DISUSUN OLEH
Namira Widiaksana
DOSEN
ASISTEN
: AHMAD SYIHAN
LINA SYARAVINA
ANGGITA DWI LIESTYOSIWI
MODUL 1
BALANCING
1. TUJUAN PRAKTIKUM
2. DASAR TEORI
Sebuah benda unbalance merupakan benda yang memiliki komposisi gaya-gaya
inersia dan momen-momen yang tidak seimbang. Balancing merupakan sebuah teknik
untuk menemukan dan mengkoreksi gaya-gaya yang tidak seimbang diimbangi
dengan suatu gaya inersia atau momen yang melawan gaya unbalance.
Unbalance pada suatu shaft merupakan situasi dimana titik tengah gravitasi
putaran shaft tidak sama dengan titik tengah geometris dari shaft. Besar unbalance
tergantung dari gaya sentrifugal yang terjadi saat operasi.
F=I.2
Dimana, F = Gaya Reaksi (N)
I = Unbalance (kg,m)
= Kecepatan Putar Angular (rad/s)
Unbalance dapat dibayangkan sebagai berat yang dipasang secara eksentrik di
badan yang berputar. Jenis-jenis unbalance yaitu static unbalance, couple unbalance,
quasistatic unbalance, dandyamic unbalance.
Teknik balancing dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu berdasarkan posisi dan besar
unbalance. Pada balancing berdasarkan posisi, unbalance didapatkan dari beda sudut
fase pada sudut referensi. Sedangkan untuk besar unbalance, dideteksi dari amplitude
getaran yang terbaca dan dikonversikan langsung menjadi m.r. Pembacaan besar
unbalance dapat berdasarkan perpindahan getaran, kecepatan getaran, dan percepatan
getaran. Namun pada mesin balancing yang digunakan pada praktikum kali ini,
digunakan mesin pembacaan berdasarkan kecepatan getaran.
3. DATA PRAKTIKUM
Piringan
RMS Awal
:9
Unbalance
Massa Baut
Massayang diberi
R pada disk
High spot
RMS Akhir
: 1085 g.mm
: 16.65 gr
: 16.58 gr
: 65 mm
: 1,5
: 7.5>2.5 (unbalance)
4. ANALISIS
Praktikum yang pertama kali dilakukan oleh praktikan adalah praktikum balancing.
Praktikum ini dilakukan berdampingan dengan kelompok lain dikarena alatnya hanya ada
satu di lab DTM dan juga percobaan yang paling memakan waktu paling lama. Percobaan
ini menggunakan NI-DAQ dan LABVIEW untuk mendapatkan datanya. Praktikum ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara menyeimbangin benda yang memiliki massa
tidak seimbang. Praktikum ini dilakukan dengan menyeimbangkan 2 piringan pada ujungujung motor, tapi pada prakatikum ini kelompok kami hanya menggunakan satu piringan
pada ujung sebelah kiri motor.
Hal pertama yang dilakukan praktikan adalah menyeimbangan piringannya dengan mencari
nilai high spotnya. Pada pratikum ini praktikan mendapatkan 1.5 sebagai nilai high spotnya.
Nilai high spot dicari dengan menggunakan lampu yang dimana menunjukan angka atau
garis berapa yang paling sering keluar. Setelah menentukan high spotnya, praktikan
mendapat nilai massa bautnya. RMS awal yang didapat untuk piringan ini adalah 9, jauh
sangat melebih batas minimal agar balancing yaitu 2.5. setelah itu piringan mulai dipasangin
baut dengan m= 16.65 gr dan R= 65 mm kemudian didapatlah RMS akhir pada piringan
yaitu 7,5. Ternyata RMS akhir yang didapat tetap lebih besar dari batas maksimal balance.
Sehingga pada percobaan ini massa belom balance (7.5 > 2.5).
Percobaan ini membutuhkan waktu yang lama, diperlukan ketelitian pada saat membaca
data-data yang ada. Seperti pada saat menentukan high spotnya. Pembagian tugas antar
kelompok juga sangat dibutuhkan. Ketidak efektifan kelompok dapat menjadi sangat
merugikan. Penentuan massa baut juga membutuhkan ketelitian begitu juga pada saat
memasang baut pada piringan.
