Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

NILAI-NILAI ANTI KORUPSI DAN PRINSIP ANTI KORUPSI

DOSEN PENGAMPU ROBY HARIANTO GUNAWAN, M.Pd

DISUSUN OLEH:

 AHMAD RIDWAN
 DIDIK HARTADI SAPUTRA

INSTITUT PENDIDIKAN NUSANTARA GLOBAL

PROGRAM STUDY IPA

TAHUN AKADEMIK 2021-2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Rahmat-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, guna memenuhi
tugas mata kuliah pendidikan Anti Korupsi yang berjudul Nilai-Nilai Anti Korupsi dan Prinsip
Anti Korupsi.
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,untuk itu kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat kami harapakan sebagai umpan balik yang positif demi
perbaikan di masa mendatang.

Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………….……………………..i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….ii
BAB I ……………………………………………………………………..1
PENDAHULUAN …………………………………………….…………………….….1
Rumusan Masalah …………………………………………….………….………….........1
Tujuan penulisan …………………………………………….…….……………….......1
BAB 2 …………………………………………….……………………2
PEMBAHASAN …………………………………………….…………….2
Nilai-nilai Anti Korupsi…………………………………………….…… … …….............3
Penerapan Anti Korupsi …………………………………………….………. ................4
Pengertian prinsip anti korupsi …………………………………………........................5
Pembagian prinsip-prinsip anti korupsi…………………………………………………...6
BAB III ………………………….………………………………………………………… .7
PENUTUP ………………………….……………………………………………………... 9
A.    Kesimpulan ………………………….………………………………………………...10
DAFTAR PUSTAKA ………………………….…………………………………………...11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rumusan Masalah

1. Apa nilai-nilai anti korupsi ?

2. Bagaimana cara menerapkan nilai anti korupsi?

3. Apa itu prinsip anti korupsi?

4. Bagaimana cara menerapkan nilai dan prinsip anti korupsi secara bersamaan?

B. Tujuan  Penulisan

1. Untuk mengetahui apa nilai-nilai anti korupsi

2. Bersama-sama menerapkan nilai dan prinsip anti korupsi dalam kehidupan.

3. Menciptakan pribadi yang kritis terhadap tindak korupsi.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Nilai-Nilai Anti Korupsi

Secara sederhana, korupsi bisa diartikan sebagai penyalahgunaan wewenang yang biasa
dipergunakan untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri, keluarga, maupun
kelompoknya. Hal ini tentu berdampak buruk bagi tempat kerja, bangsa dan negara. Tindakan
korupsi bisa berakibat negatif pada pelaku, keluarga, maupun unit organisasi. Pembentukan
budaya antikorupsi perlu dibangun di lingkup DJPb untuk memperkokoh jati diri Insan
Perbendaharaan sebagai pengelola keuangan negara yang berkualitas. Beragam tantangan di
era modern harus dijawab dengan solusi kreatif sesuai zaman yang dihadapi. Pemahaman
tentang arti korupsi, nilai-nilai antikorupsi, serta upaya-upaya membangun budaya organisasi
yang baik untuk mencegah korupsi harus segera dicanangkan di lingkungan DJPb.

     Tulisan singkat ini hanya membahas bagaimana memantapkan 9 nilai-nilai antikorupsi


untuk membangun budaya antikorupsi serta memperkokoh jati diri Insan Perbendaharaan.
Nilai-Nilai Antikorupsi diperkenalkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan
disosialisasikan ke masyarakat sejak beberapa tahun lalu.

Ada 9 nilai-nilai antikorupsi, yaitu :

1) Kejujuran;

2) Kedisiplinan;

3) Kepedulian;

4) Tanggung jawab;

5) Kerja keras;

6) Kesederhanaan;

7) Kemandirian;

8) Keberanian;

9) Keadilan.

 
Nilai-Nilai Antikorupsi di atas sebaiknya dipahami dan diterapkan dalam keseharian oleh
Insan Perbendaharaan. Nilai-nilai yang diharapkan dapat memupuk budaya antikorupsi
mampu membentuk komitmen serta konsistensi para pegawai DJPb dalam menjauhi diri dari
korupsi.

  Kejujuran diarahkan untuk membangun integritas yang tinggi. Kedisiplinan digunakan


untuk menaati hukum dan norma-norma. Kepedulian merupakan bentuk kepekaan pada
lingkungan. Tanggung jawab adalah kesadaran untuk menunaikan amanah. Kerja keras
merupakan bentuk pengabdian yang sebaik-baiknya. Kesederhanaan yaitu bergaya hidup
tidak boros dan mewah. Kemandirian merupakan tanda tidak mudah tergantung pada orang
lain. Keberanian adalah mampu melaporkan kecurangan dan berani memperbaiki diri.
Keadilan yaitu adil di dalam menerapkan hukum.

