Oleh:
DIPLOMA IV
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS TERAPAN
POLITEKNIK NEGERI BATAM
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
memiliki wilayah yang sangat luas dengan didukung oleh sumber daya
manusia yang beraneka ragam dan berpotensi untuk meningkatkan
ekonomi negara melalui suatu organisasi atau perusahaan.
Sektor perusahaan memerlukan suatu strategi dengan pola
pengembangan yang terencana atau tersusun agar potensi yang dimiliki
bisa dikembangkan secara optimal.
Bahwasanya, setiap perusahaan membutuhkan sumber daya
manusia sebagai tenaga kerja yang melaksanakan kegiatan operasional
guna memberikan pelayanan yang memuaskan kepada setiap tamu untuk
setiap fasilitas yang disediakan oleh pihak perusahaan. Senada dengan
pernyataan tersebut, Sudarmanto (2009:3) mengemukakan bahwa “sumber
daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan bagi keberhasilan atau kegagalan organisasi dalam mencapai
tujuan, baik pada organisasi publik maupun private”. Untuk dapat
merealisasikan pernyataan tersebut, Human Resources Department yang
ada di setiap perusahaan merupakan wadah yang mengelola kualitas
sumber daya manusia dengan memperhatikan kinerja dari setiap karyawan.
Karena sumber daya manusia merupakan aset penting yang
membantu sebuah organisasi dalam mewujudnyatakan tujuan yang ingin
dicapai, maka perlu adanya pelatihan sebagai upaya dalam meningkatkan
kinerja dari setiap karyawan. Kinerja merupakan istilah yang berasal dari
kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau
prestasi sesungguhnya dicapai seseorang). Kinerja (prestasi kerja) adalah
“hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya” (Mangkunegara, 2005:9).
1
2
5
6
9) Pemeliharaan
Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau
meningkatkan kondisi fisik, mental dan loyalitas karyawan, agar
mereka tetap mau bekerja sama sampai pension. Pemeliharaan
yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang
berdasarkan kebutuhan sebagian besar pegawai dan pendidik
serta pedoman kepadainternal dan eksternal konsistensi.
10) Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fung-si Manajemen Sumber Daya
Manusia yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena
tanpa disiplin yang baik sulit terwujud tujuan yang maksimal.
Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati
peraturan-peraturan lembaga pendidikan dan norma-norma
sosial.
11) Pemberhentian
Pemberhentian adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari
suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan
pegawai, keinginan lembaga pendidikan, kontrak kerja berakhir,
pensiun dan sebab-sebab lainnya. Pelepasan ini diatur oleh
Undang-undang No.12 tahun 1964.
e. Pelatihan
Pengertian pelatihan menurut Sedarmayanti (2013:198) adalah:
“Sebagai sarana yang ditunjukkan pada upaya untuk lebih
mengaktifkan kerja para anggota organisasi yang kurang aktif
sebelumnya, mengurangi dampak-dampak negative yang
dikarenakan kurangnya pendidikan, pengalaman yang terbatas,
atau kurangnya kepercayaan diri dari anggota atau kelompok
anggota tertentu”.
Sikula dalam Mangkunegara (2009:44) mengatakan pelatihan
adalah: “Suatu proses pendidikan jangka pendek yang
mempergunakan prosedur sistematis dan terorganisir di mana
11
f. Tujuan Pelatihan
Menurut Suparyadi (2015:185) pelatihan memiliki tujuan sebagai
berikut:
1) Meningkatkan produktifitas
Karyawan yang menguasai pengetahuan dan memiliki keterampilan
di bidang pekerjaannya akan mampu bekerja dengan lebih baik
daripada karyawan yang kurang menguasai pengetahuan dan tidak
memiliki keterampilan di bidang pekerjaannya.
2) Meningkatkan efisien dan efisiensi
Penguasaan pengetahuan dan meningkatnya keterampilan yang
sesuai dengan bidang pekerjaannya yang diperoleh karyawan dari
suatu program pelatihan, akan membuat mereka mampu bekerja
secara lebih efektif dan edisien.
3) Meningkatkan daya saing
Karyawan yang terlatih dengan baik tidak hanya berpeluang
mampu meningkatkan produktivitas, tetapi juga akan mampu
bekerja semakin efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan
daya saing perusahaan. Bekerja secara efektif berarti mampu
menghasilkan produk yang standar sesuai dengan keinginan
pelanggan, dan secara efisien berarti dalam menghasilkan jumlah
produk yang sama, karyawan ini menggunakan sumber daya yang
lebih sedikit.
12
g. Manfaat Pelatihan
Manfaat pelatihan merupakan sesuatu yang diperoleh setelah
dilakukannya pelatihan. Menurut Suparyadi (2015:185) manfaat
pelatihan di antaranya adalah:
1) Meningkatkan kemandirian
Karyawan yang menguasai pengetahuan dan memiliki
keterampilan di bidang pekerjaannya akan lebih mandiri dan
hanya sedikit memerlukan bantuan atasan untuk melaksanakan
pekerjaannya.
2) Meningkatkan motivasi
Motivasi karyawan yang dilatih sesuai bidang pekerjaannya
akan meningkat. Hal itu disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama
bahwa dengan menguasai pengetahuan dan keterampilan untuk
melaksanakan pekerjaannya, maka mereka menjadi lebih yakin
dan percaya diri mampu melaksanakan pekerjaannya dengan
baik, yang kedua yaitu pelatihan memberikan kesadaran kepada
karyawan bahwa dirinya menjadi bagian dan diperlukan
kontribusinya oleh organisasi, sehingga mereka merasa dihargai
oleh organisasi.
3) Menumbuhkan rasa memiliki
Rasa diakui keberadaannya dan kontribusinya sangat diperlukan
oleh organisasi serta pemahamannya tentang tujuan-tujuan
organisasi yang diperoleh selama pelatihan dapat menumbuhkan
rasa tanggung jawab pada diri setiap karyawan terhadap masa
depan dan eksistensi organisasi.
4) Mengurangi keluarnya karyawan
Karyawan yang memiliki pengetahuan dan keterampilan di
bidang pekerjaannya akan merasa nyaman bekerja. Kenyamanan
dalam bekerja ini juga disebabkan oleh adanya rasa dihargai
atau diakui keberadaan dan kontribusinya oleh perusahaan. Pada
akhirnya, karyawan yang merasa nyaman dengan pekerjaan dan
13
h. Metode Pelatihan
Menurut Suparyadi (2015:199) “Pelatihan sebagai suatu
proses pembelajaran dilakukan secara sistematis dengan maksud
agar proses pembelajaran ini dapat mencapai hasil yang optimal.
Dalam proses pembelajaran secara sistematis ini terdapat satu
aspek penting yang memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil
pembelajaran, yaitu metode pelatihan”. Sedangkan menurut Swasto
(2010:67) “Metode atau teknik-teknik pelatihan ditujukan untuk
meningkatkan prestasi kerja karyawan, mengurangi absensi,
perputaran, dan menghindarkan diri dari keusangan serta
melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik”.
Metode pelatihan terdapat beberapa ragam, namun
demikian tidak semua jenis metode pelatihan itu cocok untuk
menyajikan semua materi pelatihan dan tidak semua sesuai dengan
level posisi jabatan dan pekerjaan karyawan, semuanya tergantung
situasi perusahaan dan kondisi lapangan. Perusahaan harus cermat
memilih metode mana yangakan digunakan supaya tidak rugi
waktu, tenaga dan biaya. Peserta pelatihan mampu menguasai ilmu
pengetahuan dengan baik, keterampilannya meningkat, dan mereka
14
d. Management game
Juga dikenal dengan Business game merupakan suatu metode
pelatihan simulasi yang didesain untuk aplikasi manajemen di
mana para pembuat keputusan potensial bertindak sebagai
pemegang peran pembuat keputusan dalam lingkungan yang
disimulasikan.
e. Vestibule training
Merupakan salah satu bentuk metode pelatihan di mana para
peserta pelatihan mempelajari pekerjaan yang sebenarnya.
Sebagai contoh, pelatihan bagi pilot pesawat terbang dilakukan
dengan menggunakan simulasi cockpit. Tipe metode pelatihan
ini biasanya digunakan apabila penggunaan peralatan yang
sebenarnya oleh karyawan yang tidak terlatih dapat
menimbulkan risiko atau apabila pekerjaan yang sebenarnya
tidak memungkinkan untuk pembelajaran. Metode pelatihan ini
memiliki keuntungan, yaitu bahwa peserta dilatih seperti
melakukan pekerjaan yang sebenarnya, dank arena biasanya
jumlah peserta sedikit, maka setiap pertanyaan dapat segera
memperoleh jawaban dari pelatih.
f. Experiental learning
Pada dasarnya adalah metode pelatihan dimana para peserta
pelatihan memperoleh pemahaman tentang materi pelatihan
(baik keterampilan maupun pengetahuan) melalui praktek secara
langsung. Dengan demikian para peserta akan memperoleh
keterampilan dan pengetahuan yang senyatanya.
g. Audio visual
Merupakan metode pelatihan yang menggunakan peralatan
audio (misalnya mikrofon dan tape recorder), dan visual
(misalnya kamera, proyektor film, CD, DVD player) sebagai
media utama. Hal ini berarti melibatkan indera pendengaran dan
penglihatan dari para peserta pelatihan. Penggunaan metode ini
18
h. Case study
Biasanya diterapkan bagi peserta pelatihan tingkatan manajer, di
mana para peserta diminta untuk menganalisis secara mendalam
untuk menemukan dan memecahkan suatu kasus atau masalah
tertentu, baik masalah yang sebenarnya atau yang disimulasikan.
