Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEKNIK PERLAKUAN PANAS DAN


PERMUKAAN

Di susun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Material Teknik

Dosen Pengampu : Agus Suyetno,S.Pd,M.Pd

Oleh :

Much Yusron Wicaksono (200511633290)

FAKULTAS TEKNIK

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

MARET 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan
kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Material Teknik yang
membahas tentang ”Teknik Perlakuan Panas dan Permukaan”. Saya selaku yang menyusun
makalah ini berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk dijadikan
penunjang dalam mata kuliah Material Teknik. Dalam menyusun makalah ini saya banyak
memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dosen mata kuliah Material Teknik yakni Dosen Material Teknik, Bapak Agus
Suyetno yang telah banyak meluangkan waktu guna memberkan bimbingan kepada
kami dalam penyusunan makalah ini.
2. Teman-teman mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Teknik Mesin angkatan
2020/2021 yang selalu memberikan dukungan dan saran serta berbagai ilmu
pengetahuan demi tersusunnya makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya selaku penusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasanya, maupun isi dari makalah ini. Oleh
karena itu saya pribadi memohon maaf dan dengan tangan terbuka saya menerima saran mapun
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik dan lebih
lengkap lagi.

Malang, 3 Maret 2021

MUCH YUSRON WICAKSONO


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB 1...........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................................................4
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................5
1.3 Manfaat.......................................................................................................................................5
BAB 2...........................................................................................................................................................6
ISI PEMBAHASAN.........................................................................................................................................6
2.1 Pengenalan Tentang Perlakuan Panas dan Permukaan.....................................................................6
2.2 Proses Dalam Perlakuan Panas dalam Baja dan Permukaan........................................................7
2.3 Dapur Untuk Perlakuan Panas...................................................................................................15
BAB 3.........................................................................................................................................................18
PENUTUP...................................................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................18
3.2 Saran..........................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................19
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu dan teknologi semakin maju, contohnya teknologi pada logam ferro.
Logam ferro adalah adalah logam besi (Fe) atau logam yang mengandung unsur besi
didalamnya.Logam ferro merupakan paduan unsur kimia ya ng mempunyai sifat-sifat kuat,
liat, keras, penghantar listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Setiap jenis logam
ferro juga mempunyai kemampuan yang berbeda, tergantung dari komposisi kimia
penyusunnya dan perlakuannya (Amanto, 2003) Bahan logam ferro sebelum atau sesudah
dibuat suatu komponen atau konstruksi dapat diberikan perlakuan panas (heat treatment).
Perlakuan panas adalah proses pemanasan bahan sampai suhu tertentu dan kemudian
didinginkan menurut cara tertentu, sehingga sifat bahan menjadi lebih sesuai dengan syarat
kebutuhan desain. Jenis-jenis heat treatment yaitu quenching, annealing, normalizing, dan
tempering. Kebutuhan desain juga memerlukan keuletan, kekerasan, tahan terhadap
korosi, tahan terhadap perubahan suhu, dan lainlain.

Seiring dengan perkembangan dunia industri yang semakin maju, mendorong para pelaku
dunia industri untuk meningkatkan kebutuhan penggunaan dari hasil pengerasan baja yang
dibutuhkan konsumen. Perkembangan teknologi terutama dalam pengerasan logam
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Untuk memenuhi tuntutan konsumen dalam teknik
pengerasan logam ini, peneliti mencoba mengangkat permasalahan pengerasan dan sekaligus
peningkatan keuletan dan ketangguhan logam pada Baja Karbon Sedang. Alasan yang
mendasari peneliti mengambil Baja Karbon Sedang karena baja tersebut banyak
dipergunakan dalam bidang teknik atau industri. Baja karbon sedang yang telah dilakukan
proses spray quenching ini memiliki kekerasan yang tinggi sehingga cocok untuk komponen
yang membutuhkan kekerasan dan ketahanan terhadap gesekan. Untuk menghasilkan suatu
produk yang menuntut keuletan dan tahan terhadap gesekan perlu dilakukan proses
pemanasan ulang atau temper. Proses tempering yaitu proses memanaskan kembali baja
yang sudah dikeraskan dengan proses quenching yang bertujuan untuk menghilangkan
tegangan sisa (residual stress) dari proses quenching.
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini antara lain :
1. Menambah wawasan tentang Perlakuan Panas dan Permukaan pada Material Teknik
2. Mengulas materi yang telah diberikan oleh dosen pengampu
3. Memahami tentang materi Perlakuan Panas dan permukaan pada Material Teknik
4. Memahami tentang proses apa saja yang dilakukan selama perlakuan panas dan cara
pengerasan permukaan

1.3 Manfaat
Manfaat yang diberikan dalam pembuatan makalah ini antara lain :
1. Menambah referensi tentang Perlakuan panas dan Permukaan
2. Memahami lebih dalam mengenai materi Perlakuan Panas dan Permukaan
BAB 2

ISI PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Tentang Perlakuan Panas dan Permukaan

Perlakuan Panas (Heat Treatment)


Dari sebuah rangkuman yang ditulis oleh Avner (1974: 676) menyatakan bahwa
perlakuan panas (heat treatment) adalah: “Heating and cooling a solid metal or alloy in
such away as to obtain desired conditions or properties. Heating for the sole purpose
of hot-working is excluded from the meaning of this definition”.
Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam
keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat mekaniknya. Baja dapat dikeraskan
sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat atau dapat dilunakan
untuk memudahkan proses pemesinan lanjut. Melalui perlakuan panas yang tepat,
tegangan dalam dapat dihilangkan, ukuran butir dapat diperbesar atau diperkecil.
Selain itu ketangguhan ditingkatkan atau dapat dihasilkan suatu permukaan yang keras
disekeliling inti yang ulet. Untuk memungkinkan perlakuan panas tepat, komposisi
kimia baja harus diketahui karena perubahan komposisi kimia, khususnya karbon dapat
mengakibatkan perubahan sifat-sifat fisis.

Perlakuan Permukaan (Surface Treatment)


Perlakuan Permukaan atau Surface Treatment adalah metode perlakuan terhadap
permukaan benda baik itu logam, ataupun keramik dengan tujuan untuk medapatkan
sifat permukaan yang lebih baik. Ada banyak metode berbeda yang dapat digunakan
lapisan logam sebagai perawatan permukaan untuk meningkatkan kinerja mekanis,
elektrokimia, dan termal suatu material. Teknik yang digunakan sangat bergantung
pada aplikasi material serta lapisan material yang diinginkan atau kedalaman
perawatan permukaan. Meskipun subjek teknik pelapisan logam dan non-logam adalah
subjek besar yang memiliki banyak metode berteknologi maju, ada beberapa prinsip
dan teknik dasar yang, jika dipahami, dapat menjadi kunci untuk pemahaman yang
lebih luas tentang proses pelapisan permukaan.
2.2 Proses Dalam Perlakuan Panas dalam Baja dan Permukaan

Annealing Proses
Annealing yaitu proses pemanasan material sampai temperatur austenit lalu ditahan
beberapa waktu kemudian pendinginannya dilakukan perlahan-lahan di dalam tungku.

Keuntungan yang didapat dari proses ini adalah sebagai berikut :

1. Menurunkan kekerasan
2. Menghilangkan tegangan sisa
3. Memperbaiki sifat mekanik
4. Memperbaiki mampu mesin dan mampu bentuk
5. Menghilangkan terjadinya retak panas
6. Menurunkan atau menghilangkan ketidak homogenan struktur
7. Memperhalus ukuran butir
8. Menghilangkan tegangan dalam dan menyiapkan struktur baja untuk proses
perlakuan panas.

Proses Anil tidak dimaksudkan untuk memperbaiki sifat mekanik baja perlitik dan
baja perkakas. Sifat mekanik baja struktural diperbaiki dengan cara dikeraskan dan
kemudian diikuti dengan tempering. Proses Anil terdiri dari beberapa tipe yang
diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

1. Full Annealing
Full annealing terdiri dari austenisasi dari baja yang bersangkutan diikuti dengan
pendinginan yang lambat di dalam dapur. Temperatur yang dipilih untuk
austenisasi tergantung pada karbon dari baja yang bersangkutan. Full annealing
untuk baja hipoeutektoid dilakukan pada temperatur austenisasi sekitar 50°C dan
untuk baja hipereutektoid dilaksanakan dengan cara memanaskan baja tersebut.
Full Annealing akan memperbaiki mampu mesin dan juga menaikkan kekuatan
akibat butir-butirnya menjadi halus.
2. Spheroidized Annealing
Spheroidized annealing dilakukan dengan memanaskan baja sedikit diatas atau
dibawah temperatur kritik kemudian didiamkan pada temperatur tersebut untuk
jangka waktu tertentu kemudian diikuti dengan pendinginan yang lambat.
Tujuan dari Spheroidized annealing adalah untuk memperbaiki mampu mesin
dan memperbaiki mampu bentuk.

3. Isothermal Annealing
Isothermal annealing jenis proses ini dimanfaatkan untuk melunakkan baja-baja
sebelum dilakukan proses permesinan. Proses ini terdiri dari austenisasi pada
temperatur annealing (Full annealing) kemudian diikuti dengan pendinginan
yang relatif cepat sampai ke temperatur 50 - 60°C.

4. Proses Homogenisasi
Proses ini dilakukan pada rentang temperatur 1100 - 1200°C. Proses difusi yang
terjadi pada temperatur ini akan menyeragamkan komposisi baja. Proses ini
diterapkan pada ingot baja-baja paduan dimana pada saat membeku sesaat
setelah proses penuangan, memiliki struktur yang tidak 4 homogen. Seandainya
ketidakhomogenan tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, maka perlu diterapkan
proses homogenisasi atau "diffusional annealing". Proses homogenisasi
dilakukan selama beberapa jam pada temperatur sekitar 1150 - 1200°C. Setelah
itu, benda kerja didinginkan ke 800 - 850°C, dan selanjutnya didinginkan
diudara. Setelah proses ini, dapat juga dilakukan proses normal atau anil untuk
memperhalus struktur overheat. Perlakuan seperti ini hanya dilakukan untuk
kasus-kasus yang khusus karena biaya prosesnya sangat tinggi.

5. Stress Relieving
Stress relieving adalah salah satu proses perlakuan panas yang ditujukan untuk
menghilangkan tegangan-tegangan yang ada di dalam benda kerja, memperkecil
distorsi yang terjadi selama proses perlakuan panas dan, pada kasus-kasus
tertentu, mencegah timbulnya retak. Proses ini terdiri dari memanaskan benda
kerja sampai ke temperature tertentu dan menahannya untuk jangka waktu
tertentu dan kemudian di dinginkan di dalam tungku sampai temperatur kamar.
Proses ini tidak menimbulkan perubahan fasa kecuali rekristalisasi.

Banyak faktor yang dapat menimbulkan timbulnya tegangan di dalam logam sebagai
akibat dari proses pembuatan logam yang bersangkutan menjadi sebuah komponen.
Beberapa dari faktor-faktor tersebut antara lain adalah : Pemesinan, Pembentukan,
Perlakuan panas, Pengecoran, Pengelasan, dan lain-lain. Penghilangan tegangan sisa
dari baja dilakukan dengan memanaskan baja tersebut pada temperatur sekitar 500 -
700°C, tergantung pada jenis baja yang diproses. Pada temperatur diatas 500 -
600°C, baja hampir sepenuhnya elastik dan menjadi ulet. Berdasarkan hal ini,
tegangan sisa yang terjadi di dalam baja pada temperatur seperti itu akan sedikit
demi sedikit dihilangkan melalui deformasi plastik setempat akibat adanya tegangan
sisa tersebut.

Temperatur stress relieving yang spesifik dan lazim diterapkan pada beberapa jenis
baja adalah :
Jenis Baja Temperatur HSS Hot-worked Cold – worked Nitriding High
Temperature Bearing Free - cutting 650 – 700°C 650 – 670°C 650 – 700°C 550 –
600°C 600 – 650°C 600 – 650°C 600 – 650°C untuk menghilangkan semua
tegangan sisa yang ada, proses stress relieving harus dilakukan pada temperatur
mendekati temperatur yang tertinggi pada rentang temperatur yang diijinkan, tetapi
hal ini akan menimbulkan oksidasi dipermukaan benda kerja dan timbulnya
pelunakan pada baja-baja hasil proses pengerasan atau temper, oleh sebab itu
disarankan agar melakukan stress relieving pada temperatur yang relatif lebih rendah
dari rentang temperatur yang diijinkan. Semakin tinggi temperatur stress relieving
akan menyebabkan makin rendah tegangan sisa yang ada pada benda kerja. Benda
kerja yang dikeraskan dan ditemper harus di stress relieving pada temperatur sekitar
25° dibawah temperatur tempernya. Tegangan sisa yang terjadi akibat proses
pengelasan dapat dihilangkan dengan memanaskan benda kerja sekitar 600 – 650 °C
dan ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu tertentu. Biasanya, waktu
8 penahanan yang diperlukan sekitar 3 – 4 menit untuk setiap mm tebal benda kerja,
kemudian didinginkan dengan laju pendinginan sekitar 50 - 100°C per jam sampai
ke temperatur 300°C. Pendinginan yang rendah dan homogen diperlukan untuk
mencegah timbulnya tegangan sisa baru pada saat pendinginan dan untuk mencegah
timbulnya retak. Tegangan sisa bisa juga terjadi pada benda kerja yang dikeraskan
akibat kesalahan penggerindaan. Tegangan tersebut bahkan dapat menimbulkan
retak pada saat atau sesudah penggerindaan. Benda kerja tersebut biasanya
diselamatkan dengan cara memberikan stress relieving antara 150 - 400°C pada atau
dibawah temperatur tempernya sesaat setelah dilakukan proses penggerindaan.
Pahat-pahat juga akan memiliki tegangan sisa yang sangat tinggi pada saat
digunakan. Dengan demikian, sangatlah bermanfaat untuk menerapkan stress
relieving pada pahat-pahat tersebut dengan cara memanaskan pahat tersebut
dibawah temperatur tempernya.

Normalizing Proses
Normalizing atau menormalkan adalah jenis perlakuan panas yang umum
diterapkan pada hampir semua produk cor, over-heated forgings dan produk-produk
tempa yang besar. Normalizing ditujukan untuk memperhalus butir, memperbaiki
mampu mesin, menghilangkan tegangan sisa dan juga memperbaiki sifat mekanik
baja karbon struktural dan bajabaja paduan rendah. Normalizing terdiri dari proses
pemanasan baja diatas dan ditahan pada temperatur tersebut untuk jangka waktu
tertentu tergantung pada jenis dan ukuran. Kemudian menahannya pada temperatur
tersebut untuk jangka waktu tertentu sehingga transformasi fasa dapat berlangsung
diseluruh bagian benda kerja, dan selanjutnya didinginkan di udara.

Awalnya baja dipanaskan diatas suhu kritis (800-9500C), kemudian setelah


mencapai suhu kritisnya baja ditahan (holding) pada suhu tersebut, dan yang
terakhir baja didinginkan, pendinginannya sesuai dengan suhu kamar, yaitu
didinginkan hingga suhu kurang lebih 270C, lama pendinginan inilah yang sangat
mempengaruhi sifat mekanik dari baja, semakin cepat pendinginannya maka akan
menghasilkan baja dengan sifat mekanik berupa kekuatan dan kekerasan yang
lebih tinggi, dan jika pendinginannya lambat maka akan terjadi hal yang
sebaliknya.
Proses Normalizing Pendinginan udara biasanya dilakukan pada proses pemanasan
yang membutuhkan pendinginan lambat yaitu normalizing. Untuk keperluan
tersebut udara yang mengalir masuk ke dalam ruangan pendingin dibuat dengan
kecepatan rendah. Udara sebagai media pendingin akan memberikan kesempatan
kepada bahan untuk membentuk kristal dan kemungkinan mengikat unsur lain
yang ada di udara. Adapun pendinginan pada udara terbuka akan memberikan
oksidasi oksigen terhadap proses pendinginan
Manfaat proses Normalizing adalah sebagai berikut:
1. Normalizing biasa digunakan untuk menghilangkan struktur butir yang kasar
yang diperoleh dari proses pengerjaan sebelumnya yang dialami oleh baja.
2. Normalizing berguna untuk mengeliminasi struktur kasar yang diperoleh akibat
pendinginan yang lambat pada prses anil.
3. Berguna untuk menghilangkan jaringan sementit yang kontinyu yang
mengelilingi perlit pada baja perkakas.
4. Menghaluskan ukuran perlit dan ferit.
5. Memodifikasi dan menghaluskan struktur cor dendritik.
6. Mencegah distorsi dan memperbaiki mampu karburasi pada baja – baja
paduan karena temperatur normalizing lebih tinggi dari temperatur
karbonisasi.

