Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM GETARAN MEKANIS

DISUSUN OLEH

Namira Widiaksana

DOSEN

: DR. IR. WAHYU NIRBITO, MSME

ASISTEN

: AHMAD SYIHAN
LINA SYARAVINA
ANGGITA DWI LIESTYOSIWI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2015

MODUL 1

BALANCING
1. TUJUAN PRAKTIKUM

Mengetahui ciri-ciri benda tidak balance.

Melakukan balancing dengan memberikan massa counter balance

2. DASAR TEORI
Sebuah benda unbalance merupakan benda yang memiliki komposisi gaya-gaya
inersia dan momen-momen yang tidak seimbang. Balancing merupakan sebuah teknik
untuk menemukan dan mengkoreksi gaya-gaya yang tidak seimbang diimbangi
dengan suatu gaya inersia atau momen yang melawan gaya unbalance.
Unbalance pada suatu shaft merupakan situasi dimana titik tengah gravitasi
putaran shaft tidak sama dengan titik tengah geometris dari shaft. Besar unbalance
tergantung dari gaya sentrifugal yang terjadi saat operasi.
F=I.2
Dimana, F = Gaya Reaksi (N)
I = Unbalance (kg,m)
= Kecepatan Putar Angular (rad/s)
Unbalance dapat dibayangkan sebagai berat yang dipasang secara eksentrik di
badan yang berputar. Jenis-jenis unbalance yaitu static unbalance, couple unbalance,
quasistatic unbalance, dandyamic unbalance.
Teknik balancing dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu berdasarkan posisi dan besar
unbalance. Pada balancing berdasarkan posisi, unbalance didapatkan dari beda sudut
fase pada sudut referensi. Sedangkan untuk besar unbalance, dideteksi dari amplitude
getaran yang terbaca dan dikonversikan langsung menjadi m.r. Pembacaan besar
unbalance dapat berdasarkan perpindahan getaran, kecepatan getaran, dan percepatan
getaran. Namun pada mesin balancing yang digunakan pada praktikum kali ini,
digunakan mesin pembacaan berdasarkan kecepatan getaran.

3. DATA PRAKTIKUM
Piringan
RMS Awal
:9
Unbalance
Massa Baut
Massayang diberi
R pada disk
High spot
RMS Akhir

: 1085 g.mm
: 16.65 gr
: 16.58 gr
: 65 mm
: 1,5
: 7.5>2.5 (unbalance)

4. ANALISIS
Praktikum yang pertama kali dilakukan oleh praktikan adalah praktikum balancing.
Praktikum ini dilakukan berdampingan dengan kelompok lain dikarena alatnya hanya ada
satu di lab DTM dan juga percobaan yang paling memakan waktu paling lama. Percobaan
ini menggunakan NI-DAQ dan LABVIEW untuk mendapatkan datanya. Praktikum ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara menyeimbangin benda yang memiliki massa

tidak seimbang. Praktikum ini dilakukan dengan menyeimbangkan 2 piringan pada ujungujung motor, tapi pada prakatikum ini kelompok kami hanya menggunakan satu piringan
pada ujung sebelah kiri motor.

Hal pertama yang dilakukan praktikan adalah menyeimbangan piringannya dengan mencari
nilai high spotnya. Pada pratikum ini praktikan mendapatkan 1.5 sebagai nilai high spotnya.
Nilai high spot dicari dengan menggunakan lampu yang dimana menunjukan angka atau
garis berapa yang paling sering keluar. Setelah menentukan high spotnya, praktikan
mendapat nilai massa bautnya. RMS awal yang didapat untuk piringan ini adalah 9, jauh
sangat melebih batas minimal agar balancing yaitu 2.5. setelah itu piringan mulai dipasangin
baut dengan m= 16.65 gr dan R= 65 mm kemudian didapatlah RMS akhir pada piringan
yaitu 7,5. Ternyata RMS akhir yang didapat tetap lebih besar dari batas maksimal balance.
Sehingga pada percobaan ini massa belom balance (7.5 > 2.5).
Percobaan ini membutuhkan waktu yang lama, diperlukan ketelitian pada saat membaca
data-data yang ada. Seperti pada saat menentukan high spotnya. Pembagian tugas antar
kelompok juga sangat dibutuhkan. Ketidak efektifan kelompok dapat menjadi sangat
merugikan. Penentuan massa baut juga membutuhkan ketelitian begitu juga pada saat
memasang baut pada piringan.

Dari data yang sudah ditentukan seperti high spot, massa ternyata kita tetap tidak
mendapatkan balance. RMS yang berakhir turun tapi tetap tidak bisa sesuai dengan batas
maksimal yang ada. Hal ini mungkin dapat dianalisis sebagai kesalahan literature yang
disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang mungkin dapat menyebabkan kesalahan
ini, mungkin dikarenakan kurang telitinya praktikan pada saat menentukan titik high
spotnya. Salah satu penyebab tidak balancenya piringan, dimungkinkan karena praktikan
hanya menggunakan satu piringan dan bukannya 2 piringan. Berbagai kesalah dapat menjadi
kegagalan dalam praktikum ini. Seperti pada saat praktikum ini berlangsung, praktikum
whirling shaft juga sedag berlansung di meja yang sama, hal tersebut dapat memungkinkan
menjadi salah satu penyebabnya dikarena getaran yang disalurkan. Ataupun kegagalan
instalasi listrik antara alat denga LABVIEW juga dapat menjadi salah satu pengahambatnya.
Hasil praktikum yang unbalance apabila dibiarkan akan mengakibatkan fenomena getaran
yang merugikan. Hal tersebut dapat mematahkan material poros dan mengurangi transmisi
energy pada poros. Maka dari itu akan lebih baik apabila balancing yang dilakukan dapat
berhasil dengan baik dengan melakukan percobaan lebih teliti dan lebih baik.
5. KESIMPULAN

Suatu poros tidak memungkinkan untuk memiliki sifat balance yang sempurna
walaupun telah dilakukan balancing, sehingga ditentukan standar balance yaitu
2.5mm/s.

Praktikum didapatkan hasil data RMS awal adalah 9 dan untuk RMS akhir adalah
7.5. Dari hasil, praktikan dapat mengetahui bahwa sistem rangkaian yang
dilakukan praktikan masih gagal atau masih unbalance karena tidak sesuai dengan
standart minimal ISO 1940 yaitu pada RMS 2,50

6. LAMPIRAN

MODUL 2
GETARAN BEBAS

DENGAN PEREDAMAN COULOMB


1. TUJUAN

Mengukur massa dari suatu objek melalui periode naturalnya

Membandingkan massa objek yang didapat melalui periode natural dengan massa yang
dengan menggunakan timbangan.

2. PERALATAN
Untuk melakukan praktikum mengenai getaran bebas dengan peredaman coulomb
inidiperlukan alat sebagai berikut:
Rangkaian pegas
Beban
Penggaris

Stopwatch

3. LANDASAN TEORI

Gambar 7. Sistem Massa-2 Pegas dengan Peredaman Coulomb

Bila objek bergerak ke kanan dan dilepas, maka gaya yang bekerja pada sistem
adalah gaya pegas

k eq x

Dalam persamaan gerak :

F=ma
k eq x+ mg =m x

dan gaya gesekan N

Dengan penyelesaian :
x= A cos n t + B sin n t+ mg
Jika t = 0, maka :
x=x 0

, maka :

x 0= A+

A=x 0

mg
k eq

mg
k eq

x =0 , maka : n B=0

Karena

tidak selalu 0, maka B = 0

Maka penyelesaiannya berbentuk :

x= x0

mg
mg
cos n t +
k eq
k eq

Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa peredaman dalam sistem terjadi karena
amplitudo gerakan berkurang secara kontinu. Setiap setengah siklus, amplitudo getaran

berkurang sebesar

mg
k eq

( ).

