Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH METALURGI FISIK

“PERLAKUAN PANAS”

Oleh :

Harry Jumasetiawan (1715021044)


I Putu Gede Wahana (1715021004)
Wahyu Rahmatullah ( 1715021026)
Yogi Satria Darma (1715021032)

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan, Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana . Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, penunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam pengetahuan tentang perlakuan
panas .

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Bandar Lampung, 05 Desember 2018

Penulis,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 3

1. Latar Belakang............................................................................................ 3
2. Rumusan Masalah....................................................................................... 3
3. Tujun makalah......................................................................................... 4

BAB II ISI..................................................................................................................... 5

A. Pengertian Perlakuan Panas....................................................................... 5


B. Diagram TTT(Time Temprature Transformation)..................................... 7
C. Jenis-jenis Perlakuan Panas....................................................................... 9
D. Macam-macam Media Pendingin Perlakuan Panas................................... 13
E. Tempering................................................................................................... 15

BAB III PENUTUP..................................................................................................... 16

A. Kesimpulan................................................................................................ 16
B. Saran.......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Logam merupakan suatu material yang saat ini paling banyak digunakan pada masa
sekarang ini khususnya dunia industry dan otomotif. Berbagai macam peralatan serta
komponen komponen lainnya pasti menggunakan logam. Mengetahui sifat dari logam
tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi pemanfaatan itu sendiri, karena jika
suatu logam telah diketahui sifat-sifatnya dan bagaimana penggunaannya maka dalam
pemanfaatannya bisa digunakan sebaik mungkin dan mengantisipasi hal-hal yang tidak
diinginkan.
Banyak terjadi kejadian seperti contoh nyata adalah kasus kapal titanic yang logamnya
mengalami kelelahan karena terkena tergores dengan dan kemudian patah, dan juga kasus
patah as roda kereta api. Terdapat berbagai macam sifat sifat logam contohnya, ulet, getas
dan lentur dari sifat tersebut mungkin saja tetap terjadi patah hal ini bisa saja
dikarenakan memang logamnya yang tidak kuat dan memang molekul struktur
penyusunnya tidak rapat sehingga logam tesebut menjadi tidak kuat maka perlu
dilakukan suatu proses penguatan melalui proses perlakuan panas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perlakuan panas ?
2. Apa saja macam macam media pendinginan ?
3. bagaimana proses perlakuan panas ?
4. Apa saja jenis-jenis perlakuan panas ?
5. Apa saja produk-produk hasil dari perlakuan panas ?

3
C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah proses penguatan bahan melalui proses perlakuan panas antara
lain :
1. Mengetahui apa itu proses perlakuan panas
2. Mengetahui macam macam media pendinginan
3. Mengetahui proses perlakuan panas
4. Mengetahui jenis-jenis perlakuan panas
5. Mengetahui produk-produk dari hasil perlakuan panas

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perlakuan Panas

Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan material yang terkontrol
dengan maksud merubah sifat fisik untuk tujuan tertentu. Secara umum proses perlakuan
panas adalah sebagai berikut :

1. Pemanasan material sampai suhu tertentu dengan kecepatan tertentu pula.


2. Mempertahankan suhu untuk waktu sehingga temperaturnya merata.
3. Pendinginan dengan media pendingin seperti air, oli dan udara.

Ketiga hal tersebut tergantung dari material yang akan di heat treatment dan sifat-sifat
akhir yang diinginkan. Untuk perlakuan panas yang tepat, susunan kimia logam harus
diketahui karena perubahan komposisis kimia khususnya karbon (C) dapat
mengakibatkan perubahan sifat fisis (Yulianto, 2015).

