia tanah mempengaruhi sebaran
organisme tanah, baik secara vertikal (hewan, tanah, dan mikroba) maupun secara
horizontal (vegetasi). Oleh karenanya dalam analisis ekosistem terestrial perlu untuk
mengumpulkan data fisika dan kimia tanah. (Handayanto dan Hariah,2016)
Habitat adalah suatu lingkungan dengan kondisi tertentu yang dapat mendukung
kehidupan suatu spesies secara normal. Setiap habitat akan didukung oleh komponen
biotik dan abiotik yang disesuaikan dengan kebutuhan mahluk hidup di habitat itu, seperti
air, udara, iklim, vegetasi, mikroba, dan mikrofouna serta manusia. Mahluk hidup tidak
dapat lepas dari komponen biotik dan abiotik. Dengan interaksi kedua komponen
tersebut, ekosistem akan selalu tumbuh berkembang sehingga menimbulkan perubahan
ekosistem. (Latifah,2013)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


1. Stopwatch
2. Meteran
3. Termometer basah kering
4. Kipas
5. Payung
6. Tabel Kelembaban nisbi

3.2 Cara Kerja

Membuat 4 kelompok, Kelompok pertama berada pada lantai 1 gedung 1 FT, kelompok kedua berada
pada lantai 3 gedung 1 FT, kelompok ketiga berada pada tempat parkir, dan kelompok ke empat berada
pada lapangan bola UPN

Setiap kelompok melakukan 3 macam pengukuran

Mengukur pada ketinggian 0 cm dari permukaan tanah, 75 cm dari permukaan tanah, dan 150 cm dari
permukaan tanah

Membaca termometer bersamaan setiap 15 menit

Memasukkan termometer dengan pembungkus kapas ke dalam air


Mengipasi termometer selama 2 menit sebelum digunakan

Membaca termometer dan mencari kelembaban nisbi


BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Hasil Pengamatan

Ketinggian (cm)
No Lokasi

0 cm 75 cm 150 cm
T. Kering = 29OC T. Kering = 28OC T. Kering = 30OC
Lantai 1,
1 T. Basah = 25OC T. Basah = 26OC T. Basah = 27OC
Gedung 1 FT
RH = 70 % RH = 83 % RH = 79 %

T. Kering = 31OC T. Kering = 32OC T. Kering = 31OC


Lantai 3,
2 T. Basah = 28OC T. Basah = 28OC T. Basah = 28OC
Gedung 1 FT
RH = 79 % RH = 71 % RH = 79 %

T. Kering = 34OC T. Kering = 33,5OC T. Kering = 35OC


3 Parkiran FT T. Basah = 28OC T. Basah = 27,5OC T. Basah = 27,5OC
RH = 63 % RH = 62 % RH = 58 %

T. Kering = 33OC T. Kering = 33OC T. Kering = 35OC


Lapangan Bola
4 T. Basah = 29OC T. Basah = 28OC T. Basah = 27,5OC
UPN
RH = 74 % RH = 68 % RH = 58 %