Para peserta baik individual atau secara kelompok diminta untuk
menganalisis dan memecahkan masalah-masalah seperti proyek,
kebijakan, strategi, persaingan bisnis, kelembagaan, dan lain-
lain.
i. Kinerja
Menurut Mangkunegara (2016:67) “Istilah kinerja dari kata Job
Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi
kerja) adalah hasil kerja secara kulitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya”. Wibowo (2012:81) mengatakan
kinerja dapat dipandang sebagai proses maupun hasil pekerjaan. Kinerja
merupaan suatu proses tentang bagaimana pekerjaan berlangsung untuk
mencapapi hasil kerja. Namun hasil pekerjaan itu sendiri juga
menunjukkan kinerja. Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan
hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses
kerja berlangsung. Kinerja merupakan hasil kerja yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan kkonsumen
dan memberikan kontribusi ekonomi. Sedangkan menurut Fahmi
(2016:137) mengartikan kinerja adalah pencapaian yang mampu
diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit
oriented dan non profit oriented yang mampu dihasilkan selama periode
tertentu.
19
k. Penilaian Kinerja
Menurut Dessler (2016:330) “Penilaian kinerja merupakan
mengevaluasi kinerja karyawan di masa sekarang dan/atau di masa lalu
secara relative terhadap standar kinerjanya”. Menurut Fahmi (2016:151)
“Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang dilakukan kepada pihak
manajemen perusahaan baik para karyawan maupun manajer yang
selama ini telah melakukan pekerjaannya”. Sedangkan menurut
Mangkunegara (2013:69) “Penilaian kinerja adalah proses penilaian
kerja pegawai yag dilakukan oleh pemimpin perusahaan secara
sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan’.
Pekerjaan seseorang tidak akan tampak hasilnya jika tidak
dilakukan suatu penilaian, artinya perlu adanya usaha untuk menilai
hasil atau perilaku kerja karyawan, sehingga akan dapat diketahui
apakah karyawan sudah melakukan pekerjaan secara baik dan benar
20
atau belum. Jika telah melakukan pekerjaan dengan benar pasti akan
mendapatkan penghargaan, akan tetapi jika belum sesuai yang
diharapkan maka akan dilakukan evaluasi kerja.
Memahami pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penilaian kinerja merupakan suatu proses yang dilakukan secara
sistematis untuk menilai keseluruhan kinerja pegawai dalam jangka
waktu atau periode tertentu. Manfaat dari penilaian kkinerja ini adalah
sebagai tolak ukur apakah karyawan telah melakukan tugasnya dengan
benar atau belum, sehingga dapat dilakukan peningkatan kinerja ditahap
selanjutnya. Hasil penilaian kinerja pada akhirnya akan memengaruhi
citra karyawan serta penghargaan dan kompensasi yang diperolehnya.
l. Indikator Kinerja
Guna menjamin kinerja yang baik, diperlukan beberapa
indikator yang akan berpengaruh dan akan menjadi acuan apakah
kinerja seorang karyawan baik atau buruk ataupun biasa saja. Dharma
(2005:46) menyatakan bahwa indikator utama dalam pengukuran
kinerja di antaranya adalah:
1) Kualitas kerja
Kualitas kerja merupakan kualitas dari hasil kerja para karyawan
yang disesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh perusahaan.
kualitas kerja juga ditunjukkan dengan minimalnya tingkat kesalahan
dari hasil kerja.
2) Kuantitas kerja
Kuantitas kerja merupakan jumlah atau hasil kerja seorang karyawan
apabila dikaitkan dengan ketentuan perusahaan.
3) Ketepatan waktu (Efektifitas)
Yang dimaksud dengan ketepatan waktu yaitu waktu yang digunakan
karyawan dalam proses penyesuaian kerja. Ketepatan waktu
menyangkut presentase sesuatu pekerjaan yang sesuai dengan jadwal
yang telah direncanakan.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
21
22
Dessler, Gary. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi 14. Jakarta:
Salemba Empat
Dharma, Agus. 2005. Manajemen Supervisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada