Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FILSAFAT ILMU

TINJAUAN FILSAFAT ILMU (EPISTEMOLOGI) TENTANG ADMINISTRASI


PENDIDIKAN

KELOMPOK 2

Ayu Azzahara Al Balqis 2023012010


Derra Meiasri Putri 2023012011
Dipo Wibowo 2023012012
Fertika Dwi Yoswita 2023012001
Gamal Muhammad Rizka 2023012005
Ria Arianti 2023012021
Tri wahyuni 2023014003
Zelda Amini 2023012008

DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. SUDJARWO, M.S
Dr. DEDI HERMANTO KARWAN, M.M

MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BAB I

PENDAHULUAN

Berfilsafat merupakan cara berpikir tentang sesuatu yang bepikir tentang sesuatu yang berarti
ingin mengetahui sesuatu, apa dan bagaimana? Ketika sesorang menanyakan pengertian
(hakekat) tentang sesuatu, sesungguhnya ia sedang bertanya tentang bagaimana macam
perkara.

Menurut Suriasumantri Filsafat merupakan suatu cara berpikir yang mengupas sesuatu
sedalam dalamnya . Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa
yang belum kita tahu.

Berfilsafat berarti berendah hati bahwa kita semuanya akan pernah kita ketahui dalam
kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri,
semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari
telah kita jangkau.

Menurut Socrates, bahwa filsafat merupakan sesuatu dari kegiatan berpikir dari awal sampai
akhir. Akan tetapi tugas filsafat merupakan sesuatu dari kegiatan berpikir dar awal sampai
akhir. Akan tetapi tugas filsafat sebenarnya bukanlah menjawab pertanyaan melainkan
mempersoalkan jawaban yang diberikan, sehingga kemajuan manusia dalam berfilsafat bukan
saja diukur dari jawaban yang diberikan, tetapi juga dari pertanyaan yang diberikan.

Dalam filsafat terdapat tiga pertanyaan pokok, yakni tentang apa yang ingin diketahui
(pertanyaan ontologi), bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut (pertanyaan
epistemology) dan apa nilai kegunaanya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Epistemologi Secara Umum

Epistemologi adalah pengetahuan sistematis yang membahas tentang terjadinya


pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara
memperoleh pengetahuan, validitas, dan kebenaran pengetahuan (ilmiah).

B. Pengertian Epistemologi Menurut Para Ahli

Pengertian pertama diutarakan oleh Dagobert D. Runes. Ia mendefinisikan epistemologi


sebagai salah satu cabang filsafat yang mengkaji tentang sumber pengetahuan, struktur
pengetahuan, metode-metodenya serta validitas pengetahuan.
• Sejarawan ternama dunia, Azyumardi Azra juga mempunyai pandangan yang hampir
sama dengan Runes. Ia mengatakan bahwa pengertian epistemologi adalah suatu ilmu
yang mengkaji mengenai pengertian, struktur, metode dan validitas pengetahuan.
• P Harmono Hadi mempunyai pengertian bahwa ilmu yang mempelajari tentang
kodrat dan batasan batasan ilmu pengertahuan meliputi dasar, dan perrtanggung
jawaban atas teori –teori yang telah dibangun.
• D W Hamiyin mempunyai pengertian tersendiri dalam memandang epistemologi.
Baginya epistemologi adalah bagian dari fillsafat yang mengkaji tentang dasar,
hakikat dan ruang lingkup pengetahuan
• Abdul Munir Mulkhan mengatakan epistemologi adalah segala macam bentuk
aktifitas dan pemikiran manusia yang mempertanyakan asal-usul ilmu pengetahuan
yang diperoleh.
• Mujamil Komar, mengatakan bahwa epistemologi adalah salah satu bagian dari
filsafat yang mempelajari secara mendalam tentang pengetahuan manusia.
• Jujun S. Sumantri mengatakan bahwa epistemologi adalah suatu cara berpikir
manusia dalam menentukan dan memperoleh ilmu dengan cara menggunakan
berbegai kemampuan yang tertanam dalam diri seseorang seperti kemampuan rasio,
indera dan intuisi.
C. Aliran Aliran Epistemologis

Dalam epistemologi beberapa aliran aliran diantaranya sebagai berikut :

 Aliran Rasionalisme, yaitu tahan yang beranggapan bahwa sumber pengetahuan


manusia adalah akal (rasio) . Menurut Rene Descartes yang mendirikan aliran
rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah
akal .hanya pengetahuan yang di dapat dari akal yang memenuhi syarat yang dituntut
oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan
metode deduktif, seperti yang dicontohkan dalam ilmu pasti.

 Empirisme, Yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan yang bermanfaat,


pasti, dan benar hanya diperoleh lewat Indra(empiri), dan empirilah satu- satunya
sumber pengetahuan. Pemikiran tersebut lahir dengan nama empirisme.

 Kritisisme, Aliran ini muncul pada abad ke-18. Dimana pada zaman itu ada
pertentangan antara pemikiran rasionalisme dengan empirisme. Zaman ini disebut
zaman pencerahan. Setelah diadakannya penyelidikan (kritik) terhadap peran
pengetahuan akal. Setelah itu manusia bebas dari otoritas yang sayangnya dari luar
manusia,. Jadi metode ini dinamakan metode berfikir kritis. Walaupun ia mendasari
diri pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak mengingkari adanya persialan-
persoalan yang melampaui akal. Sehingga akal dapat mengenal batas batasnya.

 Fenomenologi, aliran yang punya anggapan bahwa objek/ benda harus diberi
kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan cara deskriptif fenomologis yang didukung
oleh metode deduktif. Tujuannya untuk melihat hakikat gejala - gejala secara intuitif.

 Positivisme, aliran yang didalamnya tampak seperti apa adanya. Yang menyatakan
bahwa pengetahuan tang autentik hanta pengalaman yang berdasarkan pengalaman
yang nyata .

D. Hubungan Epistemologi Dengan Filsafat Pendidikan

Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Ia merupakan salah


satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan,sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan,metode atau cara memperoleh pengetahuan,
validitas dan kebenaran pengetahuan. Aspek epistemologi adalah kebenaran fakta atau
kenyataan dari sudut pandang mengapa dan bagaimana fakta itu benar yang dapat
diverifikasi atau dibuktikan kebenarannya.

Jadi hubungan epistemologi dengan pendidikan adalah untuk mengembangkan ilmu


secara produktif dan bertanggung jawab serta memberikan suatu gambaran-gambaran
umum mengenai kebenaran yang diajarkan dalam proses Pendidikan

E. Manfaat Epistemologi Dalam Bidang Manajemen Pendidikan

Menurut Husaini (2006:7) pengertian manajemen pendidikan adalah seni atau ilmu
mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.

Manajemen pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola
sumber daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Sumber daya pendidikan adalah sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan
pendidikan yang meliputi enam hal;
(1) administrasi peserta didik; (2) administrasi tenaga pendidik; (3)administrasi
keuangan; (4) administrasi sarana dan prasarana; (5) administrasi hubungan
sekolah dengan masyarakat; dan (6) administrasi layanan khusus.

 Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk


dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang
ditetapkan.
 Tujuan perencanaan adalah (1) standar pengawasan, (2) Mengetahui kapan
pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan, (3) mengetahui siapa saja yang
terlibat, (4) mendapatkan kegiatan yang sitematis, (5) meminimalkan kegiatan
yang tidak produktif, (6) mendeteksi hambatan dan kesulitan yang ditemui, dan
(7) mengarahkan pada pencapaian tujuan.
Manfaat dari perencanaan adalah :
1. sebagai standar penugasan dan pengawasan
2. pemulihan sebagai alternatif terbaik
3. penyusunan skala proritas, baik sasaran maupun kegiatan
4. menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.
5. membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
6. alat yang memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.
7. alat yang meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

Pengorganisasian adalah (1) penentuan sumber daya dan kegiatan yang


dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, (2) proses perencanaan dan
pengembangan suatu organisasi, (3) penguasaan tanggung jawab tertentu, (4)
pendelegasian wewenang yang diperlukan untuk individu-individu dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.

Tiga komponen pengorganisasian:


1. ada kerja sama,
2. ada orang (pelaksana), dan
3. adanya tujuan Bersama

F. Manfaat Pengorganisasian
1. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang dimiliki.
2. Untuk mencapai tujuan yang lebih efektif dan efesien,
3. Wadah memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara bersama-sama.
4. Wadah mengembangkan potensi dan spesialisasi yang dimiliki seseorang.
5. Wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja.
6. Wadah mencari keuntungan bersama.
7. wadah mengelola lingkungan bersama-sama.
8. wadah menggunakan kekuasaan dan pengawasan
9. wadah mendapatkan penghargaan.
10. wadah memenuhi kebutuhan manusia.
11. wadah menambah pergaulan
Salah satu fungsi manejemen adalah pengerahan atau pelaksanaan. Setelah
melaksanakan perencanaan dan pengorganisasian yang terpenting adalah
implementasi dari perencanaan yaitu pelaksanaan. Pelaksanaan dalam program
organisasi sangat tergantung dari dua aspek, yaitu: Kepemimpinan, dan motivasi kerja
anggota organisasi. Antar pemimpin dan pelaksana mempunyai tugas dan
bertanggung jawab masing masing atas tugasnya. Program tidak akan berjalan sesuai
dengan yang diinginkan apabila tidak didukung oleh kepemimpinan yang kuat dan
motivasi kerja para anggota organisasi.
Pengendalian adalah proses pemantauan, penilaian dan pelaporan perencanaan atas
pencapaian tujuan yang dicapai yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna
penyempurnaan lebih lanjut.
Pengendalian sering disebut dengan pengawasan atau controlling. Tujuannnya adalah:
1. Menghentikan atau meniadakan masalah, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, dan ketidak adilan.
2. Mencegah terulangnya kembali kesalahan penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, dan ketidak adilan.
3. Menciptakan cara yang lebih baik untuk membina yang telah baik.
4. Menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi dan akuntabilitas
organisasi.
5. Meningkatkan kelancaran operasi organisasi.
6. Memberikan opini atas kerja organisasi.
7. Menciptakan terwujudnya pemerintahan yang bersih.

Manfaat pengawasan adalah meningkatnya akuntabilitas dan keterbukaan dalam


organisasi.
Dasar epistemologis diperlukan dalam manajemen pendidikan atau pakar ilmu
pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung jawab.
Sekalipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh tenaga
pemula namun telaah atas objek formil ilmu manajemen pendidikan memerlukaan
pendekatan fenomenologis yang akan menjalin studi empirik dengan studi kualitatif-
fenomenologis. Pendekaatan fenomenologis itu bersifat kualitaatif, artinya melibatkan
pribadi dan diri peneliti sabagai instrumen pengumpul data secara pasca positivisme.
Karena itu penelaaah dan pengumpulan data diarahkan oleh pendidik atau ilmuwan
sebagaai pakar yang jujur dan menyatu dengan objeknya. Karena penelitian tertuju
tidak hanya pemahaman dan pengertian (verstehen, Bodgan & Biklen, dalam Umaedi:
1999)

Pemikiran ini telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan


peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah sebagai
institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal
dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah (School Based
Quality Management) atau dalam nuansa yang lebih bersifat pembangunan
(developmental) disebut School Based Quality Improvement.

G. Konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah


Konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah bertujuan
a. Mensosialisasikan konsep dasar manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
khususnya kepada masyarakat.
b. Memperoleh masukan agar konsep manajemen ini dapat diimplentasikan dengan
mudah dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia yang memiliki keragaman
kultural, sosio-ekonomi masyarakat dan kompleksitas geografisnya.
c. Menambah wawasan pengetahuan masyarakat khususnya masyarakat sekolah dan
individu yang peduli terhadap pendidikan, khususnya peningkatan mutu pendidikan.
d. Memotivasi masyarakat sekolah untuk terlibat dan berpikir mengenai peningkatan
mutu pendidikan/pada sekolah masing – masing.
e. Menggalang kesadaran masyarakat sekolah untuk ikut serta secara aktif dan dinamis
dalam mensukseskan peningkatan mutu pendidikan.
f. Memotivasi timbulnya pemikiran-pemikiran baru dalam mensukseskan pembangunan
pendidikan dari individu dan masyarakat sekolah yang berada di garis paling depan
dalam proses pembangunan tersebut.
g. Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu pendidikan merupakan tanggung
jawab semua komponen masyarakat, dengan fokus peningkatan mutu yang
berkelanjutan (terus menerus) pada tataran sekolah.
h. Mempertajam wawasan bahwa mutu pendidikan pada tiap sekolah harus dirumuskan
dengan jelas dan dengan target mutu yang harus dicapai setiap tahun. 5 tahun dan
seterusnya sehingga tercapai misi sekolah kedepan.
i. Peran Esensial Pemimpin Kepemimpinan mempunyai peran strategis dalam upaya
perbaikan kualitas. Setiap anggota organisasi harus memberikan konstribusi penting
dalam upaya tersebut. Namun, setiap upaya perbaikan yang tidak didukung secara
aktif oleh pimpinan, komitment, kreatifitas, maka lama-kelamaan akan hilang

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Epistemologi merupakan pengetahuan sistematis yang membahas tentang


terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau
cara memperoleh pengetahuan, validitas, dan kebenaran pengetahuan (ilmiah).
2. Dasar epistemologis diperlukan dalam manajemen pendidikan atau pakar ilmu
pendidikan demi mengembangkan ilmunya secara produktif dan bertanggung
jawab. Sekalipun pengumpulan data di lapangan sebagaian dapat dilakukan oleh
tenaga pemula namun telaah atas objek formil ilmu manajemen pendidikan
memerlukaan pendekatan fenomenologis yang akan menjalin studi empirik
dengan studi kualitatif-fenomenologis.

3. Hubungan epistemologi dengan pendidikan adalah untuk mengembangkan ilmu


secara produktif dan bertanggung jawab serta memberikan suatu gambaran-
gambaran umum mengenai kebenaran yang diajarkan dalam proses Pendidikan

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun tentunya memiliki banyak
kekurangan, untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu kami
selaku penyusun mengharapkan sumbang saran yang membangun sehingga makalah
ini dapat disempurnakan dan dijadikan referensi pembelajaran kedepannya
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Kristiawan. 2016. Filsafat pendidikan; The choice is yours. Yogyakarta:


Valia Pustaka. hal. 141.
Nunu Burhanuddin. 2018. Filsafat Ilmu. Jakarta: Prenadamedia. hal. 49.
Saihu, S. (2019). Rintisan Peradaban Profetik Umat Manusia Melalui Peristiwa
Turunnya Adam As Ke-Dunia.
Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman, 3(2), 268-279.
Sari. (2020) Jurnal Akidah dan Filsafat Islam
Saihu, S. (2019). Konsep Manusia Dan Implementasinya Dalam Perumusan Tujuan
Pendidikan Islam Menurut Murtadha Muthahhari.
Andragogi: Jurnal Pendidikan Islam dan Manajemen Pendidikan Islam. 1(2), 197-217.
Yunus Abu Bakar,. 2014. Filsafat Pendidikan. Surabaya: digilib uinsby. hal. 19.
Widya sari. 2013. Dimensi ontology, epistemology dan aksiologi dari manajemen
kependidikan. Vol.15(2),183-189.

Anda mungkin juga menyukai