Mencari frekuensi natural :


Dari persamaan gerak :

m x +k eq x

mg
=0
k eq

Dengan :
x ' =x

mg
k eq

x ' = x
x ' = x
Maka :
m x ' +k eq x ' =0

x ' +

k eq '
x =0
m

Sehingga :
n=

k eq
m

Dalam frekuensi :
f n=

1
2

k eq
m

Dalam perioda :
n =2

m
k eq

Dalam percobaan, akan dilakukan perbandingan antara massa objek yang diukur dengan
timbangan dengan massa objek yang didapat dengan menggunakan rumus :
2

m=

n k eq
4

Setelah itu, persentase kesalahan akan dihitung dengan menggunakan rumus :


error=

|mmtimbang|
m timbang

.100

4. PROSEDUR PERCOBAAN
Untuk melakukan pratikum getaran bebas dengan peredaman coulomb langkah kerja
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Rangkaian pegas disiapkan untuk dilakukan percobaan.
2) Beban yang akan diujikan diukur massanya terlebih dahulu. Pada percobaan ini
digunakan beban berat badan praktikan.
3) Beban diletakkan pada system pegas.
4) Pegas ditarik dari keadaan setimbang hingga 7 cm.
5) Beban dilepaskan dan dihitung berapa banyak beban berosilasi dan dihitung
waktu osilasinya.
6) Percobaan diulangi untuk simpangan awal 8, 9,10, 11 cm.
7) Data yang diperoleh dicatat.
5. HASIL DAN EVALUASI
Setelah melakukan langkah kerja di atas, diperoleh data berupa jumlah osilasi, dan waktu
berosilasi. Diketahui bahwa kekakuan dari pegas adalah 2000N/m.

Gambar 8.

Skema
rangkaian system pegas

Dari system pegas tersebut, dapat diketahui bahwa pegas dirangkai secara paralel
terhadap massa. Sehingga dengan melakukan perhitungan, didapatkan kekakuan sebesar

2000 N/m. Jumlah dan waktu osilasi yang diperoleh dapat digunakan untuk mencari
periode getaran. Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing-masing
simpangan. Sehingga setiap simpangan memiliki tiga data periode untuk setiap
percobaannya.
a. Data praktikum
Keq = 2000 N/m
Massa sebenarnya = 59 kg
Xo (m)

n1

0.07
0.08
0.09
0.1
0.11

2
2
2.5
3
3

n
n2
1.5
2.5
2.5
2.5
3

n3
2
2.5
2.5
2.5
3

b. Hasil pengolahan data


Untuk mencari periode rata2 (Tn):
n=

0.0
7
0.0
8
0.0
9
0.1

2
2
2.
5
3

N
n
2
1.
5
2.
5
2.
5
2.

Untuk menghitung Error Massa dapat menggunakan;

|mmtimbang|
mtimbang

2
2.
5
2.
5
2.

t1
3.3
4
3.7
4.4
7
5.2

t3
2.91
3.74
3.93
4.12
4.36

t
n

x 100

Tabel hasil pengolahan Data

t
n
3

3
3.79
4.25
4.11
4.63

Menghitung massa teoritis menggunakan rumus :


2k
m= n 2eq
4

n
1

t
t2

error=

Xo
(m)

t1
3.34
3.7
4.47
5.28
4.49

t2
3
3.7
9
4.2
5
4.1

Tn ratarata (s)

tn
t3
2.9
1
3.7
4
3.9
3
4.1

1.67

1.85
1.78
8
1.76

1.516
1.7
1.644

3
1.45
5
1.49
6
1.57
2
1.64

1.708333
33
1.620666
67
1.686666
67
1.684

m
error
Error
(teoriris) massa periode
14387.1
42
12948.4
18
14024.5
14
13980.2

24285
%
21846
%
23670
%
23595

16.843
48
15.979
13
16.629
86
16.603

5
0.1
1

5
3

8
4.4
9

1
4.6
3

2
4.3
6

1.49
67

1.543
33

8
1.45
33

1.497777
78

03
11059.2
09

%
18644
%

c. Grafik Pengolahan data

Grafik massa teoritis terhadap simpangan


16000
14000
12000
10000

massa teoritis

8000
6000
4000
2000
0
0.06 0.07 0.08 0.09

0.1

0.11 0.12

57
14.767
49

Grafik Error massa terhadap simpangan


30000%
25000%
20000%

Error massa

15000%
10000%
5000%
0%
0.06 0.07 0.08 0.09

0.1

0.11 0.12

Grafik periode terhadap simpangan


1.75
1.7
1.65
1.6

periode

1.55
1.5
1.45
1.4
1.35
0.070.070.080.080.090.09 0.1 0.1 0.110.110.12

Grafik error periode terhadap simpangan


17.5
17
16.5
16

error periode

15.5
15
14.5
14
13.5
0.06

0.07

0.08

0.09

0.1

0.11

0.12

6. ANALISIS
a. Analisi Percobaan
Pada praktikum coulomb, praktikan menggunakan bangku pendulum. Langkah
pertama yang dilakukan adalah rangkain pegas yang ada diberikan beban. Disini
praktikan menggunakan berat badan masing-masing sebagai beban. Massa yang
digunakan adalah 59 kg. kemudian praktikan duduk pada bangku pendulum. Data
yang harus dicari pada simpangan 7 cm, 8cm, 9 cm, 10 cm, dan 11 cm sebanyak 3
kali perngambilan data. Data yang dicari adalah waktu dan banyak beban berosilasi.
Untuk mendapatkan data tersebut beban ditarik sepanjang 7cm dari titik awal, diukur
menggunakan penggaris. Praktikan juga perlu menyiapkan stopwatch untuk
menghitung waktu osilasi. Setelah ditarik sepanjang 7 cm, kemudian dilepas
bersamaan dengan stopwatch mulai menghitung waktu dan berhenti pada saat beban
sudah berenti bergerak.
b. Analisis Hasil
Setelah praktikan melakukan percobaan dan mendapatkan data yang dibutuhkan,
barulah praktikan melakukan pengolahan data. Banyak beban dan waktu berosilasi
digunakan untuk mendapakan periode dengan menggunakan persamaan (1). Setelah
kita mendapatkan periode (Tn) setiap percobaan yang dilakukan 3 kali, praktikan
menghitung rata-rata periode pada setiap simpangan. Rata-rata periode (Tn) tersebut
digunakan untuk mendapatkan massa teoritis beban. Untuk mendapatkan massa
teoritis, praktikan dapat menggunakan persamaan (2). Setelah praktikan mendapatkan
massa teoritis, praktikan dapat mendapatkan persentase error pada percobaan ini
dengan menggunakan perbandingan massa teoritis dengan massa sebenarnya seperti

pada persamaan (3). Range kesalahan yang ada dari 15000 25000, jika dilihat dari
kesalahan tersebut dapat dianalisis faktor-faktor penyebab kesalahn yang terjadi.
Seperti kesalahan dalam pengukuran titik patokan awal dengan simpangan, kesalahan
lain yang dapat disebabkan oleh praktikan seperti kesalahan menghitung banyak
osilasi yang terjadi ataupun pada penyesuaian stopwatch. Setelah error massa
praktikan dapat pula menghitung error periode.
Tumpuan lantai yang tidak stabil juga dapat menyebabkan kesalahan yang terjadi
pada percobaan. Pegas yang sudah kurang baik, sehingga tidak berfungsi dengan
seharusnya.
c. Analisis Grafik
Setelah praktikan melakukan pengolahan data, praktikan dapat membuat grafik.
Grafik yang dapat dibuat sesuai dengan percobaan diatas adalah grafik massa teoritis,
error massa teoritis, periode , dan error periode terhadap simpangan. Pada grafik
massa teoritis dapat dilihat bahwa data yang dihasilkan range antara setiap simpangan
tidak begitu jauh, bisa dianggap hampir konstan. Pada grafik error massa terhadap
simpangan menunjukan perbandingan massa teoritis dan actual. Nilai error sangat
besar karena kesalahan pada praktikum. Kesalah tersebut dapat disebabkan oleh
berbagai faktor seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
Pada grafik periode sangat tidak konstan. Semakin besar simpangannya semakin kecil
periodenya. Sama halnya dengan grafik error, semakin besar simpangan semakin
kecil kesalah periode yang terjadi. Kesalahan dalam pengimputan data dapat
merupakan salah satu faktor nilai error yang terjadi sangat besar.
7. KESIMPULAN
-

Massa dapat diukur dengan mengukur periode natural getarannya.

Nilai massa yang diperoleh dari hasil perhitungan periode natural


lebih besar dengan massa aktual, karena adanya kesalahan yang trejadi
pada saat pelaksanaan praktikum dan pengolahan data.

Semakin besar jarak Xo, maka semakin besar pula periode getaran bebas
tersebut.Semakin besar jarak Xo, maka semakin kecil periode getaran
bebas tersebut.

LAMPIRAN

REFRENSI
Thomson, William. Theory of Vibration with Application 5th Edition. 1998. Prentice

Hall International
Meriam, J.L, Kraige, L.G. Engineering Mechanics Dynamics Fifth Edition SI Version.

2004. John Wiley and Sons.


Modul Praktikum Mesin Balancing Multiplane, Mata Kuliah Getaran Mekanis.
Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

MODUL 3
WHIRLING SHAFT
1. TUJUAN PRAKTIKUM

Mengamati fenomena whirling pada poros yang berputar yang kecil-panjang.


Mengetahui nilai putaran kritis dari poros yang berputar.
Membandingkan putaran kritis yang didapat secara praktek dengan putaran kritis
yang didapat secara teori.

2. PERALATAN
Untuk melakukan praktikum mengenai whirling shaft ini diperlukan alat
sebagaiberikut:

Beban silinder alimunium ( 1 buah )


Penggaris 50 cm ( 1 buah )
Satu set whirling shaft apparatus
Power supply
Tachometer

Kunci L

3. LANDASAN TEORI
Ketika suatu poros berputar, maka akan terjadi fenomena whirling , yaitu fenomena
dimana poros berputar akan mengalami defleksi yang diakibatkan oleh gaya sentrifugal
yang dihasilkan oleh eksentrisitas massa poros. Fenomena ini terlihat sebagai poros yang
berputar pada sumbunya dan pada saat yang sama poros yang berdefleksi juga berputar
relatif mengelilingi sumbu poros.
Fenomena whirling terjadi pada setiap sistem poros, baik yang seimbang maupun
tidak. Pada sistem yang seimbang, fenomena ini dapat disebabkan oleh defleksi statis atau
gaya magnetik yang tidak merata pada mesin mesin elektrik.
Defleksi awal ini membuat poros berputar dalam keadaan bengkok . Gaya sentrifugal
yang terjadi akan terus membuat defleksi terjadi sampai keadaan seimbang yang berkaitan
dengan kekakuan poros tercapai. Poros yang berputar melewati putaran kritisnya lalu akan
mencapai keadaan setimbang.

Skema whirling shaft :

Gambar 1. Whirling ShaftSystem


Dimana :
M = massa beban (kg)
h = defleksi awal (m)

y = defleksi sentrifugal (m)


(h+y) = defleksi total (m)
Maka, gaya sentrifugal radialnya adalah :

M 2 (h+ y )

yang sama dengan gaya elastis pada poros, maka :

M 2 ( h+ y )=ky
Dimana : k = elastisitas poros (N/m)

Sehingga didapat perbandingan :


y
=
h

1
k
1
M 2

k
g
Jika f n= M =
c=

1
2

adalah frekuensi alami getaran poros, maka :

k
M

Dimana : = defleksi statis dari poros yang mengalami pembebanan W = Mg pada titik
tengahnya (m)
c =

kecapatan kritis angular dari sistem

Lalu didapat :
y
1
=
2
h
c
1

( )

= c

Jika

, maka

y
=
, ini merupakan kondisi untuk terjadinya whirling yang
h

besar.
Maka :
N c=

1
2

g 0,498
=

Kondisi pada percobaan :


1) Piringan berada ditengah poros :
3

Mg L
48 EI

Dimana : E = Modulus Young untuk logam poros (Pa)


I = Momen Inersia Area Poros (m4) =

d4
64

Sehingga didapat persamaan untuk putaran kritis :


EI
N c =1,103
M L3

Catatan : Nc dalam rps (rotation per second)


2) Piringan tidak berada ditengah poros :
N c =0,276

EIL
M a2 b2

Catatan : Nc dalam rps (rotation per second)


4. PROSEDUR PERCOBAAN
Untuk melakukan pratikum whirling shaft langkah kerja yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Power supply, whirling shaft apparatus ,beban, dan tachometer dirangkai sesuai
petunjuk.
2) Posisi tumpuan shaft diatur sesuai dengan variabel yang diingkinkan. Jarak tumpuan
shaft yang konstan terhadap beban adalah 25 cm (jarak a).

3) Posisi tumpuan b diatur sesuai dengan data yang akan diambil. Data yang diambil
untukjarak b terhadap beban 25 cm, 30 cm, 35 cm, 40 cm, 45 cm, 50 cm, dan 55 cm.
4) Motor dinyalakan untuk memutar shaft.
5) Dilakukan pengamatan terhadap getaran shaft.
6) Kecepatan putar shaft yang menghasilkan getaran paling besar dicatat.
7) Motor dimatikan dan posisi b dirubah untuk pengamatan selanjutnya.

5. HASIL DAN EVALUASI DATA PRAKTIKUM

Massa jenis alumunium(teoritis) : 2700 kg/m3


Diameter beban (d)
: 7 mm = 0,07 m
Ketebalan (t)
: 15 mm = 0,015 m
Diameter shaft
: 6.1 mm = 0.0061 m
Jari-jari beban (r)
: 3.5 mm = 0.0035 m
Modulus young (E)
: 9300 Mpa = 93 x 10^8 N/m2

a. DATA HASIL PERCOBAAN

jarak (a)

jarak
(b)

putaran kritis
eksperimen (rpm)

0.25 m
0.25 m
0.25 m
0.25 m
0.25 m
0.25 m
0.25 m

0.25 m
0.3 m
0.35 m
0.40 m
0.45 m
0.50 m
0.55 m

1245
564.9
523.5
476.2
419.2
387.6
355.8

b. TABEL PENGOLAHAN DATA


Massa aluminium :
m= V (1)

m=2700

(0,07)2 0,015
4

m=2700 6,623. 106=0,155783kg

Inersia silinder Aluminium:


I=

d4
(2)
64

I=

3,14 ( 0,070)
6
4
=1,17799 10 m
64

Untuk mencari putaran kritis teoritis dapat menggunak rumus:


1. Piringan berada di tengah poros :

N c =1,103

2. Piringan tidak berada di tengah poros :

jarak
(b) (m)

0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25
0.25

0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
0.55

N c =0,276

(3)

EIL
ma2 b2

(4)

Untuk menghitung Error menggunakan rumus:


Error=

jarak (a)
(m)

EI
M L3

N c N teo
100 (5)
N teo

putaran kritis
eksperimen
(rpm)
1245
564.9
523.5
476.2
419.2
387.6
355.8

Putaran kiritis
Teoritis
2340.008908
1780.105089
1412.620347
1156.212171
968.9664791
827.3180836
717.1062201

Error
(%)
0.467951
0.682659
0.629412
0.588138
0.567374
0.531498
0.503839

E
9300000000
9300000000
9300000000
9300000000
9300000000
9300000000
9300000000

M (kg)

1.17799E-06
1.17799E-06
1.17799E-06
1.17799E-06
1.17799E-06
1.17799E-06
1.17799E-06

0.155783
0.155783
0.155783
0.155783
0.155783
0.155783
0.155783

d (m)

0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0

c. GRAFIK PENGOLAHAN DATA

Grafik perbandingan putaran kritis dengan jarak

Grafik perbandingan putaran kritis dengan jarak


2500
2000
1500

putaran kritis
eksperimen
putaran kritis teoritis

1000
500
0
0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6

Grafik perbanding Error terhadap Jarak

Grafik perbandingan error dengan jarak


0.8
0.7
0.6
0.5

error

0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.2

6. ANALISIS
a. Analisi Percobaan

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

0.5

0.55

0.6

Setelah kami melakukan percobaan pada peredama coulomb kami


melakukan percobaan paada whirling shaft. Sebelum kami melakukan
pengamatan, asisten memberikan pengarahan terlebih dahulu tentang apa itu
percobaan whirling shaft dan prosedur percobaan apa saja yang mesti dilakukan.
Setelah asisten memberikan pengarahan, barulah kami melakukan
pengamatan. Data awal yang mesti diketahui adalah massa jenis aluminium
adalah 2700 kg/m3, diameter beban (d) adalah 0,07 m, ketebalan (t) adalah 0,015
m, diameter shaft (D) adalah 0.0061 m, jari-jari beban (r) adalah 0,0035 m, dan
modulus youngnya adalah 93 Mpa atau 93 x 10^8 N/m2.
Setelah data-data tersebut diketahui barulah kita mulai melakukan
percobaan yang dilakukan sebanyak 7 kali dengan jarak yang berbeda-beda. Data
yang diambil pada jarak 25 cm, 30 cm, 35 cm, 40 cm, 45 cm, 50 cm, dan 55cm.
Kami memulai praktikum dengan mengukur jarak tumpuan shaft (a) yang
konstan terhadap beban adalah 25 cm. kemudian posisi tumpuan b diatur sesuai
dengan yang ada didata. Selanjutkan percobaan dilakukan sesuai dengan arahan
yang diberikan oleh asisten.
Whirling Shaft apparatus dipasang sesuai dengan arahan yang diberikan
asisten. Dimana tumpuan pada sebelah kanan merupakan fix yang disebut dengan
jarak a, sedangkan pada tumpuan sebelah kiri bukan merupakan tumpuan fix
sehingga dapat diubah-ubah sesuai dengan jarak yang sudah ditentukan sesuai
dengan data dari 25 cm hinggal 55 cm. Setelah whir;ing shaft dipasang sesuai
dengan jarak yang diinginkan tumpuan b dikencangkan menggunak kunci L agar
tetap pada tempatnya atau tidak bergeser sehingga menjadi unbalance. Kemuadian
power supply dinyalakan hingga kita mendapatkan putaran yang menimbulkan
getaran yang paling besar. Timbulnya getaran yang paling besar disebabkan oleh
defleksi dikarenakan terjadinya penyimpangan putaran pada titik tengah. Untuk
mengukur getaran yang terjadi digunakan tachometer. Dimana pada saat
mengukur tachometer ditempelkan pada whirling shaft apparatus dan dicatat.
Untuk ukuran yang diukur oleh tachometer dapat terus berubah-ubah. Data yang
digunakan adalah angka yang paling banyak keluar pada saat pengukuran.
Setelah jarak awal diukur, dilanjutkan kedata-data berikutnya sesuai
dengan kebutuhan yang ada. Pada saat pengukuran menggunakan tachometer
kesalahan pengukuran kemungkinannya sangat besar. Dikarenakan peletakan
tachometer untuk mengukur dapat salah dan dapat menyebabkan data yang
dihasilkan tidak sesuai dengan seharusnya, seperti misalkan data yang dihasilkan
terlalu kecil. setelah dilakukan pengambilan data, barulah kita melakukan
pengolahan data.
b. Analisis Pengolahan Data
Setelah pengambilan data, barulah kita melakukan pengolahan data. Datadata awal yang sudah diberikan adalah jarak a, jarak b, modulus young (E),
diameter shaft (D), diameter beban (d), jari-jari beban (r), dan putaran kritis yang

didapatkan dari hasil praktikum. Setelah mengetahui data-data tersebut, praktikan


dapat menghitung inersia silinder dengan menggunakan persamaan (2) dengan
menggunaka diameter beban yang sudah ada. Untuk dapat mencari putaran kritis
teoritis praktikan dapat menggunakan rumus pada persamaan (3) dan (4). Pada
persamaan (3) digunaan pada saat beban berada ditengah sedangkan pada
persamaan (4) digunaan pada saat beban tidak berada di tengah. Untuk
mendapatkan perhitungkan putaran kritis teoritisnya dibutuhkan massa
teoritisnya, dapat menggunakan rumus pada persamaan (1). Setelah mendapatkan
massa teoritisnya praktikan dapat menghitung putaran teoritisnya.
Dari data putaran kritis teoritis dan putaran kritis eksperimen, praktikan
dapat diperoleh besar error dari perbandingan putaran kritis eksperimen
dikurangin putaran kritis teoritis dibagi dengan putaran teoritisnya seperti pada
persamaan (5).
Besar error yang didapat berkisar dari 0,4 hingga 0,6. Dari persentase error
yang dihasilkan dapat dianalisis beberapa kemungkinan faktor penyebab
terjadinya kesalahan tersebut yaitu, seperti kesalahan pada pengukurann. Faktor
penggaris yang kurang baik atau sudah bengkok dapat menjadinya penyebabnya.
Alat yang sudah terlalu tua atau sudah tidak layak pake dapat juga menjadi salah
satu penyebabnya. Kesalahan dalam meletakan tachometer, kesalahan dalam
perhitungan dalam pengolahan data dapat menjadi salah satu kemungkinan.
Selain kesalahan dari pihak alat, dapat disebabkan juga kesalah dari
praktikan. Seperti kesalahan dalam membaca alat, kesalahan mengukur, kesalahan
dalam menghitung data yang ada. Sehingga menyebabkan perbedaan yang sangat
signifikan anatara putaran kritis teoritis dengan eksperimennya.
c. Analisis Grafik
Data hasil percobaan yang telah diolah dapat dibuat grafik kecepatan
putaran kritis teoritis dan eksperimen dan error berbanding dengan jarak b. jika
dilihat dari grafik yang sudah dibuat, pada kecepatan putaran kritis dapat dilihat
semakin besar jarak b semakin kecil pula putaran kritisnya. Hal tersebut berlaku
terhadap kecepatan putaran eksperimen ataupun teoritis. Ini menandakan bahwa
data yang didapat oleh praktikan bagus, dikarenakan anatara eksperimen dan
teoritis memiliki kecendrungan yang sama.
Dari grafik dapat dilihat bahwa semakin besar jarak penumpu maka
semakin kecil putaran kritis yang terjadi sehingga resonansi dapat diatur
dengan peletakan penumpu sehingga resonansi dapat diatur jika menginginkan
tidak terjadinya putaran kritis atau terjadi getaran yang halus.
7. KESIMPULAN
-

Panjang shaft berbanding terbalik dengan kecepatan putaran kritisnya.

Berdasarkan grafik yang ada, semakin panjang jaraknya semakin kecil kecepatan
putaran kritisnya.
Pada poros yang kecil dan panjang yang berputar, terjadi fenomena whirling akibat
pembebanan pada poros maupun adanya beban tambahan pada poros yang
menyebabkandefleksi.
Penentuan jarak dapat diterapkan untuk menghindari putaran kritis dengan
menggunakan hitungan teorits, diamana semakin ditengah beban yang akan
mengalami putaran kritis pada kecepatan paling cepat.

LAMPIRAN

REFRENSI

Thomson, William. Theory of Vibration with Application 5th Edition. 1998. Prentice-Hall

International
Meriam, J.L, Kraige, L.G. Engineering Mechanics Dynamics Fifth Edition SI Version.
2004. John Wiley and Sons

Anda mungkin juga menyukai