Beberapa hal yang bisa diupayakan untuk memantapkan pemahaman dan penerapan nilai-
nilai antikorupsi adalah :

 a) Teladan yang baik dari atasan

Pimpinan (atasan) dapat memberikan contoh nyata tentang pengamalan nilai-nilai


antikorupsi di lingkungan kerjanya. Contoh yang baik pasti diikuti oleh anak buah dan
dijalankan secara terus-menerus.

 b) Membangun lingkungan kerja yang berbudaya anti korupsi

Korupsi bisa  terjadi bila didukung kondisi lingkungan kerja yang kurang baik. Saat ini di
lingkup DJPb dicanangkan program Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK). Lingkungan kerja
yang positif dan berbudaya antikorupsi tentu mendukung tumbuhnya perilaku yang sejalan
dengan nilai-nilai antikorupsi.

 c) Menerapkan kode etik pegawai untuk mencegah pelanggaran (korupsi)

Penerapan kode etik PNS yang sejalan dengan nilai-nilai antikorupsi merupakan langkah
untuk melakukan pencegahan terjadinya korupsi. Kode etik mengarahkan para pegawai pada
aturan perilaku yang semestinya dijalankan.

    Dari hal-hal di atas kita lihat bahwa nilai-nilai antikorupsi yang diterapkan mampu
menguatkan budaya antikorupsi di lingkungan DJPb. Nilai-nilai antikorupsi bisa ditanamkan
melalui keteladanan dari atasan (pimpinan), dilakukan secara bertahap dalam keseharian,
serta diwujudkan dalam lingkungan kerja yang positif. Sebagai payung dari pengamalan
nilai-nilai antikorupsi perlu dikembangkan aturan perilaku (kode etik) beserta sanksi-
sanksinya. Dengan demikian budaya antikorupsi diharapkan mampu terwujud nyata.
     Dalam mewujudkan budaya antikorupsi sebagai jati diri Insan Perbendaharaan diperlukan
keteladanan dari atasan (pimpinan). Selanjutnya, lingkungan kerja yang baik sebagai faktor
pendukung harus diciptakan agar budaya antikorupsi tidak sekadar menjadi wacana. Hal yang
tak kalah penting adalah memberikan rambu-rambu kode etik sebagai arahan dalam
bertindak, serta sanksi-sanksi bila ada pelanggaran. Penerapan 9 nilai-nilai antikorupsi yang
ditunjang 3 pilar di atas diharapkan mengokohkan budaya antikorupsi di lingkup DJPb.
Dengan demikian jati diri sebagai "Duta Antikorupsi" akan semakin kukuh terpatri di dalam
jiwa setiap Insan Perbendaharaan.

“Ada sembilan nilai anti korupsi yang harus diterapkan. Menginternalisasi nilai-nilai tersebut
sering menjadi permasalahan. Apalagi ketika sudah berinteraksi dengan orang lain,
contohnya seperti saat di lingkungan kampus,” ujarnya pada Webinar bertajuk “Membangun
Budaya Anti Korupsi dalam Kehidupan di Lingkungan Kampus.

Nilai pertama adalah kejujuran. Kejujuran penting diterapkan di dunia pendidikan.

Misalnya, dalam menulis karya ilmiah, gunakan ide dan hasil tulisan sendiri atau tidak
melakukan plagiarisme. Kedua, kepedulian, amati dan turut serta dalam masalah di
lingkungan sekitar, lebih baik lagi jika menjadi pemecah masalah.

“Ketiga, kemandirian. Saya rasa mahasiswa dalamm melaksanakan kegiatan kemahasiswaan


juga sudah menanamkan nilai ini. Sederhananya dalam hal mencari dana kegiatan dan lain-
lain,” lanjut Wanodyo.

Nilai keempat, kedisiplinan. Terlihat sepele, namun sering kali sulit dilakukan, terutama
masalah waktu.

Kelima, tanggung jawab. Bentuk tanggung jawab mahasiswa contohnya dapat diterapkan saat
berada di sebuah organisasi atau kepanitiaan. 

“Selain itu, nilai lainnya adalah kerja keras. Lalu, kesederhanan. Hidup empati kepada orang
lain, hidup sederhana. Kesederhanaan ini ini sedikit banyak dapat mencegah perilaku yang
menyimpang seperti korupsi,” kata Wanodyo.