Perlakuan panas sengaja dilakukan untuk untuk tujuan mengubah sifat secara khusus, di
mana pemanasan dan pendinginan dilakukan untuk tujuan mengubah sifat, pemanasan
dan pendinginan sering terjadi secara kebetulan selama proses manufaktur lain seperti
pembentukan panas (Hot forming) atau Pengelasan. Dalam heat treatmentkita
memanaskan specimensampai dengan temperature austenisasinya. Temperatur
austenisasi yang diberikan tergantung pada kadar karbon baja yang diproses. Setelah
temperature austenisasinya tecapai, bendakerja dibiarkan pada temperature tersebut
dalam jangka waktu tertentu agar temperaturehomogeny diseluruh benda kerja. Proses ini
disebut dengan homogenisasi. Setelah itu,dengan mengatur laju pendinginan akan didapat
kekerasan yang diinginkan.

5
Gambar 1. Proses Perlakuan Panas

Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa material akan dipanaskan terlebih dahulu
hingga mencapai titik dimana dapat ditemui austenite yang berguna sebagai pengeras
pada proses karena akan berubah menjadi martensit jadi suhu yang dicapai saat proses
pemanasan adalah suhu dimana austenite mulai terbentuk. Pada gambar diatas dapat
dilihat terdapat proses holding time, dimana proses holding timeberfungsi dimana saat
sudah mencapai suhu saat austenite terbentuk untuk menahan hingga beberapa menit agar
struktur mikro pada material yang dipanaskan mencapai keseragaman. Penseragaman ini
bertujuan agar austenite semakin banyak terbentuk sehingga saat didinginkan nanti
semakin banyak martensit yang didapatkan.

Pada proses pembuatannya, komposisi kimia yang dibutuhkan diperoleh ketika baja
dalam bentuk fasa cair pada suhu yang tinggi.Perubahan struktur mikro dapat juga
dilakukan dengan jalan heat treatment.Bila proses pendinginan dilakukan secara
perlahan, maka akan dapat dicapai tiap jenis struktur mikro yang seimbang sesuai dengan

6
komposisi kimia dan suhu baja. Perubahan struktur mikro pada berbagai suhu dan kadar
karbon dapat dilihat pada Diagram Fase Keseimbangan.

Gambar 2. Diagram Fasa Fe3cC

B. Diagram TTT (Time-Temperature-Transformation)

Kecepatan pendinginan berpengaruh terhadap hasil transformasi dan sifat mekanik. Dalam
hubungan tersebut dapat dipakai suatu diagram TTT (Time-Temperature-Transformation) untuk
mermalkan struktur yang terjadi bila baja didinginkan dari struktur austenite dengan kecepatan
pendinginan tertentu. Dengan demikian perlu direncanakan dan diketahui proses pendinginan
yang akan dilakukan serta media pendingin yang akan dipakai. Kesalahan dalam penggunaan
material pendingin dapat berakibat fatal pada material yang diuji (Pollack, 1997). Berikut
merupakan diagram TTT :

7
Gambar 3. Diagram TTT (Time-Temperature-Transformation)

Martensite adalah mikro konstituen yang terbentuk tanpa melalui proses difusi. 5onstituen ini
terbentuk saat austenite didinginkan secara sangat cepat misalnya melalui proses&uenching
pada medium air. Transformasi berlangsung pada kecepatan sangat cepat mendekati orde
kecepatan suarasehingga tidak memungkinkan terjadi proses difusi karbon. Transformasi
martensite diklasifikasikan sebagai proses transformasi tanpa difusi yang tidak tergantung waktu
(diffusionless time-independent transformation). Martensite yang terbentuk berbentuk seperti
jarum yang bersifat sangat keras (hard) dan getas (brittle). Fase martensite adalah fase metastabil

8
yang akan membentuk fase yang lebih stabil apabila diberikan perlakuan panas. Martensite yang
keras dan getas diduga terjadi karena proses transformasi secara mekanik (geser) akibat adanya
atom karbon yang terperangkap pada struktur kristal pada saat terjadi transformasi polimorf dari
FCC ke BCC. Hal ini dapat dipahami dengan membandingkan batas kelarutan atom karbon di
dalam FCC dan BCC serta ruang interstisi maksimum pada kedua struktur kristal tersebut.