A. Gambar Hasil Pengamatan


1. Lantai 1, Gedung 1 FT

2. Lantai 3, Gedung 1 FT
2. Lantai 3, Gedung 1 FT

3.Parkiran FT

4.Lapangan Bola UPN


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan
Pada praktikum ini lingkungan abiotik ini kelembaban nisbi sangat berpengaruh
terhadap transpirasi tumbuhan. Kelembaban udara adalah persentase jumlah uap air
yang ada diudara. Kelembaban di udara dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu : Radiasi
Matahari, Jumlah Vegetasi, Luas Daratan dan Lautan, Kecepatan Angin. Kelembaban
tinggi artinya ada banyak uap air di udara, dan kelembaban rendah berarti hanya sedikit
uap air di udara Kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai : Kelembaban absolut,
kelembaban nisbi (relatif), maupun defisit tekanan uap air.
Dari tabel kelembaban nisbi diatas diperoleh nilai rata-rata sebesar 70,33 %.Hal ini
membuktikan bahwa besarnya kadar air yang di kandung udara tersebut, melebihi
setengah dari titik jenuh uap air, besarnya nilai kelembaban relative
berpengaruh terhadap Produksi Tanaman secara langsung yaitu mempengaruhi
hubungan air tanaman dan secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan daun,
fotosintesis, penyerbukan, terjadinya penyakit dan hasil akhirnya ekonomi.
Pertumbuhan daun tidak hanya tergantung pada kegiatan sintetis yang dihasilkan
dari proses biokimia tetapi juga pada proses fisik dari pembesaran sel.
Selain RH mempengaruhi pertumbuhan daun, RH juga mempengaruhi Fotosintesis
proses transpirasi meningkat menyebabkan defisit air di pabrik. Dimana defisit air
menyebabkan penutupan sebagian atau penuh stomata dan meningkatkan ketahanan
mesofil menghalangi masuknya karbon dioksida.
RH juga mempengaruhi penyerbukan dimana kelembaban udara yang cukup rendah
menguntungkan untuk pemberian benih pada suatu lahan yang diatur dalam pemberian
pasokan air yang memadai. Hal yang berpengaruh terhadap kelembaban nisbi antara
lain jumlah uap air maksimum di udara dan jumlah uap air aktual yang ada di udara.
Faktor abiotik lainnya yang penting juga ada suhu dan temperatur. Mahluk hidup
hanya dapat hidup pada temperatur tertentu, ada mahluk hidup yang mampu hidup di
lingkungan dengan suhu rendah, ada pula mahluk hidup yang mampu hidup pada suhu
tinggi. Suhu merupakan komponen yang sering menjadi pembatas keragaman hayati
dari sebuah ekosistem. Perbedaan suhu antar tempat dipengaruhi banyak faktor seperti
radiasi sinar matahari, garis lintang, dan ketinggian tempat.
Selanjutnya ada faktor komponen abiotik lainnya yang juga sangat penting bagi
ekosistem yaitu energi sinar matahari pada percobaan ini sinar matahari sangat
mempengaruhi suhu pada termometer seperti pada lapangan bola UPN dan lantai 3
gedung 1 terjadi perbedaan suhu yang sangat signifikan. Dan juga perbedaan ketinggian
juga memiliki pengaruh yang tidak kalah besar pada suhu termometer seperti pada
ketinggian 0 cm dan 150 cm terjadi perbedaan suhu yang sangat signifikan. Cahaya
matahari merupakan faktor abiotik yang terpenting untuk menunjang kehhidupan di
bumi. Cahaya matahai merupakan sumber energi bagi tumbuhan yang diperlukan dalam
proses fotosintesis. Cahaya mataharri juga memberikan rasa hangat bagi semua mahluk
hidup, keberadaan sinar matahari merupakan faktor penting dalam ekosistem.
Kemudian ada juga faktor lainnya seperti air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Di
alam air dapat berbentuk gas berupa uap air, dan dalam bentuk cair dapat diserap
tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Dalam kehidupan air sangat diperlukan oleh
mahluk hidup karena sebagian besar tubuhnya terdiri dari air. Dan air juga merupakan
zat penyusun sel yang paling banyak.
Selain itu ada juga udara, udara bukan hanya berisi oksigen namun udara juga
terdapat nitrogen, karbon dioksida, dan juga ada gas-gas lainnya. Nitrogen diperlukan
mahluuk hidup untuk mebuat protein, Oksigen diperlukan mahluk hidup untuk bernapas,
dan karbondioksida diperlukan tumbuhan untuk melakukan fotositesis. Udara juga dapat
mempengaruhi suhu pada suatu ekosistem.
Dan faktor terakhir yang mempengaruhi dalam kelembaban adalah tanah. Tanah
merupakan sebuah benda yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan induk akibat
aktivitas iklim dan organisme serta materi organik hasil dari proses dekomposisi dari
mahluk hidup yang sudah mati yang mampu mendukung kehidupan. Komponen
penyusun tanah terdiri dari partikel mineral, bahan organik, air, dan udara.
Pada ekosistem terestrial, tanah merupakan faktor lingkungan yang sangat penting.
Tanah merupakan substrat alami bagi tumbuhan, dan habitat bagi detriuora dan
mikroba. Didalamnya terdapat mineral dan zat organik yang terkumpul. Akan tetapi hal
tersebut tidak termanfaatkan bila kondisi fisika dan kimia tanah mempengaruhi sebaran
organisme tanah, baik secara vertikal (hewan, tanah, dan mikroba) maupun secara
horizontal (vegetasi).
5.2 Jawaban
1. permukaan tanah yang paling dingin dan paling lembab berada pada lantai satu
gedung FT
2. permukaan tanah yang paling panas dan paling kering berada pada tempat parkir
3. perbandinganya adalah semakin tinggi temperatur semakin rendah kelembabannya,
dan semakin rendah temperatur maka semakin tinggi kelembabannya
4. selisih temperatur pada lokasi lantai satu gedung FT dengan temperatur pada tempat
parkir yaitu berbeda 50 C
5. keempat habitat tersebut berbeda dari pencahayaan sinar matahari, kerapatan udara,
tekanan udara, dan angin
6. faktor atau komponen biotik sangat bergantung terhadap komponen abiotik. Misalnya
tumbuhan yang sangat membutuhkan sinar matahari untuk melakukan fotosintesis.
BAB IV
KESIMPULAN

6.2 Kesimpulan
Komponen biotik dan komponen abiotik sangat mempegaruhi ekosistem. Komponen
biotik juga sangat bergantung pada komponen abiotik. Komponen abiotik terdiri atas
suhu dan temperatur, kelembaban, udara, cahaya matahari, air, dan tanah. Kelembaban
nisbi merupakan perbandingan antara jumlah uap air maksimum pada udara dan jumlah
uap air yang ada pada udara saat itu. Kelembaban nisbi juga dipengaruhi oleh
kerapatan udara, tekanan udara, radiasi cahaya matahari, suhu, dan angin.
DAFTAR PUSTAKA

Cartono. 2011. Ekologi Tumbuhan. Prisma Press. Bandung


Handayanto, E dan Hariah, K. 2016.Biologi Tanah. Pustaka Adipura. Yogyakarta
Handoko. 2016. Agroklimatogi. UPT Mataram University. Mataram
Holton. 2012. Klimatologi Iklim Tehadap Tanah dan Tanaman. Bina Aksara. Jakarta
Jasyono, S. 2010. Analisis Vegetasi Hutan Alam. USU Resository. Sumatra Utara
Latifah, S. 2013. Klimatologi Umum. ITB Bandung. Bandung
Purnomo. 2010. Biologi. Sunda Kelapa Muda Pustaka. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai