Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

HEAT TREATMENT, UJI KEKERASAN, UJI METALOGRAFI

Dosen Pembimbing :

Subagiyo, Ir., M. MT., M. T.

Disusun Oleh :

1. Bisma Arbiawan (2241230031)

2. Cahya Dwi Permana (2241230060)

3. Candra Putra Afandi (2241230021)

4. Deni Prasetyo (22412300

5. Ferdo Ar Rafi’ Mahajana Prasmara (2241230033)

6. Gagas Galang Yudhayana (22412300

7. Hafidz Abi Rahmana (22412300


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan praktik ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuna dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Perlakuan dan pengujian bahan. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang perlakuan dan pengujian pada bahan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Terlebih dahulu, saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Subagiyo, Ir.,
M.MT., M.T.. selaku Dosen Pembimbing mata kuliah perlakuan dan pengujian bahan yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih
luas bagi kami.

Kemudian, kami menyadari bahwa tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk laporan praktek selanjutnya.

Malang, 03 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II DASAR TEORI...............................................................................................................................2
2.1. Heat Treatment..........................................................................................................................2
2.1.1 Hardening.............................................................................................................................2
2.1.2 Normalizing...........................................................................................................................2
2.2. Uji Kekerasan..............................................................................................................................3
2.2.1 Metode Rock well.................................................................................................................3
2.3 Metalografi..................................................................................................................................4
BAB III DATA PERCOBAAN.....................................................................................................................5
3.1 Grafik Proses Hardening VCL & ST-37..........................................................................................5
3.2 Grafik Proses Normalizing VCL.....................................................................................................5
3.3 Hasil Uji Kekerasan Rockwell-C..................................................................................................5
3.3.1 Hasil uji kekerasan VCL tanpa heat treatment...............................................................5
3.3.2 Hasil uji kekerasan VCL sesudah proses Hardening..............................................................6
3.3.3 Hasil uji kekerasan ST-37 Proses Hardening..........................................................................6
3.4 Hasil Uji Metalografi...................................................................................................................6
3.4.1 Hasil Metalografi VCL Tanpa Proses Heat Treatment..........................................................6
3.4.2 Hasil Metalografi VCL Proses Hardening..............................................................................7
3.4.3 Hasil Metalografi VCL Proses Normalizing...............................................................................7
3.4.3 Hasil Metalografi ST-37 Proses Hardening...........................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................................................................9
4.1 Hardening Pada Bahan VCL & ST-37............................................................................................9
4.2 Normalizing Pada Bahan VCL.....................................................................................................10
4.3 Uji Kekerasan Rockwell C...........................................................................................................10
4.4 Metalografi...............................................................................................................................12
BAB V KESIMPULAN.............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15

ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengujian material merupakan salah satu cara untuk mengetahui kualitas material,
pengujian di sini untuk mengetahui sifat-sifat mekanik material. Sifat mekanik material
tidak hanya tergantung pada struktur mikronya. Suatu paduan dengan komposisi kimia
yang sama dapat memiliki mikrostruktur yang berbeda dan memiliki sifat mekanik yang
berbeda pula. Struktur mikro material tergantung dari proses pengerjaannya, terutama saat
diperlakukan sifat perlakuan panas. Perlakuan panas merupakan gabungan proses
pemanasan, pendinginan dan holding dengan kecepatan tertentu yang dilakukan pada
logam atau paduan yang bertujuan untuk memperbaiki sifat mekanik dan
mikrosrukturnya. Proses perlakuan panas pada dasarnya terdiri dari beberapa tahap
dimulai dari pemanasan sampai suhu tertentu, kemudian ditahan dalam suhu tertentu
sebelum kemudian didinginkan dengan kecepatan tertentu.

Pada umumnya perlakuan panas diberikan pada baja, mengingat baja adalah
logam yang paling sering dipakai atau dimanfaatkan untuk berbagai komponen mesin dan
alat mekanik lainnya. Karena itu analisis pengaruh perlakuan panas terhadap sifat-sifat
mekanik baja perlu dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Hardening dan berapa lama hardening pada material logam VCL &
ST-37 dilakukan?
2. Bagaimana langkah-langkah pengujian kekerasan pada bahanVCL & ST-37?
3. Bagaimana hasil dari pengujian metalografi pada bahanVCL & ST-37?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari hardening dan berapa lama proses
pengujian hardening pada material VCL & ST-37 dilakukan.
2. Untuk mengetahui langkah-langkah melakukan pengujian kekerasan pada
bahanVCL & ST-37.
3. Untuk mengetahui hasil dari pengujian metalografi pada bahan VCL & ST-37
yang telah di amati menggunakan mikroskop.

1
BAB II DASAR TEORI
2.1. Heat Treatment
Perlakuan Panas (Heat Treatment) Heat treatment adalah proses pemanasan dan
pendinginan yang di lakukan secara terkontrol yang diterapkan pada logam tertentu atau
paduan dalam keadaan padat untuk mendapatkan struktur mikro dan sifat mekanik lainnya.
Laju pemanasan adalah proses pemanasan material sampai temperatur austenit. Syarat
pemanasan sebagai berikut: Pemanasan yang dilakukan tidak boleh mengubah bentuk
material (tetap dalam keadaan solid atau padat).

2.1.1 Hardening
Perlakuan panas hardening adalah salah satu proses untuk mengubah struktur
logam dengan jalan memanaskan benda kerja dalam furnace (tungku) pada temperatur
yang ditentukan selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan secara cepat
dengan media pendingin seperti air, air garam, oli dan solar yang masing-masing
mempunyai kerapatan pendinginan yang berbeda-beda. Perlakuan panas hardening
adalah proses kombinasi antara proses pemanasan dan pendinginan dari suatu logam
atau paduannya dalam keadaan padat untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu.

Kekerasan benda kerja hasil proses hardening tergantung pada temperatur


pemanasan, lama waktu pemanasan, laju pendinginan, komposisi kimia, kondisi
permukaan, ukuran dan berat benda kerja.

Proses quenching adalah pendinginan secara cepat berupa pencelupan baja


yang telah berada pada temperatur pengerasannya pada udara, air, air garam dan oli
sebagai media pendingin. Kemampuan suatu jenis media dalam mendinginkan
spesimen bisa berbeda-beda, semakin cepat logam didinginkan maka akan semakin
keras sifat logam tersebut.

2.1.2 Normalizing
Normalizing baja adalah proses pemanasan baja ke fase austenite sehingga
diperoleh struktur mikro austenite, selanjutnya didinginkan dengan media pendingin
udara normal hingga suhu kamar. Sehingga struktur dalam material yang telah
berubah akibat perlakuan mekanik, ataupun karena bekerja pada temperatur tinggi
atau rendah dapat dikembalikan ke struktur yang normal lagi melalui proses
normalizing. Awalnya baja dipanaskan diatas suhu kritis (800-9500C), kemudian
setelah mencapai suhu kritisnya baja ditahan (holding) pada suhu tersebut, dan yang

2
terakhir baja didinginkan, pendinginannya sesuai dengan suhu kamar, yaitu
didinginkan hingga suhu kurang lebih 27° C, lama pendinginan inilah yang sangat
mempengaruhi sifat mekanik dari baja, semakin cepat pendinginannya maka akan
menghasilkan baja dengan sifat mekanik berupa kekuatan dan kekerasan yang lebih
tinggi, dan jika pendinginannya lambat maka akan terjadi hal yang sebaliknya. Tujuan
dari normalizing yaitu untuk mengurangi tegangan sisa, memperbaiki sifat mekanik
baja serta mengembalikan keuletan baja.

2.2. Uji Kekerasan


Pengujian kekerasan (hardness test) adalah suatu proses yang bertujuan untuk
mengetahui ketahanan suatu material terhadap deformasi pada daerah lokal atau permukaan
material, khusus untuk logam deformasi yang di maksud adalah deformasi plastis. Deformasi
plastis sendiri adalah suatu keadaan dari material yang ketika diberikan gaya maka struktur
mikronya tidak akan kembali ke bentuk semula. Terdapat berbagai macam uji kekerasan
lekukan, antara lain: Uji kekerasan Brinell, Vickers, Rockwell, Knoop, dan lain sebagainya.

2.2.1 Metode Rock well


Pengujian Rockwell merupakan proses pembentukan lekukan pada permukaan logam
memakai indentor atau penetrator yang ditekan dengan Parameter Satuan Spesifikasi
Panjang Lebar Tebal Bobot mm mm mm kg 227 sampai dengan 243 171 sampai
dengan 185 ≥ 2 1 sampai dengan 2,5 541 beban tertentu.

Pada pengujain rockwell angka kekerasan yang ditunjukkan merupakan


kombinasi antara beban dan indentor yang dipakai, maka perlu diberikan awalan huruf
pada angka kekerasan yang menunjukkan kombinasi beban dan penumbuk tertentu
untuk skala beban yang digunakan, skala yang sering digunakan adalah A dengan
beban 60 kgf, B beban 100 kgf, dan C beban 150 kgf. Pada pengujian kekerasan
bahan dengan metode Rockwell, kedalaman penetrasi permanen yang dihasilkan dari
penerapan dan pelepasan beban utama dipakai untuk menentukan angka kekerasan
Rockwell, dapat dilihat pada persamaan :

𝐻𝑅 = 𝐸 – 𝑒

Di mana, E = konstanta dengan nilai 100 untuk indentor intan dan 130 untuk indentor
bola

3
e = kedalaman penetrasi permanen karena beban utama (F1) diukur dengan satuan
0,002 mm. Jadi, e = h/0,002 (Callister, 2000)

2.3 Metalografi
Metalografi merupakan salah satu pengujian yang banyak dilakukan dalam proses
fabrikasi logam. Dengan metalografi dapat diperoleh informasi terkait mikrostruktur logam
yang kelak dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai karakteristik logam. Meskipun saat
ini citra yang diperoleh pada analisis metalografi, baik menggunakan mikroskop optik
maupun mikroskop elektron, sudah berupa citra digital tetapi belum seluruh alat tersebut
dilengkapi dengan perangkat penunjang yang dapat digunakan untuk melakukan pengolahan
dan analisis citra secara kuantitatif. Sehingga analisis yang dilakukan cenderung hanya pada
analisis visual dan pengukuran-pengukurannya pun dilakukan secara manual. Dalam makalah
ini kami melakukan analisis metalografi berdasarkan metode pengolahan citra dengan
menggunakan perangkat lunak Wolfram Mathematica. Dari analisis yang telah dilakukan
dapat ditentukan presentase dari beberapa fasa penyusun paduan logam, ukuran butir, aspek
rasio, serta sebaran distribusi ukuran butir yang terdapat dalam logam

Metalografi merupakan analisis dari suatu struktur dan komponen fisis suatu logam
atau paduan yang dapat dilihat secara langsung secara visual maupun dengan bantuan
peralatan seperti mikroskop optik, mikroskop elektron, dan difraksi sinar-x. Analisis
metalografi secara kuantitatif merupakan pengujian yang cukup penting dalam proses
fabrikasi suatu logam karena dapat digunakan untuk menentukan fasa yang terbentuk,
kekompakan struktur, ukuran butir, dan berbagai karakteristik fisis lainnya. Informasi-
informasi tersebut bersifat penting karena dari data itu kita dapat memprediksi kekerasan,
ketangguhan, dan ketahanan suatu logam terhadap suatu proses degradasi, serta dapat
menganalisis kerusakan yang muncul pada permukaannya.

4
BAB III DATA PERCOBAAN
3.1 Grafik Proses Hardening VCL & ST-37

Grafik Proses Hardening


900 834 850 850 850 850 850 850 850
795
800 750
694
700 614
600 500 500 500 500 500 500 500
500 437
suhu

400
262
300
200 150
100 20
0
5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 1
.1 .2 .2 .3 .3 .4 .4 .5 .5 .0 .0 .1 .1 .2 .2 .3 .3 .4 .4 .5 .5 .0 .0
13 13 13 13 13 13 13 13 13 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 15 15
Waktu

3.2 Grafik Proses Normalizing VCL

Grafik Proses Normalizing


900 850848851848849 850852
813
771
800 718
700 634
588 600598602598599 601
600 531 525
466
500
371 340
Suhu

400
300 215 190
200
100 21 20
0
5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5
.4 .5 .5 .0 .0 .1 .1 .2 .2 .3 .3 .4 .4 .5 .5 .0 .0 .1 .1 .2 .2 .3 .3 .4 .4 .5 .5
13 13 13 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
Waktu

3.3 Hasil Uji Kekerasan Rockwell-C


3.3.1 Hasil uji kekerasan VCL tanpa heat treatment
Setelah proses uji kekerasan menggunakan mesin uji Carson diperoleh hasil
kekerasan VCL tanpa proses heat treatment yaitu 21,5 HRC.