Gambar 4. Ilustrasi struktur martensit

C. Jenis-jenis Perlakuan Panas

Secara umum perlakukan panas (Heat treatment) diklasifikasikan dalam 2 jenis :

1. Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan) Tujuan umum dari perlakuan panas jenis
Near Equilibriumini diantaranya adalah untuk : melunakkan struktur kristal, menghaluskan
butir, menghilangkan tegangan dalam dan memperbaiki machineability. Jenis dari
perlakukan panas Near Equibrium, misalnya: Full Annealing (annealing), Stress relief
Annealing, Spheroidizing, Normalizing danHomogenizing. Berikut dibawah ini merupakan
penjelasannya :

9
a. Full Annealing (annealing)
Pada proses pelunakkan atau annealing merupakan proses perlakuan panas untuk
menghasilkan perlit yang kasar (coarse perlite) tetapi luna dengan pemanasan
sampai austenisasi dan didinginkan secara perlahan-lahan dalam tungku pemanas
(furnace), yang bertujuan untuk memperbaiki ukuran butir serta dalam beberapa
hal juga memperbaiki machinability. Disamping itu juga pelunakan
dilakukan untuk tujuan meningkatkan keuletan dan mengurangi tegangan dalam
yang meyebabkan material berprilaku getas (Dieter, 1996).
b. Stress relief Annealing
Merupakan process perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa akib at
proses sebelumnya. Perlu diingat bahwa baja dengan kandungan karbon dibawah
0,3% C itu tidak bisa dikeraskan dengan membuat struktur mikronya berupa
martensite. Caranya dapat dilakukan dengan pengerjaan dingin (cold working) tetapi
perlu diingat bahwa efek dari cold working ini akan timbul yang namanya tegangan
dalam atau tegangan sisa dan untuk menghilangkan tegangan sisa ini perlu dilakukan
proses Stress relief Annealing.Tegangan sisa yang terjadi di dalam logam sebagai
hasil dari salah satu faktor yang disebutkan diatas harus dapat dihilangkan agar sifat
yang diinginkan dari komponen yang terbuat dari logam tersebut dapat dicapai.
Proses penghilangan tegangan sisa dilakukan biasanya dengan cara memanaskan
benda kerja dibawah temperatur A1. Penghilangan tegangan sisa dari baja dilakukan
dengan memanaskan baja tersebut pada temperatur sekitar 550-700°C, tergantung
pada jenis baja yang diproses.Kemudian benda kerja ditahan pada temperatur
tersebut untuk jangka waktu tertentu agar diperoleh distribusi temperatur yang
merata diseluruh benda kerja selanjutnya didinginkan di dalam tungku.
c. Spherodized Annealing
Spherodized Annealingmerupakan process perlakuan panas untuk menghasilkan
strukturcarbida berbentuk bulat (spheroid) pada matriks ferrite. Pada proses
Spheroidizing ini akan memperbaiki machinibility pada baja paduan kadar Karbon
tinggi. Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut : bahwa baja
hypereutectoid yang dianneal itu mempunyai struktur yang terdiri dari pearlite yang
“terbungkus” oleh jaringan cemented. Adanya jaringan cemented (cemented

10
network) ini meyebabkan baja (hypereutectoid) ini mempunyai machinibility rendah.
Untuk memperbaikinya maka cemented network tersebut harus dihancurkan dengan
proses spheroidizing.
d. Normalizing
adalah bagian dari proses heat treatment. Memanaskan baja dengah suhu 40°C-
50°C diatas kritikal temperature (A3 atau Acm), ditahan selama beberapa waktu,
dan didinginkan di suhu udarakamar normal. Dan setelah mendapat perlakuan
normalizing, hasil dari mikro struktur menjadi pearlitic. Material terutama carbon
steelakan mengalami perubahan struktur dan grain sizekarena efek dari
pemanasan dan pendinginan akibat dari proses pengelasan. Struktur yang tidak
homogen ini menyimpan banyak tegangan sisa yang membuat material tersebut
memiliki sifat yang lebih keras namun ketangguhannya lebih rendah. Untuk
mengembalikan kepada sifat yang diinginkan terutama dalam ketangguhannya
maka struktur yang berubah tadi dikembalikan lagi ke struktur yang semula melalui
pemanasan pada waktu tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula, tergantung
dari jenis materialnya (Nugroho dkk, 2014).

e. Homogenizing
Homogenizing adalah suatu pemanasan pada temperatur tinggi didaerah fasa
austenit, jauh diatas titik kritis.Proses ini bertujuan untuk menghilangkan efek
segregasi kimia akibat proses pembekuan lambat ingot/billet dan untuk memperbaiki
mampu pengerjaan panas (hot workability).

2. Non Equilirium (Tidak setimbang) Tujuan umum dari perlakuan panas jenis Non
Equilibriumini adalah untuk mendapatkan kekerasan dan kekuatan yang lebih tinggi. Jenis
dari perlakukan panas Non Equibrium, misalnya: Hardening, Martempering, Austempering,
Surface Hardening (Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame hardening, Induction
hardening). Berikut dibawah ini merupakan penjelasannya mengenai jenis-jenis perlakuan
panas tidak seimbang :

11
a. Hardening
Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran meningkatkan
kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut pemanasan benda kerja menuju
suhu pengerasan, jangka waktu penghentian yang memadai pada suhu pengerasan
dan pendinginan (pengejutan) berikutnya secara cepat dengan kecepatan pendinginan
kritis. Akibat pengejutan dingin dari daerah suhu pengerasan ini, dicapailah suatu
keadaan paksaan bagi struktur baja yang merangsang kekerasan, oleh karena itu
maka proses pengerasan ini disebut pengerasan kejut. Karena logam menjadi keras
melalui peralihan wujud struktur, maka perlakuan panas ini disebut juga pengerasan
alih wujud. Kekerasan yang dicapai pada kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini
diringi kerapuhan yang besar dan tegangan pengejutan, karena itu pada umumnya
dilakukan pemanasan kembali menuju suhu tertentu dengan pendinginan lambat.
b. Martempering
Martempering adalah proses perlakuan panas umum yang mengquenching material
ke suhu menengah tepat di atas suhu awal martensit dan kemudian mendinginkan
udara melalui rentang transformasi martensit ke suhu kamar (Krishna dkk, 2013).
c. Austempering
Austempering adalah proses perlakuan panas yang dikembangkan langsung dari
diagram transformasi isothermal untuk memperoleh struktur yang seluruhnya bainite.
Pendinginan dilakukan dengan quenching sampai temperatur di atas Ms dan
dibiarkan demikian sampai transformasi menjadi bainite selesai.Secara umum proses
austempering terdiri dari Fully austenitizing besi pada temperatur austenitizing,
Quenching pada temperatur austempering dan Pendinginan udara pada suhu kamar
(Umardani, 2010).
d. Surface Hardening
Proses pengerasan permukaan (surface hardening) adalah suatu perlakuan
(treatment) yang diterapkan pada suatu logam agar diperoleh sifat-sifat tertentu. Dan
agar dicapai hasil yang memadai, maka pelaksanaan dari suatu perlakuan harus
memperhitungkan aspek metalurgi dan peralatan yang tersedia, supaya supaya dapat
dipilih proses-proses perlakuan yang sesuai pada suatu logam untuk maksud tertentu
dengan ekonomis, juga agar dapat ditentukan tingkat kualitas yang akan

12
dihasilkan.Yang termasuk surface hardening adalah Carburizing, Nitriding,
Cyaniding, Flame hardening dan Induction hardening.