Dari data yang sudah ditentukan seperti high spot, massa ternyata kita tetap tidak
mendapatkan balance. RMS yang berakhir turun tapi tetap tidak bisa sesuai dengan batas
maksimal yang ada. Hal ini mungkin dapat dianalisis sebagai kesalahan literature yang
disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mungkin dapat menyebabkan kesalahan
ini, mungkin dikarenakan kurang telitinya praktikan pada saat menentukan titik high
spotnya. Salah satu penyebab tidak balancenya piringan, dimungkinkan karena praktikan
hanya menggunakan satu piringan dan bukannya 2 piringan. Berbagai kesalah dapat menjadi
kegagalan dalam praktikum ini. Seperti pada saat praktikum ini berlangsung, praktikum
whirling shaft juga sedag berlansung di meja yang sama, hal tersebut dapat memungkinkan
menjadi salah satu penyebabnya dikarena getaran yang disalurkan. Ataupun kegagalan
instalasi listrik antara alat denga LABVIEW juga dapat menjadi salah satu pengahambatnya.
Hasil praktikum yang unbalance apabila dibiarkan akan mengakibatkan fenomena getaran
yang merugikan. Hal tersebut dapat mematahkan material poros dan mengurangi transmisi
energy pada poros. Maka dari itu akan lebih baik apabila balancing yang dilakukan dapat
berhasil dengan baik dengan melakukan percobaan lebih teliti dan lebih baik.
5. KESIMPULAN
Suatu poros tidak memungkinkan untuk memiliki sifat balance yang sempurna
walaupun telah dilakukan balancing, sehingga ditentukan standar balance yaitu
2.5mm/s.
Praktikum didapatkan hasil data RMS awal adalah 9 dan untuk RMS akhir adalah
7.5. Dari hasil, praktikan dapat mengetahui bahwa sistem rangkaian yang
dilakukan praktikan masih gagal atau masih unbalance karena tidak sesuai dengan
standart minimal ISO 1940 yaitu pada RMS 2,50
6. LAMPIRAN
MODUL 2
GETARAN BEBAS
Membandingkan massa objek yang didapat melalui periode natural dengan massa yang
dengan menggunakan timbangan.
2. PERALATAN
Untuk melakukan praktikum mengenai getaran bebas dengan peredaman coulomb
inidiperlukan alat sebagai berikut:
Rangkaian pegas
Beban
Penggaris
Stopwatch
3. LANDASAN TEORI
Bila objek bergerak ke kanan dan dilepas, maka gaya yang bekerja pada sistem
adalah gaya pegas
k eq x
F=ma
k eq x+ mg =m x
Dengan penyelesaian :
x= A cos n t + B sin n t+ mg
Jika t = 0, maka :
x=x 0
, maka :
x 0= A+
A=x 0
mg
k eq
mg
k eq
x =0 , maka : n B=0
Karena
x= x0
mg
mg
cos n t +
k eq
k eq
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa peredaman dalam sistem terjadi karena
amplitudo gerakan berkurang secara kontinu. Setiap setengah siklus, amplitudo getaran
berkurang sebesar
mg
k eq
( ).
m x +k eq x
mg
=0
k eq
Dengan :
x ' =x
mg
k eq
x ' = x
x ' = x
Maka :
m x ' +k eq x ' =0
x ' +
k eq '
x =0
m
Sehingga :
n=
k eq
m
Dalam frekuensi :
f n=
1
2
k eq
m
Dalam perioda :
n =2
m
k eq
Dalam percobaan, akan dilakukan perbandingan antara massa objek yang diukur dengan
timbangan dengan massa objek yang didapat dengan menggunakan rumus :
2
m=
n k eq
4
|mmtimbang|
m timbang
.100
4. PROSEDUR PERCOBAAN
Untuk melakukan pratikum getaran bebas dengan peredaman coulomb langkah kerja
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Rangkaian pegas disiapkan untuk dilakukan percobaan.
2) Beban yang akan diujikan diukur massanya terlebih dahulu. Pada percobaan ini
digunakan beban berat badan praktikan.
3) Beban diletakkan pada system pegas.
4) Pegas ditarik dari keadaan setimbang hingga 7 cm.
5) Beban dilepaskan dan dihitung berapa banyak beban berosilasi dan dihitung
waktu osilasinya.
6) Percobaan diulangi untuk simpangan awal 8, 9,10, 11 cm.
7) Data yang diperoleh dicatat.
5. HASIL DAN EVALUASI
Setelah melakukan langkah kerja di atas, diperoleh data berupa jumlah osilasi, dan waktu
berosilasi. Diketahui bahwa kekakuan dari pegas adalah 2000N/m.
Gambar 8.
Skema
rangkaian system pegas
Dari system pegas tersebut, dapat diketahui bahwa pegas dirangkai secara paralel
terhadap massa. Sehingga dengan melakukan perhitungan, didapatkan kekakuan sebesar
2000 N/m. Jumlah dan waktu osilasi yang diperoleh dapat digunakan untuk mencari
periode getaran. Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing-masing
simpangan. Sehingga setiap simpangan memiliki tiga data periode untuk setiap
percobaannya.
a. Data praktikum
Keq = 2000 N/m
Massa sebenarnya = 59 kg
Xo (m)
n1
0.07
0.08
0.09
0.1
0.11
2
2
2.5
3
3
n
n2
1.5
2.5
2.5
2.5
3
n3
2
2.5
2.5
2.5
3
0.0
7
0.0
8
0.0
9
0.1
2
2
2.
5
3
N
n
2
1.
5
2.
5
2.
5
2.
|mmtimbang|
mtimbang
2
2.
5
2.
5
2.
t1
3.3
4
3.7
4.4
7
5.2
t3
2.91
3.74
3.93
4.12
4.36
t
n
x 100
t
n
3
3
3.79
4.25
4.11
4.63
n
1
t
t2
error=
Xo
(m)
t1
3.34
3.7
4.47
5.28
4.49
t2
3
3.7
9
4.2
5
4.1
Tn ratarata (s)
tn
t3
2.9
1
3.7
4
3.9
3
4.1
1.67
1.85
1.78
8
1.76
1.516
1.7
1.644
3
1.45
5
1.49
6
1.57
2
1.64
1.708333
33
1.620666
67
1.686666
67
1.684
m
error
Error
(teoriris) massa periode
14387.1
42
12948.4
18
14024.5
14
13980.2
24285
%
21846
%
23670
%
23595
16.843
48
15.979
13
16.629
86
16.603
5
0.1
1
5
3
8
4.4
9
1
4.6
3
2
4.3
6
1.49
67
1.543
33
8
1.45
33
1.497777
78
03
11059.2
09
%
18644
%
massa teoritis
8000
6000
4000
2000
0
0.06 0.07 0.08 0.09
0.1
0.11 0.12
57
14.767
49
Error massa
15000%
10000%
5000%
0%
0.06 0.07 0.08 0.09
0.1
0.11 0.12
periode
1.55
1.5
1.45
1.4
1.35
0.070.070.080.080.090.09 0.1 0.1 0.110.110.12
error periode
15.5
15
14.5
14
13.5
0.06
0.07
0.08
0.09
0.1
0.11
0.12
6. ANALISIS
a. Analisi Percobaan
Pada praktikum coulomb, praktikan menggunakan bangku pendulum. Langkah
pertama yang dilakukan adalah rangkain pegas yang ada diberikan beban. Disini
praktikan menggunakan berat badan masing-masing sebagai beban. Massa yang
digunakan adalah 59 kg. kemudian praktikan duduk pada bangku pendulum. Data
yang harus dicari pada simpangan 7 cm, 8cm, 9 cm, 10 cm, dan 11 cm sebanyak 3
kali perngambilan data. Data yang dicari adalah waktu dan banyak beban berosilasi.