5
3.3.2 Hasil uji kekerasan VCL sesudah proses Hardening
Setelah proses uji kekerasan menggunakan mesin uji Carson diperoleh
hasil kekerasan VCL setelah dilakukan proses Hardening yaitu 51,5 HRC.

3.3.3 Hasil uji kekerasan ST-37 Proses Hardening


Setelah proses uji kekerasan menggunakan mesin uji Carson diperoleh
hasil kekerasan ST-37 setelah dilakukan proses hardening yaitu 37,5 HRC

3.4 Hasil Uji Metalografi


3.4.1 Hasil Metalografi VCL Tanpa Proses Heat Treatment

6
3.4.2 Hasil Metalografi VCL Proses Hardening

3.4.3 Hasil Metalografi VCL Proses Normalizing

7
3.4.3 Hasil Metalografi ST-37 Proses Hardening

8
BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Hardening Pada Bahan VCL & ST-37


Perlakuan panas hardening adalah salah satu proses untuk mengubah struktur
logam dengan jalan memanaskan benda kerja dalam furnace (tungku) pada temperatur yang
ditentukan selama periode waktu tertentu kemudian didinginkan secara cepat dengan media
pendingin seperti air, air garam, oli dan solar yang masing-masing mempunyai kerapatan
pendinginan yang berbeda-beda. Perlakuan panas hardening adalah proses kombinasi antara
proses pemanasan dan pendinginan dari suatu logam atau paduannya dalam keadaan padat
untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu.

Pada praktek yang kami lakukan, berikut ini terdapat langkah-langkah


melakukan hardening pada bahan VCL & ST-37:
1. Siapkan bahan VCL & ST-37 yang akan diuji
2. Gosok dan haluskan permukaan pada bahan yang akan diuji menggunakan amplas
3. Buat tali dari kawat pada bahan yang akan diuji, agar memudahkan proses
pengambilan setelah proses hardening
4. Atur suhu pada tungku atau mesin oven menjadi 500 °C
5. Setelah itu masukkan bahan ke dalam tungku atau mesin oven
6. Tunggu dan catat setiap 5 menit perubahan suhu pada mesin oven sampai suhunya
500 °C
7. Setelah mencapai suhu 500 °C holding selama 30 menit
8. Atur suhu pada mesin oven atau tungku menjadi 850 °C
9. Tunggu dan catat setiap 5 menit perubahan suhu pada mesin oven sampai suhunya
850 °C
10. Setelah mencapai suhu 850 °C holding selama 30 menit
11. Ambil bahan pada mesin tungku atau oven dengan menggunakan tongkat
12. Lakukan proses pendinginan dengan langsung memasukkan bahan pada cairan air
garam selama 1 menit sambal di putar putar agar proses pendinginan merata.

9
4.2 Normalizing Pada Bahan VCL
Normalizing baja adalah proses pemanasan baja ke fase austenite sehingga
diperoleh struktur mikro austenite, selanjutnya didinginkan dengan media pendingin udara
normal hingga suhu kamar. Sehingga struktur dalam material yang telah berubah akibat
perlakuan mekanik, ataupun karena bekerja pada temperatur tinggi atau rendah dapat
dikembalikan ke struktur yang normal lagi melalui proses normalizing. Awalnya baja
dipanaskan diatas suhu kritis (800-9500C), kemudian setelah mencapai suhu kritisnya baja
ditahan (holding) pada suhu tersebut, dan yang terakhir baja didinginkan, pendinginannya
sesuai dengan suhu kamar, yaitu didinginkan hingga suhu kurang lebih 27 ° C, lama
pendinginan inilah yang sangat mempengaruhi sifat mekanik dari baja, semakin cepat
pendinginannya maka akan menghasilkan baja dengan sifat mekanik berupa kekuatan dan
kekerasan yang lebih tinggi, dan jika pendinginannya lambat maka akan terjadi hal yang
sebaliknya. Tujuan dari normalizing yaitu untuk mengurangi tegangan sisa, memperbaiki
sifat mekanik baja serta mengembalikan keuletan baja.
1. Siapkan salah satu bahan VCL yang telah dikerasakan melalui proses hardening.
2. Gosok dan haluskan permukaan pada bahan yang akan diuji menggunakan
amplas.
3. Buat tali dari kawat pada bahan yang akan diuji, agar memudahkan proses
pengambilan setelah proses hardening.
4. Atur suhu pada tungku atau mesin oven menjadi 600 °C
5. Setelah itu masukkan bahan ke dalam tungku atau mesin oven
6. Tunggu dan catat setiap 5 menit perubahan suhu pada mesin oven sampai suhunya
600 °C
7. Setelah mencapai suhu 600 °C holding selama 30 menit
8. Atur suhu pada mesin oven atau tungku menjadi 850 °C
9. Tunggu dan catat setiap 5 menit perubahan suhu pada mesin oven sampai suhunya
850 °C
10. Setelah mencapai suhu 850 °C holding selama 30 menit
11. Setelah 30 menit,ambil bahan dari dalam oven, kemudian di dinginkan pada suhu
ruang selama 20 menit, hingga mencapai suhu ruang.