D. Macam-macam Media Pendingin Perlakuan Panas

Pemilihan media pendinginan akan berpengaruh terhadap hasil perlakuan panas pula,
berikut merupakan beberapa media pendingin yang sering digunakan :

a. Air
Air memiliki massa jenis yang besar daripada air garam, kekentalannya rendah sama
dengan air garam. Laju pendinginan air lebih lambat dari pada air garam.Pendinginan
dengan menggunakan air akan memberikan daya pendinginan yang cepat. Biasanya
ke dalam air tersebut dilarutkan garam dapur sebagai usaha mempercepat turunnya
temperatur benda kerja dan mengakibatkan bahan menjadi keras. Air memiliki
karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Pada
kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0°C (32°F) – 100°C, air berwujud
cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100°C merupakan
titik didih (boiling point) air. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air
memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik.Sifat ini memungkinkan air
tidak menjadi panas atau dingin dalam seketika. Air memerlukan panas yang tinggi
dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air
menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Oleh
karena itudalam penelitian ini digunakan air es dalam proses pendinginan setelah
proses Heat Treatment karena dapat mendinginkan logam yang telah dipanaskan
secara cepat. Suhu air es berkisar antara 0°C-5°C, densitas (berat jenis) air
maksimum sebesar 1 g/cm3 terjadi pada suhu 3,95°C. Pada suhu lebih besar maupun
lebih kecil dari 3,95° C, densitas air lebih kecil dari satu (Moss, 1993 ; Tebbut,
1992).

13
b. Minyak / oli
Minyak/oli memberi pendinginan yang lambat, minyak/oli ini sering digunakan
diindustri. Oli memiliki nilai viskositas atau kekentalan yang tertinggi dibandingkan
dengan media pendingin lainnya dan massa jenis yang rendah sehingga laju
pendinginannya lambat.Minyak yang digunakan sebagai fluida pendingin dalam
perlakuan panasadalah benda kerja yang diolah. Selain minyak yang khusus
digunakan sebagaibahan pendingin pada proses perlakuan panas, dapat juga
digunakan oli,minyak bakar atau solar.
c. Udara
Udara memberi pendinginan yang perlahan-lahan.Udara tersebut ada yang disirkulasi
dan adapula yang tidak.Untuk keperluan tersebut udara yang disirkulasikan ke dalam
ruangan pendingin dibuat dengan kecepatan yang rendah. Udara sebagai pendingin
akan memberikan kesempatan kepada logam untuk membentuk kristal – kristal dan
kemungkinan mengikat unsur – unsur laindari udara. Adapun pendinginan pada
udara terbuka akan memberikan oksidasi oksigen terhadap proses pendinginan.
d. Air garam
Air garam memberi pendinginan yang cepat dan merata, air garam lebih serin
digunakan untuk proses hardening dari pada air.Garam dipakai sebagai bahan
pendingin disebabkan memiliki sifat mendinginkan yang teratur dan cepat. Bahan
yang didiginkan di dalam cairan garam yang akan mengakibatkan ikatannya menjadi
lebih keras karena pada permukaan benda kerja tersebut akan meningkat zat arang.
Kemampuan suatu jenis media dalam mendinginkan spesimen bisa berbedabeda,
perbedaan kemampuan media pendingin disebabkan oleh temperatur, kekentalan,
kadar larutan dan bahan dasar media pending.

Ukuran butir yang diperoleh dengan pendinginan udara dan air makin halus. Dengan media air
proses pendinginan berlangsung sangat cepat, maka kesempatan pertumbuhan butir terhambat
sehingga ukuran butir lebih halus dari udara dan pasir.(Nuraini dkk, 1996).

Pada saat pendinginan juga akan berpengaruh pada hasil akhir dimana pada material yang
medianya lebih cepat mendinginkan maka akan menghasilkan material yang cenderung keras

14
dan getas sedangkan proses pendinginan yang lebih lama material akan cenderung lebih ulet.
Karena pada media yang pendinginan nya cepat martensit cepat terbentuk sempurna.