Pengerasan (Hardening)

Hardening atau pengerasan dan disebut juga penyepuhan merupakan salah satu
proses perlakuan panas yang sangat penting dalam produksi komponen-komponen
mesin. Untuk mendapatkan struktur baja yang halus, keuletan, kekerasan yang
diinginkan, dapat diperoleh melalui proses ini. Menurut Kenneth Budinski (1999:
167), pengerasan baja membutuhkan perubahan struktur kristal dari body-centered
cubic (BCC) pada suhu ruangan ke struktur kristal face-centered cubic (FCC). Dari
diagram keseimbangan besi karbon dapat diketahui besarnya suhu pemanasan logam
yang mengandung karbon untuk mendapatkan struktur FCC. Logam tersebut harus
dipanaskan dengan sempurna sampai daerah austenit. Pengerasan meliputi pekerjaan
pendinginan yang menyebabkan karbon terbentuk dalam struktur kristal.
Pendinginan dilakukan dengan mengeluarkan dengan cepat logam dari dapur
pemanas (setelah direndam selama waktu yang cukup untuk mendapatkan
temperatur yang dibutuhkan) dan mencelupkan kedalam media pendingin air atau
oli.
Dalam ilmu perlakuan panas, hardening pada prinsipnya dilakukan dengan
membentuk suatu baru struktur yang keras pada material. Mekanisme yang biasa
dilakukan ialah dengan penambahan suatu unsur atau sekedar membuat suatu
struktur yang keras dengan komposisi yang telah ada pada material. Salah satu
struktur keras yang dimaksud pada mekanisme kedua ialah martensit (>500 BHN).
Struktur martensit bersifat keras dan rapuh sehingga pada prakteknya tidak dapat
langsung digunakan, karena pembentukan martensit diiringi distorsi matriks yang
cukup besar. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan
cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC – Face Centered Cubic) hingga
temperatur ruang, yang berakibat pada terperangkapnya atom karbon (tidak sempat
berdifusi) sehingga terjadi peregangan kisi dari struktur BCC (Body Centered Cubic)
yang seharusnya terbentuk (ferrite) menjadi martensit yang berstruktur BCT (Body
Centered Tetragonal).

Ada beberapa penyebab kegagalan proses Hardening :

a. Suhu pengerasan terlalu rendah sehingga suhu belum mencapai pada temperature
austenit sehingga kekerasan tidak tercapai seperti yang diharapkan.
b. Pemanasan terlalu cepat sehingga temperatur inti dari benda kerja belum sama
dengan temperatur kulit luar pada baja.
c. Tidak adanya proses pemanasan bertahap dan tidak adanya waktu penahanan pada
proses pemanasan sehingga pada waktu di quenching benda kerja akan mengalami
retak.
d. Timbulnya nyala api yang mengakibatkan terlepasnya karbon pada permukaan benda
kerja, sehingga permukaan benda kerja kurang keras.
e. Kesalahan pemilihan media quenching, misalnya baja keras ilo di quenching dengan
air.
BAB 3

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Semua usaha – usaha manusia untuk memperbaiki sifat – sifat dari logam tersebut
tidak terlepas dari perlakuan panas, yaitu dengan merubah sifat mekanis dan sifat
fisiknya. Adapun sifat mekanis dari logam antara lain : kekerasan, kekuatan, keuletan,
kelelahan, dan lain – lain. Sedangkan dari sifat fisiknya yaitu dimensi, konduktivitas listrik,
struktur mikro, densitas, dan lain- lain. Karena banyaknya permintaan yang bermacam –
macam maka diadakan pemilihan bahan. Pemilihan bahan tersebut dapat dipersempit
sesuai dengan kegunaannya. Proses perlakuan panas juga dilakukan dengan beberapa
tahapan proses untuk menjadikan material yang berkualitas dan sesuai dengan standar.
1.2 Saran
Mencari tahu bagaimana menghentikan proses aging ketika harga kekerasan sudah
sesuai
dengan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
Murtiono, Arief. 2012, Pengaruh Quenching dan Tempering terhadap kekerasan dan kekuatan tarik serta
struktur mikro baja karbon sedang untuk mata pisau permanen sawit, Departemen Teknik Mesin,
Universitas Sumatera Utara, Medan

sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Anrinal/Metalurgi%20Fisik/Materi%20Ajar%20%28Pdf-
Version%29/11-12%20Perlakuan%20Panas.pdf

susetyomrboen.blogspot.com/2013/10/ilmu-bahan-perlakuan-panas_21.html

http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_MESIN/196607281992021-
YUSEP_SUKRAWAN/flame_hardening.pdf

  Proses Thermal Logam Paduan. http://www.file-edu.com/2011/05/bab-7-material-teknik-proses-


thermal.html

Reed-Hill, Robert (1994). Principles of Physical Metallurgy (edisi ke-3rd). Boston: PWS Publishing.

Anda mungkin juga menyukai