4.3 Uji Kekerasan Rockwell C


Pengujian Rockwell merupakan proses pembentukan lekukan pada permukaan logam
memakai indentor atau penetrator yang ditekan dengan Parameter Satuan Spesifikasi Panjang
Lebar Tebal Bobot mm mm mm kg 227 sampai dengan 243 171 sampai dengan 185 ≥ 2 1
sampai dengan 2,5 541 beban tertentu. Pada pengujain rockwell angka kekerasan yang

10
ditunjukkan merupakan kombinasi antara beban dan indentor yang dipakai, maka perlu
diberikan awalan huruf pada angka kekerasan yang menunjukkan kombinasi beban dan
penumbuk tertentu untuk skala beban yang digunakan, skala yang sering digunakan adalah A
dengan beban 60 kgf, B beban 100 kgf, dan C beban 150 kgf. Pada pengujian kekerasan
bahan dengan metode Rockwell, kedalaman penetrasi permanen yang dihasilkan dari
penerapan dan pelepasan beban utama dipakai untuk menentukan angka kekerasan Rockwell.

Berikut ini Langkah Langkah melakukan uji kekerasan Rockwell C :

1. Persiapkan sampel uji kekerasan dengan cara melakukan pengamplasan dan


pemolesan yang memadai, diindikasikan dengan permukaan benda uji yang cukup
mengkilat.

2. Pastikan bahwa peralatan uji Rockwell telah di set-up dengan baik. Pasanglah
indentor untukmetode Rockwell dengan seksama.

3. Tempatkan benda uji pada dudukannya dan putar poros dudukan hingga permukaan
benda uji terjepit dengan baik oleh penahan pada kepala pemegang indentor.

4. Pilihlah beban yang sesuai dengan penetratornya. Lihat table pemilihan beban pada
alat.

5. Putar tuas untuk menggerakkan pemegang indentor berlawanan arah jarum jam
hingga indentor tegak lurus terhadap permukaan benda uji dengan perlahan-lahan.

6. Setelah indentor tegak lurus terhadap benda uji, putarlah terus tuas tersebut hingga
indentor menyentuh permukaan benda uji secara perlahan. Langkah ini merupakan
pembebanan minor dari indentasi. Hati-hati! Jagalah agar indentor tidak sampai
menghujam benda uji karena hal ini akan mengakibatkan kerusakan berat pada mata
indentor itu.

7. Atur "dial" (jarum penunjuk) pada posisi NOL dengan memutar "ring" (skala luar
untuk HRB, skala dalam untuk HRC).

8. Putar tuas beban dengan hati-hati. Tunggu beberapa saat sampai jarum petunjuk diam.

9. Putar balik tuas pembebanan secara perlahan searah jarum jam

10. Baca kekerasan benda uji pada dial sesuai dengan petunjuk jarum.

11
4.4 Metalografi
Metalografi merupakan analisis dari suatu struktur dan komponen fisis suatu logam
atau paduan yang dapat dilihat secara langsung secara visual maupun dengan bantuan
peralatan seperti mikroskop optik, mikroskop elektron, dan difraksi sinar-x. Analisis
metalografi secara kuantitatif merupakan pengujian yang cukup penting dalam proses
fabrikasi suatu logam karena dapat digunakan untuk menentukan fasa yang terbentuk,
kekompakan struktur, ukuran butir, dan berbagai karakteristik fisis lainnya. Informasi-
informasi tersebut bersifat penting karena dari data itu kita dapat memprediksi kekerasan,
ketangguhan, dan ketahanan suatu logam terhadap suatu proses degradasi, serta dapat
menganalisis kerusakan yang muncul pada permukaannya.

1. Pemolesan benda kerja bertujuan untuk mendapatkan permukaan halus. Pemolesan


dibuat tujuh kali pemolesan.

Urutan Jenis Amplas Kekerasan Nomer Amplas


Pertama Kertas gosok N8 120
Kedua Kertas gosok N7 220
Ketiga Kertas gosok N6 320
Keempat Kertas gosok N5 400
Kelima Kertas gosok N4 600
Keenam Kertass gosok N3 1200
ketujuh Kain sutra N2 -

2. Pengetsaan benda kerja bertujuan untuk menghilangkan zat-zat lemak dan kotoran
pada permukaan logam setelah pemolesan berakhir. Jadi photografis proses etsa harus
dilakukan lebih dulu agar hasilnya mikrografis logam dapat dilihat mata dengan
mikroskop. Etsa yang digunakan adalah cairan kimia dan alcohol. Pemakaian cairan
kimia yang digunakan adalah campuran HNO3 sebanyak 5 ml dan alkohol sebanyak
95 ml (Nitric acid/Nital)
3. Photografis bertujuan untuk mengamati dan memotret mikrografis permukaan logam.
Pengamatn tersebut diambil gambar yang paling jelas mendapatkan data yang benar.

12
Pemotretan yang dilakukan menggunakan foto digital. Peralatan foto digital
menggunakan software yang telah diinstal pada computer. Langkah pemotretannya
sebagai berikut.
a. Amati specimen yang telah dietsa dengan pembesaran yang sesuai pada
microskop diperoleh gambar yang jelas.
b. Pasang extention pemotretan pada dudukan kaca pembesar/pengintai.
c. Hubungkan kabel extention dengan computer yang sudah diinstal perangkat
foto digital.
d. Atur fokus dan dan setting foto hingga sesuai yang diinginkan dan beri nama
pada foto.
e. Eksekusi tombol pemotretan
f. Beri tanda (ukuran mm) dengan kalibrasi yang ada.

13
BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan praktek pengujian bahan yang kami lakukan, kami memperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dalam proses hardening, kami mengambil 2 bahan VCL dan 1 bahan ST-37 untuk
dihardening, dilakukan dari suhu 0-500 °C lalu di holding 30 menit di dalam
oven, kemudian dinaikkan menjadi 850 °C lalu diholding kembali selama 30
menit, setelah itu di dinginkan menggunakan cairan air garam selama 1 menit.
Dan diperoleh kekerasan logam VCL 51,5 HRC, sedangkan logam ST-37 37,5
HRC
2. Dalam proses normalizing, kami mengambil salah satu bahan VCL yang telah
melewati proses hardening. Normalizing dilakukan dari suhu 0-600 °C lalu di
holding setelah itu di panaskan kembali sampai suhu 850°C dan di holding selama
30 menit, kemudian dinginkan menggunakan suhu ruang selama 20 menit hingga
mencapai suhu ruang.
3. Setelah proses heat treatment, kami melakukakn uji kekerasan, bahan yang telah
di hardening lebih keras daripada yang tidak dihardening. Sifat yang dihasilkan
yaitu keras tapi getas. Sehingga perlu dilakukan normalizing agar menghasilkan
sifat seperti sebelum dilakukan hardening.
4. Setelah dilakukan proses uji kekerasan kami melakukan pemolesan dengan
menggunakan mesin poles amplas 600,800,1200,1500,2000 dan kain majun
dengan autosol sampai dapat menimbulkan efek cermin. Kemudian dilakukan
pengecekan struktur logam pada bahan yang telah kami lakukan proses
hardening,non hardening dan normalizing, untuk mengetahui perbedaan struktur
logam dalam masing masing benda material tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH.


Trihutomo, Prihanto. APRIL 2015. Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang : s.n.,
APRIL 2015.
Pengaruh Normalizing Dengan Variasi Waktu Penahanan Panas. Jokosisworo, Sarjito.
2018. Departemen Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro : s.n., 2018.
PROSES UJI DIMENSI , UJI KEKERASAN DENGAN METODE ROCKWELL DAN UJI
KOMPOSISI KIMIA PADA CANGKUL . SULAIMAN, MAMAN. 2007. BANDUNG : s.n.,
2007.
Uji Eksperimen Heat Treatment Baja Pegas Dengan Variasi Media Pendinginan Terhadap
Sifat Mekanis . Mudjijanto. 2022. Malang : s.n., 2022.

15

Anda mungkin juga menyukai