Untuk mendapatkan data tersebut beban ditarik sepanjang 7cm dari titik awal, diukur
menggunakan penggaris. Praktikan juga perlu menyiapkan stopwatch untuk
menghitung waktu osilasi. Setelah ditarik sepanjang 7 cm, kemudian dilepas
bersamaan dengan stopwatch mulai menghitung waktu dan berhenti pada saat beban
sudah berenti bergerak.
b. Analisis Hasil
Setelah praktikan melakukan percobaan dan mendapatkan data yang dibutuhkan,
barulah praktikan melakukan pengolahan data. Banyak beban dan waktu berosilasi
digunakan untuk mendapakan periode dengan menggunakan persamaan (1). Setelah
kita mendapatkan periode (Tn) setiap percobaan yang dilakukan 3 kali, praktikan
menghitung rata-rata periode pada setiap simpangan. Rata-rata periode (Tn) tersebut
digunakan untuk mendapatkan massa teoritis beban. Untuk mendapatkan massa
teoritis, praktikan dapat menggunakan persamaan (2). Setelah praktikan mendapatkan
massa teoritis, praktikan dapat mendapatkan persentase error pada percobaan ini
dengan menggunakan perbandingan massa teoritis dengan massa sebenarnya seperti
pada persamaan (3). Range kesalahan yang ada dari 15000 25000, jika dilihat dari
kesalahan tersebut dapat dianalisis faktor-faktor penyebab kesalahn yang terjadi.
Seperti kesalahan dalam pengukuran titik patokan awal dengan simpangan, kesalahan
lain yang dapat disebabkan oleh praktikan seperti kesalahan menghitung banyak
osilasi yang terjadi ataupun pada penyesuaian stopwatch. Setelah error massa
praktikan dapat pula menghitung error periode.
Tumpuan lantai yang tidak stabil juga dapat menyebabkan kesalahan yang terjadi
pada percobaan. Pegas yang sudah kurang baik, sehingga tidak berfungsi dengan
seharusnya.
c. Analisis Grafik
Setelah praktikan melakukan pengolahan data, praktikan dapat membuat grafik.
Grafik yang dapat dibuat sesuai dengan percobaan diatas adalah grafik massa teoritis,
error massa teoritis, periode , dan error periode terhadap simpangan. Pada grafik
massa teoritis dapat dilihat bahwa data yang dihasilkan range antara setiap simpangan
tidak begitu jauh, bisa dianggap hampir konstan. Pada grafik error massa terhadap
simpangan menunjukan perbandingan massa teoritis dan actual. Nilai error sangat
besar karena kesalahan pada praktikum. Kesalah tersebut dapat disebabkan oleh
berbagai faktor seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
Pada grafik periode sangat tidak konstan. Semakin besar simpangannya semakin kecil
periodenya. Sama halnya dengan grafik error, semakin besar simpangan semakin
kecil kesalah periode yang terjadi. Kesalahan dalam pengimputan data dapat
merupakan salah satu faktor nilai error yang terjadi sangat besar.
7. KESIMPULAN
-
Semakin besar jarak Xo, maka semakin besar pula periode getaran bebas
tersebut.Semakin besar jarak Xo, maka semakin kecil periode getaran
bebas tersebut.
LAMPIRAN
REFRENSI
Thomson, William. Theory of Vibration with Application 5th Edition. 1998. Prentice
Hall International
Meriam, J.L, Kraige, L.G. Engineering Mechanics Dynamics Fifth Edition SI Version.
MODUL 3
WHIRLING SHAFT
1. TUJUAN PRAKTIKUM
2. PERALATAN
Untuk melakukan praktikum mengenai whirling shaft ini diperlukan alat
sebagaiberikut:
Kunci L
3. LANDASAN TEORI
Ketika suatu poros berputar, maka akan terjadi fenomena whirling , yaitu fenomena
dimana poros berputar akan mengalami defleksi yang diakibatkan oleh gaya sentrifugal
yang dihasilkan oleh eksentrisitas massa poros. Fenomena ini terlihat sebagai poros yang
berputar pada sumbunya dan pada saat yang sama poros yang berdefleksi juga berputar
relatif mengelilingi sumbu poros.