Berikutnya, nilai keberanian. Penyimpangan yang terjadi di sekitar kita harus dilaporkan,
terkadang orang takut melaporkan atau melawannya.

Terakhir adalah keadilan. Gerakan mahasiswa dalam melawan ketidak adilan di negeri ini
banyak membawa perubahan baik bagi bangsa.

“Keseluruhan nilai ini harus dapat terinternalisasi dengan baik terutama oleh mahasiswa
selaku anak muda. Bukankah anak muda seharusnya punya idealisme untuk membangun
bangsanya? Tak hanya mahasiswa tetapi juga pendidik, atau sebagai instutusi, nilai-nilai anti
korupsi ini harus dipegang teguh.” tutup Wanodyo.
B. Prinsip Anti Korupsi

Prinsip ati korupsi adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun
individual yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir
atau bertindak dalam mencegah korupsi.

Prinsip anti korupsi dibagi menjadi beberapa antara lain sebagai berikut yaitu:

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de
facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu)
maupun pada level lembaga. Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat
yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan cara
memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban kepada sejumlah otoritas
eksternal.Selain itu akuntabilitas publik dalam arti yang lebih fundamental merujuk kepada
kemampuan seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan. Seseorang yang diberikan
jawaban ini haruslah seseorang yang memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan
mengharapkan kinerja.

Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah
akuntabilitas program, akuntablitas proses, akuntailitas keuangan, akuntabilitas outcome,
akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik . Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus
dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas kinerja administrasi,
proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh masyarakat baik secara langsung
maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.

2. Transparansi

Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan
mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk
penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus
kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling
sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung
tinggi kepercayaan karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal
awal yang sangat berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa
mendatang. Dalam prosesnya transparansi dibagi menjadi lima, yaitu :

– Proses penganggaran,
– Proses penyusunan kegiatan,
– Proses pembahasan,
– Proses pengawasan, dan
– Proses evaluasi.
Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan
pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran.

Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses
pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran
(anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembutan rancangan peraturan yang berkaitan
dengan strategi penggalangan (pemungutan dana), mekanisme pengelolaan proyek mulai dari
pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan pertanggungjawaban secara
teknis.
Proses pengawasan dalam pelksnaaan program dan proyek pembangunan berkaitan dengan
kepentingan publik dan lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh
masyarakat.
Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara terbuka dan
bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari
setiap output kerja-kerja pembangunan.

3. Kewajaran

Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya manipulasi
(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran
dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting
komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan informatif.
Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas
(off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi
dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan dlam perencanaan atas dasar asas value
for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang
terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses perencanaan
pembangunan. Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun
pengeluaran yang disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran
merupakan bagian pokok dari prinsip fairness. Penerapan sifat informatif agar dapat
tercapainya sistem informasi pelaporan yang teratur dan informatif. Sistem informatif ini
dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengambilan keputusan selain
itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.

4. Kebijakan

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang
dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik
dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan
mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun
lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap
kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan
terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan.
Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila didalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait
dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan
integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh
aktor-aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan
lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai,
pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang
anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

5. Kontrol Kebijakan

Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan
mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi
dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan
dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan evolusi yaitu
dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Kontrol kebijakan
reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan Dalam penerapan pinsip-prinsip anti korupsi dituntut adanya integritas, obyektifitas,
kejujuran, keterbukaan, tanggung gugat dan meletakan kepentingan publik diatas kepentingan
individu. Prinsip yang harus ditegakan untuk mencegah faktor eksternal penyebab terjadinya korupsi
yaitu akuntabilitas, transfaransi ,kewajaran ,adanya kebijakan dan kontrol kebijakan.
Mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan tentang budaya anti korupsi yang
bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang cukup tentang korupsi dan pemberantasannya serta
menanamkan nilai-nilai anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat tercipta masyarakat
yang jujur dan masyarakat yang tertib serta dapat berfikir kritis terhadap korupsi yang merugikan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.djpb.kemenkeu.go.id/kppn/surabaya1/id/data-publikasi/artikel/2886-memantapkan-
pemahaman-9-nilai-antikorupsi-untuk-memperkokoh-jati-diri-insan-perbendaharaan

Betennie,F. 2012. Pendidikan Anti Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

Kurikulum dan Modul Pelatihan TOT Tenaga Kependidikan Tentang Pendidikan Budaya Anti
Korupsi. 2014

Modul Pelatihan TPPK, Pusdiklat . Jakarta .2005

Anda mungkin juga menyukai