E. Tempering

Proses memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan disebut proses temper. Untuk
menghasilkan suatu produk yang menuntut keuletan dan tahan terhadap gesekan perlu dilakukan
proses pemanasan ulang atau temper. Pengaruh dari suhu temper ini akan menurunkan tingkat
kekerasan dari logam. Kekerasan merupakan sifat ketahanan dari bahan terhadap
penekanan.Tujuan dari dilakukannya proses tempering adalah untuk meningkatkan keuletan,
toughness, dan ukuran butir dari matriks. Secara umum baja dilakukan tempering (pemanasan
kembali) setelah dilakukan proses hardening, supaya mendapatkan sifat mekanik yang
diinginkan, selain itu juga untuk mengurangi tegangan hasil proses quenching, pengelasan, dan
pemesinan.

Gambar 5. Proses Tempering

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah perlakuan panas ini antara lain


1. Perlakuan panas adalah proses pemanasan dan pendinginan material yang terkontrol
dengan maksud merubah sifat fisik untuk tujuan tertentu.
2. Macam macam media pendinginan antara lain air, minyak, udara, air garam,
3. Proses perlakuan panas adalah proses mengubah sifat logam menjadi lebih kuat dan
ulet dengan memberikan sejumlah kalor sehingga mengubah sifat sifatnya
4. Perlakuan panas dibagi menjai 2 yaitu Near Equilibrium yang terdiri dari Full
Annealing (annealing), Stress relief, Spherodized ,Normalizing, Homogenizing dan
Non Equilirium yang terdiri dari Hardening, Martempering, Austempering, Surface
Hardening
5. Besi cor, besi paduan, dan berbagai macam logam bisa dikuatkan dengan cara
perlakuan panas

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya saat melakukan pengumpulan data lebih banyak menggunakan buku atau
jurnal yang ada bentuk fisiknya.
2. Sebaiknya saat melakukan penyusunan meminimalisir data-data yang kurang jelas
penanggung jawab atau penerbitnya.
3. Sebaiknya saat melakukan pengetikan lebih teliti lagi agar tidak terjadi kesalahan
penulisan.
4. Sebaiknya lebih memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dalam penulisan makalah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Krishna. 2013. Effect of Austempering and Martempering on the Properties of AISI 52100 Steel.
Jurnal Of Gandhi Institute Technology And Management. Volume 6.

Murtiono.2012. Pengaruh Quenching dan Tempering Terhadap Kekerasan dan Kekuatan tarik
serta Struktur Mikro Baja Sedang Untuk Pisau Pemanen Kelapa Sawit.Jurnal e-Dinamis.Volume
2, Nomor 2.

Nuraini dkk. 1996. Pengaruh Suhu Media Pendingin Terhadap Perubahan Kekerasan dan
Struktur Mikro pada Perlakuan Panas ALMG2. Jurnal PEBN-BATAN.

Umardani. 2010. Pengaruh waktu Austempering Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro
Austempered Ductile Iron0,5% Cu + 0,3% Mo DAN 0,5% Cu + 0,6 % Mo. Jurnal Rotasi.
Volume 12, Nomor 2.

Trihutomo. 2014. Pengaruh Proses Annealing pada Hasil Pengelasan Terhadap Sifat Mekanik
Baja Karbon Rendah. Jurnal Teknik Mesin. Volume 2, Nomor 1.

Sumaraw. 2010. Pengaruh Heat Treatment Terhadap Struktur Mikro Dan Kekerasan Baja
CrMoV Dengan Media Quench Yang Berbeda. Jurna Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional.Volume 5, Nomor 2.

Nuraini, Arma. 2017. Pengaruh Media Quenching Terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro
Grinding Ball Dari Nicke Pig Iron Sebelum dan Sesuda Tempering. Universitas Lampung

17

Anda mungkin juga menyukai