Fenomena whirling terjadi pada setiap sistem poros, baik yang seimbang maupun
tidak. Pada sistem yang seimbang, fenomena ini dapat disebabkan oleh defleksi statis atau
gaya magnetik yang tidak merata pada mesin mesin elektrik.
Defleksi awal ini membuat poros berputar dalam keadaan bengkok . Gaya sentrifugal
yang terjadi akan terus membuat defleksi terjadi sampai keadaan seimbang yang berkaitan
dengan kekakuan poros tercapai. Poros yang berputar melewati putaran kritisnya lalu akan
mencapai keadaan setimbang.
M 2 (h+ y )
M 2 ( h+ y )=ky
Dimana : k = elastisitas poros (N/m)
1
k
1
M 2
k
g
Jika f n= M =
c=
1
2
k
M
Dimana : = defleksi statis dari poros yang mengalami pembebanan W = Mg pada titik
tengahnya (m)
c =
Lalu didapat :
y
1
=
2
h
c
1
( )
= c
Jika
, maka
y
=
, ini merupakan kondisi untuk terjadinya whirling yang
h
besar.
Maka :
N c=
1
2
g 0,498
=
Mg L
48 EI
d4
64
EIL
M a2 b2
3) Posisi tumpuan b diatur sesuai dengan data yang akan diambil. Data yang diambil
untukjarak b terhadap beban 25 cm, 30 cm, 35 cm, 40 cm, 45 cm, 50 cm, dan 55 cm.
4) Motor dinyalakan untuk memutar shaft.
5) Dilakukan pengamatan terhadap getaran shaft.
6) Kecepatan putar shaft yang menghasilkan getaran paling besar dicatat.
7) Motor dimatikan dan posisi b dirubah untuk pengamatan selanjutnya.
jarak (a)
jarak
(b)
putaran kritis
eksperimen (rpm)
0.25 m
0.25 m
0.25 m
0.25 m
0.25 m
0.25 m
0.25 m
0.25 m
0.3 m
0.35 m
0.40 m
0.45 m
0.50 m
0.55 m
1245
564.9
523.5
476.2
419.2
387.6
355.8
m=2700
(0,07)2 0,015
4
d4
(2)
64
I=
3,14 ( 0,070)
6
4
=1,17799 10 m
64
N c =1,103
jarak
(b) (m)
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.55
N c =0,276
(3)
EIL
ma2 b2
(4)
jarak (a)
(m)
EI
M L3
N c N teo
100 (5)
N teo
putaran kritis
eksperimen
(rpm)
1245
564.9
523.5
476.2
419.2
387.6
355.8
Putaran kiritis
Teoritis
2340.008908
1780.105089
1412.620347
1156.212171
968.9664791
827.3180836
717.1062201
Error
(%)
0.467951
0.682659
0.629412
0.588138
0.567374
0.531498
0.503839
E
9300000000
9300000000
9300000000
9300000000
9300000000
9300000000
9300000000
M (kg)
1.17799E-06
1.17799E-06
1.17799E-06
1.17799E-06
1.17799E-06
1.17799E-06
1.17799E-06
0.155783
0.155783
0.155783
0.155783
0.155783
0.155783
0.155783
d (m)
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
putaran kritis
eksperimen
putaran kritis teoritis
1000
500
0
0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6
error
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.2
6. ANALISIS
a. Analisi Percobaan
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.55
0.6
Berdasarkan grafik yang ada, semakin panjang jaraknya semakin kecil kecepatan
putaran kritisnya.
Pada poros yang kecil dan panjang yang berputar, terjadi fenomena whirling akibat
pembebanan pada poros maupun adanya beban tambahan pada poros yang
menyebabkandefleksi.
Penentuan jarak dapat diterapkan untuk menghindari putaran kritis dengan
menggunakan hitungan teorits, diamana semakin ditengah beban yang akan
mengalami putaran kritis pada kecepatan paling cepat.
LAMPIRAN
REFRENSI
Thomson, William. Theory of Vibration with Application 5th Edition. 1998. Prentice-Hall
International
Meriam, J.L, Kraige, L.G. Engineering Mechanics Dynamics Fifth Edition SI Version.
2004. John Wiley and Sons